Aula mansion keluarga Roches. Mansion termegah di dunia. Pesta pernikahan terbesar digelar demi sepasang insan yang akan menyatukan tali merah pernikahan. Sang mempelai pria tidak lain tidak bukan adalah pangeran mahkota kerajaan Austria, Daniel Roches.
Berdiri di depannya, seorang wanita cantik jelita namun dengan latar belakang yang buruk. Wanita itu bernama Karina Landau. Seorang gadis desa yang beberapa kali gagal menikah karena kelakuan buruk keluarganya. Keluarga Karina terkenal suka memeras calon suami Karina bahkan sebelum mereka menikah. Karena itulah mereka dijauhi, terutama anak tertua mereka yang masih gadis jadi dipandang wanita matre karena ulah keluarganya yang tidak tahu malu. "Pokoknya kamu harus menikah dengan Daniel Roches! Tak masalah jadi istri utama ataupun jadi selir! Yang pasti kamu harus menikah dengannya! Hanya ini satu-satunya cara mengangkat derajat keluarga kita Karina!" Tegas sang ayah satu jam setelah Daniel Roches mengirimkan surat lamaran. "Baik ayah. Akan kulakukan. Aku berjanji akan menerima lamaran tuan Roches dan .... mendampinginya sebagai istri maupun selir," sahut Karina dengan wajah basah oleh air mata. Bukannya Karina tidak mencintai Daniel. Siapa yang tidak jatuh cinta kepada putra mahkota yang tampan dan lembut. Ditambah lagi harta kekayaannya yang tidak main-main, membuat kehidupan Karina terjamin sampai mati. Tapi, seakan ada batu yang mengganjal di hati. Karina tidak tega kalau Daniel menjadi korban kejahatan keluarganya yang berikutnya. Karina tidak tega jika putra mahkota yang baik hati itu merasakan pemerasan brutal karena menikahinya. Acara terus berlanjut. Daniel tersenyum tipis ketika akan memasangkan cincin ke jari manis Karina. Namun, tiba-tiba .... Karina menarik tangannya dari belaian lembut Daniel. "Kenapa Karina? Kamu ragu menikah denganku?" Karina tidak langsung menjawab. Perubahan situasi di atas pelaminan akhirnya disadari oleh para hadirin dan keluarga mempelai. "Aku yakin, mas. Tapi .... Beban di hatiku masih terlalu banyak. Aku belum mampu melepaskan semua beban ini. Aku tidak mau keluargaku membebanimu yang sedang dalam kompetisi mempertahankan tahta putra mahkota. Aku tidak mau .... Kalau sampai aku menjadi kelemahan terbesarmu," kata Karina dengan mata basah. Di tempat yang tidak terlalu jauh dari pelaminan, tepatnya di belakang panggung pelaminan, seorang pria dengan setelan tuxedo merah menyala dari atas sampai bawah sedang menikmati segelas anggur eksklusif. Tangannya bergetar hebat mendengar percakapan antara Karina dan Daniel di atas panggung. Tidak kuasa menahan senyum dan kegembiraan. "Anda memilih wanita yang tepat sebagai istri anda, yang mulia pangeran. Gadis itu tidak hanya sadar diri, dia juga sangat peduli terhadap anda." Minum beberapa teguk kemudian mengisi gelas lagi, "Sayangnya banyak orang tidak mengerti cinta dan berusaha mencelakai anda. Lebih disayangkan lagi, saya tidak sanggup menghentikan serangan saudara anda, yang mulia pangeran Laros." Daniel terus berusaha meyakinkan Karina, bahwa semua akan baik-baik saja. Daniel tahu sesuatu yang buruk akan terjadi setelah pesta pernikahan ini berakhir. Karena itulah dia sudah menyiapkan sebuah rencana untuk memastikan istrinya selamat. "Karina sayang, kamu takkan menjadi beban bagi siapapun. Aku berjanji. Sebesar apapun pertempurannya, segila apapun serangan adik-adikku, seterpuruk apapun diriku, aku akan membuatmu bahagia." Daniel menyapu air mata Karina sebelum air mata itu melunturkan make up calon istrinya. "Aku adalah putra mahkota. Berbanggalah, sayangku. Aku akan mencintaimu apapun yang terjadi. Maukah kamu melakukan hal yang sama?" Karina tidak bisa tidak terharu mendengar janji-janji manis itu. Senyuman