Share

Semakin Rumit

Author: Ara Hakim
last update Last Updated: 2025-02-06 07:28:43

Desas-desus langsung terdengar di telinga, tapi tak ada satu pun yang berani menyangkal kenapa direktur utama itu mau menikahi seorang cleaning service.

Sementara itu, di balik pintu kaca berdiri seorang wanita dengan gincu merah menyala dan hati yang menyala-nyala pula. Dia mengepalkan kedua tangan dan hampir ingin memukul pintu kaca, namun tangannya menggantung di udara.

“Apa aku harus jadi cleaning service dulu supaya bisa menikah dengan Adrian?” Mira mendengus kesal.

Ternyata usahanya untuk menjadi pahlawan jikalau reputasi Adrian hancur tidak benar-benar menjadi kenyataan. Justru Adrian melindungi seorang cleaning service bahkan menyanjungnya di hadapan semua orang.

***

Langit senja memerah saat Adrian melangkah keluar dari kantornya. Langkahnya berat, seakan ada rantai tak kasat mata mengekangnya. Hari ini, dia resmi menikah dengan Raisa. Sebuah keputusan yang diambil bukan karena cinta, melainkan demi menyelamatkan citra perusahaannya.

Kabar skandal yang hampir menghancurkan bisnis keluarganya hanya bisa diredam dengan pernikahan ini. Seorang cleaning service perusahaannya sendiri setidaknya bisa menyelamatkan nama baiknya atas video yang sudah beredar. Tapi bagi Adrian, pernikahan ini tak ubahnya sebuah belenggu. Dadanya ikut terhimpit batu besar.

Di tengah pernikahan yang megah, kedua keluarga baru bertemu untuk pertama kalinya. Tidak ada keluarga besar Raisa yang hadir karena tempatnya jauh dan pernikahannya begitu mendadak, kecuali papa dan kedua adik laki-lakinya saja.

“Kak, tempatnya bagus, ya,” ucap Raihan terpesona melihat apa yang ada di sekitarnya. Kilauan lampu kristal bergelayut anggun di langit-langit ballroom memantulkan cahaya keemasan yang membanjiri setiap sudut ruangan.

Sementara itu, Rais mendorong Raihadi dengan kursi roda. Mereka kompak mengenakan jas terbaik yang diberikan Raisa sebelum acara resmi itu dimulai. Mereka melewati meja-meja bundar tersebar rapi di sekitar ruangan. Masing-masing dilapisi taplak sutra dengan hiasan lilin aromaterapi yang menyala lembut.

”Iya, Dek. Kak Raisa hebat bisa nikah dengan konglomerat,” sahut Raihan tak percaya. Hanya Raihadi yang menatap kondisi di sekelilingnya dengan wajah yang nyaris tak bergaris. Datar. Tanpa ekspresi sedikit pun.

Raihan terus berkeliling membawa Raihadi dan Rais mengitari ruangan ballroom yang luas itu. Raihan mengikuti di belakang dengan tangan yang menggantung di ujung jas yang dikenakan Rais.

Pandangan mereka kembali menyapu setiap para tamu dalam balutan gaun dan jas saling bercengkerama dan menikmati hidangan lezat yang tersaji dalam piring porselen berkilau.

Raihadi, Raihan, dab Rais macam bebek kehilangan induk berjalan berjejer ke belakang mencari tepian sungai untuk beristirahat. Sebenarnya, mereka bingung mau ke mana dan hendak menemui siapa. Sementara itu, Raisa masih terlihat sibuk di atas singgasana yang megah itu mengulum senyum kepada setiap tamu yang datang.

“Dasar anak nakal!” Jerit seseorang mengalihkan perhatian Raihan. Setelah dia sadar bahwa pegangan tangan Rais dari ujung jas yang dikenakannya terlepas, gegas dia berlari menuju kerumunan.

