"Aku tidak akan menunjukkan wajah sampai berhasil mengambil alih kepemilikan toko Royal Roches. Sebagai langkah awal dari pembuktian diriku, aku berjanji tidak akan gagal," kata Karina dengan mantap.
"Ya, semoga berhasil, Karina." Daniel mengecup dahi Karina untuk terakhir kalinya. Dengan penuh percaya diri, Karina melangkah memasuki pelataran toko Royal Roches. Toko itu berdiri megah dengan arsitektur bergaya Eropa klasik, jendela-jendelanya besar dengan kaca patri yang berwarna-warni, memantulkan sinar matahari menjadi kilauan indah. Pintu masuknya besar dan berat, terbuat dari kaca dengan ukiran rumit, menunjukkan kemewahan dan prestise. "Selamat datang, tamu yang terhormat. Saya lihat suami Anda tidak datang bersama Anda," sapa seorang wanita penjaga pintu dengan ramah. "Oh, kamu melihat suamiku. Berarti kamu sudah tahu aku siapa, kan?" "Tentu saja, Nyonya Roches." "Bagus. Aku butuh pemandu untuk melihat-lihat tempat ini." "Masuk saja. Di dalam ada staf khusus untuk mengantar tamu berkeliling," jawab wanita itu dengan senyum ramah yang membuat Karina iri pada kesempurnaannya. Kehadiran Karina menghebohkan seisi toko. Interior toko itu tidak kalah megah, dengan lampu kristal besar tergantung di langit-langit, lantai marmer mengkilap, dan rak-rak kaca yang menampilkan perhiasan indah dan barang-barang mewah lainnya. Kedatangan Karina, istri pangeran mahkota, membuat toko itu semakin hidup dan menjadi bahan perbincangan di media sosial. Headline berita segera bermunculan: 'Permaisuri Karina Mengunjungi Royal Roches, Karyawan Salah Tingkah', 'Permaisuri Karina: Berkunjung atau Mengintai? Sorot Matanya Setajam Silet'. Pangeran Daniel Garam, yang sedang bersantai sambil menggulir layar I*******m, tergelitik membaca berita-berita itu. Sambil meneguk segelas anggur merah, dia mengkritik para content creator yang terlalu cepat membuat berita tanpa memastikan kebenarannya. Karina merasakan tatapan mereka. Ada yang suka, ada juga yang benci. Bagi sarjana psikologi sepertinya, tidak sulit membaca perasaan orang dari mimik wajah mereka. Sebagian karyawan toko ini tidak senang dengan kehadirannya. Kesimpulan itu datang dari melihat senyum mereka yang miring, dengan bibir yang bergetar hebat. Senyuman miring, di mana satu sisi mulut terangkat lebih tinggi dari sisi lainnya, sering digunakan untuk menunjukkan skeptisisme. Dalam situasi Karina saat ini, senyuman itu jelas membawa arti yang buruk. "Nona Karina?" "Ah, maaf, aku sedikit melamun." "Saya sudah membawa Anda melihat semuanya. Adakah yang menarik perhatian Anda, Permaisuri?" Karina berpikir sebentar. "Ada yang belum kamu tunjukkan. Aku ingin melihatnya sekarang," kata Karina dengan tekanan di akhir kalimat. Karina mengeluarkan sebuah kertas berisi jadwal kerja para karyawan Royal Roches, termasuk jadwal kerja bos mereka. "Permaisuri," kata staf itu dengan penuh hormat. "Saya sudah menunjukkan semua koleksi kami. Saya bersumpah, tidak berani menyembunyikan satu perhiasan pun dari Anda." "Siapa bilang aku ingin melihat perhiasan." Karina tersenyum ramah. "Aku ingin melihat ruang kantor bosmu sekaligus berbincang dengannya." *** Toko itu merupakan bisnis paling menguntungkan milik selir pangeran keempat. Wanita ini sangat ahli dalam berdagang dan pesonanya dianggap setara dengan Cleopatra, ratu Mesir legendaris. Cleo Eileen Roches. Eileen secara pribadi tidak menyukai Karina. Menurutnya, Karina hanya seorang pendatang yang beruntung bertemu Pangeran Daniel saat dia tidak bisa berpikir jernih. Mendengar Karina datang ke toko, Eileen mengangkat sebelah bibirnya. Melihat Karina berputar-putar tanpa membeli membuat hatinya terasa geli. "Wanita itu punya selera yang bagus juga." "Tunggu, kenapa dia berjalan ke arah kantorku?" Eileen mendengus kesal. Jadwalnya terlalu padat untuk menyambut tamu dadakan. Namun, dia tahu bahwa menolak Karina bisa menimbulkan masalah lebih besar. "Masuk," kata Eileen dengan nada yang dipaksakan ramah. Karina membuka pintu dan