Beranda / Fiksi Remaja / Janji Amanda / 10. Kelompok Belajar

Share

10. Kelompok Belajar

Senyuman di wajah Amanda yang sudah sejak tadi dia pamerkan ke seluruh teman-temannya, mendadak mulai lenyap. Bisa-bisanya si Botol Kecap itu menolak keinginannya---setelah semua usaha yang Amanda lakukan untuk bangun pagi dan membuatkan omelet spesial.

Meskipun sebenarnya berat sekali melepaskan traktiran gratis setahun itu, tapi Benny tetap pada pendiriannya untuk tidak akan pernah pindah dari bangkunya. Bahkan dia terlihat sangat menikmati duduk di bangku yang sudah lama ingin didapatkan Amanda lagi itu.

“Gue nggak bakal pindah. Apa pun yang terjadi. Gue akan selalu ada di dekat pacar gue tersayang.” Benny dengan bAlvannya merangkul Natasha yang menatap khawatir pada Amanda karena Amanda pasti marah besar.

“Kenapa sih, lo ngotot banget tetep mau duduk di sini?” Amanda mulai kesal. “Lo sengaja mau bikin gue marah, ya?”

Semua teman-teman yakin pasti akan ada kejadian heboh antara Amanda dan Benny kalau saja bel tanda masuk kelas tidak berbunyi. Untung saja bel penyelamat kekacauan itu segera berbunyi sehingga Amanda tidak jadi marah-marah pada Benny.

Dia berjalan melewati Benny dan melemparkan bekal makanan ke meja Ricko.

“Ini buat apaan, Man?” tanya Ricko heran dengan kotak bekal di mejanya.

“Buat lo,” sahut Amanda judes sambil duduk di bangku yang sepertinya selamanya akan menjadi bangkunya. Karena Amanda sudah kehabisan akal untuk pindah dari sana.

Ricko pun langsung senang mendapatkan bekal itu. “Wah ... makasih ya, Man. Lumayan banget nih, buat ngirit uang jajan gue hari ini.”

Amanda duduk dengan muka ditekuk dan bibir manyun.

Alvan memanfaatkan kesempatan ini untuk kembali melontarkan ledekan-ledekan menyebalkan untuk Amanda. “Kenapa? Kesel, ya?”

Di dunia ini ada beberapa hal yang malas Amanda lakukan. Dan salah satunya adalah membalas ucapan cowok menyebalkan di sebelahnya itu. Amanda hanya melirik sinis ke arahnya seperti biasanya. Dia tahu pasti cowok itu sekarang senang melihatnya gagal dalam rencana.

“Ternyata selain malas belajar dan tukang nyontek, lo juga tukang nyogok, ya? Sukanya menyuap dan merayu orang lain buat ngedapetin apa yang lo mau.”

Amanda mendelikkan matanya. Lagi-lagi berusaha menahan amarahnya. Lagi tidak mood untuk berantem. Kalau diteruskan, dia akan jadi bete seharian. Amanda capek bête terus.

Alvan semakin senang karena melihat Amanda termakan ejekannya. “Kalo lo nggak mau duduk sama gue, ya silahkan aja lo duduk dimana aja yang lo mau. Lo boleh kok, duduk lesehan di lantai kelas ini.”

Sepertinya Amanda gagal untuk menahan dirinya hari ini, terpaksa dia pun meladeni Alvan. “Lo kenapa sih, satu hari aja nggak bersikap nyebelin sama gue emangnya hidup lo nggak tenang, ya?”

“Kalo iya emang kenapa?” Alvan justru menantang Amanda untuk melanjutkan perdebatan mereka.

“Lo--“ Amanda sudah hampir mengeluarkan sumpah serapahnya tapi terpaksa harus tertunda karena terdengar suara Pak Geral memasuki ruangan kelas.

“Selamat pagi, anak-anak!” sapa Pak Geral.

“Pagi, Paaaaakkkkkk!”

***

Dikarenakan telah gagal dalam segala usaha untuk merebut kembali bangkunya, Amanda terpaksa menyerah dan berusaha menerima keadaan bahwa dia akan terus sebangku dengan Alvan si cowok freak yang menyebalkan. Kalau dipikir-pikir tidak sampai enam bulan juga dia harus duduk di sebelah cowok itu sampai Ujian Akhir Nasional dimulai.

