Share

Bab 159: Surat Terakhir Dyan

Gibran duduk berjam-jam di depan pusara Dyan, pemakaman sudah selesai sejak tadi, tubuh Dyan sudah dikebumikan di pemakaman umum ini.

Berkali-kali pemuda ini menghapus airmatanya yang selau menetes membasahi pipinya. Gibran menangis tanpa bersuara. Hanya mata sembabnya tanda dia sangat terpukul.

“Bang, ayo pulang, ini sudah sore, cuaca mendung, agaknya mau turun hujan!” Masri memegang bahu Abang-nya.

Seluruh keluarga sudah pulang, tapi Masri sengaja bertahan, untuk menemani Gibran yang sangat terpukul dengan kematian Dyan.

Sekali lagi menatap pusara Dyan, Gibran berdiri di bantu Masri dan kedua pemuda tampan ini berjalan beriringan menuju ke mobil yang terparkir di halaman pemakaman ini.

“Masri…apakah kamu melihat Celica?” sambil berjalan Gibran bertanya, tapi matanya menatap lurus ke depan.

“Justru aku mau tanya, kenapa gadis cantik pendiam itu sejak pulang dari Amsterdam tak terlihat lagi sampai Dyan dimakamkan?” sahut Masri balik bertanya sekaligus heran.

“Ohh…!” Gibran kaget dalam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status