melangkah masuk. Ruang kantor Eileen dihiasi dengan gaya minimalis namun elegan. Di balik meja besar, Eileen duduk dengan penuh wibawa, menatap Karina dengan sorot mata yang tajam. "Permaisuri Karina, apa yang bisa saya bantu?" tanya Eileen dengan senyum yang penuh arti. "Aku ingin berbicara tentang toko ini dan rencana masa depannya," jawab Karina, duduk dengan anggun di kursi di depan Eileen. Eileen menyilangkan tangannya di depan dada, mencoba menyembunyikan rasa tidak senangnya. "Baiklah, mari kita bicara." Karina tidak basa basi, dia langsung mengeluarkan kartu Black Diamond atas namanya dan meletakkan di atas meja. "Aku ingin membeli semua perhiasan di toko ini." Matanya berkilat nakal, "Dan perhiasan di lehermu." Eileen refleks melindungi lehernya. Wajahnya merah padam mendengar keinginan sombong Karina. Imajinasi Eileen yang liar membawanya kepada kesimpulan yang sesat. Eileen mengira Karina ingin melucuti dan menelanjanginya. "Jangan sombong kau!" Eileen bangkit, tangannya terkepal, meja dipukul dengan begitu kuat. Karina sangat terkejut. Terkejut karena tidak menyangka perkiraannya benar. Kemarin Daniel memberikan kuliah singkat tentang sifat lawan pertama Karina. Daniel menjelaskan dengan raut wajah sangat serius. "Cleo Eileen Roches. Dia istri kedua pangeran keempat. Secara sifat dia sangat mirip dengan adik ketigaku. Dia dingin, keras kepala, sok berkuasa, dan sangat sensitif. Kalau mau mengalahkannya kamu harus lebih sombong darinya. Apa kamu sanggup?" Tanya Daniel. Karina terenyuh mengingat kejadian semalam. Benar-benar lucu. Daniel dan Kirana belajar sampai larut malam. Mempelajari cara menaikkan ego Karina setinggi mungkin. Sebagai sarjana psikologi Karina jarang mendahulukan egonya saat berurusan dengan orang, apalagi harus meninggikan egonya. "Kamu harus bisa mendominasi Eileen. Egomu harus lebih tinggi ... Baru bisa memanipulasinya." Daniel meletakkan kapur di atas meja. "Dan setelah dia menggigit umpan kamu, kamu bisa mengontrolnya." Karina memejamkan mata. Dia tidak boleh emosi atau semua rencananya dan rencana Pangeran Daniel akan berantakan. "Aku harus lebih sombong dari Eileen. Kemudian membuatnya kehilangan kesabaran. Awalnya, kukira misi ini sulit. Ternyata memancing amarahnya sangat mudah." Eileen menyadari kekeliruannya. Dia segera menenangkan diri dengan mengatur nafas, namun, Karina tidak membiarkannya menenangkan diri. "Kamu dengar tidak? Aku ingin membeli semua perhiasan di toko ini termasuk yang ada di lehermu. Kamu pernah memasang harga untuknya kan? Kalau kamu segitunya perlu uang aku bisa berbaik hati menambahkan jumlahnya." Karina menunjukkan senyum miring yang sangat menghina di mata Eileen. "Maksudmu?" "Maksudku ... aku bersedia membayar lebih demi membantu iparku yang sedang kekurangan uang. Bersyukurlah aku masih menganggapmu ipar meskipun statusmu di keluarga ini hanya selir." Jleb! Kata-kata Karina menusuk sampai ke palung terdalam hati Eileen. Begitu juga dengan Karina. Hatinya ikut terluka. Itu adalah kalimat paling kasar yang pernah keluar dari mulutnya. "Kamu ... Kamu benar soal itu," kata Eileen lemah. Reaksi Eileen diluar dugaan Karina dan Daniel. Dikira Eileen akan murka lalu kehilangan ketenangan. Saat itu terjadi, Karina bisa dengan mudah mengontrolnya. Tetapi, istri kedua pangeran Adam itu ternyata tidak bodoh. Alih-alih jatuh ke perangkap dia malah membuat Karina jatuh ke perangkapnya. "Akhir-akhir ini pangeran Adam jarang mengunjungiku, padahal aku sedang mengandung anak kedua dari pernikahan kami. Bahkan aku harus mencari biaya hidupku sendiri sebab nafkah suamiku tidak selalu cukup." Eileen memegang perutnya, kepalanya menunduk, matanya diam-diam melirik ke wajah Karina yang mulai terhasut. "Bagaimana ini? Haruskah aku melanjutkan ini lain hari?" ucap Karina dalam hati. Karina teringat kata gombal pangeran Daniel kemarin malam. Saat mereka sedang olahraga malam, Daniel mengatakan sesuatu yang membuka mata hati Karina. Daniel berkata, "Tipu daya