Isa terbatuk dan nyaris menyemburkan teh yang baru saja dia seruput, saat mendengar pertanyaan dari calon iparnya.
Damaira tersenyum menahan tawa sambil menutup mulutnya. Matanya tampak mengejek saudara kembarnya."Dia jomblo akut, Mas. Mungkin kalau Mas punya saudara yang belum menikah, bisa dikenalkan padanya, tapi dia ini sangat pemilih dan gigih sedikit sulit menaklukan hatinya, jadi harus wanita yang sangat sabar atau yang sangat cuek dan tidak mudah mengambil hati setiap perkataan dan tingkah lakunya." Oceh Damaira yang langsung mendapat tatapan tajam dari Isa.“Tutup mulutmu!” Kesal Isa. Damaira malah nyengir kuda."Kalau wanita yang cuek dan bebal sepertinya ada. Malah nggak jauh-jauh,” Mahesa menimpali.“Siapa, Mas?” tanya Damaira dengan antusias.“Aku tidak yakin kalian ingin mendengarnya.”“Jangan katakan kalau itu Dinda, dia sebentar lagi menikah dengan Zivan, Mas.”Mahesa menggeleng sembari tertawa renyah. Isa sendiri sudah memasang wajah"Kalian ingin terus mengobrol di luar?" Isa memecah suasana panas yang tercipta di antara Dinda dan Negan.Mungkin jika Isa tak segera keluar, akan ada pertumpahan darah di depan rumah adiknya."Tentu saja tidak. Untuk apa aku terus berada di luar bersama pria arogan ini. Lebih baik aku masuk dan lihat keponakan tampanku." Dinda berjalan lebih dulu melewati Negan dengan wajah tak bersahabat, kemudian membuka gerbang.Negan yang juga lebih kesal dari pada Dinda ikut masuk ke dalam.Bagai rumah sendiri, Dinda langsung masuk ke ruang tengah, karena tak menemukan Damaira dia pun naik ke lantai dua.Hal itu sungguh berbanding terbalik dengan Negan yang harus menunggu dipersilakan lebih dulu.“Kalau ingin melihat keadaan Ezra naiklah lebih dulu, baru kita berangkat ke rumah sakit. Abang sudah sarapan?”Negan menggeleng, dia memang sengaja tidak sarapan di rumah agar Dina tidak terlalu lelah karena harus mengantar Celine ke sekolah. Negan meminta Dina untuk
“Ada apa? Memangnya aku salah bicara?”“Iya!” jawab Isa dan Dinda dengan kompak.Isa dan Dinda saling menatap dengan sengit.“Aku dan pria kutub utara ini kamu bilang cocok? Dih, nggak sudi, aku bisa mati membeku,” oceh Dinda.“Siapa juga yang sudi denganmu, jangan terlalu percaya diri Nona bebek.”“Hei–”“Sudah, sudah. Kalian ini bukan ABG lagi, kenapa labil sekali, masih saja bertengkar. Cepat habiskan makan kalian. Nanti mas Negan kesiangan sampai di rumah sakit.” Damaira melerai dua orang bagai kucing dan anjing itu.Usai menyantap sarapan, Negan kembali naik ke lantai dua untuk berpamitan pada anaknya.“Ez, Papa ke rumah sakit dulu, ya.”“Iya, Papa. Semoga semua hasilnya bagus Dan bisa beraktivitas kembali.”“Terima kasih, Sayang.”Negan membelai lembut puncak kepala Ezra lalu mengecup keningnya.Adegan yang hanya beberapa detik itu bisa membuat Negan kembali membayangkan keluarga yang utuh bersama Damaira.Negan segera menggelengkan kepala mengenyahkan pikiran itu, lalu beranjak
"Siapa ya?" Damaira bergumam.Dinda langsung tersenyum diiringi dengan cengiran kuda.Damaira langsung paham apa maksudnya itu, sontak wanita itu berdecak dan memicingkan sebelah bibirnya."Hehehe, biar aku yang buka pintu,” kata Dinda lalu berjalan keluar.“Suruh mampir dulu ke sini.” Dinda memberi kode dengan jari telunjuk dan ibu jari menyatu menjadi huruf O, 'OK’.Damaira beralih kepada Ezra.“Jadi, anak Mama mau apa?”“Aku bosan di kamar terus, Ma. Aku ingin di sini saja.”Ezra meletakkan kepalanya di atas meja makan.Damaira tersenyum, ingin mengajaknya berjalan-jalan di dekat komplek pun Hari sudah mulai siang, matahari sudah mulai terik.“Ya sudah di sini saja, yang penting kamu sudah tidak demam, tak harus selalu di kamar kalau bosan.”“Aku ingin cepat sembuh, agar bisa berangkat ke sekolah. Sakit ternyata tidak enak sama sekali.”Damaira tersenyum lalu ikut meletakkan kepalanya di atas meja.“Tentu saja, oleh sebab itu ka
