Beranda / Romansa / Istriku Bukan Cleaning Service Biasa / Skandal dibalik Pintu Terkunci

Share

Skandal dibalik Pintu Terkunci

Penulis: Ara Hakim
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-06 07:04:37

Jarum pendek jam di tangan berhenti pada angka dua belas. Suhu beku tadi sudah seperti malaikat yang siap merenggut nyawa mereka berdua. Panik, namun berhasil dihentikan.

”Sudah lima jam kita di sini, tapi belum ada siapa pun yang datang.”Adrian menghirup udara dalam-dalam karena pasokan udara di ruangan itu mulai berkurang. Mesin refregarasi sudah berhasil disumbat dengan potongan daging dan yang tersisa hanya aromanya yang menyengat.

”Bantuan akan datang sebentar lagi. Kita tunggu saja, Pak,” sahut Raisa dengan nada penuh keyakinan. “Saya yakin ini bukan kecelakaan semata. Pasti ada dalang di balik semua ini," ucap Raisa.

Mata wanita berambut bergelombang itu berkelabat. Rambutnya sudah tak tertata lagi dan memeluk kedua lututnya di lantai.

Adrian mengayunkan kaki mendekati Raisa yang terduduk. Seluruh wajahnya tampak menyala seperti api yang siap membakar.

”Apa maksudmu?” ucap Adrian pelan namun menusuk.

“Aku sering mendengar percakapan orang-orang penting di kantor yang ingin menghancurkan reputasimu, Pak,” jawab Raisa seraya mendongak menatap Adrian yang berdiri di hadapannya. Sementara Adrian dengan sengaja melemparkan pandangannya sembarang.

Adrian bergeming sejenak mengingat kembali sosok orang yang mengikutinya pada lorong kantor. Apa benar itu ada kaitannya? Tapi siapa dia?

“Kau hanya cleaning service di sini. Tidak ada hak untukmu ikut campur urusan kantor. Fokus saja dengan sapu dan kain pel,” ketus Adrian dengan kedua tangan masuk ke saku dan ketiak sedikit terbuka. Sikapnya seolah sedang menghakimi seorang pencuri.

"Kalau Anda tidak mau percaya, tak apa, Pak," jawab Raisa tertunduk. Sadar bahwa dirinya hanya seorang cleaning service, Raisa memilih tak melanjutkan pembicaraanny.

Adrian terlalu angkuh. Dia tak ingin mendengarkan apa yang orang yang lain sampaikan.

Srek ....

Tiba-tiba terdengar pintu cold room itu dibuka. Mereka sontak menoleh bersamaan.

“Pak Adrian? Bapak ada di sini? Dan ini … Raisa? Apa yang terjadi?” Tanya Ratih yang juga cleaning service—sahabat Raisa.

”Kami terjebak di sini,” tekan Adrian dengan sorot mata yang tajam.

Adrian berlalu meninggalkan Ratna dan Raisa. Sementara itu, Ratih menghambur ke arah Raisa dan memberondongnya dengan banyak pertanyaan.

”Jawab Ica! Jawab! Lu gak diapa-apain kan sama Pak Adrian?” Desak Ratih seraya mengguncang lengan Raisa.

“Aku lapar,” jawab Raisa dengan wajah melas. Pasalnya sekarang memang jam makan siang. Sementara Raisa memang belum makan dari pagi karena tak terbiasa.

”Yaelah! Ini, nih. Makan sisa keripik sambal ubi gue dulu buat ganjel perut.” Ratih menyodorkan sebungkus keripik yang diambil dari saku kerjanya.

Raisa melahap keripik itu dengan sangat bernafsu. Ada bulir bening sebesar biji jagung di dahinya. Mungkin karena dia menahan lapar sejak tadi pagi. Atau mungkin karena sudah? Ratih lekas menggeleng dan menepis sesuatu yang bercokol di kepalanya.

