Share

Semakin Rumit

Author: Ara Hakim
last update Last Updated: 2025-02-06 07:28:43

Desas-desus langsung terdengar di telinga, tapi tak ada satu pun yang berani menyangkal kenapa direktur utama itu mau menikahi seorang cleaning service.

Sementara itu, di balik pintu kaca berdiri seorang wanita dengan gincu merah menyala dan hati yang menyala-nyala pula. Dia mengepalkan kedua tangan dan hampir ingin memukul pintu kaca, namun tangannya menggantung di udara.

“Apa aku harus jadi cleaning service dulu supaya bisa menikah dengan Adrian?” Mira mendengus kesal.

Ternyata usahanya untuk menjadi pahlawan jikalau reputasi Adrian hancur tidak benar-benar menjadi kenyataan. Justru Adrian melindungi perempuan itu bahkan menyanjungnya di hadapan semua orang.

***

Langit senja memerah saat Adrian melangkah keluar dari kantornya. Langkahnya berat, seakan ada rantai tak kasat mata mengekangnya. Hari ini, dia resmi menikah dengan Raisa. Sebuah keputusan yang diambil bukan karena cinta, melainkan demi menyelamatkan citra perusahaannya.

Kabar skandal yang hampir menghancurkan bisnis keluarganya hanya bisa diredam dengan pernikahan ini. Seorang cleaning service perusahaannya sendiri setidaknya bisa menyelamatkan nama baiknya atas video yang sudah beredar. Tapi bagi Adrian, pernikahan ini tak ubahnya sebuah belenggu. Dadanya ikut terhimpit batu besar.

Di tengah pernikahan yang megah, kedua keluarga baru bertemu untuk pertama kalinya. Tidak ada keluarga besar Raisa yang hadir karena tempatnya jauh dan pernikahannya begitu mendadak, kecuali papa dan kedua adik laki-lakinya saja.

“Kak, tempatnya bagus, ya,” ucap Raihan terpesona melihat apa yang ada di sekitarnya. Kilauan lampu kristal bergelayut anggun di langit-langit ballroom memantulkan cahaya keemasan yang membanjiri setiap sudut ruangan.

Sementara itu, Rais mendorong Raihadi dengan kursi roda. Mereka kompak mengenakan jas terbaik yang diberikan Raisa sebelum acara resmi itu dimulai. Mereka melewati meja-meja bundar tersebar rapi di sekitar ruangan. Masing-masing dilapisi taplak sutra dengan hiasan lilin aromaterapi yang menyala lembut.

”Iya, Dek. Kak Raisa hebat bisa nikah dengan konglomerat,” sahut Raihan tak percaya. Hanya Raihadi yang menatap kondisi di sekelilingnya dengan wajah yang nyaris tak bergaris. Datar. Tanpa ekspresi sedikit pun.

Raihan terus berkeliling membawa Raihadi dan Rais mengitari ruangan ballroom yang luas itu. Raihan mengikuti di belakang dengan tangan yang menggantung di ujung jas yang dikenakan Rais.

Pandangan mereka kembali menyapu setiap para tamu dalam balutan gaun dan jas saling bercengkerama dan menikmati hidangan lezat yang tersaji dalam piring porselen berkilau.

Raihadi, Raihan, dab Rais macam bebek kehilangan induk berjalan berjejer ke belakang mencari tepian sungai untuk beristirahat. Sebenarnya, mereka bingung mau ke mana dan hendak menemui siapa. Sementara itu, Raisa masih terlihat sibuk di atas singgasana yang megah itu mengulum senyum kepada setiap tamu yang datang.

“Dasar anak nakal!” Jerit seseorang mengalihkan perhatian Raihan. Setelah dia sadar bahwa pegangan tangan Rais dari ujung jas yang dikenakannya terlepas, gegas dia berlari menuju kerumunan.

Seorang wanita dengan gaun bergaris emas hendak mendaratkan tangannya memukul anak kecil yang ada di depannya.

”Jangan!” Pekik Rais seraya melindungi adiknya dari serangan wanita yang tak dikenalinya itu.

Wanita itu menatap nyalang ke arah Raihan dan Rais dan bersiap menyemburkan larva panas dari mulutnya, “kau lihat ini! Wajahku basah karena anak itu,” berang Selena dengan mata membelalak. Bulu mata palsunya yang berkibar menjadi melengkung tak beraturan karena tersiram benda cair.

