Iseng Negan membuka aplikasi chat hijaunya. Tidak biasa dia rajin menggulir status teman-temannya.
Ketika Negan menggulir status-status itu, dia menemukan status Dinda. Foto dua tangan pria dan wanita yang tersemat cincin emas putih dengan model yang sama.Caption dari foto tersebut adalah sebentar lagi akan mengakhiri masa lajang.Deg!Entah mengapa jantung Negan berdetak tak karuan.Dinda memang sebentar lagi akan menikah, tapi entah mengapa Negan tidak yakin jika sepasang tangan itu adalah tangan Dinda dan Zivan.Negan melihat tangan itu seperti tangan … tangan Damaira.Negan menyugar rambutnya dengan kasar.“Itu hanya perasaanmu saja, Negan. Kamu terlalu berlebihan.”Negan memberi meyakinkan pada dirinya sendiri jika itu bukan tangan mantan istrinya dan bosnya.Semakin dipikir rasanya dada semakin sesak, Negan rasanya seperti ingin gila.Ditengah kegalauannya tentang Damaira, Celine dan Dina telah kembali. Kali ini Naya dan Faisal iku“Biar Ira yang melihat ke depan.” Ira mencuci tangannya dan segera berjalan keluar.“Oalah, aku kira siapa, calon pengantin. Kapan sampai di sini? Masuk-masuk.”Rupanya Dinda dan Zivan yang datang.“Tadi pagi sampai, tapi baru sempat ke sini,” jawab Dinda seraya melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah.“Kami sedang makan siang, ayo makan sekalian.”Damaira langsung merangkul sahabatnya Dan menggiring dua sejoli itu ke ruang tengah.“Lihat calon pengantin yang datang,” seru Damaira.“Ayo, ayo sini makan sekalian, Dinda, Zivan!” seru Lestari.Keduanya ikut bergabung makan bersama, Isa sengaja memisah dua sejoli itu dengan menarik Zivan duduk di sebelahnya.“Sehat, Bro? Lama tak jumpa,” tanya Isa.“Sehat. Kamu saja yang sok sibuk, biasanya datang ke kantor ini sudah lama tak pernah datang.”“Aku bukan sok sibuk, tapi memang sibuk.”“Jangan sibuk kumpulkan uang terus, istirahat, sekali-kali nongkrong, cari cewek,” goda Zivan.Isa mendes
“Kenapa langsung ke sana?” tanya Damaira.‘Pantas saja Isa menge-pack oleh-oleh untuk Celine di tempat tersendiri dan diberi nama, jadi ini maksudnya,’ kesal Damaira dalam hati.Damaira tak habis pikir dengan saudara kembarnya. Padahal dirinya sedang menghindari Negan dan tak ingin bertemu. Tidakkah Isa memiliki pengertian sedikit saja pada dirinya.“Aku tahu kamu sedang menghindarinya, kalau kita antar itu ke rumahnya, cukup aku dan Ezra atau aku sendiri saja yang turun, lalu berpamitan. Kita punya alasan lelah dan tidak perlu berlama-lama. Kamu ini bagaimana, tumben otakmu mangkrak!”“Huuhh, sekate-kate itu mulut, ya!” Damaira menoyor kepala Isa.Isa tertawa terbahak-bahak diikuti oleh Ezra, membuat kesal Damaira rupanya cukup menghibur. Mungkin karena lelah, mereka jadi lost control.“Makanya jangan terlalu banyak makan cinta, jadi nggak berfungsi ‘kan otakmu.”Damaira langsung meremas mulut luwes saudara tirinya.“Baru bergaul sebentar sama Dinda,
“Lama sekali kalian,” protes Damaira.“Kamu pikir kita tukang paket, sudah kirim barang langsung pergi. Basa-basi dulu lah,” ujar Isa.Ezra mendengus kesal, dua orang yang dia sayangi kembali bertengkar.“Sudahlah, Ma, Pi. Ayo, pulang.”Isa segera memacu kendaraannya pulang ke rumah. Tak ada lagi yang bersuara."Mama, mau aku kasih tahu sesuatu nggak?" tanya Ezra memecah keheningan.Damaira memicingkan sebelah alisnya, lalu menjawab, "Tentang apa?""Eemmmm, tentang sesuatu yang terjadi di dalam.""Memangnya ada apa?"Ezra tersenyum sembari melirik Isa, pria itu juga melirik melalui spion tengah, Tidak ada rasa curiga sama sekali di hati Isa."Tadi Tante Dina menyuapkan sesuatu pada Papi, dan Papi menerima dengan senang hati seraya melirik Tante Dina, nah, Tante Dina–""Hei, kamu kecil-kecil sudah pandai bergosip dan fitnah." Isa memotong perkataan Ezra.Bocah cilik itu justru cekikikan menertawai pamannya.Sedangkan Damaira masih m
Tok! Tok! Tok!Damaira mempersilakan si pengetuk pintu untuk masuk.“Mbak Ira, ada tamu yang mencarimu,” ujar salah satu karyawan Damaira.Damaira melihat jam di dinding, sudah hampir waktunya makan siang.“Siapa?” tanya Damaira.“Mas Negan, Mbak.”Damaira menghembuskan nafas pelan, kenapa di saat seperti pria itu begitu gigih ingin menemuinya. Entah dari mana pria itu tahu kalau dirinya hari ini berangkat ke toko. “Tolong katakan aku sedang sibuk, Mbak. Jadi tidak bisa menemuinya. Mungkin lain kali saja.” Damaira menolak secara halus, beruntung dia memang sedang banyak pekerjaan.Damaira menunjukkan segudang pekerjaannya yang belum terselesaikan.“Oh, begitu ya, Mbak. Siap, Mbak.”Karyawan itu kembali menutup pintu ruang kerja Damaira, kemudian menemui Negan.“Mas Negan, maaf Mbak Ira-nya sedang sibuk. Maklum sudah lama tidak datang ke toko.”Negan mendengus, padahal dia sengaja datang dekat dengan waktu istirahat siang, agar tidak mengganggu jam kerja mantan istrinya itu.‘Alasan
