Tidak terasa dua bulan sudah Karina tinggal di Mansion Royal Rumbling. Dalam waktu dekat mereka akan pindah ke rumah baru yang terletak jauh di luar kota. Lokasi itu dipilih oleh Daniel karena suasananya cocok untuk merawat ibu hamil.
Setelah dua bulan menikah, Karina akhirnya mengandung anak pertama pangeran Daniel. Kabar ini disambut baik oleh pengikut pangeran Daniel tapi tidak disambut dengan baik di kalangan keluarga besar Roches. Mereka menduga kehamilan Karina yang terlalu cepat sebagai pertanda kalau Karina sudah 'berisi' sejak sebelum menikahi pangeran Daniel. Tentu saja semua itu tidak benar. Namun yang paling mengejutkan Karina adalah perubahan sikap pangeran Daniel yang perlahan-lahan. Awalnya pangeran Daniel selalu bahagia saat Karina memasak untuknya tapi sekarang sikapnya tidak sebahagia dulu lagi. Tidak hanya itu, selama tinggal berdua di rumah baru. Karina beberapa kali diteror oleh sepucuk surat berisi ancaman pembunuhan. Seolah belum cukup dengan semua itu, ibu mertua Karina berkunjung setiap minggu hanya untuk menghina dan berlaku kasar kepadanya. Pangeran Daniel sudah meminta ke ibunya untuk berhenti mengganggu kehidupan mereka tetapi sang ibu tidak mau berhenti. Terkadang juga dia datang bersama menantu keluarga Roches yang lain dan kalian tahulah apa yang terjadi. Kekerasan verbal yang mengerikan dialami oleh Karina setiap kali keluarga Roches datang. "Kamu itu hanya beruntung bisa mencuri hati Daniel saat dia terpuruk! Lihatlah sekarang! Daniel mulai menjauh darimu karena dia menyadari kekeliruannya!" Kata permaisuri Lydia. "Ibu salah. Pangeran Daniel mencintaiku dengan tulus dan dia masih mencintaiku sampai sekarang!" Sahut Karina yang sudah muak dengan mulut beracun mertuanya. Mendengar pembelaan diri Karina, pecahlah tawa para bangsawan sombong itu. Kembali permaisuri Lydia menghina Karina dengan lebih kejam lagi, "Gelandangan memang tidak punya indera yang baik. Jelas-jelas Daniel menjauhinya tapi dia masih berhalusinasi dirinya adalah bidadari surga putraku. Sudahlah lonte, bawa tubuh kotormu dan bayi harammu keluar dari rumah ini." Glek! Terbakarlah amarah Karina. Dihina lonte dan anak haram sekaligus. Kenapa mereka tega menghina anakku yang belum lahir? Kenapa mereka begitu tega memfitnah aku berzina? "Jangan sembarangan ibu! Anak yang kukandung ini adalah anak suamiku, pangeran mahkota Daniel. Dialah yang meniduriku sampai bunting. Kalau ibu menghina anak ini lagi, aku bersumpah akan melaporkan ibu ke suamiku!" Ancam Karina dengan nada tinggi. Karina melarikan diri dan bersembunyi di kamar. Tangannya gemetar memegang ponsel yang jadi satu-satunya penyelamat. Malam itu, hujan deras mengguyur kota, seakan menggambarkan suasana hati Karina yang tengah berkecamuk. Di dalam rumah mewah mereka, Karina duduk di tepi ranjang, menggenggam erat selembar kertas dengan tangan gemetar. Air mata mengalir deras di pipinya, membasahi surat itu. Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan Daniel masuk, wajahnya lelah setelah seharian bekerja. "karina, ada apa?" tanyanya lembut, namun nada suaranya penuh kekhawatiran saat melihat keadaan istrinya. Karina berusaha menahan isak tangisnya, namun gagal. Dengan suara bergetar, dia berkata, "Daniel ... aku tidak tahu harus memulai dari mana..." Daniel mendekat, duduk di samping Karina, lalu merangkul bahunya. "Ceritakan padaku, sayang. Apa yang terjadi?" Karina menatap mata suaminya, mencari kekuatan. "Ini tentang Ibu," ucapnya pelan, hampir tak terdengar. "Ibu ... ibu sudah bertindak... Sangat keterlaluan," Mata Daniel menyipit, ketegangan tampak di wajahnya. "Apa maksudmu?" Karina menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Ibu... Dia membawa para adik ipar