Share

Bukan CS Biasa

Penulis: Ara Hakim
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-06 07:31:31

Saat kembali ke kamar hotel. Adrian mendapati Raisa sudah lebih dulu duduk di bibir ranjang membuka gaun pengantin dengan gurat wajah yang lelah.

“Jadi malam ini kita harus berpura-pura bahagia juga, Pak?” Tanya Raisa dengan suara datar, tanpa menoleh ke Adrian.

Laki-laki yang berdiri dekat jendela kaca besar hotel itu tak menjawab. Dia mengeluarkan tangan kiri yang masuk di saku celananya seraya berjalan ke arah minibar dan menuangkan segelas anggur merah dan meneguknya dalam diam.

Adrian tak tahu mana yang lebih buruk. Pernikahan tanpa cinta ini atau ancaman Kirana yang kini menggantung di atas kepalanya? Dadanya bertalu-talu macam ada gunung yang hendak meletus.

Pemandangan kota Jambi yang berkilauan di malam hari, dinding hotel berlapis kayu dengan sentuhan emas berpadu dengan wallpaper cream tiba-tiba meredup. Gaun Raisa yang biru muda dan bibirnya yang merah juga mendadak luntur menjadi monokrom, hilang warna, kemudian mengabu. Yang jelas, ucapan Kirana adalah satu hal yang pasti. Ini baru lah permulaan.

Malam pertama yang diidam-idamkan setiap pengantin adalah hal yang mustahil untuk Adrian dan Raisa. Jangankan sentuhan, satu patah kata pun tidak ada yang lolos dari mulut Adrian. Adrian tertidur di sofa empuk di samping meja marmer kecil yang dihiasi bunga segar. Sementara itu, Raisa tidur di ranjang king-size.

Keesokan harinya, mereka berangkat bekerja seperti biasa. Namun, kali ini dengan kondisi yang berbeda.

Demi menjaga citranya tetap baik di hadapan semua orang, Adrian mengangkat Raisa menjadi seorang direktur di perusahaannya. Adrian tak ingin orang-orang memandang rendah istrinya itu sebagai cleaning service.

***

Waktu melaju begitu cepat seakan-akan baru kemarin dimulai. Tanpa terasa satu bulan sudah berlalu Raisa hidup satu atap dengan laki-laki yang dulunya adalah atasan di tempatnya bekerja.

Namun, setiap jam pulang kantor dia selalu menyempatkan diri untuk menjenguk papa dan kedua adik laki-lakinya untuk memastikan semua kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Raisa juga rutin mengantar Raihadi untuk terapi setiap sepekan sekali. Setelah itu, dia akan kembali ke rumah mewah yang dibeli Adrian yang mereka tingggali bersama.

Rumah yang ditempati Raisa luas, megah, tetapi sunyi. Dindingnya berdiri kokoh, namun dingin tanpa kehangatan. Di dalamnya ada dua manusia yang berjalan di lorong yang sama, duduk di meja makan yang sama, mereka tinggal di satu atap yang sama, namun tidak benar-benar hidup bersama.

Raisa dengan sabar menjalankan perannya dengan sempurna. Menjadi seorang istri, wanita karir sekaligus inteligent untuk mengusut kematian ibunya.

Meja makan juga selalu tertata sempurna, tetapi makanan di atasnya lebih sering dimakan dalam diam, tanpa ada obrolan ringan atau hanya sekedar pertanyaan sederhana, “bagaimana harimu?”

Tidak ada panggilan sayang, tidak ada panggilan romantis baik itu di rumah atau pun di kantor dia akan tetap memanggil Adrian dengan sebutan bapak layaknya atasan dan bawahan. Pun begitu juga Adrian. Semua berjalan terlalu kaku.

Akan tetapi, bagi Raisa itu bukanlah sesuatu yang harus dipermasalahkan. Dia rela mengesampingkan perasaan dan masa depannya asalkan kematian ibunya segera terungkap. Jika suatu saat dia menjatuhkan perasaannya kepada Ardian baginya itu adalah sebuah ketidaksengajaan.

***

Malam itu, Adrian duduk di ruang kerjanya dengan pikiran yang berdesakan masuk di kepala. Tumpukan dokumen di atas meja membuatnya harus lembur dengan beberapa karyawan kantor. Termasuk Raisa yang tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menjalankan misinya.

