Share

Istriku Bukan Cleaning Service Biasa
Istriku Bukan Cleaning Service Biasa
Penulis: Ara Hakim

Terjebak di Cold Room

Penulis: Ara Hakim
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-06 07:04:02

“Tolong! Tolong! Apa ada orang di luar sana? Tolong buka pintunya!” Pekik Adrian seraya mengetuk dengan kuat pintu cold room. Tidak ada siapa pun yang menjawab dan membukakan pintu. Adrian terjebak bersama dengan seorang cleaning service di dalam ruangan bersuhu kurang dari 20 derajat Celcius.

“Cepat cari bantuan. Telepon siapa pun atau terserah. Kita bisa mati di ruangan dingin ini.”

Raisa merogoh benda pipih yang ada di saku celananya dan mengetuk beberapa kali layar ponsel. Namun, panggilan telepon baru saja hendak terhubung tiba-tiba ponselnya mati begitu saja.

“Baterainya habis, Pak,” ucap Raisa panik.

Laki-laki berusia dua puluh tujuh tahun itu tersandar di pintu dan mengusap kedua wajahnya dengan kasar setelah menyadari bahwa ponselnya juga tertinggal di meja kerjanya.

Adrian kembali berteriak sekuat tenaga meminta pertolongan, namun tidak ada siapa pun yang datang untuk menyelamatkan seorang CEO dari Carghost Intercoparated ternama di kota Jambi itu.

Laki-laki blasteran India-Indonesia itu tadinya hendak memastikan gudang penyimpanan daging sapi beroperasi dengan baik karena baru digunakan tiga hari yang lalu. Namun, pintu besar berisolasi itu terkunci begitu saja.

Raisa menyadari bahwa dirinya hanya seorang cleaning service memilih tak banyak bicara, tapi tiga puluh menit berlalu belum juga ada tanda-tanda orang datang. Raisa pasrah macam menunggu malaikat Izrail datang.

“Di sini dingin sekali, Pak.” Tak tahan akhirnya terangkat juga bibir wanita berambut lurus itu. Dia tampak pucat. Gemeletuk giginya mulai bersahut-sahutan.

Hari itu Raisa mendapatkan jadwal untuk membersihkan gudang penyimpanan daging yang akan diekspor ke mancanegara. Setelah bertahun-tahun bekerja, ini pertama kalinya dia ditimpa kejadian naas. Terjebak bersama CEO perusahaan yang amat dihormati di tempat bekerjanya.

Adrian mondar-mandir memikirkan bagaimana caranya agar bisa bertahan sampai ada yang membantu mereka. Tiba-tiba ada sebuah lampu terang menyala di kepala laki-laki tinggi semampai itu. Dia menyusuri setiap sudut cold room untuk mencari tahu di mana tempat pengaturan suhu.Tak berselang lama laki-laki beralis tebal itu menemukan beberapa titik tempat pengaturan suhu. Namun, letaknya sangat tinggi.

”Hei! Raisa kemari! Bantu saya untuk bisa naik dan mematikan suhu ruangan,” suara tegas dan berwibawa itu membuat Raisa menoleh.

Raisa mengambil sapu yang berada tak jauh darinya. Dia berlari dengan tergopoh-gopoh menuju sumber suara, “pakai ini, Pak,” sahutnya.

Ardian dengan cepat menyambar sapu itu dan menjulurkannya ke arah pengaturan suhu. Sepuluh menit berlalu usahanya belum juga berhasil. Sementara suhu ruangan semakin dingin. Kini gigi rapi Raisa semakin beradu.

“Saya butuh kursi atau apa pun yang bisa dinaiki,” pinta Ardian.

Mata Raisa menjalar ke seluruh ruangan mencari tangga yang biasa digunakan di ruangan cold room.

“Ketemu!” Dengan susah payah Raisa berlari mengambil tangga dan memberikan kepada Ardian.