kebahagiaan mengembang di wajahnya. "Iya, aku berjanji akan mencintaimu apapun yang terjadi." Daniel melanjutkan proses pemasangan cincin yang tertunda. Para penonton bertepuk tangan. Pendeta mempersilahkan Daniel dan Karina berciuman untuk membuka kisah cinta mereka yang berliku-liku. Pria dengan setelan merah menyala menangis haru di belakang panggung. Keluarga mempelai wanita tampak bahagia, kontras sekali dengan wajah-wajah keluarga mempelai pria yang nampak tidak senang. Semuanya cemberut kecuali ayahanda Daniel, sang baginda raja Austria. Suasana terasa romantis. Tangis haru mengiringi pesta yang meriah. Tapi, ada sesuatu yang mengganjal di hati orang-orang yang hadir malam ini. Kenapa mempelai wanita tampak tidak bahagia? Kenapa keluarga mempelai pria nampak tidak senang? Dan, kemana pula pangeran-pangeran lain yang harusnya turut memberkati pernikahan kakak tertua mereka? Perasaan tidak enak perlahan menghinggapi hati tamu-tamu undangan. Para pangeran itu sebenarnya sedang berperang satu sama lain guna mendapatkan tahta putra mahkota milik Daniel. Semua tamu undangan tahu tentang perang itu. Tapi mereka tidak menyangka para pangeran akan menunjukkan permusuhan secara terang-terangan seperti ini. Tak ayal, kelakuan para pangeran yang tidak menghargai kakak tertua mereka membuat baginda raja Alphonse Roches naik pitam. "Karina, aku berjanji akan melindungimu dari apapun." Bisik Daniel yang sudah tidak tahan ingin membawa Karina ke kamar. Karina mengangguk. Gadis itu berusaha membuang jauh-jauh pikiran buruk tentang pangeran-pangeran yang tidak hadir. Hati kecilnya berkata keempat pangeran itu mungkin sedang merencanakan sesuatu yang buruk. Entah mengumpulkan pasukan atau menyiapkan jebakan. Yang pasti sesuatu yang akan menyakiti dan menjatuhkan Daniel dari statusnya saat ini. "Sayang, tidakkah kamu merasakan sesuatu yang janggal? Kemana adik-adikmu di hari bahagiamu?" Tanya Karina sedikit merasa takut. "Mereka pasti sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Tidak usah dihiraukan, mereka tidak akan melakukan hal buruk selama ayah dan keluarga besar ada disini. Mereka juga tidak akan bisa menyakiti kita di depan publik ataupun mengirim seseorang untuk mencelakai kita." Karina tampak pucat. Rasa takutnya tidak kunjung reda sebab musuh Daniel tidak hanya satu melainkan ada empat orang. Dan mereka semua adalah adik kandung Daniel yang tidak puas dengan keputusan ayah mereka. "Sayang, kapan pesta ini selesai?" "Tiga jam lagi." "Lalu kemana kita akan pulang setelah ini?" "Kita tidak akan pulang." "Eh .... Maksud kamu bagaimana?" Daniel membelai rambut Karina yang terkepang dengan lembut. Senyum hangat tidak henti-hentinya menghiasi wajah pria berusia 30 tahun itu. Di hadapan istrinya yang ketakutan, Daniel menjelaskan dengan lembut. Mulai dari memperkenalkan nama gedung tempat resepsi pernikahan digelar. Tempat mereka berada saat ini. "Tempat ini dikenal dengan nama Royal Rumbling. Disini adalah wilayah hukum ketat. Siapapun yang melanggar akan dikenakan sanksi turunan. Tempat suci milik pendeta Laurens yang tidak tersentuh oleh dunia luar dan tidak terikat oleh kerajaaan. Semua itu berkat persahabatan ayah dengan pendeta Laurens yang membuat wilayah ini dilindungi hukum absolut." Daniel menurunkan tangannya lalu meremas tangan Karina lembut. "Selama berada disini, kita aman. Adik-adikku yang pengecut takkan berani melanggar peraturan disini." Daniel memberi kode pada pria bersetelan merah menyala. Bersiaga untuk segala sesuatu! Pria bersetelan serba merah mengangguk pelan kemudian menghilang diantara kerumunan tamu.Karina hampir terlelap saat menyandarkan pipinya di bahu pangeran Daniel. Terbayang pertemuan pertama mereka yang