Di sela kesibukannya berjibaku dengan beberapa dokumen tiba-tiba berkelebat di kepalanya tentang sosok Raisa. Semakin lama dia mengenal Raisa, semakin banyak kejanggalan yang muncul. Cara Raisa menghadapi tekanan di perusahaan, kecerdasannya dalam membaca situasi, bahkan keberaniannya melawan para direksi. Adrian tak menyangka orang yang pernah menjadi cleaning service itu terlalu terlatih untuk hal seperti itu.

”Ini berkasnya, Bos.” Salah satu detektif suruhan Adrian menyodorkan dokumen tebal yang menyelidiki latar belakang Raisa.

Jantung Adrian berdengung kencang saat membuka halaman pertama. Nama asli Raisa bukanlah Raisa Puteri. Dokumen itu berisi riwayat hidupnya— masa kecil yang sulit. Orang tua yang meninggal secara misterius serta jejaknya yang menghilang bertahun-tahun sebelum tiba-tiba muncul sebagai cleaning service perusahaannya. Adrian memutuskan untuk menanyakan secara langsung kepada Raisa malam itu juga.

Adrian mengayunkan kaki dengan dada yang membuncah. “Raisa!” Suara Adrian menggema ke seluruh Ruangan. Namun, setelah menyadari Raisa tidak ada di ruang kerjanya Adrian segera melangkahkan kaki ke ruangan arsip yang berada di lantai bawah.

Sementara itu di saat yang sama, Raisa berada di ruang arsip lantai bawah, memegang sebuah berkas tua dengan tangan gemetar. Dia tahu waktunya sudah hampir habis. Adrian terlalu pintar untuk tidak menyadari sesuatu.

Ketukan suara sepatu terdengar berirama dari kejauhan. Raisa terlonjak mendengar pintu ditutup di belakangnya dan gegas dia memasukkan dokumen itu ke dalam tasnya dengan tangan berkeringat.

”Apa yang kau sembunyikan Raisa,” lirih Adrian. Tatapannya tajam seperti pedang, seolah mampu menembus ke dalam jiwa seseorang.

Raisa cepat mengendalikan ekspresinya, “saya tidak mengerti maksud Anda, Pak,” balas Raisa tersenyum tipis berusaha tenang.

Adrian melemparkan berkas dari detektifnya ke dada Raisa. Dia tidak peduli bahwa Raisa itu adalah istrinya. Berkas itu jatuh dan berhamburan di lantai.

“Nama aslimu bukan Raisa Puteri. Kau bukan hanya seorang cleaning service biasa. Apa sebenarnya tujuanmu datang ke perusahaanku?” Cecar Adrian seraya memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Ketiaknya terbuka sedikit. Sorot matanya tajam dan penuh determinasi, menunjukkan bahwa dia tahu apa yang harus dilakukan.

Raisa bergeming. Matanya menyapu seluruh isi dokumen yang tergeletak di lantai. Sejenak dia tampak ragu, tetapi akhirnya menghela napas dan menatap Adrian dengan dengan ekspresi serius.

“Aku memang bukan Raisa Puteri. Dan aku bukan cleaning service biasa. Tapi aku juga bukan musuhmu, Adrian,” lirih Raisa.

Adrian mendekat, “lalu siapa kau? Apa yang kau cari di sini?” Tanya Adrian dengan mata yang menyala.

Raisa menarik bibir bawah antara giginya, “Aku mencari kebenaran tentang kematian orang tuaku. Dan perusahaanmu terhubung dengan semuanya.

Adrian menatap Raisa dengan tatapan nyalang. “Perusahaanku tidak ada hubungannnya dengan itu!” dengus Adrian. Jawaban yang dilontarkan Raisa tak pernah dia duga sebelumnya.

Kedua tangan kekar itu mencengkeram kuat lengan Raisa. Kedua mata mereka bertemu untuk kedua kalinya saat insiden tak sengaja terjebak di gudang waktu itu. Mata itu kembali bertemu di saat yang tidak tepat. Tapi mereka sadari benih cinta mulai bersemi di antara keduanya.

Raisa berusaha mengambil alih kesadarannya. Bibir tipis itu melengkung menciptakan tertawa getir dan menepis kedua tangan Ardian sampai terlepas.

”Benarkah? Aku sudah menyelidikinya selama bertahun-tahun Adrian. Ada sesuatu yang tersembunyi di sini. Dan aku akan menemukannya,” seloroh Raisa dengan menyilangkan kedua tangannya. Kali ini Raisa bersikap lebih berani di hadapan Adrian.