”Lu gak dilecehkan dengan Pak Adrian, ‘kan?” Seloroh Ratih tak sabar. Melihat kondisi Raisa dengan rambut acak-acakan, bibir merahnya tampak pucat, dan ditambah dengan posisi yang dilihatnya tadi, Raisa terduduk dan Adrian berdiri menutupi separuh badannya membuat Ratih berpikir demikian.

Raisa menggeleng cepat, namun bayangan Adrian ketika tak sengaja terjatuh dan menindihnya muncul kembali. Dia menggigit bibir bawahnya dan meyakinkan sendiri bahwa itu bukan pelecehan melainkan ketidaksengajaan.

Perlahan, wajah pucat itu kembali dialiri darah segar karena tenaganya sudah sedikit terisi. Raisa menceritakan rangkaian kejadian dan Ratih menanggapinya dengan manggut-manggut.

Beruntung saat itu panggilan Ratih sempat terhubung meskipun akhirnya mati begitu saja karena baterai ponselnya habis. Ratih memeluk erat tubuh sintal sahabatnya dan begitu menyesal karena tidak datang lebih awal untuk menyelamatkannya.

**

Langit sedikit meredup dan awan berarak-arak. Hujan mulai jatuh perlahan membasahi kulit. Waktu Magrib sudah hampir tiba, Raisa menunggangi kuda besinya dan sesegera mungkin melesat membelah jalan kota Jambi.

“Kakak bawa makanan nggak? Adek lapar,” ucap Raihan adik bungsu Raisa setibanya di rumah.

Raisa menggantung baju hujan yang dikenakannya ke sebuah tiang yang bercabang.

“Ada dong! Ini buat kamu. Jangan lupa kasih Kak Rais juga,” balas Raisa seraya menyodorkan beberapa bungkusan. Meski pun lelah saat pulang bekerja, namun sudut mulutnya tetap muncul jika melihat adik-adiknya bisa makan enak setiap hari.

Raisa kembali mengayunkan kaki menuju kamar ayahnya untuk mengecek kondisinya. Pria paruh baya duduk di kursi roda dengan wajah nanar menatap ke arah jendela.

”Papa. Kita makan, yuk. Ini Raisa belikan nasi goreng sayur kesukaan Papa,” ajak Raisa seraya membuka bungkusan dan meletakkannya di atas piring.

Raihadi urung tersenyum dan wajahnya masih tetap kosong. Semenjak ditinggal meninggal istrinya tiga tahun terakhir dia begitu murung sehingga stressed dan menyebabkan fisiknya melemah. Dan saat itu juga Raisa menjadi tulang punggung demi menghidupi kedua adiknya yaitu Raihan dan Rais.

”Pa … Papa harus sembuh, ya. Kita harus terus melanjutkan hidup meskipun tanpa Mama. Papa jangan khawatir. Raisa akan jaga Papa sebagaimana mama dulu,” lirih Raisa. Dia menatap ke langit-langit sekejap untuk menahan bulir bening jatuh dari sudut matanya. Raisa tak ingin papanya tahu kalau sebenarnya dia juga sangat terpukul kehilangan sosok orang yang paling dicintainya.

Dari bibir ranjang Raisa menoleh dan menatap lekat foto wanita yang tersenyum di atas nakas milik papanya. Dia teringat dulu, mamanya pernah bilang kehilangan itu seperti mengosongkan gelas. Mungkin sekarang rasanya menyakitkan, tapi gelas kosong itu siap diisi lagi dengan hal-hal baru, orang-orang baru, bahkan mimpi-mimpi baru. Kata-kata itu lah yang menjadi penyemangatnya sewaktu gagal dinikahi laki-laki idamannya. Dan ucapan itu pula yang menjadi penguatnya saat kehilangan Rita— sosok ibu yang selalu menghiasi hari-harinya.