kesini. Dan... dan dia menghina menyebut aku pelacur dan ... Dan ... Menyebut anak kita anak haram," Isak tangisnya semakin menjadi-jadi, membuat kata-katanya terputus-putus. "Aku tidak tahan lagi sayang, kalau seperti ini terus aku bisa sakit," Karina mengusap wajahnya dengan kuat. Sebenarnya Daniel sudah tahu bagaiman perlakuan ibunya kepada Karina. Daniel selalu sibuk dengan kompetisinya sehingga tidak bisa melindungi Karina. Rambut Karina yang lembut menyentuh dada Daniel yang bidang. Ada rasa perih sekaligus marah setiap mendengarkan pengaduan istrinya itu. "Aku harus melakukan sesuatu. Kalau seperti ini terus Karina bisa kena mental. Apa kara orang nanti jika istri pangeran mahkota ditindas di rumahnya sendiri?" Pangeran Daniel menggertakkan gigi. "Selagi ada waktu akan kuselesaikan masalah Karina dengan anggota keluarga yang lain." Daniel menarik tangan istrinya yang lemah lalu menatap mata Karina dengan sayang. "Aku sudah menemukan solusinya sayang," "Benarkah?" Karina sedikit berharap. "Iya. Lusa nanti kita pergi ke rumah istana untuk membicarakan masalah ini dengan ayahanda." "Tapi solusi itu sudah pernah gagal dua kali sebelumnya. Aku takut mengganggu ayah mertua lagi," kata Karina ketakutan. "Aku janji. Kalau ibu tidak mau mendengarkan kali ini, aku akan melakukan bertindak tegas." "Bertindak tegas seperti apa Daan?" Daan adalah nama panggilan Karina untuk Daniel. Hanya digunakan saat berduaan. Daniel juga punya nama panggilan untuk Karina yaitu Kari. Daniel melemaskan badannya lalu berbaring di ranjang. Karina pun mengikuti sikap suaminya. "Pokoknya aku akan melakukan sesuatu. Tenang saja, selama ada aku mereka takkan berani menyakitimu," kata Daniel menenangkan Karina. "Baiklah sayang, aku percaya padamu," balas Karina dengan senyum tipis. Segala rasa jengkel, amarah, dan dendam terlupakan untuk sementara waktu. Daniel mengajak Karina menikmati kekayaannya selama semalam. Karina adalah istri dari pangeran mahkota, sudah seharusnya dia menikmati hidup bak ratu atau minimal setara putri. Pangeran Daniel menggenggam tangan Karina dengan lembut, mencoba menenangkan istrinya yang masih terguncang, "Karina, kita butuh waktu untuk menenangkan pikiran. Aku punya ide. Mari kita manfaatkan kartu Black Diamond dan keluar sejenak dari semua tekanan ini." Karina menatap Daniel dengan mata yang masih basah oleh air mata, tapi dia bisa melihat ketulusan dan kepedulian dalam mata suaminya. Meskipun hatinya masih berat, dia mengangguk pelan. "Baik, Daan. Mungkin itu bisa membantu." Daniel tersenyum, lalu menggenggam erat tangan Karina dan membawanya keluar dari istana. Mereka menaiki mobil mewah mereka, dengan Daniel yang menyetir sendiri. Tujuan mereka adalah pusat perbelanjaan paling eksklusif di kota, tempat di mana kartu Black Diamond mereka bisa digunakan untuk membeli apa saja dengan kontan. Sesampainya di sana, Daniel memimpin Karina memasuki butik-butik kelas atas. "Pilih apa saja yang kamu suka," katanya dengan suara lembut namun penuh keyakinan. "Hari ini, tidak ada batasan." Karina berjalan di antara rak-rak penuh gaun mewah, perhiasan berkilauan, dan barang-barang mewah lainnya. Satu per satu, dia mencoba beberapa pakaian dan aksesoris, sementara Daniel selalu ada di sisinya, memberikan pendapat dan dorongan dengan senyuman. Setelah beberapa saat, Karina mulai merasa sedikit lebih baik. Dia mencoba sebuah gaun biru yang indah, yang membuatnya tampak seperti ratu malam. Daniel bertepuk tangan pelan dan matanya bersinar dengan kekaguman. "Kamu tampak luar biasa, Karina." Karina tersenyum, mungkin untuk pertama kalinya sejak kejadian itu. "Terima kasih, Daniel. Kamu selalu tahu bagaimana membuatku merasa lebih baik."Setelah itu, mereka berjalan menuju