Di kondisi yang lain seorang pria mengenakan jas hitam yang tampak sedikit lusuh. Sepatu kulit pria bertubuh tegap itu bergema di lantai basement yang sepi. Ketukan sepatunya mencekam macam sirine ambulance yang siap menyampaikan kabar kematian seseorang.

Tatapannya liar penuh kewaspadaan seolah mencari sesuatu yang bisa meledakkan kapan saja. Baru saja Adrian hendak menjawab ucapan Raisa, suara gadung terdengar dari luar. Dia menorobos masuk dengan mata penuh amarah.

”Raisa! Berhenti mencari tau kematian ibumu! atau kau akan ikut mati bersama ibumu!" ancam laki-laki bertubuh kekar itu.

Matanya, satu-satunya bagian yang terlihat, bersinar dingin seperti pisau yang baru diasah.

Adrian reflek menarik Raisa menarik Raisa di belakangnya untuk melindungi. Sementara Raisa menatap pria itu dengan mata penuh ketakutan dan dendam.

”Siapa dia?” Adrian berbisik pada Raisa.

”Aku tidak tau,” lirih Raisa. Wajahnya mendadak menjadi kosong.

Bab terkait

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Pria Bertopeng

    “Siapa kau?!” teriak Adrian. Kedua tangannya refleks membentang melindungi Raisa yang ada di belakang punggungnya. “Tidak perlu tau siapa aku! Biarkan aku membawa perempuan yang ada di belakangmu.” Udara di sekitar mendadak terasa lebih berat. Laki-laki itu semakin mendekat tanpa ragu sedikit pun. “Mendekat satu langkah akan kubuat sepatumu tertinggal di sana.” Alis Adrian bertaut. Tampak wajahnya berubah menjadi keras. Sementara itu, Raisa merasa kebingungan. Jantungnya berdebar kencang, seperti palu yang terus menghantam dinding dadanya. Tanpa membuang waktu, Adrian mengayunkan tinjunya ke arah wajah pria bertopeng. Namun, lawannya terlalu cepat dan gesit, pria bertopeng itu menunduk, menangkap pergelangan tangannya, lalu memelintirnya dengan kekuatan brutal. Adrian terjatuh begitu saja. Dibalik topeng terdengar suara tawa menyeringai mendekat ke arah Raisa. Sontak sepatu tingginya menyeret beberapa langkah ke belakang. Adrian berusaha bangun meski rasa sakit menjalar dari

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Rahasia Terungkap di Rumah Sakit

    “Ica ….,” jerit Ratih setelah knop pintu rumah sakit berdecit. Aroma antiseptik bercampur dengan wangi bunga segar dari vas di atas meja menguar. Ratih sedikit merasa salah tingkah setelah mengetahui Adrian juga berada di ruangan itu.“Eh … maaf, Pak. Ternyata ada Pak Adrian di sini,” ucapnya seraya tertunduk sopan. Adrian menatap sebentar ke arah wanita berambut pendek dengan wajah dramatis itu menaruh sekantong makanan di atas nakas.Sekilas, Ratih melihat atasannya itu menarik napas pendek beberapa kali seperti menahan ketidaknyamanan yang langsung merayapi tubuhnya. Menyadari akan hal itu, Ratih memberikan sebotol air mineral kepada Adrian.“Tidak, terima kasih,” balas Adrian dingin. Mata Adrian berkeliling, berusaha mengalihkan fokus dari bau antiseptik yang menganggunya semalaman karena menjaga Raisa. Adrian sebenarnya tak tahan. Bukan hanya bau antiseptik, tapi juga kenangan yang tiba-tiba muncul tanpa permisi. Rumah sakit selalu memberinya perasaan tidak nyaman.“Kebetulan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Terjebak di Cold Room