Di bagian hati yang lain, muncul sekelumit rasa penasaran terhadap kematian mama Raisa yang sampai sekarang belum ditemukan penyebabnya. Air mata yang tadi ditahannya kini menganak sungai mengingat peristiwa tiga tahun silam yang menjadi sebab papanya lumpuh dan keluarganya jatuh miskin.

”Ayo, Pa. Makan lagi,” ucap Raisa seraya mendekatkan suapan terakhir ke mulut Raihadi. Raisa tersenyum getir melihat manik mata Raihadi yang tak lagi segar seperti dulu.

Ting!

Sebuah pesan masuk mengalihkan perhatian Raisa. Sudut matanya berkerut setelah melihat pesan tanpa nama mengirim sebuah video yang memperlihatkan kembali adegan ketika berada di cold room bersama Adrian.

[Siap-siap kejutan baru menanti] begitu isi pesan yang mengiringi video itu.

Hatinya mencelos saat tahu ada orang yang ingin memanfaatkan kesulitannya untuk kepentingan pribadi. Apa yang dia dengar di kantor selama ini benar. Banyak petinggi-petinggi kantor yang ingin menikam jantung perusahaan sendiri.

Bulan separuh menggantung di langit. Seharusnya Raisa bisa tidur nyenyak malam ini atas insiden yang melelahkan di tempat kerjanya. Namun, pesan yang diterima membuatnya tak bisa tidur.

Keesokan harinya, Raisa diminta menghadap Adrian di kantor.

”Ada yang sengaja menjebak kita. Saya dituduh melecehkan kamu karena video itu,” ucap Adrian dengan tatapan tajam mengarah ke depan.

Mata Raisa melebar mendengar ucapan atasannya itu. Raisa semakin penasaran dengan orang yang sengaja menjebak mereka dan tega memanfaatkan situasi buruk kemarin.

”Saya akan menikahi kamu untuk menjaga citra baik saya dan perusahaan," ucap Adrian datar. Raisa tergeragap mendengar ucapan itu. Menikah? Dengan laki-laki sombong ini?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Keterpaksaan

    “M-menikah?” Tanya Raisa dengan mulut setengah menganga. Jika wanita itu bukan Raisa sudah pasti hatinya berbunga-bunga mendengar kata menikah yang keluar dari mulut seorang pria tampan dan berkedudukan seperti Adrian. Namun, mengawali pernikahan karena terpaksa demi menjaga citra baiknya di depan orang-orang bukanlah awal yang baik. Menikah macam apa itu? Batin Raisa bergejolak. ”Saya tidak mau, Pak,” tolak Raisa dengan gelengan cepat. Adrian menatap lekat wajah Raisa. “Kalau kamu menolak menikah dengan saya maka bukan cuma perusahaan ini yang bangkrut. Kamu dan ratusan orang pegawai juga angkat kaki dari sini,” seloroh Adrian dengan wajah serius. Deg! Tiba-tiba Raisa langsung teringat dengan Raihan dan Rais. Begitu juga papanya. Kalau dia dipecat maka dengan apa lagi dia menghidupi ketiga laki-laki yang sangat disayanginya itu. Dan rencana untuk mencari tahu kematian mamanya di perusahaan itu akan sia-sia. ”Baik. Demi menjaga perusahaan dan ratusan pegawai yang mencari n

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Semakin Rumit

    Desas-desus langsung terdengar di telinga, tapi tak ada satu pun yang berani menyangkal kenapa direktur utama itu mau menikahi seorang cleaning service. Sementara itu, di balik pintu kaca berdiri seorang wanita dengan gincu merah menyala dan hati yang menyala-nyala pula. Dia mengepalkan kedua tangan dan hampir ingin memukul pintu kaca, namun tangannya menggantung di udara. “Apa aku harus jadi cleaning service dulu supaya bisa menikah dengan Adrian?” Mira mendengus kesal. Ternyata usahanya untuk menjadi pahlawan jikalau reputasi Adrian hancur tidak benar-benar menjadi kenyataan. Justru Adrian melindungi seorang cleaning service bahkan menyanjungnya di hadapan semua orang. *** Langit senja memerah saat Adrian melangkah keluar dari kantornya. Langkahnya berat, seakan ada rantai tak kasat mata mengekangnya. Hari ini, dia resmi menikah dengan Raisa. Sebuah keputusan yang diambil bukan karena cinta, melainkan demi menyelamatkan citra perusahaannya. Kabar skandal yang hampir mengh

