Seminggu kemudian.
Hari masih begitu pagi, bahkan adzan subuh baru saja berhenti berkumandang. Dua keluarga akhirnya sampai di kota tujuan–Purwokerto.Terlihat Ezra masih terlelap di jok belakang.“Kamu angkat saja Ezra ke dalam, aku akan keluarkan barang-barang kita dari mobil,” kata Isa pada saudari kembarnya.Damaira dan Isa keluar dari mobil, begitu juga dengan keluarga Mahesa.Yang dilakukan pertama kali oleh Mahesa Dan Bu Ajeng adalah menghirup udara yang segar di subuh hari.Dari dalam rumah Dewa langsung membuka lebar pintu rumahnya, terlihat Darmawan dan Lestari kedua orang tua Damaira keluar dan berjalan ke arah mereka.Damaira dan Isa mencium punggung tangan kedua orang tuanya lalu memperkenalkan Mahesa dan Bu Ajeng.“Ibu, Ayah, ini Mas Mahesa dan beliau adalah Bu Ajeng, ibu Mas Mahesa.”Mahesa meraih tangan Darmawan, “Mahesa, Pak.” Mahesa memperkenalkan diri, lalu mencium punggung tangan calon ayah mertuanya.Hal yang sama Mahesa"Apa Ezra pergi, Yah?" tanya Celine.Suaranya mengisyaratkan jika bocah itu kecewa."Sepertinya iya, Lin," jawab Negan."Kemana mereka, Yah?"Ayah juga tidak tahu, Lin."Karena tak menemukan Damaira dan penasaran kemana perginya, Negan mendatangi rumah Dinda yang hanya berada di samping rumah itu.Negan menekan bel rumah itu, tak berselang lama Dinda pun keluar dari dalam rumah."Lhoh, Mas Negan. Ada apa?" "Kamu tahu kemana perginya Ira?"Dinda mengernyitkan keningnya, lalu berkata dalam hati, 'Jadi Ira benar-benar tidak memberi tahu Mas Negan tentang kepergiannya ke Purwokerto!'"Oh, mereka pergi ke Purwokerto, Mas. Berangkat tadi malam.""Purwokerto?" Dinda mengangguk."Ada acara apa di Purwokerto?" "Aku tidak begitu paham, Mas. Memang sudah lama 'kan mereka tidak pulang, bulan kemarin sibuk mengurusmu," jawab Dinda dengan sedikit berbohong.Jawaban yang membuat Negan tersentil, memang benar bulan kemarin mereka tidak pulan
Malam minggu yang cerah, Damaira mengajak keluarga Mahesa untuk menikmati suasana malam di alun-alun dan kuliner di kota itu.“Kalian saja yang muda-muda, ibu lebih suka bercengkrama di rumah bersama para orang tua,” ujar Ajeng.“Yahh, Oma. Kita semua berangkat saja ke alun-alun. Kakek dan neneknya juga. Ayolah, please!” Keysha mencoba merayu para orang tua untuk bisa ikut berjalan-jalan di alun-alun.“Ya sudah, kakek ikut. Tidak mesti kita sebulan sekali bisa berkumpul untuk jalan-jalan. Ayo, Bu, Bu Ajeng.” Darmawan akhirnya memberi kamando pada ibu-ibu yang malas bergerak itu, untuk jalan bersama-sama.Mereka berjalan kaki dari rumah menuju alun-alun yang hanya membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit dengan berjalan kaki.Sebelum berkeliling mereka memutuskan untuk berkuliner dan makan malam lebih dulu. Mereka memilih warung makan dengan menu bersambal.“Ayah bisa lega sekarang, Nduk. Kamu sebentar lagi menikah,” kata Darmawan di tengah-tengah makan mereka.Damaira dan Mahesa salin
Iseng Negan membuka aplikasi chat hijaunya. Tidak biasa dia rajin menggulir status teman-temannya.Ketika Negan menggulir status-status itu, dia menemukan status Dinda. Foto dua tangan pria dan wanita yang tersemat cincin emas putih dengan model yang sama.Caption dari foto tersebut adalah sebentar lagi akan mengakhiri masa lajang.Deg!Entah mengapa jantung Negan berdetak tak karuan.Dinda memang sebentar lagi akan menikah, tapi entah mengapa Negan tidak yakin jika sepasang tangan itu adalah tangan Dinda dan Zivan.Negan melihat tangan itu seperti tangan … tangan Damaira.Negan menyugar rambutnya dengan kasar.“Itu hanya perasaanmu saja, Negan. Kamu terlalu berlebihan.” Negan memberi meyakinkan pada dirinya sendiri jika itu bukan tangan mantan istrinya dan bosnya.Semakin dipikir rasanya dada semakin sesak, Negan rasanya seperti ingin gila.Ditengah kegalauannya tentang Damaira, Celine dan Dina telah kembali. Kali ini Naya dan Faisal iku