    “Tolong! Tolong! Apa ada orang di luar sana? Tolong buka pintunya!” Pekik Adrian seraya mengetuk dengan kuat pintu cold room. Tidak ada siapa pun yang menjawab dan membukakan pintu. Adrian terjebak bersama dengan seorang cleaning service di dalam ruangan bersuhu kurang dari 20 derajat Celcius. “Cepat cari bantuan. Telepon siapa pun atau terserah. Kita bisa mati di ruangan dingin ini.” Raisa merogoh benda pipih yang ada di saku celananya dan mengetuk beberapa kali layar ponsel. Namun, panggilan telepon baru saja hendak terhubung tiba-tiba ponselnya mati begitu saja. “Baterainya habis, Pak,” ucap Raisa panik. Laki-laki berusia dua puluh tujuh tahun itu tersandar di pintu dan mengusap kedua wajahnya dengan kasar setelah menyadari bahwa ponselnya juga tertinggal di meja kerjanya. Adrian kembali berteriak sekuat tenaga meminta pertolongan, namun tidak ada siapa pun yang datang untuk menyelamatkan seorang CEO dari Carghost Intercoparated ternama di kota Jambi itu. Laki-laki blasteran

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Skandal dibalik Pintu Terkunci

    Jarum jam di tangan berhenti pada angka dua belas, sementara jarum panjang duduk manis di tengah angka sebelas. Suhu beku tadi sudah seperti malaikat yang siap merenggut nyawa mereka berdua. Panik, namun berhasil dihentikan.”Sudah lima jam kita di sini, tapi belum ada siapa pun yang datang.”Adrian menghirup udara dalam-dalam karena pasokan udara di ruangan itu mulai berkurang. Mesin refregarasi sudah berhasil disumbat dengan potongan daging dan yang tersisa hanya aromanya yang menyengat.”Bantuan akan datang sebentar lagi. Kita tunggu saja, Pak,” sahut Raisa dengan nada penuh keyakinan. “Saya yakin ini bukan kecelakaan semata. Pasti ada dalang di balik semua ini.” Mata wanita berambut sebahu itu berkelabat seraya memeluk kedua lututnya.Adrian mengayunkan kaki mendekati Raisa yang terduduk di lantai. Seluruh wajahnya tampak menyala seperti api yang siap membakar. ”Apa maksudmu?” ucap Adrian pelan namun menusuk. “Aku sering mendengar percakapan orang-orang penting di kantor yang ing

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Keterpaksaan

    “M-menikah?” Tanya Raisa dengan mulut setengah menganga. Jika wanita itu bukan Raisa sudah pasti hatinya berbunga-bunga mendengar kata menikah yang keluar dari mulut seorang pria tampan dan berkedudukan seperti Adrian. Namun, mengawali pernikahan karena terpaksa demi menjaga citra baiknya di depan orang-orang bukanlah awal yang baik. Menikah macam apa itu? Batin Raisa bergejolak. ”Saya tidak mau, Pak,” tolak Raisa dengan gelengan cepat. Adrian menatap lekat wajah Raisa. Dan untuk pertama kalinya mata elang itu mengarah pada seorang wanita. Sorot mata itu jelas bukan karena mengagumi wanita di depannya, melainkan membuat siapa pun merasa terintimidasi. Raisa perlahan menunduk dan menurunkan pandangannya. “Kalau kamu menolak menikah dengan saya maka bukan cuma perusahaan ini yang bangkrut. Kamu dan ratusan orang pegawai juga angkat kaki dari sini,” seloroh Adrian dengan wajah serius. Deg! Tiba-tiba Raisa langsung teringat dengan Raihan dan Rais. Begitu juga papanya. Kalau dia

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Semakin Rumit

    Desas-desus langsung terdengar di telinga, tapi tak ada satu pun yang berani menyangkal kenapa direktur utama itu mau menikahi seorang cleaning service. Sementara itu, di balik pintu kaca berdiri seorang wanita dengan gincu merah menyala dan hati yang menyala-nyala pula. Dia mengepalkan kedua tangan dan hampir ingin memukul pintu kaca, namun tangannya menggantung di udara. “Apa aku harus jadi cleaning service dulu supaya bisa menikah dengan Adrian?” Mira mendengus kesal. Ternyata usahanya untuk menjadi pahlawan jikalau reputasi Adrian hancur tidak benar-benar menjadi kenyataan. Justru Adrian melindungi perempuan itu bahkan menyanjungnya di hadapan semua orang. *** Langit senja memerah saat Adrian melangkah keluar dari kantornya. Langkahnya berat, seakan ada rantai tak kasat mata mengekangnya. Hari ini, dia resmi menikah dengan Raisa. Sebuah keputusan yang diambil bukan karena cinta, melainkan demi menyelamatkan citra perusahaannya. Kabar skandal yang hampir menghancurkan bisnis