baru seumur jagung. Sekitar dua bulan yang lalu, di cafe kecil tempat Karina membanting tulang, Karina bertemu dengan pangeran Daniel yang sedang menyamar menjadi pembeli biasa.Karina memiliki ilmu psikologi yang mumpuni. Dia menyadari kesedihan dan keletihan sang pangeran dari sorot matanya. Karena itu, Karina pun duduk di depan pria itu. Menawarkan diri menjadi teman curhatnya selama semalam, tanpa tahu kalau yang dia ajak bicara itu sebenarnya pangeran Daniel.Daniel merasakan kehangatan dari setiap kata-kata dan gestur tubuh Karina. Dari sanalah benih-benih cinta perlahan tumbuh. Sang pangeran membuka identitasnya, membuat kegaduhan, lalu kabur sambil menggandeng Karina. Untuk pertama kalinya, Karina naik sebuah limosin. Daniel memutuskan mengajaknya jalan-jalan menyusuri keindahan kota Wina.Cerita bergulir kembali ke pernikahan Karina da
Tidak terasa dua bulan sudah Karina tinggal di Mansion Royal Rumbling. Dalam waktu dekat mereka akan pindah ke rumah baru yang terletak jauh di luar kota. Lokasi itu dipilih oleh Daniel karena suasananya cocok untuk merawat ibu hamil.Setelah dua bulan menikah, Karina akhirnya mengandung anak pertama pangeran Daniel. Kabar ini disambut baik oleh pengikut pangeran Daniel tapi tidak disambut dengan baik di kalangan keluarga besar Roches.Mereka menduga kehamilan Karina yang terlalu cepat sebagai pertanda kalau Karina sudah 'berisi' sejak sebelum menikahi pangeran Daniel. Tentu saja semua itu tidak benar.Namun yang paling mengejutkan Karina adalah perubahan sikap pangeran Daniel yang perlahan-lahan. Awalnya pangeran Daniel selalu bahagia saat Karina memasak untuknya tapi sekarang sikapnya tidak sebahagia dulu lagi. Tidak hanya itu, selama tinggal berdua di rumah baru. Karina beberapa kali diteror oleh sepucuk surat berisi ancaman pembunuhan.Seolah
Setelah itu, mereka berjalan menuju bagian perhiasan. Daniel meminta Karina untuk memilih sebuah kalung yang paling istimewa di hatinya. Karina memilih sebuah kalung berlian yang bersinar dengan kilauan yang hampir seperti bintang di langit malam. Daniel mengeluarkan kartu Black Diamond-nya dan membayar kalung itu secara kontan.Setelah berbelanja, Daniel membawa Karina ke restoran bintang lima di atap pusat perbelanjaan tersebut. Mereka duduk di meja dengan pemandangan kota yang menakjubkan di bawah mereka. Makan malam mewah disajikan dengan anggur terbaik, dan untuk sesaat, masalah yang mereka hadapi tampak seperti sesuatu yang jauh."Sekarang, mari kita nikmati malam ini dan lupakan semua kekhawatiran kita," kata Daniel sambil menggenggam tangan Karina. "Kita bisa menghadapi semua masalah itu besok, bersama-sama."Karina mengangguk dan tersenyum, merasa sedikit lebih ringan. Malam itu, mereka menikmati makanan lezat, tertawa bersama, dan berba
Niat Daniel mendamaikan istri dan ibunya ternyata mendapat pertentangan dari baginda raja Alphonse Roches yang sudah terpengaruh mulut beracun istrinya.Baginda raja mempertanyakan kelayakan Karina sebagai permaisuri putri atau istri dari pangeran mahkota. Seperti yang kita semua tahu, seorang menantu memiliki kewajibannya masing-masing tidak terkecuali Karina."Selama ini istrimu sudah merasakan manfaat menjadi menantu raja. Tapi sudahkah dia memberi manfaat untuk kita?" Tanya sang raja dengan lugas sambil melirik ke kalung baru Karina."Ayah .... Istriku sedang hamil, apakah melahirkan pewaris tidak cukup untuk ayah?" Daniel membela Karina."Melahirkan pewaris itu nanti, kalau dia berhasil melahirkannya dengan sehat."Pangeran Daniel ingin mendebat tapi bibirnya kalah cepat melawan ayahnya. "Begini saja Daniel. Istrimu tidak bisa diharapkan meringankan bebanmu. Ayah sarankan, ceraikan saja dia setelah melahirkan anaknya. Lalu, kamu meni
