Pukul lima sore, Alya sudah pulang lebih dulu. Kemarin Bu Aminah sudah menelepon dan berpesan agar pulang lebih sore. Hari ini jika sesuai rencana keluarga Rahman, pria yang dijodohkan dengan Alya akan melakukan lamaran. Alya sudah pasrah menerima apa pun yang diinginkan ibunya saat itu. Gara-gara ini juga akhirnya membuat Gavin mempercepat pernikahannya dengan Alya. Alya senang akhirnya dia sudah resmi menjadi istri Gavin, tetapi tetap saja mereka berdua harus berhadapan dengan Bu Aminah dan menjelaskan penolakan lamaran Rahman nantinya.“Syukurlah kamu sudah pulang, Al. Ayo, cepetan mandi. Sebentar lagi keluarga Rahman datang. Kamu pasti tidak mau terlihat belum siap saat mereka datang nanti,” pinta Bu Aminah.Alya hanya menganggukkan kepala, padahal Alya baru saja menjejakkan kakinya di ruang tamu. Tetapi ibunya sudah meminta untuk bergegas. Dengan lesu, Alya berjalan menuju kamarnya. Dia benar-benar gelisah dan mencoba menebak apa yang akan dilakukan Ga
“Bu ... aku pingin ngomong,” sahut Gavin kemudian.Bu Aminah terkejut dan menghentikan mondar mandirnya. Dia menoleh ke arah Gavin. Gavin tampak tersenyum dan berjalan mendekat ke arah Bu Aminah. Bu Aminah tampak bingung dengan Gavin kali ini. Tidak biasanya dia melihat Gavin bertampang aneh seperti ini. Wajahnya tampak tersenyum bahagia padahal beberapa hari lalu Yeni, istrinya datang ke rumah dan menceritakan tentang rencana perceraian mereka.Namun, kali ini tidak terlihat sama sekali raut sedih di wajah Gavin. Pria itu tampak ceria dan semringah. Bu Aminah terdiam saat Gavin sudah berdiri tepat di depannya.“Bu, aku ingin bicara penting dengan ibu,” lanjut Gavin bersuara.Bu Aminah termenung menatap Gavin, tampak sekali wajah kebingungan di raut tuanya itu.“Ada apa sebenarnya, Vin?” tanya Bu Aminah kemudian. Gavin diam tersenyum lagi kemudian sudah mengajak Bu Aminah untuk duduk mendekat ke arah Alya. Untung
Sebelum subuh, Gavin sudah pindah kembali ke kamarnya. Ia tidak mau seisi rumah tahu apa yang dia lakukan dengan Alya sepanjang malam. Mereka belum saatnya untuk mengetahui rahasianya ini. Pukul lima pagi saat Alya terjaga dari tidurnya. Ia melihat sudah tidak ada Gavin di sampingnya. Alya hanya mengulum senyum kemudian sudah bangkit sambil membalut tubuhnya dengan selimut. Usai permainan panas mereka semalam Alya memang kelelahan dan tidak tahu saat Gavin pindah kamar.Alya berjalan dan berdiri terpaku di depan cermin. Sekali lagi ia mengulum senyum saat melihat beberapa tanda merah di tubuhnya peninggalan dari Gavin. Sepertinya hari ini dia harus memakai baju turtle neck lagi. Alya tidak mau membuat semua orang heboh dan bertanda tanya. Usai puas mengamati dirinya, Alya sudah beranjak ke kamar mandi. Ia ingin membantu Bu Aminah menyiapkan sarapan pagi kali ini.Saat Alya turun, tidak terlihat Bu Aminah di dapur. Padahal biasanya Bu Aminah paling rajin menyiapkan sara
Gavin dan Bu Aminah sontak terkejut dengan jawaban Alya. Bu Aminah menoleh ke arahnya tampak kedip sementara Gavin sudah saling beradu mata dengan Alya. Dua insan manusia itu seakan sedang sibuk berdebat antara berkata jujur atau menutupi semua dulu. Gavin benar-benar kebingungan dan tak bisa berkata apa pun.Kemudian tiba-tiba Alya tertawa sehingga membuat suasana tegang di ruangan itu kembali mencair.“Kalian tegang banget menanggapinya. Nama pacarku memang Gavin, Bu. Tapi bukan Gavin yang ini,” ujar Alya sambil menjentik hidung bangir kakaknya. Gavin hanya diam, tersenyum lalu menundukkan kepala.“Kok kamu gak pernah cerita? Kamu bertemu di mana? Teman kuliah?” cercah Bu Aminah kemudian.“Hmm ... sebenarnya kami sudah kenal lama. Dia sudah memendam rasa suka kepadaku selama ini hanya saja dia maju mundur untuk mengatakannya. Lalu saat kami bertemu kembali dia memberanikan diri untuk menembakku dan aku terima. Aku juga suda