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06

Bab terbaru

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Rahasia Terungkap di Rumah Sakit

    “Ica ….,” jerit Ratih setelah knop pintu rumah sakit berdecit. Aroma antiseptik bercampur dengan wangi bunga segar dari vas di atas meja menguar. Ratih sedikit merasa salah tingkah setelah mengetahui Adrian juga berada di ruangan itu.“Eh … maaf, Pak. Ternyata ada Pak Adrian di sini,” ucapnya seraya tertunduk sopan. Adrian menatap sebentar ke arah wanita berambut pendek dengan wajah dramatis itu menaruh sekantong makanan di atas nakas.Sekilas, Ratih melihat atasannya itu menarik napas pendek beberapa kali seperti menahan ketidaknyamanan yang langsung merayapi tubuhnya. Menyadari akan hal itu, Ratih memberikan sebotol air mineral kepada Adrian.“Tidak, terima kasih,” balas Adrian dingin. Mata Adrian berkeliling, berusaha mengalihkan fokus dari bau antiseptik yang menganggunya semalaman karena menjaga Raisa. Adrian sebenarnya tak tahan. Bukan hanya bau antiseptik, tapi juga kenangan yang tiba-tiba muncul tanpa permisi. Rumah sakit selalu memberinya perasaan tidak nyaman.“Kebetulan

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Pria Bertopeng

    “Siapa kau?!” teriak Adrian. Kedua tangannya refleks membentang melindungi Raisa yang ada di belakang punggungnya. “Tidak perlu tau siapa aku! Biarkan aku membawa perempuan yang ada di belakangmu.” Udara di sekitar mendadak terasa lebih berat. Laki-laki itu semakin mendekat tanpa ragu sedikit pun. “Mendekat satu langkah akan kubuat sepatumu tertinggal di sana.” Alis Adrian bertaut. Tampak wajahnya berubah menjadi keras. Sementara itu, Raisa merasa kebingungan. Jantungnya berdebar kencang, seperti palu yang terus menghantam dinding dadanya. Tanpa membuang waktu, Adrian mengayunkan tinjunya ke arah wajah pria bertopeng. Namun, lawannya terlalu cepat dan gesit, pria bertopeng itu menunduk, menangkap pergelangan tangannya, lalu memelintirnya dengan kekuatan brutal. Adrian terjatuh begitu saja. Dibalik topeng terdengar suara tawa menyeringai mendekat ke arah Raisa. Sontak sepatu tingginya menyeret beberapa langkah ke belakang. Adrian berusaha bangun meski rasa sakit menjalar dari

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Bukan CS Biasa

    Saat kembali ke kamar hotel. Adrian mendapati Raisa sudah lebih dulu duduk di bibir ranjang membuka gaun pengantin dengan gurat wajah yang lelah. “Jadi malam ini kita harus berpura-pura bahagia juga, Pak?” Tanya Raisa dengan suara datar, tanpa menoleh ke Adrian. Laki-laki yang berdiri dekat jendela kaca besar hotel itu tak menjawab. Dia mengeluarkan tangan kiri yang masuk di saku celananya seraya berjalan ke arah minibar dan menuangkan segelas anggur merah dan meneguknya dalam diam. Adrian tak tahu mana yang lebih buruk. Pernikahan tanpa cinta ini atau ancaman Kirana yang kini menggantung di atas kepalanya? Dadanya bertalu-talu macam ada gunung yang hendak meletus. Pemandangan kota Jambi yang berkilauan di malam hari, dinding hotel berlapis kayu dengan sentuhan emas berpadu dengan wallpaper cream tiba-tiba meredup. Gaun Raisa yang biru muda dan bibirnya yang merah juga mendadak luntur menjadi monokrom, hilang warna, kemudian mengabu. Yang jelas, ucapan Kirana adalah satu hal y