Anak berumur tujuh tahun itu memanjat kursi untuk meraih segelas cokelat yang ada dii meja bundar. Namun, tanpa sengaja gelas itu melayang dan tumpah mengenai Selena yang berada tak jauh dari sana.

“Maaf, adik saya tidak sengaja,” lirih Rais seraya menangkupkan kedua tangan.

Melihat ada kerumanan di dalam seorang petugas keamanan datang. Namun, begitu terkejutnya Selena saat dia diberi tahu bahwa kedua anak itu adalah keluarga dari mempelai wanita.

”Saya papa Raisa. Rais dan Raihan ini adiknya.” Raihadi mendekat perlahan dengan kursi rodanya membelah kerumanan.

Selena menoleh dan menatap dengan mulut setengah menganga seiras dengan hidungnya yang ikut melebar. Matanya juga ikut melebar sampai napasnya ikut tertahan di tenggorokan. Emosinya yang sudah meletus macam Krakatau tiba-tiba menarik kembali isinya yang keluar. Di antara riuhnya suara orang-orang, derap langkah sepatu di lantai marmer, dan denting sendok di piring-piring porselen kini perhatiannya tertuju pada laki-laki setengah abad itu.

Raihadi— seseorang yang seharusnya sudah lama tenggelam dalam masa lalu, kini ada di hadapannya. Lidahnya kelu. Otaknya mencoba mencerna kenyataan ini, tetapi tubuhnya bereaksi lebih dulu. Dadanya yang naik turun, sementara jantungnya tak karuan. Semua ingatan yang dikira sudah rapat terkunci, kini terbuka seketika.

”Ini … nggak mungkin,” gumamnya kepada diri sendiri.

***

Nun jauh di sana tertangkap sepasang mata menatap penuh kebencian. Kirana wanita yang pernah hampir menjadi istri Adrian berdiri di antara para tamu undangan dengan senyum sinis.

Adrian melempar pandangan ke arah Raisa yang berdiri anggun di sampingnya. Wanita itu tersenyum kecil kepada para tamu memainkan peran pengantin bahagia dengan sempurna. Namun, saat tatapan mereka bertemu, Adrian hanya menemukan kehampaan. Mereka tidak saling mencintai.

“Adrian.” Suara itu terdengar dingin, menusuk seperti belati yang siap menikam. Adrian berjalan keluar dari ballroom hendak menuju kamar hotel tempat dia dan Raisa akan menginap. Langkahnya terhenti saat suara familiar memanggilnya.

Laki-laki yang masih mengenakan jas pengantin itu berbalik dan melihat Kirana berdiri di ambang pintu dengan gaun hitamnya berkemilauan melambai pelan terkena angin malam.

”Kirana kenapa kau ada di sini?” Kerling Adrian menyapu wajah berpoles make up yang senada dengan garis wajah Kirana. Adrian mencoba menarik napas pelan dan berusaha setenang mungkin.

”Kenapa? Karena aku ingin menyaksikan semua janji manis yang pernah kau ucapkan padaku,” ucap Kirana tersenyum miring. Tangannya bersedekap di dada.

Dengan tatapan datar dan kedua tangan tetap masuk ke saku celana Adrian mengerutkan kening, “ini bukan tentang kau dan aku, Kirana. Aku tidak punya pilihan.”

Kirana tertawa sinis kemudian bergeming. Desauan angin membuat keduanya saling menatap agak lama. Rambut panjang Kirana yang bergelung tersibak angin. Wanita itu mendekati Ardian dan memangkas jarak di antara keduanya.

“Tidak punya pilihan? Jangan konyol, Adrian! Kau memilih menghancurkan aku. Kau memilih meninggalkanku demi citramu, demi keluargamu, demi perusahaannya!” ucap Kirana dengan penuh penekanan. Aroma mint dari mulutnya tercium. Sementara itu, m matanya memerah penuh kemarahan.