Seminggu kemudian.Hari masih begitu pagi, bahkan adzan subuh baru saja berhenti berkumandang. Dua keluarga akhirnya sampai di kota tujuan–Purwokerto.Terlihat Ezra masih terlelap di jok belakang. “Kamu angkat saja Ezra ke dalam, aku akan keluarkan barang-barang kita dari mobil,” kata Isa pada saudari kembarnya.Damaira dan Isa keluar dari mobil, begitu juga dengan keluarga Mahesa.Yang dilakukan pertama kali oleh Mahesa Dan Bu Ajeng adalah menghirup udara yang segar di subuh hari.Dari dalam rumah Dewa langsung membuka lebar pintu rumahnya, terlihat Darmawan dan Lestari kedua orang tua Damaira keluar dan berjalan ke arah mereka.Damaira dan Isa mencium punggung tangan kedua orang tuanya lalu memperkenalkan Mahesa dan Bu Ajeng.“Ibu, Ayah, ini Mas Mahesa dan beliau adalah Bu Ajeng, ibu Mas Mahesa.”Mahesa meraih tangan Darmawan, “Mahesa, Pak.” Mahesa memperkenalkan diri, lalu mencium punggung tangan calon ayah mertuanya.Hal yang sama Mahesa
"Apa Ezra pergi, Yah?" tanya Celine.Suaranya mengisyaratkan jika bocah itu kecewa."Sepertinya iya, Lin," jawab Negan."Kemana mereka, Yah?"Ayah juga tidak tahu, Lin."Karena tak menemukan Damaira dan penasaran kemana perginya, Negan mendatangi rumah Dinda yang hanya berada di samping rumah itu.Negan menekan bel rumah itu, tak berselang lama Dinda pun keluar dari dalam rumah."Lhoh, Mas Negan. Ada apa?" "Kamu tahu kemana perginya Ira?"Dinda mengernyitkan keningnya, lalu berkata dalam hati, 'Jadi Ira benar-benar tidak memberi tahu Mas Negan tentang kepergiannya ke Purwokerto!'"Oh, mereka pergi ke Purwokerto, Mas. Berangkat tadi malam.""Purwokerto?" Dinda mengangguk."Ada acara apa di Purwokerto?" "Aku tidak begitu paham, Mas. Memang sudah lama 'kan mereka tidak pulang, bulan kemarin sibuk mengurusmu," jawab Dinda dengan sedikit berbohong.Jawaban yang membuat Negan tersentil, memang benar bulan kemarin mereka tidak pulan
Malam minggu yang cerah, Damaira mengajak keluarga Mahesa untuk menikmati suasana malam di alun-alun dan kuliner di kota itu.“Kalian saja yang muda-muda, ibu lebih suka bercengkrama di rumah bersama para orang tua,” ujar Ajeng.“Yahh, Oma. Kita semua berangkat saja ke alun-alun. Kakek dan neneknya juga. Ayolah, please!” Keysha mencoba merayu para orang tua untuk bisa ikut berjalan-jalan di alun-alun.“Ya sudah, kakek ikut. Tidak mesti kita sebulan sekali bisa berkumpul untuk jalan-jalan. Ayo, Bu, Bu Ajeng.” Darmawan akhirnya memberi kamando pada ibu-ibu yang malas bergerak itu, untuk jalan bersama-sama.Mereka berjalan kaki dari rumah menuju alun-alun yang hanya membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit dengan berjalan kaki.Sebelum berkeliling mereka memutuskan untuk berkuliner dan makan malam lebih dulu. Mereka memilih warung makan dengan menu bersambal.“Ayah bisa lega sekarang, Nduk. Kamu sebentar lagi menikah,” kata Darmawan di tengah-tengah makan mereka.Damaira dan Mahesa salin