Akan tetapi, ketika menaiki tangga yang berembun itu membuat Ardian terpeleset dan terjatuh menindih tubuh Raisa. Wanita bertubuh agak berisi itu meringis kesakitan dan tak sengaja kedua bibir mereka bertemu barang lima detik. Jarum jam seolah berhenti sebentar. Mata mereka saling tatap seperti ada aliran listrik yang mengalir. Baru kali ini Raisa melihat pemilik perusahaan Chargost yang terkenal dingin, lebih dingin dari suhu cold room tanpa jarak sejengkal pun. Gudang penyimpanan makanan beku itu berubah menjadi hangat sejenak karena tubuh mereka menjadi pelindung satu sama lain.

”M-maaf, Pak,” seru Raisa seraya mendorong dada bidang Ardian.

Adrian segera berdiri dan merapikan kembali pakaiannya. Rasa malu sudah menjalar sampai ke ubun-ubun. Namun, Adrian masih tetap berusaha menjaga wibawanya di depan Raisa dalam kondisi bagaimana pun. Sial! Ciuman pertamanya harus tercipta dalam kondisi yang tak mengenakkan.

Adrian Bharmantya tidak pernah sekali pun menatap wanita ketika berbicara. Itu membuat semua pegawai di kantornya berlomba-lomba untuk meluluhkan hatinya. Dan hari ini Raisa mendapatkan seluruh perhatian itu tanpa harus berusaha susah payah. Bahkan berciuman sesuatu yang tak pernah terbayangkan di benaknya.

Sesaat kemudian mereka berdua kembali bergeming. Tak ada sepatah kata pun yang keluar selain suara mesin refrigerasi khusus pendingin yang menderu. Saat ini suhu hampir mencapai puncak beku. Bibir Raisa yang merah alami mulai memudar karena menahan dingin. Begitu juga dengan Ardian. Dia bersedekap sekuat mungkin memeluk dirinya sendiri.

“Pak, kita bisa menyumbat mesin refrigerasi itu dengan sesuatu,” lirih Raisa dengan nafas berawan. Otak Raisa meminta bekerja lebih keras karena keadaan semakin memburuk.

Adrian terpaku sejenak. Ya. Kipas pada kondensor refregarasi mesin mungkin bisa dihentikan dengan menyumbat menggunakan potongan daging sapi. Mereka berdua berusaha sekuat tenaga melempari baling-baling logam yang berputar itu dengan potongan daging sapi yang terbungkus. Beruntung putaran kipas dengan kecepatan tinggi itu bisa dihentikan. Kini, Ardian dan Raisa harus bekerja lebih keras lagi untuk menghentikan 19 mesin refrigan yang masih menyala.

Suhu ruangan mulai menurun dan keadaan mulai membaik. Seorang atasan dan bawahan yang terjebak itu ber-puh lega. Mereka bersyukur tak sampai mati karena membeku di gudang penyimpanan bahan pangan protein.

*Sesaat sebelumnya*

Mentari baru saja bangun dari tempat peraduannya. Cahayanya mulai menyentuh lekuk daun-daun dan biasnya menembus ke jendela. Sama seperti hari-hari sebelumnya, Ardian selalu on time datang ke kantor dan menata semua pekerjaannya dengan baik.

”Selamat pagi, Pak.” Mira mengetuk pintu sebanyak tiga kali. Kepalanya menyembul dari daun pintu kaca.

”Masuk,” jawab Ardian.

“Ada client yang ingin memesan daging sapi beku sebanyak 1000 ton. Negara tujuan adalah India. Berikut laporannya, Pak. Saya sudah pastikan persediaan stok daging kita cukup dan siap untuk dikirim,” ucap Mira dengan yakin seraya memberikan sebuah map merah.

India? Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Ardian memenuhi permintaan barang ke negara ekspor pemasok daging terbesar kedua di dunia itu. Namun, setiap kali tempat kelahiran ibunya itu disebut Ardian langsung bersemangat. Dia membuka map dan membacanya dengan pelan dan tenang.

