"Kalian ingin terus mengobrol di luar?" Isa memecah suasana panas yang tercipta di antara Dinda dan Negan.
Mungkin jika Isa tak segera keluar, akan ada pertumpahan darah di depan rumah adiknya."Tentu saja tidak. Untuk apa aku terus berada di luar bersama pria arogan ini. Lebih baik aku masuk dan lihat keponakan tampanku."Dinda berjalan lebih dulu melewati Negan dengan wajah tak bersahabat, kemudian membuka gerbang.Negan yang juga lebih kesal dari pada Dinda ikut masuk ke dalam.Bagai rumah sendiri, Dinda langsung masuk ke ruang tengah, karena tak menemukan Damaira dia pun naik ke lantai dua.Hal itu sungguh berbanding terbalik dengan Negan yang harus menunggu dipersilakan lebih dulu.“Kalau ingin melihat keadaan Ezra naiklah lebih dulu, baru kita berangkat ke rumah sakit. Abang sudah sarapan?”Negan menggeleng, dia memang sengaja tidak sarapan di rumah agar Dina tidak terlalu lelah karena harus mengantar Celine ke sekolah. Negan meminta Dina untuk“Ada apa? Memangnya aku salah bicara?”“Iya!” jawab Isa dan Dinda dengan kompak.Isa dan Dinda saling menatap dengan sengit.“Aku dan pria kutub utara ini kamu bilang cocok? Dih, nggak sudi, aku bisa mati membeku,” oceh Dinda.“Siapa juga yang sudi denganmu, jangan terlalu percaya diri Nona bebek.”“Hei–”“Sudah, sudah. Kalian ini bukan ABG lagi, kenapa labil sekali, masih saja bertengkar. Cepat habiskan makan kalian. Nanti mas Negan kesiangan sampai di rumah sakit.” Damaira melerai dua orang bagai kucing dan anjing itu.Usai menyantap sarapan, Negan kembali naik ke lantai dua untuk berpamitan pada anaknya.“Ez, Papa ke rumah sakit dulu, ya.”“Iya, Papa. Semoga semua hasilnya bagus Dan bisa beraktivitas kembali.”“Terima kasih, Sayang.”Negan membelai lembut puncak kepala Ezra lalu mengecup keningnya.Adegan yang hanya beberapa detik itu bisa membuat Negan kembali membayangkan keluarga yang utuh bersama Damaira.Negan segera menggelengkan kepala mengenyahkan pikiran itu, lalu beranjak
"Siapa ya?" Damaira bergumam.Dinda langsung tersenyum diiringi dengan cengiran kuda.Damaira langsung paham apa maksudnya itu, sontak wanita itu berdecak dan memicingkan sebelah bibirnya."Hehehe, biar aku yang buka pintu,” kata Dinda lalu berjalan keluar.“Suruh mampir dulu ke sini.” Dinda memberi kode dengan jari telunjuk dan ibu jari menyatu menjadi huruf O, 'OK’.Damaira beralih kepada Ezra.“Jadi, anak Mama mau apa?”“Aku bosan di kamar terus, Ma. Aku ingin di sini saja.”Ezra meletakkan kepalanya di atas meja makan.Damaira tersenyum, ingin mengajaknya berjalan-jalan di dekat komplek pun Hari sudah mulai siang, matahari sudah mulai terik.“Ya sudah di sini saja, yang penting kamu sudah tidak demam, tak harus selalu di kamar kalau bosan.”“Aku ingin cepat sembuh, agar bisa berangkat ke sekolah. Sakit ternyata tidak enak sama sekali.”Damaira tersenyum lalu ikut meletakkan kepalanya di atas meja.“Tentu saja, oleh sebab itu ka
Seminggu kemudian.Hari masih begitu pagi, bahkan adzan subuh baru saja berhenti berkumandang. Dua keluarga akhirnya sampai di kota tujuan–Purwokerto.Terlihat Ezra masih terlelap di jok belakang. “Kamu angkat saja Ezra ke dalam, aku akan keluarkan barang-barang kita dari mobil,” kata Isa pada saudari kembarnya.Damaira dan Isa keluar dari mobil, begitu juga dengan keluarga Mahesa.Yang dilakukan pertama kali oleh Mahesa Dan Bu Ajeng adalah menghirup udara yang segar di subuh hari.Dari dalam rumah Dewa langsung membuka lebar pintu rumahnya, terlihat Darmawan dan Lestari kedua orang tua Damaira keluar dan berjalan ke arah mereka.Damaira dan Isa mencium punggung tangan kedua orang tuanya lalu memperkenalkan Mahesa dan Bu Ajeng.“Ibu, Ayah, ini Mas Mahesa dan beliau adalah Bu Ajeng, ibu Mas Mahesa.”Mahesa meraih tangan Darmawan, “Mahesa, Pak.” Mahesa memperkenalkan diri, lalu mencium punggung tangan calon ayah mertuanya.Hal yang sama Mahesa
"Apa Ezra pergi, Yah?" tanya Celine.Suaranya mengisyaratkan jika bocah itu kecewa."Sepertinya iya, Lin," jawab Negan."Kemana mereka, Yah?"Ayah juga tidak tahu, Lin."Karena tak menemukan Damaira dan penasaran kemana perginya, Negan mendatangi rumah Dinda yang hanya berada di samping rumah itu.Negan menekan bel rumah itu, tak berselang lama Dinda pun keluar dari dalam rumah."Lhoh, Mas Negan. Ada apa?" "Kamu tahu kemana perginya Ira?"Dinda mengernyitkan keningnya, lalu berkata dalam hati, 'Jadi Ira benar-benar tidak memberi tahu Mas Negan tentang kepergiannya ke Purwokerto!'"Oh, mereka pergi ke Purwokerto, Mas. Berangkat tadi malam.""Purwokerto?" Dinda mengangguk."Ada acara apa di Purwokerto?" "Aku tidak begitu paham, Mas. Memang sudah lama 'kan mereka tidak pulang, bulan kemarin sibuk mengurusmu," jawab Dinda dengan sedikit berbohong.Jawaban yang membuat Negan tersentil, memang benar bulan kemarin mereka tidak pulan
