Share

Part 73 Pertama yang Tahu

Menjelang sore kami bertiga pulang. Dia mengajak kami berdua mampir sejenak di anjungan pantai. Menikmati angin sore yang sejuk dan kapal-kapal nelayan yang terombang-ambing di lautan, sedikit mengobati gundah.

"Apa yang kamu dengar dari ucapan ibu-ibu tadi, jangan kamu ambil hati."

"Tentang?"

Dia tersenyum memperhatikan Agam yang sedang bersepeda. Sepeda tiga roda yang disewakan pada pengunjung. "Tadi Amanda sudah cerita."

Aku ikut tersenyum lalu terkekeh kecil. "Aku tidak memikirkannya. Terserah mereka ingin bilang apa, saya juga tidak peduli. Saya datang ke sana karena berterima kasih pada Anda atas apa yang terjadi pekan lalu," ujarku agar dia tidak menarik kesimpulan sendiri.

"Saya senang sekaligus terluka."

"Karena?"

"Saya terluka karena merasa tidak cukup menarik di matamu. Saya juga sempat berpikir kamu mau melabrak ibu-ibu itu. Kamu tinggal bilang sama mereka, saya yang terpilih, bukan wanita lain," ucapnya dan kali ini aku tertawa.

Kepercayaan diri mana aku bisa berkata dem
Rat!hka saja

Hawatir itu tanda awal tumbuhnya rasa. Siapa yang setuju??

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status