“Bagus. Kirimkan invoice-nya ke pembeli dan segera proses pengirimannya jika sudah dibayar. Tapi, sebelumnya saya akan cek secara langsung di gudang penyimpanan kualitas dan kuantitasnya apakah sudah sesuai,” ucap Adrian dengan pandangan mata tetap lurus ke depan.

”Saya temani ya, Pak?” tawar Mira dengan bibirnya melengkung ke atas.

”Tidak usah,” jawab Adrian tegas dan segera beranjak keluar menyisakan Mira di dalam ruangannya sendiri.

Wanita dengan gincu merah menyala itu mengepalkan tangan dan memukul meja dengan kasar. Lagi-lagi usahanya gagal untuk bisa mendekati CEO tampan dan kaya raya itu. Mira terdiam sejenak dengan tangan menopang dagu. Seketika matanya tertuju dengan pipih yang ada di hadapannya. Ardian meninggalkan ponselnya. Mira tersenyum menyeringai.

”Dia menuju cold room dan ponselnya tidak dibawa. Jalankan tugasmu sekarang,” ucap Mira dengan wajah penuh kemenangan di ujung telepon. “Aku akan main cantik Adrian Bramanthya,” ucapnya lagi setelah telepon terputus.

Adrian berjalan dengan gagah menuju gudang dengan kedua tangan masuk ke saku celana. Namun, saat melewati lorong kantor dia merasa sedang diikuti. Laki-laki berjas hitam itu menoleh ke samping jalan akses utama yang sudah sepi. Seperti ada bayangan yang hilang dalam sekejap.

“Siapa?” Suara Adrian menggema di seluruh lorong jalan. Namun, bayangan itu melesat begitu saja setelah ditelusuri. Setelah dirasa tidak ada siapa pun Ardian kembali menuju cold room.

Sementara itu, seorang cleaning service wanita sudah berada di cold room untuk menyelesaikan pekerjaannya hari ini. Raisa mendengar langkah kaki seseorang mendekat dan betapa terkejutnya dia saat tahu bahwa Adrian pemilik perusahaan tempatnya bekerja juga ada di dalamnya.

“Silakan lanjutkan pekerjaan kamu. Saya mau cek kesediaan barang secara langsung,” titah Adrian melewati Raisa tanpa menolehnya.

Setelah setahun bekerja ini pertama kalinya Raisa mendengar suara CEO yang terkenal idealis itu. Hanya berdua saja di dalamnya membuat hati Raisa seperti ada yang bertiup. Namun, Raisa juga sempat membayangkan jika terjadi sesuatu hal apa yang harus dia lakukan?

“Buka pintunya! Buka!” Teriak seseorang yang suaranya baru saja dia kenali. Raisa berjingkat dan berlari ke sumber suara.

”Ada apa, Pak?” Tanya Raisa panik.

”Pintunya terkunci.” Adrian berusaha menenangkan diri. “Cepat cari bantuan. Telepon siapa pun atau terserah. Kita bisa mati di ruangan dingin ini,” lanjut Adrian dengan nada tajam.

Raisa merogoh benda pipih yang ada di saku celananya dan mengetuk beberapa kali layar ponsel. Namun, panggilan telepon baru saja hendak terhubung tiba-tiba ponselnya mati begitu saja.

“Baterainya habis, Pak,” ucap Raisa.

Laki-laki berusia dua puluh tujuh tahun itu tersandar di pintu dan mengusap kedua wajahnya dengan kasar setelah menyadari bahwa ponselnya juga tertinggal di meja kerjanya.

Adrian bergeming sejenak. Tiba-tiba berkelebat di kepalanya tentang firasatnya yang diikuti orang sebelum sampai di cold room. Apakah ini murni kecelakaan atau ada pihak tertentu yang sengaja melakukannya?