Negan menghembuskan nafas pelan, dia sedikit kecewa karena Damaira terkesan buru-buru dan tak ingin berlama-lama bersama dirinya.‘Apa aku benar-benar tak ada lagi di dalam hatimu, Ra?’ tanya Negan dalam hati.“Aku hanya ingin bertemu dan mengajakmu makan siang,” ujar Negan.Pria itu kemudian menyeruput cappuccino kesukaannya, Damaira memang masih hafal semua tentang Negan. Sembari melihat cappuccino itu, Negan tersenyum tipis.“Tapi, sepertinya kamu sibuk dengan pekerjaanmu. Kalau begitu lain kali saja.” Negan melanjutkan ucapannya yang terjeda karena minum kopi.“Iya, Mas. Aku benar-benar sibuk hari ini.”“Kamu tidak sedang hanya membuat alasan 'kan, Ra?”Terlihat Damaira menghela nafas.“Untuk apa aku beralasan, Mas. Kalau kamu tidak percaya bisa cek di ruanganku, banyak pekerjaan yang belum aku selesaikan.”“Iya, aku percaya. Aku hanya merasa kalau akhir-akhir ini kamu menghindariku. Apa aku membuat masalah yang sudah menyinggung perasaanmu? A
Mendapat pertanyaan dari Mahesa, Damaira dan Negan saling pandang. Mahesa pun mengerutkan sebelah alisnya melihat keduanya.Damaira duduk lebih dulu, diikuti oleh Mahesa. Mahesa mengulang pertanyaannya.“Ada apa sebenarnya? Kenapa kalian malah diam saja?” terdengar nada khawatir dari pertanyaan kali ini.“Aku kurang paham kronologinya, tapi tadi Citra hampir saja menabrak Mas Negan di depan.”Mahesa menggelengkan kepala, untung saja tidak terjadi apa-apa baik Citra maupun Negan. Mahesa mengalihkan pandangannya pada Negan.“Kamu benar-benar tidak apa-apa, Pak Negan?”Negan memaksakan senyum, lalu berkata, “Aku benar-benar tidak apa-apa. Aku hanya kaget dan terjatuh.”Mahesa bisa bernafas lega setelah mendengar perkataan dari Negan.“Kalau ada apa-apa jangan sungkan menghubungiku, Pak Negan.” Negan mengangguk.“Pak Mahesa tak perlu khawatir,” balas Negan.Negan menahan gejolak dalam hatinya, ingin sekali dia bertanya tentang kebenaran ucapan Mahesa yang mengklaim Damaira sebagai calon i
Damaira menjadi waspada saat melihat Negan tampak begitu marah dan manatap Mahesa dengan tajam.'Apa yang harus aku lakukan?’ tanya Damaira dalam hati.Saking cemasnya Damaira menggigit bibir bawahnya.Negan mengangkat kruknya, kemudian mengarahkannya ke arah Mahesa.“Kalian pasti bersekongkol bukan, untuk membalas dendam padaku?” hardik Negan.“Bukan seperti itu, Mas!”Damaira berdiri dan pasang badan di depan Mahesa, berusaha menghalangi Negan.Mahesa pun ikut berdiri, lalu berpindah di depan tubuhnya calon istrinya, lalu meminta Damaira untuk mundur dengan tangannya.Negan tertawa sumbang melihat keduanya saling melindungi.“Kalian pikir apa yang bisa dilakukan oleh pria cacat sepertiku hingga kalian bersikap seperti itu?” ujar Negan.Mahesa memegang kruk itu, lalu perlahan mengambil alih, Negan tak melawan sama sekali.“Pak Negan, tolong kamu hargai keputusan Ira. Dan asal kamu tahu, kami terutama Ira tidak ada niat sama sekali untuk membalas dendam padamu, kami memang–,” ucap Mah
Mendapat pertanyaan aneh dari saudara kembarnya membuat Isa memicingkan sebelah matanya.“Memangnya butuh keakraban untuk mendapatkan informasi yang biasa seperti itu?” Isa justru membalik pertanyaan itu.“Ya, nggak juga. Tapi aneh saja kalian tiba-tiba berkomunikasi,” ujar Damaira.“Kamu saja yang aneh, kenapa menganggap hal seperti itu aneh. Memangnya selama kamu wira-wiri waktu Bang Negan sakit, kami menggunakan telepati?” ucapan Isa diakhiri dengan decakan kesal.Damaira nyengir kuda, niat hati ingin meledek saudara kembarnya itu, tapi dirinya justru seperti orang bodoh.Tak ingin menjadi kesal karena kalah telak, Damaira segera mengambilkan makanan untuk Ezra."Hari ini kamu akan datang ke rumah sakit?" tanya Isa, di tengah-tengah sarapan mereka."Entahlah, kalaupun aku ke sana, pasti bersama Mas Mahesa. Aku nggak mau memberi harapan pada Mas Negan. Atau membuatnya salah paham dengan kebaikanku lagi."Isa paham keresahan hati Damaira, sepulang d