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Bukan CS Biasa

    Saat kembali ke kamar hotel. Adrian mendapati Raisa sudah lebih dulu duduk di bibir ranjang membuka gaun pengantin dengan gurat wajah yang lelah. “Jadi malam ini kita harus berpura-pura bahagia juga, Pak?” Tanya Raisa dengan suara datar, tanpa menoleh ke Adrian. Laki-laki yang berdiri dekat jendela kaca besar hotel itu tak menjawab. Dia mengeluarkan tangan kiri yang masuk di saku celananya seraya berjalan ke arah minibar dan menuangkan segelas anggur merah dan meneguknya dalam diam. Adrian tak tahu mana yang lebih buruk. Pernikahan tanpa cinta ini atau ancaman Kirana yang kini menggantung di atas kepalanya? Dadanya bertalu-talu macam ada gunung yang hendak meletus. Pemandangan kota Jambi yang berkilauan di malam hari, dinding hotel berlapis kayu dengan sentuhan emas berpadu dengan wallpaper cream tiba-tiba meredup. Gaun Raisa yang biru muda dan bibirnya yang merah juga mendadak luntur menjadi monokrom, hilang warna, kemudian mengabu. Yang jelas, ucapan Kirana adalah satu hal y

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Pria Bertopeng

    “Siapa kau?!” teriak Adrian. Kedua tangannya refleks membentang melindungi Raisa yang ada di belakang punggungnya. “Tidak perlu tau siapa aku! Biarkan aku membawa perempuan yang ada di belakangmu.” Udara di sekitar mendadak terasa lebih berat. Laki-laki itu semakin mendekat tanpa ragu sedikit pun. “Mendekat satu langkah akan kubuat sepatumu tertinggal di sana.” Alis Adrian bertaut. Tampak wajahnya berubah menjadi keras. Sementara itu, Raisa merasa kebingungan. Jantungnya berdebar kencang, seperti palu yang terus menghantam dinding dadanya. Tanpa membuang waktu, Adrian mengayunkan tinjunya ke arah wajah pria bertopeng. Namun, lawannya terlalu cepat dan gesit, pria bertopeng itu menunduk, menangkap pergelangan tangannya, lalu memelintirnya dengan kekuatan brutal. Adrian terjatuh begitu saja. Dibalik topeng terdengar suara tawa menyeringai mendekat ke arah Raisa. Sontak sepatu tingginya menyeret beberapa langkah ke belakang. Adrian berusaha bangun meski rasa sakit menjalar dari

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Rahasia Terungkap di Rumah Sakit

    “Ica ….,” jerit Ratih setelah knop pintu rumah sakit berdecit. Aroma antiseptik bercampur dengan wangi bunga segar dari vas di atas meja menguar. Ratih sedikit merasa salah tingkah setelah mengetahui Adrian juga berada di ruangan itu.“Eh … maaf, Pak. Ternyata ada Pak Adrian di sini,” ucapnya seraya tertunduk sopan. Adrian menatap sebentar ke arah wanita berambut pendek dengan wajah dramatis itu menaruh sekantong makanan di atas nakas.Sekilas, Ratih melihat atasannya itu menarik napas pendek beberapa kali seperti menahan ketidaknyamanan yang langsung merayapi tubuhnya. Menyadari akan hal itu, Ratih memberikan sebotol air mineral kepada Adrian.“Tidak, terima kasih,” balas Adrian dingin. Mata Adrian berkeliling, berusaha mengalihkan fokus dari bau antiseptik yang menganggunya semalaman karena menjaga Raisa. Adrian sebenarnya tak tahan. Bukan hanya bau antiseptik, tapi juga kenangan yang tiba-tiba muncul tanpa permisi. Rumah sakit selalu memberinya perasaan tidak nyaman.“Kebetulan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Rahasia Terungkap 2