Seorang wanita dengan gaun bergaris emas hendak mendaratkan tangannya memukul anak kecil yang ada di depannya.

”Jangan!” Pekik Rais seraya melindungi adiknya dari serangan wanita yang tak dikenalinya itu.

Wanita itu menatap nyalang ke arah Raihan dan Rais dan bersiap menyemburkan larva panas dari mulutnya, “kau lihat ini! Wajahku basah karena anak itu,” berang Selena dengan mata membelalak. Bulu mata palsunya yang berkibar menjadi melengkung tak beraturan karena tersiram benda cair.

Anak berumur tujuh tahun itu memanjat kursi untuk meraih segelas cokelat yang ada dii meja bundar. Namun, tanpa sengaja gelas itu melayang dan tumpah mengenai Selena yang berada tak jauh dari sana.

“Maaf, adik saya tidak sengaja,” lirih Rais seraya menangkupkan kedua tangan.

Melihat ada kerumanan di dalam seorang petugas keamanan datang. Namun, begitu terkejutnya Selena saat dia diberi tahu bahwa kedua anak itu adalah keluarga dari mempelai wanita.

”Saya papa Raisa. Rais dan Raihan ini adiknya.” Raihadi mendekat perlahan dengan kursi rodanya membelah kerumanan.

Selena menoleh dan menatap dengan mulut setengah menganga seiras dengan hidungnya yang ikut melebar. Matanya juga ikut melebar sampai napasnya ikut tertahan di tenggorokan. Emosinya yang sudah meletus macam Krakatau tiba-tiba menarik kembali isinya yang keluar. Di antara riuhnya suara orang-orang, derap langkah sepatu di lantai marmer, dan denting sendok di piring-piring porselen kini perhatiannya tertuju pada laki-laki setengah abad itu.

Raihadi— seseorang yang seharusnya sudah lama tenggelam dalam masa lalu, kini ada di hadapannya. Lidahnya kelu. Otaknya mencoba mencerna kenyataan ini, tetapi tubuhnya bereaksi lebih dulu. Dadanya yang naik turun, sementara jantungnya tak karuan. Semua ingatan yang dikira sudah rapat terkunci, kini terbuka seketika.

”Ini … nggak mungkin,” gumamnya kepada diri sendiri.

***

Nun jauh di sana tertangkap sepasang mata menatap penuh kebencian. Kirana wanita yang pernah hampir menjadi istri Adrian berdiri di antara para tamu undangan dengan senyum sinis.

Adrian melempar pandangan ke arah Raisa yang berdiri anggun di sampingnya. Wanita itu tersenyum kecil kepada para tamu memainkan peran pengantin bahagia dengan sempurna. Namun, saat tatapan mereka bertemu, Adrian hanya menemukan kehampaan. Mereka tidak saling mencintai.

“Adrian.” Suara itu terdengar dingin, menusuk seperti belati yang siap menikam. Adrian berjalan keluar dari ballroom hendak menuju kamar hotel tempat dia dan Raisa akan menginap. Langkahnya terhenti saat suara familiar memanggilnya.

Laki-laki yang masih mengenakan jas pengantin itu berbalik dan melihat Kirana berdiri di ambang pintu dengan gaun hitamnya berkemilauan melambai pelan terkena angin malam.

”Kirana kenapa kau ada di sini?” Kerling Adrian menyapu wajah berpoles make up yang senada dengan garis wajah Kirana. Adrian mencoba menarik napas pelan dan berusaha setenang mungkin.

”Kenapa? Karena aku ingin menyaksikan semua janji manis yang pernah kau ucapkan padaku,” ucap Kirana tersenyum miring. Tangannya bersedekap di dada.

Dengan tatapan datar dan kedua tangan tetap masuk ke saku celana Adrian mengerutkan kening, “ini bukan tentang kau dan aku, Kirana. Aku tidak punya pilihan.”