“Biar Ira yang melihat ke depan.” Ira mencuci tangannya dan segera berjalan keluar.“Oalah, aku kira siapa, calon pengantin. Kapan sampai di sini? Masuk-masuk.”Rupanya Dinda dan Zivan yang datang.“Tadi pagi sampai, tapi baru sempat ke sini,” jawab Dinda seraya melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah.“Kami sedang makan siang, ayo makan sekalian.”Damaira langsung merangkul sahabatnya Dan menggiring dua sejoli itu ke ruang tengah.“Lihat calon pengantin yang datang,” seru Damaira.“Ayo, ayo sini makan sekalian, Dinda, Zivan!” seru Lestari.Keduanya ikut bergabung makan bersama, Isa sengaja memisah dua sejoli itu dengan menarik Zivan duduk di sebelahnya.“Sehat, Bro? Lama tak jumpa,” tanya Isa.“Sehat. Kamu saja yang sok sibuk, biasanya datang ke kantor ini sudah lama tak pernah datang.”“Aku bukan sok sibuk, tapi memang sibuk.”“Jangan sibuk kumpulkan uang terus, istirahat, sekali-kali nongkrong, cari cewek,” goda Zivan.Isa mendes
“Kenapa langsung ke sana?” tanya Damaira.‘Pantas saja Isa menge-pack oleh-oleh untuk Celine di tempat tersendiri dan diberi nama, jadi ini maksudnya,’ kesal Damaira dalam hati.Damaira tak habis pikir dengan saudara kembarnya. Padahal dirinya sedang menghindari Negan dan tak ingin bertemu. Tidakkah Isa memiliki pengertian sedikit saja pada dirinya.“Aku tahu kamu sedang menghindarinya, kalau kita antar itu ke rumahnya, cukup aku dan Ezra atau aku sendiri saja yang turun, lalu berpamitan. Kita punya alasan lelah dan tidak perlu berlama-lama. Kamu ini bagaimana, tumben otakmu mangkrak!”“Huuhh, sekate-kate itu mulut, ya!” Damaira menoyor kepala Isa.Isa tertawa terbahak-bahak diikuti oleh Ezra, membuat kesal Damaira rupanya cukup menghibur. Mungkin karena lelah, mereka jadi lost control.“Makanya jangan terlalu banyak makan cinta, jadi nggak berfungsi ‘kan otakmu.”Damaira langsung meremas mulut luwes saudara tirinya.“Baru bergaul sebentar sama Dinda,
“Lama sekali kalian,” protes Damaira.“Kamu pikir kita tukang paket, sudah kirim barang langsung pergi. Basa-basi dulu lah,” ujar Isa.Ezra mendengus kesal, dua orang yang dia sayangi kembali bertengkar.“Sudahlah, Ma, Pi. Ayo, pulang.”Isa segera memacu kendaraannya pulang ke rumah. Tak ada lagi yang bersuara."Mama, mau aku kasih tahu sesuatu nggak?" tanya Ezra memecah keheningan.Damaira memicingkan sebelah alisnya, lalu menjawab, "Tentang apa?""Eemmmm, tentang sesuatu yang terjadi di dalam.""Memangnya ada apa?"Ezra tersenyum sembari melirik Isa, pria itu juga melirik melalui spion tengah, Tidak ada rasa curiga sama sekali di hati Isa."Tadi Tante Dina menyuapkan sesuatu pada Papi, dan Papi menerima dengan senang hati seraya melirik Tante Dina, nah, Tante Dina–""Hei, kamu kecil-kecil sudah pandai bergosip dan fitnah." Isa memotong perkataan Ezra.Bocah cilik itu justru cekikikan menertawai pamannya.Sedangkan Damaira masih m
Tok! Tok! Tok!Damaira mempersilakan si pengetuk pintu untuk masuk.“Mbak Ira, ada tamu yang mencarimu,” ujar salah satu karyawan Damaira.Damaira melihat jam di dinding, sudah hampir waktunya makan siang.“Siapa?” tanya Damaira.“Mas Negan, Mbak.”Damaira menghembuskan nafas pelan, kenapa di saat seperti pria itu begitu gigih ingin menemuinya. Entah dari mana pria itu tahu kalau dirinya hari ini berangkat ke toko. “Tolong katakan aku sedang sibuk, Mbak. Jadi tidak bisa menemuinya. Mungkin lain kali saja.” Damaira menolak secara halus, beruntung dia memang sedang banyak pekerjaan.Damaira menunjukkan segudang pekerjaannya yang belum terselesaikan.“Oh, begitu ya, Mbak. Siap, Mbak.”Karyawan itu kembali menutup pintu ruang kerja Damaira, kemudian menemui Negan.“Mas Negan, maaf Mbak Ira-nya sedang sibuk. Maklum sudah lama tidak datang ke toko.”Negan mendengus, padahal dia sengaja datang dekat dengan waktu istirahat siang, agar tidak mengganggu jam kerja mantan istrinya itu.‘Alasan
Negan menghembuskan nafas pelan, dia sedikit kecewa karena Damaira terkesan buru-buru dan tak ingin berlama-lama bersama dirinya.‘Apa aku benar-benar tak ada lagi di dalam hatimu, Ra?’ tanya Negan dalam hati.“Aku hanya ingin bertemu dan mengajakmu makan siang,” ujar Negan.Pria itu kemudian menyeruput cappuccino kesukaannya, Damaira memang masih hafal semua tentang Negan. Sembari melihat cappuccino itu, Negan tersenyum tipis.“Tapi, sepertinya kamu sibuk dengan pekerjaanmu. Kalau begitu lain kali saja.” Negan melanjutkan ucapannya yang terjeda karena minum kopi.“Iya, Mas. Aku benar-benar sibuk hari ini.”“Kamu tidak sedang hanya membuat alasan 'kan, Ra?”Terlihat Damaira menghela nafas.“Untuk apa aku beralasan, Mas. Kalau kamu tidak percaya bisa cek di ruanganku, banyak pekerjaan yang belum aku selesaikan.”“Iya, aku percaya. Aku hanya merasa kalau akhir-akhir ini kamu menghindariku. Apa aku membuat masalah yang sudah menyinggung perasaanmu? A