Iseng Negan membuka aplikasi chat hijaunya. Tidak biasa dia rajin menggulir status teman-temannya.Ketika Negan menggulir status-status itu, dia menemukan status Dinda. Foto dua tangan pria dan wanita yang tersemat cincin emas putih dengan model yang sama.Caption dari foto tersebut adalah sebentar lagi akan mengakhiri masa lajang.Deg!Entah mengapa jantung Negan berdetak tak karuan.Dinda memang sebentar lagi akan menikah, tapi entah mengapa Negan tidak yakin jika sepasang tangan itu adalah tangan Dinda dan Zivan.Negan melihat tangan itu seperti tangan … tangan Damaira.Negan menyugar rambutnya dengan kasar.“Itu hanya perasaanmu saja, Negan. Kamu terlalu berlebihan.” Negan memberi meyakinkan pada dirinya sendiri jika itu bukan tangan mantan istrinya dan bosnya.Semakin dipikir rasanya dada semakin sesak, Negan rasanya seperti ingin gila.Ditengah kegalauannya tentang Damaira, Celine dan Dina telah kembali. Kali ini Naya dan Faisal iku
“Biar Ira yang melihat ke depan.” Ira mencuci tangannya dan segera berjalan keluar.“Oalah, aku kira siapa, calon pengantin. Kapan sampai di sini? Masuk-masuk.”Rupanya Dinda dan Zivan yang datang.“Tadi pagi sampai, tapi baru sempat ke sini,” jawab Dinda seraya melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah.“Kami sedang makan siang, ayo makan sekalian.”Damaira langsung merangkul sahabatnya Dan menggiring dua sejoli itu ke ruang tengah.“Lihat calon pengantin yang datang,” seru Damaira.“Ayo, ayo sini makan sekalian, Dinda, Zivan!” seru Lestari.Keduanya ikut bergabung makan bersama, Isa sengaja memisah dua sejoli itu dengan menarik Zivan duduk di sebelahnya.“Sehat, Bro? Lama tak jumpa,” tanya Isa.“Sehat. Kamu saja yang sok sibuk, biasanya datang ke kantor ini sudah lama tak pernah datang.”“Aku bukan sok sibuk, tapi memang sibuk.”“Jangan sibuk kumpulkan uang terus, istirahat, sekali-kali nongkrong, cari cewek,” goda Zivan.Isa mendes
Empat bulan kemudian Isa dan Dina akhirnya menikah, setelah si kembar lahir kedunia dua bulan yang lalu.Keduanya memang sengaja mengambil waktu lebih lama, agar keluarga Damaira fokus lebih dulu pada si kecil Narendra dan Naela. Kembar yang begitu menggemaskan, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, sama seperti Damaira dan Damaisa.Saat ini Isa sedang berada di depan penghulu dan juga Negan sebagai wali dalam pernikahannya dengan Dina. Dina sendiri masih menunggu di ruang rias yang tersedia tak jauh dari tempatnya berada.Deg-degan itu sudah pasti, entah sudah berapa kali pria datar itu menghela nafas untuk menetralkan kegugupan.Penghulu mulai melakukan serangkaian prosesi. Negan dan Isa berjabat tangan, prosesi ijab qabul di mulai.Dengan satu tarikan nafas akhirnya Damaisa Kurniawan telah menjadikan Findina Langit Senja binti Surya Cakrawala sebagai istrinya.Suasana haru tercipta, apalagi ketika pengantin wanita di bawa ke ruangan tersebut. Ucapan selamat dan doa terbaik diuc
“Ibu benar mau aku menikah? Dengan siapapun wanita pilihanku?” tanya Isa dengan wajah serius.Lestari diam sejenak sebelum menjawab.“Kamu masih ingin menikah dengan Dina?” tanya Lestari.“Iya, kalau Ibu memberi restu.”Lestari menghembuskan nafas pelan.“Kamu tidak ada wanita lain?”“Belum ada, Bu. Kalau Ibu menginginkan wanita lain, mungkin butuh waktu lebih lama.”“Kamu sungguh-sungguh menyukai wanita itu?”Dalam guratan wajah Isa masih tersirat sedikit keraguan.“Mintalah dulu petunjuk pada sang Pemilik Hati, Sa. Ibu tidak mau kalau kamu memiliki maksud tertentu menikahi Dina, seperti balas dendam.”Isa masih diam, mencoba membuka lembar demi lembar memori mengapa dia ingin menikahi Dina.“Kalau kamu sudah mendapatkan kemantapan hati ingin menikahi Dina karena untuk beribadah dan mencintainya, Ibu akan restui,” ujar Lestari.Isa justru bergelung dengan hatinya sendiri, antara maju atau mundur.“Baik, Bu. Isa akan pikirkan baik-baik dan juga minta petunjuk sama Tuhan.” Benar itu ad