Bab terkait

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Skandal dibalik Pintu Terkunci

    Jarum jam di tangan berhenti pada angka dua belas, sementara jarum panjang duduk manis di tengah angka sebelas. Suhu beku tadi sudah seperti malaikat yang siap merenggut nyawa mereka berdua. Panik, namun berhasil dihentikan.”Sudah lima jam kita di sini, tapi belum ada siapa pun yang datang.”Adrian menghirup udara dalam-dalam karena pasokan udara di ruangan itu mulai berkurang. Mesin refregarasi sudah berhasil disumbat dengan potongan daging dan yang tersisa hanya aromanya yang menyengat.”Bantuan akan datang sebentar lagi. Kita tunggu saja, Pak,” sahut Raisa dengan nada penuh keyakinan. “Saya yakin ini bukan kecelakaan semata. Pasti ada dalang di balik semua ini.” Mata wanita berambut sebahu itu berkelabat seraya memeluk kedua lututnya.Adrian mengayunkan kaki mendekati Raisa yang terduduk di lantai. Seluruh wajahnya tampak menyala seperti api yang siap membakar. ”Apa maksudmu?” ucap Adrian pelan namun menusuk. “Aku sering mendengar percakapan orang-orang penting di kantor yang ing

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Keterpaksaan

    “M-menikah?” Tanya Raisa dengan mulut setengah menganga. Jika wanita itu bukan Raisa sudah pasti hatinya berbunga-bunga mendengar kata menikah yang keluar dari mulut seorang pria tampan dan berkedudukan seperti Adrian. Namun, mengawali pernikahan karena terpaksa demi menjaga citra baiknya di depan orang-orang bukanlah awal yang baik. Menikah macam apa itu? Batin Raisa bergejolak. ”Saya tidak mau, Pak,” tolak Raisa dengan gelengan cepat. Adrian menatap lekat wajah Raisa. Dan untuk pertama kalinya mata elang itu mengarah pada seorang wanita. Sorot mata itu jelas bukan karena mengagumi wanita di depannya, melainkan membuat siapa pun merasa terintimidasi. Raisa perlahan menunduk dan menurunkan pandangannya. “Kalau kamu menolak menikah dengan saya maka bukan cuma perusahaan ini yang bangkrut. Kamu dan ratusan orang pegawai juga angkat kaki dari sini,” seloroh Adrian dengan wajah serius. Deg! Tiba-tiba Raisa langsung teringat dengan Raihan dan Rais. Begitu juga papanya. Kalau dia

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Semakin Rumit

    Desas-desus langsung terdengar di telinga, tapi tak ada satu pun yang berani menyangkal kenapa direktur utama itu mau menikahi seorang cleaning service. Sementara itu, di balik pintu kaca berdiri seorang wanita dengan gincu merah menyala dan hati yang menyala-nyala pula. Dia mengepalkan kedua tangan dan hampir ingin memukul pintu kaca, namun tangannya menggantung di udara. “Apa aku harus jadi cleaning service dulu supaya bisa menikah dengan Adrian?” Mira mendengus kesal. Ternyata usahanya untuk menjadi pahlawan jikalau reputasi Adrian hancur tidak benar-benar menjadi kenyataan. Justru Adrian melindungi perempuan itu bahkan menyanjungnya di hadapan semua orang. *** Langit senja memerah saat Adrian melangkah keluar dari kantornya. Langkahnya berat, seakan ada rantai tak kasat mata mengekangnya. Hari ini, dia resmi menikah dengan Raisa. Sebuah keputusan yang diambil bukan karena cinta, melainkan demi menyelamatkan citra perusahaannya. Kabar skandal yang hampir menghancurkan bisnis