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Semakin Rumit

    Desas-desus langsung terdengar di telinga, tapi tak ada satu pun yang berani menyangkal kenapa direktur utama itu mau menikahi seorang cleaning service. Sementara itu, di balik pintu kaca berdiri seorang wanita dengan gincu merah menyala dan hati yang menyala-nyala pula. Dia mengepalkan kedua tangan dan hampir ingin memukul pintu kaca, namun tangannya menggantung di udara. “Apa aku harus jadi cleaning service dulu supaya bisa menikah dengan Adrian?” Mira mendengus kesal. Ternyata usahanya untuk menjadi pahlawan jikalau reputasi Adrian hancur tidak benar-benar menjadi kenyataan. Justru Adrian melindungi perempuan itu bahkan menyanjungnya di hadapan semua orang. *** Langit senja memerah saat Adrian melangkah keluar dari kantornya. Langkahnya berat, seakan ada rantai tak kasat mata mengekangnya. Hari ini, dia resmi menikah dengan Raisa. Sebuah keputusan yang diambil bukan karena cinta, melainkan demi menyelamatkan citra perusahaannya. Kabar skandal yang hampir menghancurkan bisnis

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Keterpaksaan

    “M-menikah?” Tanya Raisa dengan mulut setengah menganga. Jika wanita itu bukan Raisa sudah pasti hatinya berbunga-bunga mendengar kata menikah yang keluar dari mulut seorang pria tampan dan berkedudukan seperti Adrian. Namun, mengawali pernikahan karena terpaksa demi menjaga citra baiknya di depan orang-orang bukanlah awal yang baik. Menikah macam apa itu? Batin Raisa bergejolak. ”Saya tidak mau, Pak,” tolak Raisa dengan gelengan cepat. Adrian menatap lekat wajah Raisa. Dan untuk pertama kalinya mata elang itu mengarah pada seorang wanita. Sorot mata itu jelas bukan karena mengagumi wanita di depannya, melainkan membuat siapa pun merasa terintimidasi. Raisa perlahan menunduk dan menurunkan pandangannya. “Kalau kamu menolak menikah dengan saya maka bukan cuma perusahaan ini yang bangkrut. Kamu dan ratusan orang pegawai juga angkat kaki dari sini,” seloroh Adrian dengan wajah serius. Deg! Tiba-tiba Raisa langsung teringat dengan Raihan dan Rais. Begitu juga papanya. Kalau dia

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Skandal dibalik Pintu Terkunci

    Jarum jam di tangan berhenti pada angka dua belas, sementara jarum panjang duduk manis di tengah angka sebelas. Suhu beku tadi sudah seperti malaikat yang siap merenggut nyawa mereka berdua. Panik, namun berhasil dihentikan.”Sudah lima jam kita di sini, tapi belum ada siapa pun yang datang.”Adrian menghirup udara dalam-dalam karena pasokan udara di ruangan itu mulai berkurang. Mesin refregarasi sudah berhasil disumbat dengan potongan daging dan yang tersisa hanya aromanya yang menyengat.”Bantuan akan datang sebentar lagi. Kita tunggu saja, Pak,” sahut Raisa dengan nada penuh keyakinan. “Saya yakin ini bukan kecelakaan semata. Pasti ada dalang di balik semua ini.” Mata wanita berambut sebahu itu berkelabat seraya memeluk kedua lututnya.Adrian mengayunkan kaki mendekati Raisa yang terduduk di lantai. Seluruh wajahnya tampak menyala seperti api yang siap membakar. ”Apa maksudmu?” ucap Adrian pelan namun menusuk. “Aku sering mendengar percakapan orang-orang penting di kantor yang ing

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Terjebak di Cold Room

    “Tolong! Tolong! Apa ada orang di luar sana? Tolong buka pintunya!” Pekik Adrian seraya mengetuk dengan kuat pintu cold room. Tidak ada siapa pun yang menjawab dan membukakan pintu. Adrian terjebak bersama dengan seorang cleaning service di dalam ruangan bersuhu kurang dari 20 derajat Celcius. “Cepat cari bantuan. Telepon siapa pun atau terserah. Kita bisa mati di ruangan dingin ini.” Raisa merogoh benda pipih yang ada di saku celananya dan mengetuk beberapa kali layar ponsel. Namun, panggilan telepon baru saja hendak terhubung tiba-tiba ponselnya mati begitu saja. “Baterainya habis, Pak,” ucap Raisa panik. Laki-laki berusia dua puluh tujuh tahun itu tersandar di pintu dan mengusap kedua wajahnya dengan kasar setelah menyadari bahwa ponselnya juga tertinggal di meja kerjanya. Adrian kembali berteriak sekuat tenaga meminta pertolongan, namun tidak ada siapa pun yang datang untuk menyelamatkan seorang CEO dari Carghost Intercoparated ternama di kota Jambi itu. Laki-laki blasteran

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status