    “Papa, siapa pria bertopeng itu? Apa dia ada hubungannya dengan kematian Mama?” Rais dan Raihan langsung menoleh ke ayah mereka dengan ekspresi kaget. “Kematian Mama? Apa maksud Kak Raisa?” Alis Rais berkerut. Sementara itu, Raihadi menarik napas panjang, menyandarkan tongkatnya dekat nakas lalu duduk di kursi samping Raisa. Tangannya bergetar, menunjukkan betapa sulit baginya untuk mengatakan ini. “Ada sesuatu yang belum pernah papa ceritakan pada kalian semua … tentang kematian Mama kalian.” Raisa menahan napas sejenak. Pandangan Raihadi sejenak menyapu lantai rumah sakit, lalu menatap Raisa tajam. “Mama kalian tidak meninggal karena kecelakaan biasa, Raisa. Dia dibunuh.” Ruangan langsung sunyi. Raisa merasakan darahnya berdesir. Rais terkejut dan menutup mulutnya dengan tangan, sementara Raihan yang masih kecil tampak kebingungan. Ternyataa dugaan Raisa selama ini tepat. Kematian mamanya yang janggal bukan hanya sekedar kecelakaan biasa, namun karena dibunuh o

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Peduli

    “Maaf, saya datang bersama dokter untuk memeriksa kondisi Raisa,” ucap Adrian seraya melepas separuh kedua tangannya yang tenggelam di saku celananya. “O-oh … Iya, Pak. Silakan,” jawab Ratih dengan mulut setengah menganga. Sebisa mungkin Ratih menahan diri untuk bertanya apakah Adrian mendengar apa yang sudah dibicarakan tadi. Dokter berkulit putih itu mendekat dan mulai memeriksa detak jantung Raisa menggunakan stetoskop dan lanjut memeriksa lengannya yang berbalut perban. “Lukanya cukup dalam dan menembus otot. Pendarahannya tadi cukup banyak, tapi sudah dibantu dengan transfusi darah oleh Pak Adrian,” jelas dokter. Kedua alis Raisa bertaut mendengar penjelasan dokter. “Donor darah dari Adrian?” tanyanya memastikan sekali lagi. Dokter membalasnya dengan anggukan lalu tersenyum. Ratih menutup wajahnya separuh, seakaan tak percaya bahwa Adrian ternyata sangat peduli. Padahal, Raisa sering bercerita bahwa Adrian tidak pernah sama sekali berbicara jika di rumah. Pernikahan itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Sabotase di Perusahaan

    “Kumpulkan semua dewan direksi dan eksekutif di ruangan rapat. Saya ke sana sekarang,” desak Adrian diujung telepon. Adrian kemudian menoleh ke arah Raisa. “Aku akan panggilkan Bi Kamsiah untuk menjagamu di sini,” lanjut Adrian. Belum sempat Raisa mengangguk Adrian berlalu begitu saja. Raisa menyipitkan kedua matanya. “Ada yang tak beres sepertinya,” lirihnya. Raisa meraih ponsel yang belum dikeluarkan dari tasnya kemudian menghubungi seseorang. *** Di tengah ketegangan pasar global, perusahaan Adrian tiba-tiba dilanda krisis yang tak terduga. Kontainer barang yang baru saja dikirim ke luar negeri mengalami kerusakan parah, sehingga kualitas produk yang selama ini dikenal unggul tiba-tiba dipertanyakan oleh mitra internasional, termasuk India. Pengiriman terakhir yang meminta daging sebanyak seribu ton. “Pak Adrian, data menunjukkan bahwa 70% kontainer yang kami kirim Minggu ini mengalami kerusakan. Ini tidak mungkin terjadi secara kebetulan,” keluh direktur logistik peru