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Bukan CS Biasa

    Saat kembali ke kamar hotel. Adrian mendapati Raisa sudah lebih dulu duduk di bibir ranjang membuka gaun pengantin dengan gurat wajah yang lelah. “Jadi malam ini kita harus berpura-pura bahagia juga, Pak?” Tanya Raisa dengan suara datar, tanpa menoleh ke Adrian. Laki-laki yang berdiri dekat jendela kaca besar hotel itu tak menjawab. Dia mengeluarkan tangan kiri yang masuk di saku celananya seraya berjalan ke arah minibar dan menuangkan segelas anggur merah dan meneguknya dalam diam. Adrian tak tahu mana yang lebih buruk. Pernikahan tanpa cinta ini atau ancaman Kirana yang kini menggantung di atas kepalanya? Dadanya bertalu-talu macam ada gunung yang hendak meletus. Pemandangan kota Jambi yang berkilauan di malam hari, dinding hotel berlapis kayu dengan sentuhan emas berpadu dengan wallpaper cream tiba-tiba meredup. Gaun Raisa yang biru muda dan bibirnya yang merah juga mendadak luntur menjadi monokrom, hilang warna, kemudian mengabu. Yang jelas, ucapan Kirana adalah satu hal y

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Pria Bertopeng

    “Siapa kau?!” teriak Adrian. Kedua tangannya refleks membentang melindungi Raisa yang ada di belakang punggungnya. “Tidak perlu tau siapa aku! Biarkan aku membawa perempuan yang ada di belakangmu.” Udara di sekitar mendadak terasa lebih berat. Laki-laki itu semakin mendekat tanpa ragu sedikit pun. “Mendekat satu langkah akan kubuat sepatumu tertinggal di sana.” Alis Adrian bertaut. Tampak wajahnya berubah menjadi keras. Sementara itu, Raisa merasa kebingungan. Jantungnya berdebar kencang, seperti palu yang terus menghantam dinding dadanya. Tanpa membuang waktu, Adrian mengayunkan tinjunya ke arah wajah pria bertopeng. Namun, lawannya terlalu cepat dan gesit, pria bertopeng itu menunduk, menangkap pergelangan tangannya, lalu memelintirnya dengan kekuatan brutal. Adrian terjatuh begitu saja. Dibalik topeng terdengar suara tawa menyeringai mendekat ke arah Raisa. Sontak sepatu tingginya menyeret beberapa langkah ke belakang. Adrian berusaha bangun meski rasa sakit menjalar dari

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Rahasia Terungkap di Rumah Sakit

    “Ica ….,” jerit Ratih setelah knop pintu rumah sakit berdecit. Aroma antiseptik bercampur dengan wangi bunga segar dari vas di atas meja menguar. Ratih sedikit merasa salah tingkah setelah mengetahui Adrian juga berada di ruangan itu.“Eh … maaf, Pak. Ternyata ada Pak Adrian di sini,” ucapnya seraya tertunduk sopan. Adrian menatap sebentar ke arah wanita berambut pendek dengan wajah dramatis itu menaruh sekantong makanan di atas nakas.Sekilas, Ratih melihat atasannya itu menarik napas pendek beberapa kali seperti menahan ketidaknyamanan yang langsung merayapi tubuhnya. Menyadari akan hal itu, Ratih memberikan sebotol air mineral kepada Adrian.“Tidak, terima kasih,” balas Adrian dingin. Mata Adrian berkeliling, berusaha mengalihkan fokus dari bau antiseptik yang menganggunya semalaman karena menjaga Raisa. Adrian sebenarnya tak tahan. Bukan hanya bau antiseptik, tapi juga kenangan yang tiba-tiba muncul tanpa permisi. Rumah sakit selalu memberinya perasaan tidak nyaman.“Kebetulan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12

Bab terbaru

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Rahasia Terungkap di Rumah Sakit

    “Ica ….,” jerit Ratih setelah knop pintu rumah sakit berdecit. Aroma antiseptik bercampur dengan wangi bunga segar dari vas di atas meja menguar. Ratih sedikit merasa salah tingkah setelah mengetahui Adrian juga berada di ruangan itu.“Eh … maaf, Pak. Ternyata ada Pak Adrian di sini,” ucapnya seraya tertunduk sopan. Adrian menatap sebentar ke arah wanita berambut pendek dengan wajah dramatis itu menaruh sekantong makanan di atas nakas.Sekilas, Ratih melihat atasannya itu menarik napas pendek beberapa kali seperti menahan ketidaknyamanan yang langsung merayapi tubuhnya. Menyadari akan hal itu, Ratih memberikan sebotol air mineral kepada Adrian.“Tidak, terima kasih,” balas Adrian dingin. Mata Adrian berkeliling, berusaha mengalihkan fokus dari bau antiseptik yang menganggunya semalaman karena menjaga Raisa. Adrian sebenarnya tak tahan. Bukan hanya bau antiseptik, tapi juga kenangan yang tiba-tiba muncul tanpa permisi. Rumah sakit selalu memberinya perasaan tidak nyaman.“Kebetulan