Kirana tertawa sinis kemudian bergeming. Desauan angin membuat keduanya saling menatap agak lama. Rambut panjang Kirana yang bergelung tersibak angin. Wanita itu mendekati Ardian dan memangkas jarak di antara keduanya.

“Tidak punya pilihan? Jangan konyol, Adrian! Kau memilih menghancurkan aku. Kau memilih meninggalkanku demi citramu, demi keluargamu, demi perusahaannya!” ucap Kirana dengan penuh penekanan. Aroma mint dari mulutnya tercium. Sementara itu, m matanya memerah penuh kemarahan.

Kirana berbalik dan melangkah dengan anggun meninggalkan Adrian yang terdiam di tempat. Namun, kakinya seolah terpaku sejenak, “kau tidak perlu menjelaskan apa pun karena aku sudah tahu semuanya. Aku tahu bahwa pernikahan ini hanyalah sandiwara. Dan aku janji Adrian! Akan kupastikan kau menderita lebih dari yang kau lakukan padaku,” cecar Kirana dengan penuh penekanan. Kata-katanya menggantung di udara seolah mengisyaratkan bahwa badai akan datang.

Ucapan kirana bagaikan belati beracun yang siap menikamnya berkali-kali. Adrian tahu Kirana bukan tipe wanita yang bisa dipermainkan. Dia terlalu cerdas, terlalu berbahaya. Dan kini, dia telah menyatakan perang. Kini, apa yang harus Adrian lakukan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Bukan CS Biasa

    Saat kembali ke kamar hotel. Adrian mendapati Raisa sudah lebih dulu duduk di bibir ranjang membuka gaun pengantin dengan gurat wajah yang lelah. “Jadi malam ini kita harus berpura-pura bahagia juga, Pak?” Tanya Raisa dengan suara datar, tanpa menoleh ke Adrian. Laki-laki yang berdiri dekat jendela kaca besar hotel itu tak menjawab. Dia mengeluarkan tangan kiri yang masuk di saku celananya seraya berjalan ke arah minibar dan menuangkan segelas anggur merah dan meneguknya dalam diam. Adrian tak tahu mana yang lebih buruk. Pernikahan tanpa cinta ini atau ancaman Kirana yang kini menggantung di atas kepalanya? Dadanya bertalu-talu macam ada gunung yang hendak meletus. Pemandangan kota Jambi yang berkilauan di malam hari, dinding hotel berlapis kayu dengan sentuhan emas berpadu dengan wallpaper cream tiba-tiba meredup. Gaun Raisa yang biru muda dan bibirnya yang merah juga mendadak luntur menjadi monokrom, hilang warna, kemudian mengabu. Yang jelas, ucapan Kirana adalah satu hal y

    Last Updated : 2025-02-06
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Pria Bertopeng

    “Siapa kau?!” teriak Adrian. Kedua tangannya refleks membentang melindungi Raisa yang ada di belakang punggungnya. “Tidak perlu tau siapa aku! Biarkan aku membawa perempuan yang ada di belakangmu.” Udara di sekitar mendadak terasa lebih berat. Laki-laki itu semakin mendekat tanpa ragu sedikit pun. “Mendekat satu langkah akan kubuat sepatumu tertinggal di sana.” Alis Adrian bertaut. Tampak wajahnya berubah menjadi keras. Sementara itu, Raisa merasa kebingungan. Jantungnya berdebar kencang, seperti palu yang terus menghantam dinding dadanya. Tanpa membuang waktu, Adrian mengayunkan tinjunya ke arah wajah pria bertopeng. Namun, lawannya terlalu cepat dan gesit, pria bertopeng itu menunduk, menangkap pergelangan tangannya, lalu memelintirnya dengan kekuatan brutal. Adrian terjatuh begitu saja. Dibalik topeng terdengar suara tawa menyeringai mendekat ke arah Raisa. Sontak sepatu tingginya menyeret beberapa langkah ke belakang. Adrian berusaha bangun meski rasa sakit menjalar dari