bagian perhiasan. Daniel meminta Karina untuk memilih sebuah kalung yang paling istimewa di hatinya. Karina memilih sebuah kalung berlian yang bersinar dengan kilauan yang hampir seperti bintang di langit malam. Daniel mengeluarkan kartu Black Diamond-nya dan membayar kalung itu secara kontan.Setelah berbelanja, Daniel membawa Karina ke restoran bintang lima di atap pusat perbelanjaan tersebut. Mereka duduk di meja dengan pemandangan kota yang menakjubkan di bawah mereka. Makan malam mewah disajikan dengan anggur terbaik, dan untuk sesaat, masalah yang mereka hadapi tampak seperti sesuatu yang jauh."Sekarang, mari kita nikmati malam ini dan lupakan semua kekhawatiran kita," kata Daniel sambil menggenggam tangan Karina. "Kita bisa menghadapi semua masalah itu besok, bersama-sama."Karina mengangguk dan tersenyum, merasa sedikit lebih ringan. Malam itu, mereka menikmati makanan lezat, tertawa bersama, dan berba
Niat Daniel mendamaikan istri dan ibunya ternyata mendapat pertentangan dari baginda raja Alphonse Roches yang sudah terpengaruh mulut beracun istrinya.Baginda raja mempertanyakan kelayakan Karina sebagai permaisuri putri atau istri dari pangeran mahkota. Seperti yang kita semua tahu, seorang menantu memiliki kewajibannya masing-masing tidak terkecuali Karina."Selama ini istrimu sudah merasakan manfaat menjadi menantu raja. Tapi sudahkah dia memberi manfaat untuk kita?" Tanya sang raja dengan lugas sambil melirik ke kalung baru Karina."Ayah .... Istriku sedang hamil, apakah melahirkan pewaris tidak cukup untuk ayah?" Daniel membela Karina."Melahirkan pewaris itu nanti, kalau dia berhasil melahirkannya dengan sehat."Pangeran Daniel ingin mendebat tapi bibirnya kalah cepat melawan ayahnya. "Begini saja Daniel. Istrimu tidak bisa diharapkan meringankan bebanmu. Ayah sarankan, ceraikan saja dia setelah melahirkan anaknya. Lalu, kamu meni
"Karina ... "Daniel menyentuh rambut Karina dengan lembut. Semerbak parfum seketika tercium dari leher wanita yang baru berusia 24 tahun itu.Karina tidak menjawab. Mulutnya masih berat untuk berkata-kata.Daniel menaruh tangannya di tempat yang dirasanya tepat, kemudian merangkul istrinya. Lagi-lagi aroma memabukkan memenuhi hidungnya.Daniel tidak pernah mengendus istrinya sedekat ini. Sebenarnya, dia pria yang buruk di ranjang. Daniel tidak pernah menyisakan cukup tenaga untuk memuaskan Karina.Untungnya Karina adalah wanita polos yang sampai menikah masih menjaga keperawanan. Jadinya ketidakbecusan Daniel di ranjang tidak terlalu mengganggunya."Katakan sesuatu. Apa kamu serius ingin membuktikan diri?"Karina membuka bibirnya. Pertanyaan Daniel menyulut semangatnya."Iya. Katakan saja apa yang bisa kubantu.""Maaf. Karena akulah kamu diremehkan. Sejujurnya, aku tidak menyangka ibu akan menentang sa
"Aku tidak akan menunjukkan wajah sampai berhasil mengambil alih kepemilikan toko Royal Roches. Sebagai langkah awal dari pembuktian diriku, aku berjanji tidak akan gagal," kata Karina dengan mantap."Ya, semoga berhasil, Karina." Daniel mengecup dahi Karina untuk terakhir kalinya.Dengan penuh percaya diri, Karina melangkah memasuki pelataran toko Royal Roches. Toko itu berdiri megah dengan arsitektur bergaya Eropa klasik, jendela-jendelanya besar dengan kaca patri yang berwarna-warni, memantulkan sinar matahari menjadi kilauan indah. Pintu masuknya besar dan berat, terbuat dari kaca dengan ukiran rumit, menunjukkan kemewahan dan prestise."Selamat datang, tamu yang terhormat. Saya lihat suami Anda tidak datang bersama Anda," sapa seorang wanita penjaga pintu dengan ramah."Oh, kamu melihat suamiku. Berarti kamu sudah tahu aku siapa, kan?""Tentu saja, Nyonya Roches.""Bagus. Aku butuh pemandu untuk melihat-lihat tempat ini."