Tentu saja Amanda sudah menyiapkan berbagai persiapan untuk menangani sikap menyebalkan Alvan yang selalu saja mengejeknya dan membuatnya jengkel. Untuk menghindari perkelahian dan pertumpahan darah di kelas 12 IPA 2, Amanda hanya berusaha menahan diri dan membalas sapaan ‘ramah’ dari cowok itu dengan cukup melempar tatapan sinis tiap kali Amanda melakukan sesuatu.

Seperti pagi ini Amanda terlambat datang ke sekolah gara-gara mobil si kembar macet di jalanan. Semua bus kota dan angkutan umum penuh karena jamnya anak-anak dan orang dewasa berangkat memulai kegiatan rutin mereka. Alhasil, mereka baru mendapatkan angkutan umum setelah beberapa lama menunggu.

Bukan hanya Amanda saja yang telat masuk sekolah, si kembar pasti juga sama. Mendengarkan omelan-omelan guru BK dan juga tanda peringatan tertulis pun pasti mereka terima hari ini.

“Kenapa nggak sekalian aja nunggu sekolah bubar baru lo datang?”

Alvan berkata dengan sinisnya saat Amanda baru saja masuk ke dalam kelas setelah diomeli guru BP.

“Jadi anak sekolah tapi nggak punya kedisiplinan sama sekali. Ck ck ck ....” Cowok itu berdecak pura-pura heran padahal sebenarnya dia selalu menikmati kalau Amanda sedang ada masalah seperti ini.

Amanda menggunakan jurusnya, melirik kesal ke arah Alvan dengan tatapan mata pembunuh. Amanda yakin, kalau saja tatapan mata bisa membunuh, pasti sekarang ini Alvan sudah mati di depan matanya.

“Baiklah anak-anak, saya mau menyampaikan sesuatu kepada kalian semua.” Pak Geral berbicara di depan kelas.

Semua siswa pun serius mendengarkan Pak Geral karena kelihatannya mereka akan menerima tugas atau sebuah pengumuman yang penting.

“Minggu depan sekolah kita akan mengadakan study tour ke Puncak--“ Seketika pun suara teriakan dan sorakan bahagia membahana dari setiap sudut kelas. Beginilah mereka kalau mendengar tentang liburan, pasti langsung heboh duluan bahkan sebelum Pak Geral selesai bicara.

BRAK! BRAK! BRAK!

Pak Geral menggebrak-gebrak mejanya untuk menyuruh semua anak didiknya itu diam.

Dan usaha Pak Geral pun berhasil. Semua siswa yang tadinya berisik langsung diam seketika.

“Saya ini belum selesai bicara kalian main heboh saja?” tegur Pak Geral dengan kesal.

Setelah menghela napas untuk menenangkan dirinya yang sempat darah tinggi sesaat, Pak Geral pun kembali melanjutkan bicaranya. “Kita akan mengadakan perjalanan ke Puncak selama satu hari dan bukan untuk senang-senang saja, kalian akan mendapatkan tugas dari sekolah untuk membuat laporan perihal segala hal yang berhubungan dengan tanaman teh. Laporan ini adalah salah satu syarat untuk melengkapi nilai kalian dalam Ujian Akhir Nasional nanti, jadi saya harap kalian akan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh.”

“Baik, Paaaaakkkkkk!!!!”

Pak Geral mengambil bukunya dan membukanya, membaca sesuatu di buku itu. “Karena ini adalah tugas kelompok, saya akan membagi kelompok untuk kalian. Masing-masing kelompok terdiri dari dua orang dan saya sudah menentukan teman sekelompok kalian adalah teman sebangku kalian masing-masing.”

'WHAT????'

Amanda seketika melotot mendengar apa yang dikatakan pak Geral. Kelompok dengan teman sebangku? Dia dan Alvan bekerja sama untuk membuat laporan? Yang benar saja, dong!

“Pak Geral!” Amanda tidak mau membuang-buang waktu dan langsung mengajukan protes.

“Iya, Amanda. Ada apa?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status