Malam minggu yang cerah, Damaira mengajak keluarga Mahesa untuk menikmati suasana malam di alun-alun dan kuliner di kota itu.“Kalian saja yang muda-muda, ibu lebih suka bercengkrama di rumah bersama para orang tua,” ujar Ajeng.“Yahh, Oma. Kita semua berangkat saja ke alun-alun. Kakek dan neneknya juga. Ayolah, please!” Keysha mencoba merayu para orang tua untuk bisa ikut berjalan-jalan di alun-alun.“Ya sudah, kakek ikut. Tidak mesti kita sebulan sekali bisa berkumpul untuk jalan-jalan. Ayo, Bu, Bu Ajeng.” Darmawan akhirnya memberi kamando pada ibu-ibu yang malas bergerak itu, untuk jalan bersama-sama.Mereka berjalan kaki dari rumah menuju alun-alun yang hanya membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit dengan berjalan kaki.Sebelum berkeliling mereka memutuskan untuk berkuliner dan makan malam lebih dulu. Mereka memilih warung makan dengan menu bersambal.“Ayah bisa lega sekarang, Nduk. Kamu sebentar lagi menikah,” kata Darmawan di tengah-tengah makan mereka.Damaira dan Mahesa salin
Iseng Negan membuka aplikasi chat hijaunya. Tidak biasa dia rajin menggulir status teman-temannya.Ketika Negan menggulir status-status itu, dia menemukan status Dinda. Foto dua tangan pria dan wanita yang tersemat cincin emas putih dengan model yang sama.Caption dari foto tersebut adalah sebentar lagi akan mengakhiri masa lajang.Deg!Entah mengapa jantung Negan berdetak tak karuan.Dinda memang sebentar lagi akan menikah, tapi entah mengapa Negan tidak yakin jika sepasang tangan itu adalah tangan Dinda dan Zivan.Negan melihat tangan itu seperti tangan … tangan Damaira.Negan menyugar rambutnya dengan kasar.“Itu hanya perasaanmu saja, Negan. Kamu terlalu berlebihan.” Negan memberi meyakinkan pada dirinya sendiri jika itu bukan tangan mantan istrinya dan bosnya.Semakin dipikir rasanya dada semakin sesak, Negan rasanya seperti ingin gila.Ditengah kegalauannya tentang Damaira, Celine dan Dina telah kembali. Kali ini Naya dan Faisal iku
“Biar Ira yang melihat ke depan.” Ira mencuci tangannya dan segera berjalan keluar.“Oalah, aku kira siapa, calon pengantin. Kapan sampai di sini? Masuk-masuk.”Rupanya Dinda dan Zivan yang datang.“Tadi pagi sampai, tapi baru sempat ke sini,” jawab Dinda seraya melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah.“Kami sedang makan siang, ayo makan sekalian.”Damaira langsung merangkul sahabatnya Dan menggiring dua sejoli itu ke ruang tengah.“Lihat calon pengantin yang datang,” seru Damaira.“Ayo, ayo sini makan sekalian, Dinda, Zivan!” seru Lestari.Keduanya ikut bergabung makan bersama, Isa sengaja memisah dua sejoli itu dengan menarik Zivan duduk di sebelahnya.“Sehat, Bro? Lama tak jumpa,” tanya Isa.“Sehat. Kamu saja yang sok sibuk, biasanya datang ke kantor ini sudah lama tak pernah datang.”“Aku bukan sok sibuk, tapi memang sibuk.”“Jangan sibuk kumpulkan uang terus, istirahat, sekali-kali nongkrong, cari cewek,” goda Zivan.Isa mendes
“Kenapa langsung ke sana?” tanya Damaira.‘Pantas saja Isa menge-pack oleh-oleh untuk Celine di tempat tersendiri dan diberi nama, jadi ini maksudnya,’ kesal Damaira dalam hati.Damaira tak habis pikir dengan saudara kembarnya. Padahal dirinya sedang menghindari Negan dan tak ingin bertemu. Tidakkah Isa memiliki pengertian sedikit saja pada dirinya.“Aku tahu kamu sedang menghindarinya, kalau kita antar itu ke rumahnya, cukup aku dan Ezra atau aku sendiri saja yang turun, lalu berpamitan. Kita punya alasan lelah dan tidak perlu berlama-lama. Kamu ini bagaimana, tumben otakmu mangkrak!”“Huuhh, sekate-kate itu mulut, ya!” Damaira menoyor kepala Isa.Isa tertawa terbahak-bahak diikuti oleh Ezra, membuat kesal Damaira rupanya cukup menghibur. Mungkin karena lelah, mereka jadi lost control.“Makanya jangan terlalu banyak makan cinta, jadi nggak berfungsi ‘kan otakmu.”Damaira langsung meremas mulut luwes saudara tirinya.“Baru bergaul sebentar sama Dinda,