"Karina ... "Daniel menyentuh rambut Karina dengan lembut. Semerbak parfum seketika tercium dari leher wanita yang baru berusia 24 tahun itu.Karina tidak menjawab. Mulutnya masih berat untuk berkata-kata.Daniel menaruh tangannya di tempat yang dirasanya tepat, kemudian merangkul istrinya. Lagi-lagi aroma memabukkan memenuhi hidungnya.Daniel tidak pernah mengendus istrinya sedekat ini. Sebenarnya, dia pria yang buruk di ranjang. Daniel tidak pernah menyisakan cukup tenaga untuk memuaskan Karina.Untungnya Karina adalah wanita polos yang sampai menikah masih menjaga keperawanan. Jadinya ketidakbecusan Daniel di ranjang tidak terlalu mengganggunya."Katakan sesuatu. Apa kamu serius ingin membuktikan diri?"Karina membuka bibirnya. Pertanyaan Daniel menyulut semangatnya."Iya. Katakan saja apa yang bisa kubantu.""Maaf. Karena akulah kamu diremehkan. Sejujurnya, aku tidak menyangka ibu akan menentang sa
"Aku tidak akan menunjukkan wajah sampai berhasil mengambil alih kepemilikan toko Royal Roches. Sebagai langkah awal dari pembuktian diriku, aku berjanji tidak akan gagal," kata Karina dengan mantap."Ya, semoga berhasil, Karina." Daniel mengecup dahi Karina untuk terakhir kalinya.Dengan penuh percaya diri, Karina melangkah memasuki pelataran toko Royal Roches. Toko itu berdiri megah dengan arsitektur bergaya Eropa klasik, jendela-jendelanya besar dengan kaca patri yang berwarna-warni, memantulkan sinar matahari menjadi kilauan indah. Pintu masuknya besar dan berat, terbuat dari kaca dengan ukiran rumit, menunjukkan kemewahan dan prestise."Selamat datang, tamu yang terhormat. Saya lihat suami Anda tidak datang bersama Anda," sapa seorang wanita penjaga pintu dengan ramah."Oh, kamu melihat suamiku. Berarti kamu sudah tahu aku siapa, kan?""Tentu saja, Nyonya Roches.""Bagus. Aku butuh pemandu untuk melihat-lihat tempat ini."
"Aku takkan jatuh dalam perangkapku, Hehee ... " ucap Eileen dalam hati. Selagi Karina kebingungan, Eileen memasukkan tangan kirinya ke laci, mengambil surat yang diperlukan Karina untuk mengesahkan pembelian skala besar lalu meremasnya sampai rusak. Dengan santainya kertas itu jatuh dari tangannya ke tong sampah. "Benarkah kamu sedang hamil? Biar kuperiksa perutmu. Kalau ternyata yang kamu katakan itu benar, itu bisa jadi senjata itu melawan suamimu." Kejujuran Karina membuat Eileen terkejut. "Jika suamimu segitu tidak sayangnya padamu, aku bisa membantumu mendapatkan cintanya kembali." Eileen semakin mati kata. Karina lebih hebat dari perkiraannya. Sekarang posisi mereka mulai terbalik. Eileen menunjukkan perutnya. Dia tidak bisa mengelak karena sedang terakting sebagai istri yang tersakiti. Jika tiba-tiba dia melawan maka akan menegaskan sebuah dusta. "Sebagai sesama wanita dan juga sama-sama sedang hami
Karina terlihat lebih cantik hari ini. Sebagai calon permaisuri masa depan, Karina harus tampil semenawan mungkin dan tidak boleh menunjukkan kecacatan di mata publik. Di hadapan ratusan pasang mata dan kamera Karina menunjukkan senyum terbaiknya. Seorang wanita lulusan jurusan psikologi bisa menampilkan senyum natural yang tidak dicurigai oleh siapapun. "Nyonya Karina Roches, mohon berikan pendapat anda soal produk-produk Royal Roches." Pinta seorang wartawan wanita berwajah blasteran. "Kenapa anda tiba-tiba memborong produk-produk itu kemudian menjualnya kembali di tempat anda?" timpal Wartawan pria di sebelahnya. Sebentar saja para wartawan melemparkan berbagai pertanyaan, mereka terdiam saat mendengar suara tawa lembut yang menggetarkan hati. Karina akhirnya mulai menjawab pertanyaan satu persatu. Intonasinya halus bercampur tegas. Membuat orang yang mendengarnya merasa terhipnotis. Suara Karina sangat unik dan khas sehingga