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15

Bab terbaru

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Bab 21

    “Ya,” jawab Pak Brengos singkat yang tetap menatap layar ponselnya ketika aku berada di depan meja kerjanya. Lelaki itu belum dikatakan tua. Dari penampakannya kutaksir usianya masih tiga puluh lima sampai empat puluh tahun. Tentang kenapa semua orang memanggilnya ‘Brengos’ mungkin wajahnya terlalu banyak bulu hingga agak menyeramkan.“Saya ingin meminta pabrik ini untuk lebih memperhatikan limbahnya. Saya membawa laporan bahwa pabrik Bapak ini membuang limbah ke sembarang tempat. Hingga bahan kimia-nya meracuni tanah di kebun duku dan durian kami, Pak.”“Ngomong sama manajer sana!”Astaga. Apa semua orang di pabrik ini segitu cueknya dengan orang lain. Sedari tadi aku selalu bertemu dengan orang yang tiada kepedulian terhadap tamu. Satpam yang meremehkan, staf yang tak menghargai, dan kepala pabrik yang sama tak pedulinya. Aku mengelus dada, menarik napas dalam. Sabat, Cinta.“Maaf, tapi Bapak kepala pabrik.”Tatapannya baru terarah kepadaku, membuatku agak menunduk agar tatapan kam

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Bab 20

    KUTUTUP PINTU ruangan direktur. Kami beranjak menuju lift. Namun, betapa terkejut di dekat lift api sudah membakar besar sekali.“Astaghfirullah, Allahuakbar,” pekikku. Aku menarik Mas Rama menuju jalan darurat di tangga belakang. Namun kudapati di sana api pun sudah membesar. Kami terjebak. Kalau aku nekad melewati api itu, bisa-bisa sebagian besar tubuhku ikut tebakar pula. Belum lagi Mas Rama yang masih lambat, ia tak bisa berlari melewati api.Bagaimana ini? Aku berpikir. Namun detak jantung kecemasan terlanjur menguasai kalbu hingga ketakutan yang ada.“Bu Cinta, Pak Rama, anda di dalam sana?” suara Dennis terdengar memekik dari lantai bawah. “Iya, Den. Kami di sini. Apinya besar, Den.”“Mumpung apinya masih kecil, terobos, Pak, Bu!”“Mas, ayo kita terobos apinya.” Aku menarik tangan Mas Rama. Namun suamiku itu malah terbengong. Ya Allah, di saat seperti ini biasanya Mas Rama orang yang menengkanku. Dia orang pertama yang membuatku merasa sejuk dalam hati, ringan dalam napas. Na

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Bab 19

    “ULYA, jaga mulut kamu!” ucapku dengan tegas pada dokter muda nan cantik itu. Apa, cantik? Hilang semua kecantikannya, terbatalkan oleh akhlak kasarnya. Kalimatnya barusan meruntuhkan semua image-nya.“Auu.” Ulya memegangi pipinya. “Kurang ajar kamu, Cinta.”Tamparanku memang tak seberapa kerasnya. Mungkin ia tak merasa sakit sama sekali, tapi aku hanya ingin menunjukkan kalau aku tak mau kalah dengan serangan mentalnya itu. Aku paham ia hanya menjatuhkan keyakinanku pada diriku sendiri, agar perlahan mundur dari Mas Rama. Tentu saja tidak semudah itu.“Mulutmu yang harus disekolahkan. Bisa bicara yang menenangkan aja saat seperti ini? Pahami kondisi. Jangan asal ceplos, di saat yang salah dan pada orang yang salah.”Tap tap. Suara langkah Dennis mendekat. Dengan segera ia memasangkan badan di depan diriku, menjadi tameng.“Maaf, saya tidak akan membiarkan Bu Cinta lebih jauh lagi berbicara dengan anda,” ucap Dennis.Ulya tersenyum sebelah bibir. “I don’t care.”Ulya melangkahkan kaki

