Share

Part 71 Bukan Untuk Memaksa

Aku melotot dan lagi-lagi ia tersenyum lebar tanpa rasa bersalah. Kulihat Agam masih mengunyah. Mata sipitnya menatapku lalu kembali menatap Andri.

"Agam pikil-pikil dulu, Om. Kalau ibu nda jualan, nanti Agam datang. Sudah dua hali ibu nda jualan, nanti uangnya ibu nda cukup bayal ibu gulu. Agam kan sebental lagi mau sekolah," kata Agam membuatku membeku.

Tak kusangka Agam memikirkan hal itu. Apakah ia mendengarkan pembicaraanku dengan Tita beberapa hari lalu? Sama sepertiku, Tita pun menoleh menatap Agam yang kembali melanjutkan suapannya. Dua pria di hadapanku juga diam, tapi mengulas senyum.

"Ok, om mengerti. Nanti kalau Agam sudah mulai sekolah, kasih tahu om juga. Cerita juga sama om tentang teman barunya Agam," pintanya mengusap kepala Agam yang mengangguk lalu mengacungkan jempolnya padaku.

Setelah makan siang, kami putuskan untuk kembali ke Makassar. Andri berangkat lebih dulu karena hendak menjemput kerabatnya di bandara. Seperti kemarin, Agam kembali duduk di depan.

Sepanj
Rat!hka saja

Kondangan tidak ya? Om Baiknya Agam masih gencar PDKT. Jangan lupa vote dan komen ya....

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status