Kirana berbalik dan melangkah dengan anggun meninggalkan Adrian yang terdiam di tempat. Namun, kakinya seolah terpaku sejenak, “kau tidak perlu menjelaskan apa pun karena aku sudah tahu semuanya. Aku tahu bahwa pernikahan ini hanyalah sandiwara. Dan aku janji Adrian! Akan kupastikan kau menderita lebih dari yang kau lakukan padaku,” cecar Kirana dengan penuh penekanan. Kata-katanya menggantung di udara seolah mengisyaratkan bahwa badai akan datang.

Ucapan kirana bagaikan belati beracun yang siap menikamnya berkali-kali. Adrian tahu Kirana bukan tipe wanita yang bisa dipermainkan. Dia terlalu cerdas, terlalu berbahaya. Dan kini, dia telah menyatakan perang. Kini, apa yang harus Adrian lakukan?

Related chapters

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Bukan CS Biasa

    Saat kembali ke kamar hotel. Adrian mendapati Raisa sudah lebih dulu duduk di bibir ranjang membuka gaun pengantin dengan gurat wajah yang lelah. “Jadi malam ini kita harus berpura-pura bahagia juga, Pak?” Tanya Raisa dengan suara datar, tanpa menoleh ke Adrian. Laki-laki yang berdiri dekat jendela kaca besar hotel itu tak menjawab. Dia mengeluarkan tangan kiri yang masuk di saku celananya seraya berjalan ke arah minibar dan menuangkan segelas anggur merah dan meneguknya dalam diam. Adrian tak tahu mana yang lebih buruk. Pernikahan tanpa cinta ini atau ancaman Kirana yang kini menggantung di atas kepalanya? Dadanya bertalu-talu macam ada gunung yang hendak meletus. Pemandangan kota Jambi yang berkilauan di malam hari, dinding hotel berlapis kayu dengan sentuhan emas berpadu dengan wallpaper cream tiba-tiba meredup. Gaun Raisa yang biru muda dan bibirnya yang merah juga mendadak luntur menjadi monokrom, hilang warna, kemudian mengabu. Yang jelas, ucapan Kirana adalah satu hal y

    Last Updated : 2025-02-06
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Pria Bertopeng

    “Siapa kau?!” teriak Adrian. Kedua tangannya refleks membentang melindungi Raisa yang ada di belakang punggungnya. “Tidak perlu tau siapa aku! Biarkan aku membawa perempuan yang ada di belakangmu.” Udara di sekitar mendadak terasa lebih berat. Laki-laki itu semakin mendekat tanpa ragu sedikit pun. “Mendekat satu langkah akan kubuat sepatumu tertinggal di sana.” Alis Adrian bertaut. Tampak wajahnya berubah menjadi keras. Sementara itu, Raisa merasa kebingungan. Jantungnya berdebar kencang, seperti palu yang terus menghantam dinding dadanya. Tanpa membuang waktu, Adrian mengayunkan tinjunya ke arah wajah pria bertopeng. Namun, lawannya terlalu cepat dan gesit, pria bertopeng itu menunduk, menangkap pergelangan tangannya, lalu memelintirnya dengan kekuatan brutal. Adrian terjatuh begitu saja. Dibalik topeng terdengar suara tawa menyeringai mendekat ke arah Raisa. Sontak sepatu tingginya menyeret beberapa langkah ke belakang. Adrian berusaha bangun meski rasa sakit menjalar dari

    Last Updated : 2025-03-11
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Rahasia Terungkap di Rumah Sakit

    “Ica ….,” jerit Ratih setelah knop pintu rumah sakit berdecit. Aroma antiseptik bercampur dengan wangi bunga segar dari vas di atas meja menguar. Ratih sedikit merasa salah tingkah setelah mengetahui Adrian juga berada di ruangan itu.“Eh … maaf, Pak. Ternyata ada Pak Adrian di sini,” ucapnya seraya tertunduk sopan. Adrian menatap sebentar ke arah wanita berambut pendek dengan wajah dramatis itu menaruh sekantong makanan di atas nakas.Sekilas, Ratih melihat atasannya itu menarik napas pendek beberapa kali seperti menahan ketidaknyamanan yang langsung merayapi tubuhnya. Menyadari akan hal itu, Ratih memberikan sebotol air mineral kepada Adrian.“Tidak, terima kasih,” balas Adrian dingin. Mata Adrian berkeliling, berusaha mengalihkan fokus dari bau antiseptik yang menganggunya semalaman karena menjaga Raisa. Adrian sebenarnya tak tahan. Bukan hanya bau antiseptik, tapi juga kenangan yang tiba-tiba muncul tanpa permisi. Rumah sakit selalu memberinya perasaan tidak nyaman.“Kebetulan