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Bab 18

    “Aku hanya berjaga-jaga,” jawab Raisa menghindari tatapan Adrian. “Berjaga-jaga dari siapa?” Adrian sebenarnya tahu bahwa akan ada banyak orang yang mengincar Raisa. Termasuk pria bertopeng itu. Orang yang pernah menikam lengan Raisa. Kemudian, Kirana atau bisa jadi orang suruhan Selena. Raisa terdiam dengan napasnya tersengal-sengal. Adrian menyentuh tangannya lembut. “Aku tidak ingin kau hidup dalam ketakutan, Raisa.” “Aku tidak takut. Aku hanya bersiap-siap. Apa pun bisa terjadi denganku, Adrian,” jawab Raisa menarik lengannya. Adrian menggeser posisinya dengan duduk di bibir ranjang, lalu mengulurkan tangannya ke pipi sang istri. “Aku tahu kau kuat, Raisa. Tapi, kau tak perlu melakukan ini sendirian,” ucap Adrian mengiba. Raisa menatap Adrian penuh emosi. “Aku sudah sendirian selama bertahun-tahun, ini bukan hal baru bagiku, Adrian.” “Hei. Lihat aku. Lihat! Aku di sini,” bisik Adrian. “Kau tidak sendiri, Raisa. Ada aku. Suamimu,” lanjut Adrian menghela napas. Hening. Rais

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Bab 17

    “Kau sudah gila, Adrian?! Menikahi seorang wanita tanpa nama, tanpa status! Apa kau tahu berapa banyak investor yang mulai meragukan perusahaan kita?!” Adrian dengan tenang menyesap kopinya, “Ini pernikahanku, bukan urusan bisnis, Papa. Lagi pula kenyataannya tidak begitu. Justru Raisa bisa mengatasi permasalahan perusahaan dengan cerdas. Dia bukan cleaning service biasa.” Selena tertawa sinis, menyilangkan tangan di dada. “Jangan naif, Adrian. Semua yang kita lakukan ada dampaknya bagi perusahaan. Reputasimu akan tetap dipertanyakan publik.” Meja panjang dari marmer hitam berkilau di bawah cahaya lampu gantung kristal yang menjuntai di langit-langit. Di ruang makan keluarga suasana menegang. Adrian menatap Selena tajam. “Aku tidak peduli dengan reputasi yang dibuat-buat. Aku hanya peduli dengan kebenaran.” William— papa Adrian mendengus lalu berkata, “kebenaran? Apa maksudmu?!” “Aku mulai menyelidiki. Tentang Raisa. Tentang keluarganya. Dan ternyata, ada hubungan antara ke

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Bab 16

    Malam turun dengan tenang, tapi udara di balkon terasa berat oleh percakapan yang belum terucap. Langit gelap membentang luas, hanya diterangi bintang-bintang yang bersinar samar, sementara angin malam berembus pelan membawa aroma embun dan sisa wangi bunga dari halaman. Adrian menemukan Raisa duduk di balkon sedang menatap langit malam dengan ekspresi sendu. “Aku ingin bicara denganmu,” ucap Adrian dingin. Raisa menoleh, melihat ekspresi Adrian yang begitu sulit diartikan. Wanita berpiyama Bortuques itu menghela napas, lalu berdiri. “Aku juga ingin bicara denganmu, Adrian.” “Aku tahu kau ingin mendapatkan keadilan untuk keluargamu, Raisa,” ucap Adrian menatapnya tajam. Raisa terdiam. Adrian melangkah lebih dekat, ekspresinya seolah menegang. “Tapi aku ingin tahu satu hal. Apakah kau benar-benar mencintaiku? Atau semua ini hanya bagian dari rencanamu?” Raisa menahan napas. Tangannya mencengkeram kuat pagar besi yang dingin. Pertanyaan itu menusuk langsung ke hatinya. Dia

