Home / Fiksi Remaja / Janji Amanda / 2. Idola Baru

Share

2. Idola Baru

Jam istirahat Amanda meminta Benny kembali ke tempat duduknya, tapi Benny menolak dengan alasan ternyata duduk sebangku dengan pacar sendiri itu menyenangkan. Dan Benny tidak pernah mau pindah. Membuat Amanda kesal.

"Ben, lo gimana, sih? Tempat lo itu kan di belakang, ngapain lo mau dudukin bangku gue? Ngaak. Gue nggak mau. Pokoknya lo harus pindah ke belakang. Gue nggak mau duduk sama cowok freak itu."

Amanda membicarakan Alvan tidak peduli walaupun cowok itu masih duduk di bangkunya. 'Sebodo amat!' Pikir Amanda.

Alvan juga tampaknya nggak peduli. Dia memilih untuk bangkit dan pergi keluar kelas, melewati Amanda dengan sikap cueknya.

Amanda melirik sinis ke arah perginya Alvan, kemudian kembali beralih ke Benny menyelesaikan masalahnya.

"Nggak mau." Benny bersikeras. "Gue udah ngerasa cocok duduk di bangku ini, Man. Udah sayang dan lengket banget sama bangku ini. Tahu gini, kenapa nggak dari dulu aja gue duduk di sini dan lo duduk di belakang."

"Banyak omong lo. Cepet sana pindah ke belakang!" Amanda menarik-narik tangan Benny yang mempunyai ukuran sebesar lengan anak balita itu.

Tapi Benny tetap bertahan, bahkan dia memeluk mejanya seperti memeluk pacarnya. "Nggak mau. Lagian kenapa sih, lo duduk di belakang? Di belakang tuh enak kali, Man. Kalo lo ngantuk, lo bisa tidur tanpa diketahui sama guru. Gue udah praktekin selama dua tahun terakhir. Percaya deh, sama gue."

"BENNY!" Amanda mulai kehabisan kesabaran. "Lo pindah, gih! Gue nggak mau duduk sama cowok sengak dan nyebelin kayak gitu."

"Namanya juga baru kenal, Man. Ntar lama-lama lo juga terbiasa, kok. Pokoknya gue nggak mau pindah tempat duduk. Nggak peduli bakalan ada gempa bumi, tsunami, atau meteor jatuh sekali pun gue nggak bakal pindah dari samping Natasha." Benny benar-benar serius dengan ucapannya.

Amanda sudah melepas sepatunya untuk memukul Benny, tapi melihat ada Natasha di sana membuat Amanda tidak jadi memukul Benny dengan posisi tangan di atas memegang sepatunya.

Lalu dengan kesal Amanda memakai lagi sepatunya dan pergi setelah melempar tatapan sebal pada Benny dan juga Natasha yang tidak membelanya sama sekali.

"Ben, lo yakin Amanda nggak bakal marah sama kita?" Natasha tampak khawatir dengan sikap Amanda.

"Tenang aja, Sayang. Pasti dia sebenernya juga pengertian kok, kalo kita ini emang pasangan serasi se SMA Kasuari yang nggak bisa dipisahkan oleh apa pun. Hehehehe .... "

"Mulai lagi deh, lebay-nya."

Benny cuma tertawa saja. "Eh, kita ke kantin, yuk. Laper, nih."

*

Dalam sekejap saja kehadiran Alvan di sekolah sudah menjadi 'idola' para cewek di sana. Saat dia makan sendirian di kantin aja langsung dikerubutin banyak cewek yang ikutan duduk di meja yang sama dengan Alvan.

Mereka terlihat sangat senang melihat cowok ganteng di sekolah mereka, masih baru pula. Pastinya masih fresh untuk didekati. Tapi apa Alvan termasuk ke dalam golongan cowok-cowok yang mudah didekati? Tentu saja tidak.

Beberapa pertanyaan dilontarkan oleh cewek-cewek itu, tapi apa tanggapan Alvan?

Cuek.

Dan berbagai pertanyaan yang ditanyakan cewek-cewek itu kira-kira seperti ini ....

"Eh, lo murid baru, ya? Nama lo siapa? Kenalan, dong."

