Share

Bab 20. Curhat

Malam itu, untuk berterima kasih kepada Lusi karena telah memberi informasi tentang lowongan pekerjaan Aksara Group, Sandra menraktir wanita itu ke warung makan sederhana. Maklum, ia belum gajian. Namun, ia berjanji akan membawanya ke tempat yang lebih mewah kalau sudah gajian nanti.

Selagi menikmati makanan, Lusi begitu penasaran dengan kawannya yang tampak lesu. Ia pun bertanya, “Ada apa, sih? Kok mukamu masam banget?”

Alih-alih segera menjawab, Sandra mendesah panjang. Ia ganti bertanya, “Ada lowongan kerja di tempat lain, nggak?”

Alis Lusi terangkat satu. “Kenapa emangnya?”

Bahu Sandra melorot lesu. “Nggak betah. Tekanannya itu, lho!” Mendadak, ia teringat Wulan, teringat Nadine, dan teringat para wartawan yang kepo. Ia menjadi merinding.

“Setidaknya kamu masih mending. Kalau sedang capek garap kerjaan bisa nengok yang bening-bening, lah aku? Bosku tua bangka, mana botak lagi. Udah gitu genitnya minta ampun.”

Bibir Sandra mengerucut. “Nengok yang bening-bening? Siapa? Pak Barra?”

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status