Selamat membaca.Luke tidak pernah tahu, kalau Sania mengingat semua kebersamaan mereka. Tapi Luke juga takut kalau Sania juga mengingat betapa tidak tahu dirinya dia pada Sania."Aku masih membencimu, bahkan sampai saat ini rasa itu akan tetap sama. J-jadi akan memikirkan apapun." ucap Sania, menatap Luke takut-takut.Tetapi Luke merespon dengan tersenyum, sebelum memeluk Sania dengan sayang. Berkata, "tidak apa-apa jika kau membenciku, asalkan kamu tetap berada bersamaku. Itu tidak akan menjadi masalah." bisik Luke tepat di telinga Sania.Merinding. Sania merasakan tekanan dari ucapan Luke barusan, artinya apa itu? Bukankah, Luke malah terdengar seperti orang yang tidak perpikiran lurus lagi?Tapi Sania tidak ingin mempercayai perasaannya sekarang.Dari jauh, sang kakek memandang wajah Sania yang tertekan. Berbeda dengan senyuman smirk Luke yang penuh dengan ancaman.Dia menyipitkan matanya curiga.Di tengah pelukan yang hangat, Hugo sampai. Dan Sania tidak pernah sesenang ini saat
Selamat membaca.Dalih? Apa yang Hugo maksud dengan Dalih? Masa dia harus mencari tahu tentang yang di maksud pria setengah ular itu.Sania mengeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak, aku tidak boleh memikirkan perkataan mereka. Sebab, orang yang paling tahu benar atau tidaknya mereka adalah aku sendiri, jadi jangan percaya lagi." batin Sania. "Ya, aku pasti bisa.""Apa yang harus kau bisa?" sambung seseorang, bertanya pada Sania. Tak lain adalah Luke sendiri.Luke menghampiri Sania yang tampaknya sedang bosan. "Memangnya apa lagi?" tanya Sania balik. "Tidak usah betanya karena aku sedang tidak ingin di tanya." Kesal Sania.Pria itu malah tersenyum pada Sania. "Bergabunglah dengan keluargaku, kita rayakan hari ini." Ini terlihat aneh dan tak masuk akal, apakah dia sedang bermimpi.Melihat mereka yang sedang menunggu Sanian dengan tatapan yang tak lagi meremehkan dan penuh kebencian serta kewaspadaan itu akhirnya menghilang.Sania mendesah, sebelum ia melangkah ke arah mereka.
Selamat membaca."Sania, Sania, ku mohon bangunlah." Suara itu, membuat Sania terbangun untuk kedua kalinya di hari ini. Anehnya dia tidak bermimpi buruk, tapi tubuhnya seakan kehilangan kekuataan untuk bergerak.Darrel menatap Sania dengan raut wajah yang aneh. "Syukurlah kau sudah bangun." Dia terlihat sangat panik. "Sania, kau baik-baik saja kan?"Pertanyaan tak perlu itu, Sania mengabaikan Darrel dan fokus mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Dan ingatannya berhenti saat Jihana tertembak oleh senjata api Darrel, sisanya Sania tidak ingat lagi.BRAK!"Tolong saya!"Kepala Sania dan Darrel langsung menoleh ke arah pintu masuk, dimana Nael berlari ke arah Sania. Dan berlindung di samping Sania.Ah, rupanya dia di kejar orang gila."NAEL…,"ucapan Luke berhenti saat menatap Sania yang akhirnya membuka matanya setelah 7 hari pingsan.Sania yang mendengar itu, tentu saja terkejut. "Tujuh hari? Sepertinya ada yang salah dengan perhitungan hatinya, bagaimana aku bisa pingsan padahal ya
Selamat membaca.Angin menabrak tubuh Sania, seakan ia sedang berada ditengah gunung. Sendirian tanpa seorang pun di sampingnya.Sania mengedipkan matanya beberapa kali, sebelum menghela nafasnya melihat momen yang begitu familiar di depannya saat ini."Dia ayahku." Ralat Sania.Luke tersenyum simpul. "Tidak baik berbohong pada orang lain, ayah? Itu sedikit tidak adil untukku istriku." goda Luke sembari menarik pingang Sania mendekat padanya dengan posesif.Sania hanya bisa tersenyum kikuk, sedang wanita yang mencoba mendekati Luke menarik tangannya kembali. Sebelum berbalik dalam kondisi syok dan bertanya-tanya apakah dia sedang bermimpi sekarang.'hahaha' Sania tertawa melihat ekspresi wanita itu, dan Luke tersenyum senang karena Sania akhirnya tertawa saat bersama dengannya.***Sorenya, saat Sania dan Luke hendak pulang. Sebuah mobil hitam yang mengawasi sedari tadi ternyata adalah mobil Kakek Luke.Dan disinilah Sania, terjebak dalam kesunyian kaku tanpa suara. Luke menunggu di l