wanita sangat dahsyat. Aku sudah tertipu oleh kecantikanmu, suaramu, perilakumu, keberanianmu. Dan sekarang aku ingin menjadikan kamu sama dengan wanita di khayalanku. Kamu milikku." Tipu daya wanita sangat dahsyat. Karina bangun di tengah permainan kata-kata Eileen."Aku takkan jatuh dalam perangkapku, Hehee ... " ucap Eileen dalam hati. Selagi Karina kebingungan, Eileen memasukkan tangan kirinya ke laci, mengambil surat yang diperlukan Karina untuk mengesahkan pembelian skala besar lalu meremasnya sampai rusak. Dengan santainya kertas itu jatuh dari tangannya ke tong sampah. "Benarkah kamu sedang hamil? Biar kuperiksa perutmu. Kalau ternyata yang kamu katakan itu benar, itu bisa jadi senjata itu melawan suamimu." Kejujuran Karina membuat Eileen terkejut. "Jika suamimu segitu tidak sayangnya padamu, aku bisa membantumu mendapatkan cintanya kembali." Eileen semakin mati kata. Karina lebih hebat dari perkiraannya. Sekarang posisi mereka mulai terbalik. Eileen menunjukkan perutnya. Dia tidak bisa mengelak karena sedang terakting sebagai istri yang tersakiti. Jika tiba-tiba dia melawan maka akan menegaskan sebuah dusta. "Sebagai sesama wanita dan juga sama-sama sedang hami
Karina terlihat lebih cantik hari ini. Sebagai calon permaisuri masa depan, Karina harus tampil semenawan mungkin dan tidak boleh menunjukkan kecacatan di mata publik. Di hadapan ratusan pasang mata dan kamera Karina menunjukkan senyum terbaiknya. Seorang wanita lulusan jurusan psikologi bisa menampilkan senyum natural yang tidak dicurigai oleh siapapun. "Nyonya Karina Roches, mohon berikan pendapat anda soal produk-produk Royal Roches." Pinta seorang wartawan wanita berwajah blasteran. "Kenapa anda tiba-tiba memborong produk-produk itu kemudian menjualnya kembali di tempat anda?" timpal Wartawan pria di sebelahnya. Sebentar saja para wartawan melemparkan berbagai pertanyaan, mereka terdiam saat mendengar suara tawa lembut yang menggetarkan hati. Karina akhirnya mulai menjawab pertanyaan satu persatu. Intonasinya halus bercampur tegas. Membuat orang yang mendengarnya merasa terhipnotis. Suara Karina sangat unik dan khas sehingga
Karina pulang jam 8 malam. Sebentar lagi suaminya akan pulang dan Karina belum bersiap-siap. "Aku harus secepatnya ganti baju ke mode istri seksi. Sebaiknya aku pakai lingerie warna apa malam ini?" Karina ingin bertanya ke Storm. Si bodyguard itu katanya pandai memuaskan laki-laki, tapi Karina terlalu malu untuk mengatakannya. Storm melihat tingkah tidak biasa Karina, berpikir majikannya itu sedang mengalami Morning Sickness. Storm pun dengan sigap mengantar Karina ke kamar mandi. "Muntahlah sepuas anda. Saya akan berjaga disini. Tidak perlu buru-buru, saya pernah berada di posisi anda." kata Storm sambil mendorong punggung Karina perlahan. "I—iya, terima kasih Storm." Karina tidak menyadari keberadaan mobil permaisuri Lydia di halaman rumahnya. Malam itu langit seolah tidak menurunkan cahaya seperti malam-malam sebelumnya dan lampu halaman pecah akibat terlalu tua. Ditambah mobil permaisuri Lydia berwar
Dalam pernikahan selalu ada pahit dan manisnya. Pangeran Daniel tidak pernah menyangka ibu yang selama ini membesarkannya akan bertindak begitu kejam pada wanita nomor dua paling dia cintai dalam hidupnya. Pangeran Garam tidak bisa berkata-kata. Ini adalah pernyataan perang secara terbuka. Ibu mereka mungkin sudah angkat tangan perkara pangeran Daniel dan memilih mendukung putranya yang lain. "Beraninya ibu memukuli kamu!! Dia pikir dia siapa?!" "Sudahlah mas, biar bagaimanapun dia itu ibumu." Karina tidak sanggup membendung air matanya. Daniel tidak habis pikir. Setan apa yang merasuki ibunya sampai bertindak sedemikian kejam? "Malam ini juga kita ke rumah ibu! Tidak akan kubiarkan dia beristirahat dengan tenang setelah apa yang dia lakukan padamu! Akan kukembalikan setiap serangannya padamu!" Karina terkejut dan gesit memeluk suaminya. Dia sudah hilang akal. Memukul permaisuri sama saja dengan bunuh diri.