Sudah hampir satu jam Gavin hanya diam termenung menatap kosong layar laptopnya yang menyala tanpa melakukan apa-apa. Pembicaraan pagi tadi di rumah Bu Aminah benar-benar sudah menginterupsi pikirannya. Dia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi kini.Gavin tahu apa yang dilakukannya ini saling berkesinambungan dan semua yang terlibat di dalamnya salah. Gavin tidak mengelak kalau dirinya juga salah karena telah menduakan Yeni dengan menikahi adik angkatnya sendiri. Tetapi semua yang Gavin lakukan itu juga akibat ulah Yeni.“AGHRR ... .” Gavin menghela napas panjang sambil memukul keningnya. Dia benar-benar tidak bisa berpikir saat ini. Otaknya buntu dan tidak bisa menemukan jalan keluar sama sekali.Jujur rasa cintanya kepada Yeni sudah tidak sebanyak dulu apalagi setelah tahu kenyataan Yeni menduakan cintanya. Hanya Alya yang ada di hatinya dan selalu membuat lekungan indah di wajahnya tercipta. Alya memang cinta pertamanya yang terpaksa harus ia pen
Gavin terdiam di sudut kantin rumah sakit ini, Yeni baru saja ia suruh pulang dan Gavin ingin menjaga Putri sendiri. Yeni menurut dan sudah pulang sejak siang tadi, tetapi dia janji nanti malam akan kembali.Gavin masih duduk termenung di sudut kantin tersebut. Tangannya sibuk mengaduk sendok yang berada di capucino-nya. Memang Gavin selalu seperti itu jika diterpa masalah. Hatinya terlalu rapuh dan selalu tidak tegaan kepada orang yang dia sayangi.“Mas ... .” Sebuah sentuhan tiba-tiba mendarat di bahu Gavin. Gavin menoleh dan tersenyum saat melihat seraut manis sedang tersenyum ke arahnya.“Sini, Babe!” ucap Gavin meminta Alya duduk bersebelahan dengannya. Alya menurut dan duduk di sampingnya. Gavin tersenyum kemudian menyambar tangan Alya dan segera menggenggamnya dengan erat sambil dikecupnya berulang. Alya hanya diam melihatnya. Memang itu kebiasaan kakak angkat sekaligus suaminya jika sedang kacau seperti ini.“Putri ha
Pagi sebelum subuh, Yeni sudah bangun. Dia langsung berkutat di dapur memasak aneka macam hidangan. Memang Yeni sengaja memasak banyak karena hendak membawakan sarapan untuk Gavin. Gavin sudah mencabut gugatan cerainya, itu tandanya ia memaafkan Yeni dan memberi Yeni kesempatan sekali lagi. Kali ini Yeni janji tidak akan berbuat kesalahan. Dia tidak mau membuat Gavin terluka lagi.Jam lima pagi semua sudah siap dan Yeni segera berangkat ke rumah sakit. Kali ini dia menggunakan taxi online, mobilnya memang sudah ia kembalikan ke kantor dua hari yang lalu saat mengajukan surat pengunduran diri. Sebenarnya Irwan tidak mau menerimanya, itu adalah hadiah untuknya bukan mobil kantor. Tetapi Yeni sudah membulatkan tekad untuk berubah dan memperbaiki rumah tangganya.Hanya lima belas menit waktu tempuh rumah Gavin dan rumah sakit. Yeni bergegas turun usai menyelesaikan transaksinya. Ia tidak mau Gavin menunggu lama kedatangannya. Yeni berlarian kecil menuju ruangan tempat Putr
“Mas Gavin jahat banget, sih,” gerutu Alya begitu mereka sudah di dalam mobil perjalanan menuju kantor.“Jahat gimana, Babe?” tanya Gavin bingung.“Masak aku mau betulin dasi dilarang, mau ngambilin makan dilarang. Mas Gavin malu punya istri aku?” cerocos Alya dengan wajah cemberut. Gavin tersenyum mendengar omelan Alya.“Sorry, Babe. Aku hanya gak mau Yeni salah paham. Dia belum tahu tentang kita, kalau dia marah-marah dan pengaruhnya gak mau jaga Putri. Aku yang kerepotan, ‘kan?” jelas Gavin kemudian. Alya mendengus kesal sambil melihat ke jalanan di depan yang beranjak ramai.“Lalu kapan Mas Gavin akan memberitahu dia? Mas Gavin jadi cerai, ‘kan?” kembali Alya menanyakan hal yang sangat dihindari Gavin kali ini. Dia tidak menjawab dan pura-pura fokus menatap lalu lintas di depannya. Tetapi sikap Gavin ini malah membuat Alya kesal.Wanita berwajah manis itu tambah memajukan s