    Last Updated : 2025-03-11
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Rahasia Terungkap di Rumah Sakit

    “Ica ….,” jerit Ratih setelah knop pintu rumah sakit berdecit. Aroma antiseptik bercampur dengan wangi bunga segar dari vas di atas meja menguar. Ratih sedikit merasa salah tingkah setelah mengetahui Adrian juga berada di ruangan itu.“Eh … maaf, Pak. Ternyata ada Pak Adrian di sini,” ucapnya seraya tertunduk sopan. Adrian menatap sebentar ke arah wanita berambut pendek dengan wajah dramatis itu menaruh sekantong makanan di atas nakas.Sekilas, Ratih melihat atasannya itu menarik napas pendek beberapa kali seperti menahan ketidaknyamanan yang langsung merayapi tubuhnya. Menyadari akan hal itu, Ratih memberikan sebotol air mineral kepada Adrian.“Tidak, terima kasih,” balas Adrian dingin. Mata Adrian berkeliling, berusaha mengalihkan fokus dari bau antiseptik yang menganggunya semalaman karena menjaga Raisa. Adrian sebenarnya tak tahan. Bukan hanya bau antiseptik, tapi juga kenangan yang tiba-tiba muncul tanpa permisi. Rumah sakit selalu memberinya perasaan tidak nyaman.“Kebetulan

    Last Updated : 2025-03-12
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Rahasia Terungkap 2

    “Papa, siapa pria bertopeng itu? Apa dia ada hubungannya dengan kematian Mama?” Rais dan Raihan langsung menoleh ke ayah mereka dengan ekspresi kaget. “Kematian Mama? Apa maksud Kak Raisa?” Alis Rais berkerut. Sementara itu, Raihadi menarik napas panjang, menyandarkan tongkatnya dekat nakas lalu duduk di kursi samping Raisa. Tangannya bergetar, menunjukkan betapa sulit baginya untuk mengatakan ini. “Ada sesuatu yang belum pernah papa ceritakan pada kalian semua … tentang kematian Mama kalian.” Raisa menahan napas sejenak. Pandangan Raihadi sejenak menyapu lantai rumah sakit, lalu menatap Raisa tajam. “Mama kalian tidak meninggal karena kecelakaan biasa, Raisa. Dia dibunuh.” Ruangan langsung sunyi. Raisa merasakan darahnya berdesir. Rais terkejut dan menutup mulutnya dengan tangan, sementara Raihan yang masih kecil tampak kebingungan. Ternyataa dugaan Raisa selama ini tepat. Kematian mamanya yang janggal bukan hanya sekedar kecelakaan biasa, namun karena dibunuh o

    Last Updated : 2025-03-13
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Peduli

    “Maaf, saya datang bersama dokter untuk memeriksa kondisi Raisa,” ucap Adrian seraya melepas separuh kedua tangannya yang tenggelam di saku celananya. “O-oh … Iya, Pak. Silakan,” jawab Ratih dengan mulut setengah menganga. Sebisa mungkin Ratih menahan diri untuk bertanya apakah Adrian mendengar apa yang sudah dibicarakan tadi. Dokter berkulit putih itu mendekat dan mulai memeriksa detak jantung Raisa menggunakan stetoskop dan lanjut memeriksa lengannya yang berbalut perban. “Lukanya cukup dalam dan menembus otot. Pendarahannya tadi cukup banyak, tapi sudah dibantu dengan transfusi darah oleh Pak Adrian,” jelas dokter. Kedua alis Raisa bertaut mendengar penjelasan dokter. “Donor darah dari Adrian?” tanyanya memastikan sekali lagi. Dokter membalasnya dengan anggukan lalu tersenyum. Ratih menutup wajahnya separuh, seakaan tak percaya bahwa Adrian ternyata sangat peduli. Padahal, Raisa sering bercerita bahwa Adrian tidak pernah sama sekali berbicara jika di rumah. Pernikahan itu