Malam yang sangat seru. Bulan bersinar terang di akhir perjalanannya menyusuri malam. Di sisi lain dunia, matahari mengintip dari kaki langit. Dua kubu yang berselisih dipimpin oleh pangeran Daniel dan Pangeran Garam melawan orang tuanya sendiri, Yang Mulia Raja dan Permaisuri Lydia. Pangeran Daniel sangat puas bisa melihat wajah ibunya hari ini. Dia berkata, "Ibu, jangan salahkan aku semua ini terjadi. Ibulah yang menyerang kami lebih dulu." Mata pangeran Daniel melotot tajam, jantungnya berdebar kuat, amarahnya memuncak. Yang Mulia Raja memberi kesempatan istrinya untuk menjelaskan sementara dia mengawasi dari belakang. "Kamu masih menganggap wanita tidak tahu diri itu istrimu! Astaga Daniel. Kena sihir apa kamu sebenarnya?" "Aku tidak sedang kena sihir. Justru ibulah yang tersihir oleh setan! Kenapa ibu memukuli Karina? Dia itu sedang mengandung anakku bu! Cucu ibu juga!!" tutur Daniel dengan hati tercabik-cabik. S
Karina mengingat setiap bait kata yang terucap dari mulut suaminya. Sebesar itukah cinta Daniel kepadanya? Sampai bersumpah akan mengembalikan pukulan yang diterima Karina. Karina tahu pangeran Daniel berangkat pagi-pagi sekali bersama belasan orang. Yang tidak Karina ketahui adalah ... Belasan orang itu masing-masing membawa 50 orang, siap menyerang kediaman Yang Mulia Raja. "Hatiku sangat gelisah. Sekarang pangeran Daniel pasti sudah sampai di rumah Raja dan bertengkar dengan ibunya." Sepintar-pintarnya Karina dia tetaplah mantan rakyat jelata yang tidak pernah bersenggolan dengan keluarga kerajaan. Sederhananya, Karina tidak tahu CARA MAIN anggota kerajaan.Karina mengambil ponselnya. Mengetuk ikon WhatsApp, membaca beberapa pesan dari ibunya lalu memastikan apakah Storm masih aktif.[Karina : Storm, kalau kau ada di depan pintuku, tolong beri kode tiga kali ketukan. Aku akan membukakan pintu.]Storm memang sedang berjaga d
"Aduh!" Permaisuri Sylvana memukul punggung suaminya. "Kamu marah aku membantu kakak ipar?" "Tidak." jawab Sylvana singkat dan lembut, tangannya sibuk mengurus luka sayatan benda tajam di punggung Pangeran Garam. Berbeda dengan Pangeran Daniel yang menyembunyikan luka tembaknya dari istrinya, Pangeran Garam justru tidak mau diobati orang selain istrinya. Dengan cekatan, Sylvana menjahit luka lalu menutupnya dengan perban. Sylvana pun menasihati Pangeran Garam, "Aku tahu kamu kuat. Tapi kamu juga tidak abadi. Kalau situasi berubah berbahaya, pulanglah! Lebih baik kita mempertahankan rumah dan mati bersama daripada tubuhmu di lempar ke lubang dan hilang selamanya." Saat mengatakan itu Sylvana mengusap matanya beberapa kali. Pangeran Garam terdiam sebelum berkata, "Maaf. Lain kali tidak akan seperti ini lagi." lalu menarik tubuh Sylvana ke dalam pelukan hangatnya.Dipeluk oleh tubuh sixpack sang pangeran membuat
[Karina Roches : Selamat siang semuanya, aku Karina Roches, senang berkenalan dengan kalian yang membalas chat ku.] Hanya dengan begitu banyak perempuan yang ingin berkenalan dengan Permaisuri Karina, dan menjalin pertemanan dengannya. "Bagus, banyak juga yang tertarik padaku." gumam Karina. Storm kebetulan mendengarnya. Storm tersenyum saja di belakang majikannya. Tangannya selalu terlipat ke belakang, siap menarik karambit jikalau musuh menyerang. "Aku takkan membuat kesalahan yang sama lagi." batin Storm. Sambil scroll ruang obrolan, Karina menetapkan plan berikutnya. Darina Fallen City didirikan dengan uang suaminya. Satu minggu kemudian, setengah dari perhiasan yang dibeli dari toko Royal Roches terjual habis. Jadi, rencana Karina berikutnya adalah menetapkan strategi promosi. "Bagaimanapun caranya sisa perhiasan harus terjual. Kami berhasil menjual produk-produk kelas menengah den