    Last Updated : 2025-03-12
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Terjebak di Cold Room

    “Tolong! Tolong! Apa ada orang di luar sana? Tolong buka pintunya!” Pekik Adrian seraya mengetuk dengan kuat pintu cold room. Tidak ada siapa pun yang menjawab dan membukakan pintu. Adrian terjebak bersama dengan seorang cleaning service di dalam ruangan bersuhu kurang dari 20 derajat Celcius. “Cepat cari bantuan. Telepon siapa pun atau terserah. Kita bisa mati di ruangan dingin ini.” Raisa merogoh benda pipih yang ada di saku celananya dan mengetuk beberapa kali layar ponsel. Namun, panggilan telepon baru saja hendak terhubung tiba-tiba ponselnya mati begitu saja. “Baterainya habis, Pak,” ucap Raisa panik. Laki-laki berusia dua puluh tujuh tahun itu tersandar di pintu dan mengusap kedua wajahnya dengan kasar setelah menyadari bahwa ponselnya juga tertinggal di meja kerjanya. Adrian kembali berteriak sekuat tenaga meminta pertolongan, namun tidak ada siapa pun yang datang untuk menyelamatkan seorang CEO dari Carghost Intercoparated ternama di kota Jambi itu. Laki-laki blasteran

    Last Updated : 2025-02-06
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Skandal dibalik Pintu Terkunci

    Jarum jam di tangan berhenti pada angka dua belas, sementara jarum panjang duduk manis di tengah angka sebelas. Suhu beku tadi sudah seperti malaikat yang siap merenggut nyawa mereka berdua. Panik, namun berhasil dihentikan.”Sudah lima jam kita di sini, tapi belum ada siapa pun yang datang.”Adrian menghirup udara dalam-dalam karena pasokan udara di ruangan itu mulai berkurang. Mesin refregarasi sudah berhasil disumbat dengan potongan daging dan yang tersisa hanya aromanya yang menyengat.”Bantuan akan datang sebentar lagi. Kita tunggu saja, Pak,” sahut Raisa dengan nada penuh keyakinan. “Saya yakin ini bukan kecelakaan semata. Pasti ada dalang di balik semua ini.” Mata wanita berambut sebahu itu berkelabat seraya memeluk kedua lututnya.Adrian mengayunkan kaki mendekati Raisa yang terduduk di lantai. Seluruh wajahnya tampak menyala seperti api yang siap membakar. ”Apa maksudmu?” ucap Adrian pelan namun menusuk. “Aku sering mendengar percakapan orang-orang penting di kantor yang ing

    Last Updated : 2025-02-06
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Keterpaksaan

    “M-menikah?” Tanya Raisa dengan mulut setengah menganga. Jika wanita itu bukan Raisa sudah pasti hatinya berbunga-bunga mendengar kata menikah yang keluar dari mulut seorang pria tampan dan berkedudukan seperti Adrian. Namun, mengawali pernikahan karena terpaksa demi menjaga citra baiknya di depan orang-orang bukanlah awal yang baik. Menikah macam apa itu? Batin Raisa bergejolak. ”Saya tidak mau, Pak,” tolak Raisa dengan gelengan cepat. Adrian menatap lekat wajah Raisa. Dan untuk pertama kalinya mata elang itu mengarah pada seorang wanita. Sorot mata itu jelas bukan karena mengagumi wanita di depannya, melainkan membuat siapa pun merasa terintimidasi. Raisa perlahan menunduk dan menurunkan pandangannya. “Kalau kamu menolak menikah dengan saya maka bukan cuma perusahaan ini yang bangkrut. Kamu dan ratusan orang pegawai juga angkat kaki dari sini,” seloroh Adrian dengan wajah serius. Deg! Tiba-tiba Raisa langsung teringat dengan Raihan dan Rais. Begitu juga papanya. Kalau dia

    Last Updated : 2025-02-06

Latest chapter

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Rahasia Terungkap di Rumah Sakit