    Last Updated : 2025-03-14
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Sabotase di Perusahaan

    “Kumpulkan semua dewan direksi dan eksekutif di ruangan rapat. Saya ke sana sekarang,” desak Adrian diujung telepon. Adrian kemudian menoleh ke arah Raisa. “Aku akan panggilkan Bi Kamsiah untuk menjagamu di sini,” lanjut Adrian. Belum sempat Raisa mengangguk Adrian berlalu begitu saja. Raisa menyipitkan kedua matanya. “Ada yang tak beres sepertinya,” lirihnya. Raisa meraih ponsel yang belum dikeluarkan dari tasnya kemudian menghubungi seseorang. *** Di tengah ketegangan pasar global, perusahaan Adrian tiba-tiba dilanda krisis yang tak terduga. Kontainer barang yang baru saja dikirim ke luar negeri mengalami kerusakan parah, sehingga kualitas produk yang selama ini dikenal unggul tiba-tiba dipertanyakan oleh mitra internasional, termasuk India. Pengiriman terakhir yang meminta daging sebanyak seribu ton. “Pak Adrian, data menunjukkan bahwa 70% kontainer yang kami kirim Minggu ini mengalami kerusakan. Ini tidak mungkin terjadi secara kebetulan,” keluh direktur logistik peru

    Last Updated : 2025-03-15
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Raisa Angin Segar di Tengah Krisis

    Mereka gegas menarik mata keduanya. Seolah saling menolak, namun kenyataannya di dalam hati mereka sama-sama bergejolak. Langit yang tadinya cerah perlahan berubah muram diselimuti awan kelabu yang menggantung rendah. Angin mulai berhembus lebih kencang, sama kencangnya dengan kedua hati yang hampir terpaut. Gerimis sudah mulai menyentuh jendela kantor mengubah suasana sedikit syahdu. “Siapa yang mengantarmu ke sini?” tanya Adrian datar. “Ratih yang mengantarku. Aku melihat beberapa headline berita bernada buruk tentang perusahaan kita dan langsung ke sini,” jelas Raisa. “Ya sudah. Sekarang aku antar pulang,” kata Adrian seraya melenguh dari kursinya. Raisa memutar mulutnya. “Dasar! Ngajakin pulang, tapi malah aku ditinggal begitu aja,” desihnya kesal. Di luar gedung perusahaan, sebuah mobil hitam melaju perlahan menyusuri jalanan kota yang basah oleh hujan ringan. Seseorang yang identitasnya belum diketahui bersembunyi di balik kaca mobilnya yang gelap. “Kau sudah be

    Last Updated : 2025-03-16
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Rumah Sederhana Raisa

    “Kenapa kau suka menggelung rambutmu? Padahal malam ini aku ingin melihat rambutmu teruarai sekali saja”. Adrian menatap lamat wanita yang ada di depannya. Kirana tersenyum tipis, “aku tidak suka hal-hal berantakan Adrian. Gulungan rambutku mengartikan bahwa aku memiliki kendali atas diriku sepenuhnya,” jawab Kirana. Kirana yang selalu tampil memesona di mata Adrian, akan selalu mengingat gaya rambut Kirana yang bergelung rapi dan menyisakan anak rambutnya yang keriting di sisi kanan dan kirinya. Adrian menyentuh pipi Kirana yang dilapisi perona. “Kau cantik dan terlihat seperti putri bangsawan,” balas Adrian. Bibir tipisnya melengkung membentuk senyuman. Dress bodycon minimalis yang dikenakan Kirana selaras dengan lekukan tubuhnya. Belahan di kakinya, berpadu dengan high heels dan tas kecil membuatnya bernampilan sangat classy. Adrian ingat betul moment terakhir dia berkencan dengan Kirana—mantan tunangannya itu. “Adrian! Adrian ponselmu dari tadi berdering,” ucap Raisa