"Aku takkan jatuh dalam perangkapku, Hehee ... " ucap Eileen dalam hati. Selagi Karina kebingungan, Eileen memasukkan tangan kirinya ke laci, mengambil surat yang diperlukan Karina untuk mengesahkan pembelian skala besar lalu meremasnya sampai rusak. Dengan santainya kertas itu jatuh dari tangannya ke tong sampah. "Benarkah kamu sedang hamil? Biar kuperiksa perutmu. Kalau ternyata yang kamu katakan itu benar, itu bisa jadi senjata itu melawan suamimu." Kejujuran Karina membuat Eileen terkejut. "Jika suamimu segitu tidak sayangnya padamu, aku bisa membantumu mendapatkan cintanya kembali." Eileen semakin mati kata. Karina lebih hebat dari perkiraannya. Sekarang posisi mereka mulai terbalik. Eileen menunjukkan perutnya. Dia tidak bisa mengelak karena sedang terakting sebagai istri yang tersakiti. Jika tiba-tiba dia melawan maka akan menegaskan sebuah dusta. "Sebagai sesama wanita dan juga sama-sama sedang hami
Karina terlihat lebih cantik hari ini. Sebagai calon permaisuri masa depan, Karina harus tampil semenawan mungkin dan tidak boleh menunjukkan kecacatan di mata publik. Di hadapan ratusan pasang mata dan kamera Karina menunjukkan senyum terbaiknya. Seorang wanita lulusan jurusan psikologi bisa menampilkan senyum natural yang tidak dicurigai oleh siapapun. "Nyonya Karina Roches, mohon berikan pendapat anda soal produk-produk Royal Roches." Pinta seorang wartawan wanita berwajah blasteran. "Kenapa anda tiba-tiba memborong produk-produk itu kemudian menjualnya kembali di tempat anda?" timpal Wartawan pria di sebelahnya. Sebentar saja para wartawan melemparkan berbagai pertanyaan, mereka terdiam saat mendengar suara tawa lembut yang menggetarkan hati. Karina akhirnya mulai menjawab pertanyaan satu persatu. Intonasinya halus bercampur tegas. Membuat orang yang mendengarnya merasa terhipnotis. Suara Karina sangat unik dan khas sehingga
Karina pulang jam 8 malam. Sebentar lagi suaminya akan pulang dan Karina belum bersiap-siap. "Aku harus secepatnya ganti baju ke mode istri seksi. Sebaiknya aku pakai lingerie warna apa malam ini?" Karina ingin bertanya ke Storm. Si bodyguard itu katanya pandai memuaskan laki-laki, tapi Karina terlalu malu untuk mengatakannya. Storm melihat tingkah tidak biasa Karina, berpikir majikannya itu sedang mengalami Morning Sickness. Storm pun dengan sigap mengantar Karina ke kamar mandi. "Muntahlah sepuas anda. Saya akan berjaga disini. Tidak perlu buru-buru, saya pernah berada di posisi anda." kata Storm sambil mendorong punggung Karina perlahan. "I—iya, terima kasih Storm." Karina tidak menyadari keberadaan mobil permaisuri Lydia di halaman rumahnya. Malam itu langit seolah tidak menurunkan cahaya seperti malam-malam sebelumnya dan lampu halaman pecah akibat terlalu tua. Ditambah mobil permaisuri Lydia berwar
Dalam pernikahan selalu ada pahit dan manisnya. Pangeran Daniel tidak pernah menyangka ibu yang selama ini membesarkannya akan bertindak begitu kejam pada wanita nomor dua paling dia cintai dalam hidupnya. Pangeran Garam tidak bisa berkata-kata. Ini adalah pernyataan perang secara terbuka. Ibu mereka mungkin sudah angkat tangan perkara pangeran Daniel dan memilih mendukung putranya yang lain. "Beraninya ibu memukuli kamu!! Dia pikir dia siapa?!" "Sudahlah mas, biar bagaimanapun dia itu ibumu." Karina tidak sanggup membendung air matanya. Daniel tidak habis pikir. Setan apa yang merasuki ibunya sampai bertindak sedemikian kejam? "Malam ini juga kita ke rumah ibu! Tidak akan kubiarkan dia beristirahat dengan tenang setelah apa yang dia lakukan padamu! Akan kukembalikan setiap serangannya padamu!" Karina terkejut dan gesit memeluk suaminya. Dia sudah hilang akal. Memukul permaisuri sama saja dengan bunuh diri.