    “Ica ….,” jerit Ratih setelah knop pintu rumah sakit berdecit. Aroma antiseptik bercampur dengan wangi bunga segar dari vas di atas meja menguar. Ratih sedikit merasa salah tingkah setelah mengetahui Adrian juga berada di ruangan itu.“Eh … maaf, Pak. Ternyata ada Pak Adrian di sini,” ucapnya seraya tertunduk sopan. Adrian menatap sebentar ke arah wanita berambut pendek dengan wajah dramatis itu menaruh sekantong makanan di atas nakas.Sekilas, Ratih melihat atasannya itu menarik napas pendek beberapa kali seperti menahan ketidaknyamanan yang langsung merayapi tubuhnya. Menyadari akan hal itu, Ratih memberikan sebotol air mineral kepada Adrian.“Tidak, terima kasih,” balas Adrian dingin. Mata Adrian berkeliling, berusaha mengalihkan fokus dari bau antiseptik yang menganggunya semalaman karena menjaga Raisa. Adrian sebenarnya tak tahan. Bukan hanya bau antiseptik, tapi juga kenangan yang tiba-tiba muncul tanpa permisi. Rumah sakit selalu memberinya perasaan tidak nyaman.“Kebetulan

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Pria Bertopeng

    “Siapa kau?!” teriak Adrian. Kedua tangannya refleks membentang melindungi Raisa yang ada di belakang punggungnya. “Tidak perlu tau siapa aku! Biarkan aku membawa perempuan yang ada di belakangmu.” Udara di sekitar mendadak terasa lebih berat. Laki-laki itu semakin mendekat tanpa ragu sedikit pun. “Mendekat satu langkah akan kubuat sepatumu tertinggal di sana.” Alis Adrian bertaut. Tampak wajahnya berubah menjadi keras. Sementara itu, Raisa merasa kebingungan. Jantungnya berdebar kencang, seperti palu yang terus menghantam dinding dadanya. Tanpa membuang waktu, Adrian mengayunkan tinjunya ke arah wajah pria bertopeng. Namun, lawannya terlalu cepat dan gesit, pria bertopeng itu menunduk, menangkap pergelangan tangannya, lalu memelintirnya dengan kekuatan brutal. Adrian terjatuh begitu saja. Dibalik topeng terdengar suara tawa menyeringai mendekat ke arah Raisa. Sontak sepatu tingginya menyeret beberapa langkah ke belakang. Adrian berusaha bangun meski rasa sakit menjalar dari

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Bukan CS Biasa

    Saat kembali ke kamar hotel. Adrian mendapati Raisa sudah lebih dulu duduk di bibir ranjang membuka gaun pengantin dengan gurat wajah yang lelah. “Jadi malam ini kita harus berpura-pura bahagia juga, Pak?” Tanya Raisa dengan suara datar, tanpa menoleh ke Adrian. Laki-laki yang berdiri dekat jendela kaca besar hotel itu tak menjawab. Dia mengeluarkan tangan kiri yang masuk di saku celananya seraya berjalan ke arah minibar dan menuangkan segelas anggur merah dan meneguknya dalam diam. Adrian tak tahu mana yang lebih buruk. Pernikahan tanpa cinta ini atau ancaman Kirana yang kini menggantung di atas kepalanya? Dadanya bertalu-talu macam ada gunung yang hendak meletus. Pemandangan kota Jambi yang berkilauan di malam hari, dinding hotel berlapis kayu dengan sentuhan emas berpadu dengan wallpaper cream tiba-tiba meredup. Gaun Raisa yang biru muda dan bibirnya yang merah juga mendadak luntur menjadi monokrom, hilang warna, kemudian mengabu. Yang jelas, ucapan Kirana adalah satu hal y

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Semakin Rumit

    Desas-desus langsung terdengar di telinga, tapi tak ada satu pun yang berani menyangkal kenapa direktur utama itu mau menikahi seorang cleaning service. Sementara itu, di balik pintu kaca berdiri seorang wanita dengan gincu merah menyala dan hati yang menyala-nyala pula. Dia mengepalkan kedua tangan dan hampir ingin memukul pintu kaca, namun tangannya menggantung di udara. “Apa aku harus jadi cleaning service dulu supaya bisa menikah dengan Adrian?” Mira mendengus kesal. Ternyata usahanya untuk menjadi pahlawan jikalau reputasi Adrian hancur tidak benar-benar menjadi kenyataan. Justru Adrian melindungi perempuan itu bahkan menyanjungnya di hadapan semua orang. *** Langit senja memerah saat Adrian melangkah keluar dari kantornya. Langkahnya berat, seakan ada rantai tak kasat mata mengekangnya. Hari ini, dia resmi menikah dengan Raisa. Sebuah keputusan yang diambil bukan karena cinta, melainkan demi menyelamatkan citra perusahaannya. Kabar skandal yang hampir menghancurkan bisnis