    Last Updated : 2025-03-17

Latest chapter

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Bab 21

    “Ya,” jawab Pak Brengos singkat yang tetap menatap layar ponselnya ketika aku berada di depan meja kerjanya. Lelaki itu belum dikatakan tua. Dari penampakannya kutaksir usianya masih tiga puluh lima sampai empat puluh tahun. Tentang kenapa semua orang memanggilnya ‘Brengos’ mungkin wajahnya terlalu banyak bulu hingga agak menyeramkan.“Saya ingin meminta pabrik ini untuk lebih memperhatikan limbahnya. Saya membawa laporan bahwa pabrik Bapak ini membuang limbah ke sembarang tempat. Hingga bahan kimia-nya meracuni tanah di kebun duku dan durian kami, Pak.”“Ngomong sama manajer sana!”Astaga. Apa semua orang di pabrik ini segitu cueknya dengan orang lain. Sedari tadi aku selalu bertemu dengan orang yang tiada kepedulian terhadap tamu. Satpam yang meremehkan, staf yang tak menghargai, dan kepala pabrik yang sama tak pedulinya. Aku mengelus dada, menarik napas dalam. Sabat, Cinta.“Maaf, tapi Bapak kepala pabrik.”Tatapannya baru terarah kepadaku, membuatku agak menunduk agar tatapan kam

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Bab 20

    KUTUTUP PINTU ruangan direktur. Kami beranjak menuju lift. Namun, betapa terkejut di dekat lift api sudah membakar besar sekali.“Astaghfirullah, Allahuakbar,” pekikku. Aku menarik Mas Rama menuju jalan darurat di tangga belakang. Namun kudapati di sana api pun sudah membesar. Kami terjebak. Kalau aku nekad melewati api itu, bisa-bisa sebagian besar tubuhku ikut tebakar pula. Belum lagi Mas Rama yang masih lambat, ia tak bisa berlari melewati api.Bagaimana ini? Aku berpikir. Namun detak jantung kecemasan terlanjur menguasai kalbu hingga ketakutan yang ada.“Bu Cinta, Pak Rama, anda di dalam sana?” suara Dennis terdengar memekik dari lantai bawah. “Iya, Den. Kami di sini. Apinya besar, Den.”“Mumpung apinya masih kecil, terobos, Pak, Bu!”“Mas, ayo kita terobos apinya.” Aku menarik tangan Mas Rama. Namun suamiku itu malah terbengong. Ya Allah, di saat seperti ini biasanya Mas Rama orang yang menengkanku. Dia orang pertama yang membuatku merasa sejuk dalam hati, ringan dalam napas. Na

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Bab 19

    “ULYA, jaga mulut kamu!” ucapku dengan tegas pada dokter muda nan cantik itu. Apa, cantik? Hilang semua kecantikannya, terbatalkan oleh akhlak kasarnya. Kalimatnya barusan meruntuhkan semua image-nya.“Auu.” Ulya memegangi pipinya. “Kurang ajar kamu, Cinta.”Tamparanku memang tak seberapa kerasnya. Mungkin ia tak merasa sakit sama sekali, tapi aku hanya ingin menunjukkan kalau aku tak mau kalah dengan serangan mentalnya itu. Aku paham ia hanya menjatuhkan keyakinanku pada diriku sendiri, agar perlahan mundur dari Mas Rama. Tentu saja tidak semudah itu.“Mulutmu yang harus disekolahkan. Bisa bicara yang menenangkan aja saat seperti ini? Pahami kondisi. Jangan asal ceplos, di saat yang salah dan pada orang yang salah.”Tap tap. Suara langkah Dennis mendekat. Dengan segera ia memasangkan badan di depan diriku, menjadi tameng.“Maaf, saya tidak akan membiarkan Bu Cinta lebih jauh lagi berbicara dengan anda,” ucap Dennis.Ulya tersenyum sebelah bibir. “I don’t care.”Ulya melangkahkan kaki