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Kebenaran yang Menyesakkan

    Adrian tak langsung menjawab. Dia hanya menatap Raisa lekat-lekat, mencari sesuatu di balik suaranya yang bergetar. Raisa melangkah masuk, lalu melemparkan sebuah amplop dengan tulisan tangan di atasnya. Adrian meliriknya, dan begitu ia melihat nama yang tertera, matanya membeliak. Nyaris jantungnya berhenti berdetak. Adrian menatap amplop itu, lalu menatap Raisa. “Apa ini?” “Sesuatu yang harus kau baca,” jawab Raisa pelan, namun tegas. Adrian mengambil amplop itu, menimbangnya sejenak sebelum melirik Raisa dengan curiga. “Surat?” Raisa mengangguk, rahangnya mengeras lalu berkata, “dari seseorang yang dulu memiliki perusahaan ini.” Adrian membeku. Jari-jarinya tanpa sadar mengeratkan pegangan pada amplop itu. Jantungnya kembali berdetak lebih cepat. Surat itu seolah surat kematian yang ditujukan untuknya. Dengan hati-hati Adrian membuka amplop, menarik keluar selembar kertas yang sedikit menguning. Matanya membaca baris pertama, lalu berhenti. Ekspresinya sontak beru

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Rencana Baru Kirana

    Aku hanya ingin membuka matamu, Adrian,” katanya ringan. "Apa?" tanya Adrian dingin. ”Tentang siapa sebenarnya sebenarnya Raisa. Apa motifnya, dan kenapa dia begitu gigih bertahan di posisimu,” lanjut Kirana seraya menatap kuku-kukunya yang bercat merah. Adrian mencengkeram sandaran kursinya lebih erat, mencoba menahan amarah yang meletup-letup dalam dirinya. Namun, Kirana tak hirau. Dia tahu dirinya sudah menarik perhatian pria yang ada di hadapannya. “Aku tahu kau mulai jatuh dalam jebakan Raisa,” lanjut Kirana, tatapannya menajam. “Tapi aku di sini bukan untuk menghentikanmu. Aku hanya ingin kau sadar sebelum semuanya terlambat.” Laki-laki itu menghempaskan pena yang dipegangnya. Adrian melenguh dari kursi dan menatap Kirana penuh waspada. “Apa maksudmu?” Kirana mendekat dengan langkah anggun seraya bersedekap. ”Kau tahu, Adrian? Ada alasan kenapa Raisa bekerja di perusahaan itu. Itu bukan kebetulan, itu rencana,” ucap Kirana berbisik namun penuh penekanan. Adrian

  • Istriku Bukan Cleaning Service Biasa   Kedatangan Kirana

    “Seseorang sudah menghancurkan bisnis keluargaku. Dan aku yakin mamaku tidak mati secara kebetulanl,” lirih Raisa. Sudut matanya berkedut. Adrian menyadari ada sesuatu yang disembunyikan Raisa. Selama percakapan mereka tadi, dia bisa melihat sorot mata Raisa yang penuh kehati-hatian. Seolah ada hal besar yang ingin dia katakan, tapi tertahan di tenggorokannya. Adrian dan Raisa masih duduk di kursi rotan. Rais dan Raihan tampak sudah mengantuk. Mereka izin untuk pergi ke kamar dan tidur. Adrian melanjutkan pembicaraannya dengan Raisa. Udara malam semakin dingin, namun ketegangan di antara mereka justru menghangat. Adrian bersandar pada kursinya, memutar-mutar cincin di jarinya dengan gelisah. “Perusahaanku ….,” gumam Adrian. Suaranya penuh dengan kehati-hatian. “Kenapa kau menghubungkannya dengan kematian ibumu?” Mendengar hal itu Raisa langsung menegakkan punggungnya. Seketika, tatapannya berubah waspada. Nyaris defensif. Adrian mempersempit matanya, memperhatikan setiap

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status