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Keterpaksaan

    “M-menikah?” Tanya Raisa dengan mulut setengah menganga. Jika wanita itu bukan Raisa sudah pasti hatinya berbunga-bunga mendengar kata menikah yang keluar dari mulut seorang pria tampan dan berkedudukan seperti Adrian. Namun, mengawali pernikahan karena terpaksa demi menjaga citra baiknya di depan orang-orang bukanlah awal yang baik. Menikah macam apa itu? Batin Raisa bergejolak. ”Saya tidak mau, Pak,” tolak Raisa dengan gelengan cepat. Adrian menatap lekat wajah Raisa. Dan untuk pertama kalinya mata elang itu mengarah pada seorang wanita. Sorot mata itu jelas bukan karena mengagumi wanita di depannya, melainkan membuat siapa pun merasa terintimidasi. Raisa perlahan menunduk dan menurunkan pandangannya. “Kalau kamu menolak menikah dengan saya maka bukan cuma perusahaan ini yang bangkrut. Kamu dan ratusan orang pegawai juga angkat kaki dari sini,” seloroh Adrian dengan wajah serius. Deg! Tiba-tiba Raisa langsung teringat dengan Raihan dan Rais. Begitu juga papanya. Kalau dia

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Skandal dibalik Pintu Terkunci

    Jarum jam di tangan berhenti pada angka dua belas, sementara jarum panjang duduk manis di tengah angka sebelas. Suhu beku tadi sudah seperti malaikat yang siap merenggut nyawa mereka berdua. Panik, namun berhasil dihentikan.”Sudah lima jam kita di sini, tapi belum ada siapa pun yang datang.”Adrian menghirup udara dalam-dalam karena pasokan udara di ruangan itu mulai berkurang. Mesin refregarasi sudah berhasil disumbat dengan potongan daging dan yang tersisa hanya aromanya yang menyengat.”Bantuan akan datang sebentar lagi. Kita tunggu saja, Pak,” sahut Raisa dengan nada penuh keyakinan. “Saya yakin ini bukan kecelakaan semata. Pasti ada dalang di balik semua ini.” Mata wanita berambut sebahu itu berkelabat seraya memeluk kedua lututnya.Adrian mengayunkan kaki mendekati Raisa yang terduduk di lantai. Seluruh wajahnya tampak menyala seperti api yang siap membakar. ”Apa maksudmu?” ucap Adrian pelan namun menusuk. “Aku sering mendengar percakapan orang-orang penting di kantor yang ing

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Terjebak di Cold Room

    “Tolong! Tolong! Apa ada orang di luar sana? Tolong buka pintunya!” Pekik Adrian seraya mengetuk dengan kuat pintu cold room. Tidak ada siapa pun yang menjawab dan membukakan pintu. Adrian terjebak bersama dengan seorang cleaning service di dalam ruangan bersuhu kurang dari 20 derajat Celcius. “Cepat cari bantuan. Telepon siapa pun atau terserah. Kita bisa mati di ruangan dingin ini.” Raisa merogoh benda pipih yang ada di saku celananya dan mengetuk beberapa kali layar ponsel. Namun, panggilan telepon baru saja hendak terhubung tiba-tiba ponselnya mati begitu saja. “Baterainya habis, Pak,” ucap Raisa panik. Laki-laki berusia dua puluh tujuh tahun itu tersandar di pintu dan mengusap kedua wajahnya dengan kasar setelah menyadari bahwa ponselnya juga tertinggal di meja kerjanya. Adrian kembali berteriak sekuat tenaga meminta pertolongan, namun tidak ada siapa pun yang datang untuk menyelamatkan seorang CEO dari Carghost Intercoparated ternama di kota Jambi itu. Laki-laki blasteran

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status