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Bab 18

    “Aku hanya berjaga-jaga,” jawab Raisa menghindari tatapan Adrian. “Berjaga-jaga dari siapa?” Adrian sebenarnya tahu bahwa akan ada banyak orang yang mengincar Raisa. Termasuk pria bertopeng itu. Orang yang pernah menikam lengan Raisa. Kemudian, Kirana atau bisa jadi orang suruhan Selena. Raisa terdiam dengan napasnya tersengal-sengal. Adrian menyentuh tangannya lembut. “Aku tidak ingin kau hidup dalam ketakutan, Raisa.” “Aku tidak takut. Aku hanya bersiap-siap. Apa pun bisa terjadi denganku, Adrian,” jawab Raisa menarik lengannya. Adrian menggeser posisinya dengan duduk di bibir ranjang, lalu mengulurkan tangannya ke pipi sang istri. “Aku tahu kau kuat, Raisa. Tapi, kau tak perlu melakukan ini sendirian,” ucap Adrian mengiba. Raisa menatap Adrian penuh emosi. “Aku sudah sendirian selama bertahun-tahun, ini bukan hal baru bagiku, Adrian.” “Hei. Lihat aku. Lihat! Aku di sini,” bisik Adrian. “Kau tidak sendiri, Raisa. Ada aku. Suamimu,” lanjut Adrian menghela napas. Hening. Rais

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Bab 17

    “Kau sudah gila, Adrian?! Menikahi seorang wanita tanpa nama, tanpa status! Apa kau tahu berapa banyak investor yang mulai meragukan perusahaan kita?!” Adrian dengan tenang menyesap kopinya, “Ini pernikahanku, bukan urusan bisnis, Papa. Lagi pula kenyataannya tidak begitu. Justru Raisa bisa mengatasi permasalahan perusahaan dengan cerdas. Dia bukan cleaning service biasa.” Selena tertawa sinis, menyilangkan tangan di dada. “Jangan naif, Adrian. Semua yang kita lakukan ada dampaknya bagi perusahaan. Reputasimu akan tetap dipertanyakan publik.” Meja panjang dari marmer hitam berkilau di bawah cahaya lampu gantung kristal yang menjuntai di langit-langit. Di ruang makan keluarga suasana menegang. Adrian menatap Selena tajam. “Aku tidak peduli dengan reputasi yang dibuat-buat. Aku hanya peduli dengan kebenaran.” William— papa Adrian mendengus lalu berkata, “kebenaran? Apa maksudmu?!” “Aku mulai menyelidiki. Tentang Raisa. Tentang keluarganya. Dan ternyata, ada hubungan antara ke

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Bab 16

    Malam turun dengan tenang, tapi udara di balkon terasa berat oleh percakapan yang belum terucap. Langit gelap membentang luas, hanya diterangi bintang-bintang yang bersinar samar, sementara angin malam berembus pelan membawa aroma embun dan sisa wangi bunga dari halaman. Adrian menemukan Raisa duduk di balkon sedang menatap langit malam dengan ekspresi sendu. “Aku ingin bicara denganmu,” ucap Adrian dingin. Raisa menoleh, melihat ekspresi Adrian yang begitu sulit diartikan. Wanita berpiyama Bortuques itu menghela napas, lalu berdiri. “Aku juga ingin bicara denganmu, Adrian.” “Aku tahu kau ingin mendapatkan keadilan untuk keluargamu, Raisa,” ucap Adrian menatapnya tajam. Raisa terdiam. Adrian melangkah lebih dekat, ekspresinya seolah menegang. “Tapi aku ingin tahu satu hal. Apakah kau benar-benar mencintaiku? Atau semua ini hanya bagian dari rencanamu?” Raisa menahan napas. Tangannya mencengkeram kuat pagar besi yang dingin. Pertanyaan itu menusuk langsung ke hatinya. Dia