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Pria Bertopeng

    “Siapa kau?!” teriak Adrian. Kedua tangannya refleks membentang melindungi Raisa yang ada di belakang punggungnya. “Tidak perlu tau siapa aku! Biarkan aku membawa perempuan yang ada di belakangmu.” Udara di sekitar mendadak terasa lebih berat. Laki-laki itu semakin mendekat tanpa ragu sedikit pun. “Mendekat satu langkah akan kubuat sepatumu tertinggal di sana.” Alis Adrian bertaut. Tampak wajahnya berubah menjadi keras. Sementara itu, Raisa merasa kebingungan. Jantungnya berdebar kencang, seperti palu yang terus menghantam dinding dadanya. Tanpa membuang waktu, Adrian mengayunkan tinjunya ke arah wajah pria bertopeng. Namun, lawannya terlalu cepat dan gesit, pria bertopeng itu menunduk, menangkap pergelangan tangannya, lalu memelintirnya dengan kekuatan brutal. Adrian terjatuh begitu saja. Dibalik topeng terdengar suara tawa menyeringai mendekat ke arah Raisa. Sontak sepatu tingginya menyeret beberapa langkah ke belakang. Adrian berusaha bangun meski rasa sakit menjalar dari

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Bukan CS Biasa

    Saat kembali ke kamar hotel. Adrian mendapati Raisa sudah lebih dulu duduk di bibir ranjang membuka gaun pengantin dengan gurat wajah yang lelah. “Jadi malam ini kita harus berpura-pura bahagia juga, Pak?” Tanya Raisa dengan suara datar, tanpa menoleh ke Adrian. Laki-laki yang berdiri dekat jendela kaca besar hotel itu tak menjawab. Dia mengeluarkan tangan kiri yang masuk di saku celananya seraya berjalan ke arah minibar dan menuangkan segelas anggur merah dan meneguknya dalam diam. Adrian tak tahu mana yang lebih buruk. Pernikahan tanpa cinta ini atau ancaman Kirana yang kini menggantung di atas kepalanya? Dadanya bertalu-talu macam ada gunung yang hendak meletus. Pemandangan kota Jambi yang berkilauan di malam hari, dinding hotel berlapis kayu dengan sentuhan emas berpadu dengan wallpaper cream tiba-tiba meredup. Gaun Raisa yang biru muda dan bibirnya yang merah juga mendadak luntur menjadi monokrom, hilang warna, kemudian mengabu. Yang jelas, ucapan Kirana adalah satu hal y

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Semakin Rumit

    Desas-desus langsung terdengar di telinga, tapi tak ada satu pun yang berani menyangkal kenapa direktur utama itu mau menikahi seorang cleaning service. Sementara itu, di balik pintu kaca berdiri seorang wanita dengan gincu merah menyala dan hati yang menyala-nyala pula. Dia mengepalkan kedua tangan dan hampir ingin memukul pintu kaca, namun tangannya menggantung di udara. “Apa aku harus jadi cleaning service dulu supaya bisa menikah dengan Adrian?” Mira mendengus kesal. Ternyata usahanya untuk menjadi pahlawan jikalau reputasi Adrian hancur tidak benar-benar menjadi kenyataan. Justru Adrian melindungi perempuan itu bahkan menyanjungnya di hadapan semua orang. *** Langit senja memerah saat Adrian melangkah keluar dari kantornya. Langkahnya berat, seakan ada rantai tak kasat mata mengekangnya. Hari ini, dia resmi menikah dengan Raisa. Sebuah keputusan yang diambil bukan karena cinta, melainkan demi menyelamatkan citra perusahaannya. Kabar skandal yang hampir menghancurkan bisnis