"Lo anak kelas apa? Gue denger lo masuk ke kelas 12 IPA 2, ya? Wah, sayang banget harusnya lo masuk IPA 3 aja."

"Lo pindahan dari SMA mana? Dari luar kota, ya? Kenalan, dong."

"Hobi lo apa? Kalo dilihat-lihat kayaknya lo hobi main bola, ya? Ajarin gue, dong. Gue nih paling payah sama yang namanya main bola."

"Lo lebih suka makan gado-gado apa bakso? Kalo gue lebih suka bakso yang agak-agak pedes gitu. Gimana kalo kapan-kapan gue traktir lo makan bakso? Gue tahu tempat yang bagus dan enak."

"Kulit lo putih banget, sih? Lo selalu ngelakuin perawatan, ya? Atau emang udah bawaan lahir? Jarang banget ada cowok yang kulitnya putih."

Kira-kira semacam itu lah pertanyaan-pertanyaan tidak penting yang diterima Alvan dari para cewek yang mengerubutinya.

Sementara yang ditanya malah cuek-cuek bebek sambil melanjutkan makannya.

"Kalian nggak bisa diem bentar aja?" tanya Alvan dengan dinginnya tanpa melihat mereka sedikit pun, masih lebih memilih memandangi bakso yang dia makan. "Berisik banget dari tadi? Kalo mau ngegosip jangan di sini."

GRRRRR ....

Ucapan Alvan yang menyebalkan itu jelas membuat para cewek langsung kesal. Gimana tidak kesal coba, udah disamperin baik-baik malah diusir.

Mereka pun berdiri bersamaan dengan wajah kesal. Bahkan ada salah satu dari mereka yang sampai menggebrak meja saking kesalnya dengan sikap Alvan.

"Eh, lo anak baru nggak usah sok ganteng, deh," seru salah seorang cewek yang kesal dengan sikap Alvan yang menjengkelkan dan mengabaikannya itu.

"Kalo sikap lo kayak gini, jangan harap lo bakalan dapet temen di sekolah ini. Udah yuk, cabut." Cewek itu member aba-aba pada gengnya untuk pergi meninggalkan Alvan.

Alvan tampak tidak peduli saat gerombolan cewek itu pergi meninggalkannya. Justru dia senang karena dia bisa makan dengan tenang tanpa mendengarkan celotehan tidak penting dari mereka. Bahkan Alvan juga tidak peduli dengan tatapan aneh dari teman-teman yang lain yang berada di kantin itu.

Mereka juga sempat berbisik-bisik sambil melirik-lirik ke tempat Alvan. Tidak perlu banyak berpikir, mereka semua pasti membicarakan Alvan. Tapi bagi Alvan semua itu tidak menjadi masalah sedikit pun. Dia sama sekali tak peduli.

Benny dan Natasha sampai di kantin dengan kedua tangan masing-masing memegang sebuah nampan berisi makan siang pesanan mereka. Tapi tidak menemukan Amanda di sana.

"Lho? Si Amanda nggak ada di kantin, ya?" Kedua mata Benny menyapu seluruh kantin untuk mencari sahabatnya itu, tapi bukannya menemukan Amanda, dia malah menemukan Alvan yang sedang duduk sendirian.

Natasha ikutan mencari Amanda. "Tahu, tuh. Nggak biasanya dia nggak ke kantin pas istirahat. Dan lebih nggak mungkin juga dia ke kantinnya anak-anak kelas 10 dan 11. Jangan-jangan dia beneran marah lagi sama kita, Ben."

Tapi kelihatannya Benny tidak begitu mendengarkan apa yang dikatakan pacarnya itu, pandangannya fokus ke tempat Alvan dan dia sedang berencana untuk duduk bersama Alvan.

"Sayang, kita duduk di sana, yuk."

Natasha pun mengikuti kemana Benny mengajaknya.

Mereka sampai di tempat Alvan makan dan Benny langsung menyapanya dengan tampang riangnya.

"Hai, Van," sapa Benny yang langsung mengambil posisi duduk di depan cowok itu.

Natasha duduk di sebelah Benny. Dia tidak menyangka saja, Benny akan mengajaknya makan bersama Alvan. Tapi Natasha juga ingin tahu seberapa menyebalkannya sih, cowok itu sampai-sampai membuat Amanda kesal setengah mati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status