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Kebenaran yang Menyesakkan

    Adrian tak langsung menjawab. Dia hanya menatap Raisa lekat-lekat, mencari sesuatu di balik suaranya yang bergetar. Raisa melangkah masuk, lalu melemparkan sebuah amplop dengan tulisan tangan di atasnya. Adrian meliriknya, dan begitu ia melihat nama yang tertera, matanya membeliak. Nyaris jantungnya berhenti berdetak. Adrian menatap amplop itu, lalu menatap Raisa. “Apa ini?” “Sesuatu yang harus kau baca,” jawab Raisa pelan, namun tegas. Adrian mengambil amplop itu, menimbangnya sejenak sebelum melirik Raisa dengan curiga. “Surat?” Raisa mengangguk, rahangnya mengeras lalu berkata, “dari seseorang yang dulu memiliki perusahaan ini.” Adrian membeku. Jari-jarinya tanpa sadar mengeratkan pegangan pada amplop itu. Jantungnya kembali berdetak lebih cepat. Surat itu seolah surat kematian yang ditujukan untuknya. Dengan hati-hati Adrian membuka amplop, menarik keluar selembar kertas yang sedikit menguning. Matanya membaca baris pertama, lalu berhenti. Ekspresinya sontak beru

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Rencana Baru Kirana

    Aku hanya ingin membuka matamu, Adrian,” katanya ringan. "Apa?" tanya Adrian dingin. ”Tentang siapa sebenarnya sebenarnya Raisa. Apa motifnya, dan kenapa dia begitu gigih bertahan di posisimu,” lanjut Kirana seraya menatap kuku-kukunya yang bercat merah. Adrian mencengkeram sandaran kursinya lebih erat, mencoba menahan amarah yang meletup-letup dalam dirinya. Namun, Kirana tak hirau. Dia tahu dirinya sudah menarik perhatian pria yang ada di hadapannya. “Aku tahu kau mulai jatuh dalam jebakan Raisa,” lanjut Kirana, tatapannya menajam. “Tapi aku di sini bukan untuk menghentikanmu. Aku hanya ingin kau sadar sebelum semuanya terlambat.” Laki-laki itu menghempaskan pena yang dipegangnya. Adrian melenguh dari kursi dan menatap Kirana penuh waspada. “Apa maksudmu?” Kirana mendekat dengan langkah anggun seraya bersedekap. ”Kau tahu, Adrian? Ada alasan kenapa Raisa bekerja di perusahaan itu. Itu bukan kebetulan, itu rencana,” ucap Kirana berbisik namun penuh penekanan. Adrian

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Kedatangan Kirana

    “Seseorang sudah menghancurkan bisnis keluargaku. Dan aku yakin mamaku tidak mati secara kebetulanl,” lirih Raisa. Sudut matanya berkedut. Adrian menyadari ada sesuatu yang disembunyikan Raisa. Selama percakapan mereka tadi, dia bisa melihat sorot mata Raisa yang penuh kehati-hatian. Seolah ada hal besar yang ingin dia katakan, tapi tertahan di tenggorokannya. Adrian dan Raisa masih duduk di kursi rotan. Rais dan Raihan tampak sudah mengantuk. Mereka izin untuk pergi ke kamar dan tidur. Adrian melanjutkan pembicaraannya dengan Raisa. Udara malam semakin dingin, namun ketegangan di antara mereka justru menghangat. Adrian bersandar pada kursinya, memutar-mutar cincin di jarinya dengan gelisah. “Perusahaanku ….,” gumam Adrian. Suaranya penuh dengan kehati-hatian. “Kenapa kau menghubungkannya dengan kematian ibumu?” Mendengar hal itu Raisa langsung menegakkan punggungnya. Seketika, tatapannya berubah waspada. Nyaris defensif. Adrian mempersempit matanya, memperhatikan setiap

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status