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Keterpaksaan

    “M-menikah?” Tanya Raisa dengan mulut setengah menganga. Jika wanita itu bukan Raisa sudah pasti hatinya berbunga-bunga mendengar kata menikah yang keluar dari mulut seorang pria tampan dan berkedudukan seperti Adrian. Namun, mengawali pernikahan karena terpaksa demi menjaga citra baiknya di depan orang-orang bukanlah awal yang baik. Menikah macam apa itu? Batin Raisa bergejolak. ”Saya tidak mau, Pak,” tolak Raisa dengan gelengan cepat. Adrian menatap lekat wajah Raisa. Dan untuk pertama kalinya mata elang itu mengarah pada seorang wanita. Sorot mata itu jelas bukan karena mengagumi wanita di depannya, melainkan membuat siapa pun merasa terintimidasi. Raisa perlahan menunduk dan menurunkan pandangannya. “Kalau kamu menolak menikah dengan saya maka bukan cuma perusahaan ini yang bangkrut. Kamu dan ratusan orang pegawai juga angkat kaki dari sini,” seloroh Adrian dengan wajah serius. Deg! Tiba-tiba Raisa langsung teringat dengan Raihan dan Rais. Begitu juga papanya. Kalau dia

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Skandal dibalik Pintu Terkunci

    Jarum jam di tangan berhenti pada angka dua belas, sementara jarum panjang duduk manis di tengah angka sebelas. Suhu beku tadi sudah seperti malaikat yang siap merenggut nyawa mereka berdua. Panik, namun berhasil dihentikan.”Sudah lima jam kita di sini, tapi belum ada siapa pun yang datang.”Adrian menghirup udara dalam-dalam karena pasokan udara di ruangan itu mulai berkurang. Mesin refregarasi sudah berhasil disumbat dengan potongan daging dan yang tersisa hanya aromanya yang menyengat.”Bantuan akan datang sebentar lagi. Kita tunggu saja, Pak,” sahut Raisa dengan nada penuh keyakinan. “Saya yakin ini bukan kecelakaan semata. Pasti ada dalang di balik semua ini.” Mata wanita berambut sebahu itu berkelabat seraya memeluk kedua lututnya.Adrian mengayunkan kaki mendekati Raisa yang terduduk di lantai. Seluruh wajahnya tampak menyala seperti api yang siap membakar. ”Apa maksudmu?” ucap Adrian pelan namun menusuk. “Aku sering mendengar percakapan orang-orang penting di kantor yang ing

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Terjebak di Cold Room

    “Tolong! Tolong! Apa ada orang di luar sana? Tolong buka pintunya!” Pekik Adrian seraya mengetuk dengan kuat pintu cold room. Tidak ada siapa pun yang menjawab dan membukakan pintu. Adrian terjebak bersama dengan seorang cleaning service di dalam ruangan bersuhu kurang dari 20 derajat Celcius. “Cepat cari bantuan. Telepon siapa pun atau terserah. Kita bisa mati di ruangan dingin ini.” Raisa merogoh benda pipih yang ada di saku celananya dan mengetuk beberapa kali layar ponsel. Namun, panggilan telepon baru saja hendak terhubung tiba-tiba ponselnya mati begitu saja. “Baterainya habis, Pak,” ucap Raisa panik. Laki-laki berusia dua puluh tujuh tahun itu tersandar di pintu dan mengusap kedua wajahnya dengan kasar setelah menyadari bahwa ponselnya juga tertinggal di meja kerjanya. Adrian kembali berteriak sekuat tenaga meminta pertolongan, namun tidak ada siapa pun yang datang untuk menyelamatkan seorang CEO dari Carghost Intercoparated ternama di kota Jambi itu. Laki-laki blasteran

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status