Satu tahun kemudian.Kebahagiaan demi kebahagiaan semakin terlimpah di keluarga Mahesa dan Damaira. Sakit dan luka di masa lalu perlahan hanya menjadi sebuah butiran yang terhempas karena tiupan angin.Setelah beberapa bulan lalu Mahesa dan Damaira pergi ke Jerman untuk bulan madu, tak lupa mengajak anak-anak untuk turut serta. Sekarang Wanita itu telah berbadan dua.Bukan, tapi tiga. Ya, Damaira hamil anak kembar. Karena faktor keturunan, hamil anak kembar sangat mungkin terjadi.Di sisi lain, di kota Makassar, Nindi dan Dion juga tengah merasakan kebahagiaan yang sama. Nindi akhirnya hamil, bahkan beberapa bulan lebih dulu dari Damaira.Kabar itu diberikan langsung oleh Nindi pada Damaira. Rezeki memang unik, Tuhan akan memberikan di waktu yang tepat. Di saat semua permasalahan hati di masa lalu selesai, akan tubuh cinta yang baru.Tak kalah membahagiakan Isa juga telah resmi membuka kantor perusahaan sendiri di Jakarta. Karyawannya masih terdiri dari beberapa orang. Pria itu semaki
Beberapa minggu berlalu pernikahan Nindi dan Dion pun sudah terlaksana. Meski hanya sederhana keduanya terlihat bagaimana.Di hari Minggu yang cerah itu, Nindi dan Dion berkunjung ke rumah Mahesa, dengan harapan keluarga itu berada di rumah Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah Keysha. Nindi benar-benar bertekad ingin berbaikan dengan anak itu. Dia ingin sekali mendapatkan maaf dari bocah berusia 12 tahun itu.Ya, kurang lebih 12 tahun Nindi meninggal Keysha. Nindi pikir semuanya akan baik-baik saja, ternyata Tuhan memiliki takdir yang sudah ditetapkan untuk mereka.“Oh, Mbak Nindi dan Mas Dion, apa kabar kalian? Selamat ya atas pernikahannya. Kami senang mendengar kabar tersebut.”Damaira dan Mahesa menyambut kedatangan sepasang pengantin yang baru saja rujuk itu.“Kabar baik, Ira. Terima kasih. Maaf kami tidak mengadakan acara apapun.”“Jadi–” Nindi menjeda kalimatnya dan melihat ke arah suaminya, Dion pun mengangguk dan tersenyum.“Jadi, kedatangan kami kemari untuk bertemu deng
Pertanyaan yang seperti memojokkan Citra, membuat dia sejenak berpikir untuk mencari kalimat yang tepat dan mematahkan tuduhan pria itu.“Apa aku ada hak menolak perjodohan ini?”Citra justru bertanya, bukan menjawab pertanyaan Ardi.“Kenapa kamu bertanya seperti itu?” tanya Ardi seraya menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.“Kamu mau jawaban jujur atau jawaban yang menyenangkan hatimu?” tanya Citra.Sepasang anak manusia itu terus saling melempar pertanyaan tanpa ada yang mau menjawab.“Jujur.”“Baiklah kalau begitu aku tidak akan sungkan,” kata Citra. Ardi pun mempersilakan Citra untuk mengatakan segala unek-uneknya.“Aku justru beranggapan Kak Ardi-lah yang menolak perjodohan ini. Kenapa? Seperti yang sudah sedikit aku singgung tadi, kamu tak pernah bersikap baik kepadaku, menyapaku pun hampir tidak pernah, ketika kita berpapasan lebih banyak kamu seperti menganggapku orang asing, kita tidak saling kenal, padahal aku selalu tersenyum padamu sebagaimana junior kepada seniornya.”
“Mbak, apa di depan atau di sekitar sini ada Pak Negan?” tanya seorang dokter kepada perawat.“Sebentar saya lihat dulu, dok.”“Kalau misal ada bilang, suruh ke ruangan, dokter Maulana mencari,” kata dokter Maulana.“Baik, dok.”Perawat itu keluar dari ruangan kemudian mengedarkan pandangan mencari Negan.Negan cukup cukup terkenal di karangan dokter, perawat, orang-orang penting di rumah sakit, dan juga marketing yang lainnya. Apalagi setelah pria itu mengalami kecelakaan namanya making disebut-sebut.“Nah itu dia si duda keren,” monolog perawat itu setelah melihat keberadaan Negan.“Selamat siang menjelang sore Mas Negan,” sapa perawat itu.“Eh, Iya, Mbak. Ini masih siang bolong,” balas Negan. Wanita itu terkekeh pelan.“Mas Negan dicari sama dokter Maulana, ditunggu di ruangannya.”Negan mengernyitkan keningnya, kemudian bertanya, “ada apa ya, Mbak?”“Kurang tahu Mas, Mas datang saja ke ruangan beliau.”“Terima kasih Mbak informasinya.”“Sama-sama Mas, mari.” Negan mengangguk horma
Pagi ini Mahesa disibukan dengan serangkaian pekerjaan, padahal saat ini waktu subuh baru saja berlalu dan matahari belum terbit. Beberapa hari ini pria itu sedikit kurang tidur. Setelah menikah entah mengapa rezeki terus mengalir tiada henti. Proyek sana-sini.“Ini, Mas.” Damaira memberi secangkir kopi sebagai penyemangat lagi.“Terima kasih, Sayang.” Mahesa menarik tangan istrinya, kemudian memberi kecupan hangat sebagai doping.Damaira selalu saja diberi kejutan dengan sikap manis Mahesa. Pria itu benar-benar membuatnya seperti ratu yang spesial.Tak ingin kalah, Damaira pun membalas serangan Mahesa. Sebulan bersama pria itu membuat hidupnya semakin berwarna.“Kalau begitu aku keluar dulu, masak.” Mahesa mengangguk.Damaira menyerah beberapa hal tentang kerumahtanggaan seperti bersih-bersih, laundry, dan lain sebagainya, kecuali masak.Memasak baginya harus dilakukan sendiri, agar kelak anak-anak dan suaminya selalu merindukan masakannya.Meski tinggal bersama mertua, sudah pasti
Tak hanya Indra yang meluapkan emosi pada Nindi tapi juga Linda. Nindi terpojok sebagai tersangka. Janda itu menangis tersedu. Indra seakan belum puas dan terus memarahi anaknya.Ketegangan itu masih terus terjadi hingga bel rumah itu berbunyi mengalihkan perhatian semua orang yang ada di dalam rumah itu.Dengan kesal Indrawan membuka pintu, melihat siapa yang datang sontak membuat pria paruh baya itu kembali naik darah.“Ini biang keroknya datang, dasar pria tak bertanggung jawab, brengsek!” Indra langsung memaki Dion yang tak tahu apa-apa.Pria itu hanya mengerutkan kedua alisnya, mencoba menelaah apa yang sebenarnya terjadi.“Ada apa, Yah? Siapa biang kerok.” Linda dan Nindi datang menyusul Indra ke ruang tamu.“Ngapain kamu datang ke sini? Bosan hidup, hah?” Sama halnya dengan suaminya, Linda pun langsung menghardik Dion.Nindi sendiri masih berusaha menenangkan diri setelah mendapat amarah dari kedua orang tuanya.Dion menatap iba pada mantan istrinya, entah apa yang baru saja te
Isa tak juga menjabat tangan Dina dan hanya terus menatapnya.“Kenapa hanya menatapku seperti itu?” Dina kembali angkat suara.“Ayo kita berjabat tangan dan kita kembali seperti dulu.” Dengan segenap jiwa dan hatinya Dina menahan sakit. Wanita itu terus memberi sugesti positif pada dirinya sendiri bahwa pasti rasa sakit itu hanya akan menyelimuti berlangsung untuk beberapa waktu saja. Asalkan mengalihkan semuanya pada pekerjaan dan hal lainnya pasti akan segera sirna dengan sendirinya.Dina tersenyum samar dan mulai menarik tangannya. Dia sungguh tidak mengerti kemauan pria yang ada di depannya.Dina menarik nafas dengan maksud menarik ingusnya agar tidak keluar. Dia menahan tangis sekuat tenaga.“Ya sudah ayo kita pulang. Orang-orang pasti menganggapku orang gila karena duduk di sini berjam-jam.Dina meraih tangan Isa dan menarik pria itu agar segera beranjak dari duduknya. Tapi Isa justru menahan tangan Dina.“Ayo kita menikah!” seru Isa.Ucapan Isa sontak membuat Dina membulatkan