Selamat membaca.Hujan turun, Luke tertahan karena tidak memungkinkan baginya untuk menerobos hujan yang begitu lebat dan hanya akan membuat Sania khawatir jika ia pulang dalam keadaan kacau.Luke hanya tak ingin ketenangan ini berubah menjadi mengerikan lagi.***Sementara itu, di rumah Luke. Sania yang sedang tidur di atas kasurnya, tiba-tiba saja di bangunkan oleh suara yang perlahan mendekatinya.Brak!Darrel yang masuk dan menutup pintu dalam keadaan setengah sadar, membuat Sania bangkit dari tidurnya."Darrel?""Ada kelompok lain yang datang, sepertinya dia mengincarmu."Sania menyipitkan matanya, dan Darrel mengelengkan kepalanya pada Sania.Tepat saat itu juga, Sania mencoba untuk kabur lewat jendela namun seseorang dengan cepat menyambar kepalanya dengan benda keras.Yang membuat Sania akhirnya jatuh pingsan—dalam kondisi setengah sadar, Sania melihat tangannya diborgol oleh seseorang sebelum akhirnya kesadarannya menghilang begitu saja.***Lama dalam dunia alam bawah sadar,
Selamat membaca.Benar juga, apa yang dikatakan Luke. Kalau begitu bagaimana kalau. "Aku akan berbalik saja, tidak akan melihatmu, aku bersumpah tidak akan melihatmu.""Oke." setuju Luke.Sania mengerutkan keningnya bingung, namun detik berikutnya. Suara air terdengar dari dalam kamar mandi, tanda kalau akhirnya Sania menguyur tubuhnya dengan air hangat—yang malah membuat ibu-ibu yang menunggu tak habis pikir dengan waktu yang lama hanya untuk mandi.Mereka malah sibuk memainkan catur tak peduli dengan dua orang yang mandinya setengah tahun itu.Lama bermain-main dengan air, akhirnya Luke yang mengulur-ngulur waktu menunggu Sania yang ternyata begitu menyukai air. Selesai lebih dulu."Selesai." ucap Sania. Tapi masalahnya, handuknya cuma satu dan mereka tak tahu harus memutuskan siapa yang akan keluar."Aku akan keluar." Tawar Sania, tapi sudah jelas Luke tak mengizinkannya. Dan akhirnya Luke yang keluar lebih dulu meski Sania takut Luke melihatnya, tapi sepertinya Sanialah yang meli
Selamat membaca.Perjalanan yang cukup panjang dan menyenangkan, Luke tak pernah merasa sedamai ini saat melihat Sania tidur dengan lelap di dekatnya tanpa rasa curiga.Ia mencuri-curi pandang, meski kepala Luke agak pusing. Tapi entah mengapa, saat melihat Sania. Rasa pusing itu menghilang dengan sendirinya."Obat terbaikku, Saniaku."***Lama perjalanan, Luke dan Sania akhirnya sampai. Ia tak tega membangunkan Sania, jadi ia mengendong Sania—tapi yang membuat Luke bingung adalah Sania yang tak terganggu dengan sentuhannya.Padahal biasanya Sania akan langsung bangun jika ada yang menyentuh tubuhnya, Luke pikir ini hanyalah candaan Sania yang percaya padanya.Nael dan Darrel menunggu keadaan cemas, setelah mendengar suara mobil yang memasuki halaman. Mereka buru-buru keluar dari sana."Sania?" bingung mereka saat melihat Luke yang mengendong Sania, tapi saat melihat senyuman Luke. Mereka tahu kalau Sania hanya tidur.Ekhem, Nael menatap Darrel dengan tatapan mengejek. Pasalnya Darrel
Selamat membaca.Esok harinya.Di rumah Luke, keluarga inti berkumpul. Hugo juga hadir, dan mereka sedang membicarakan hal yang serius."Meski pengedarnya sudah tertangkap, tapi otak dari semua ini belum terungkap. Dan sekarang, pemerintah terkait melarang penjualan es dalam bentuk apapun. Sampai waktu yang tidak ditentukan." jelas sang kakek, sembari membaca dan meneliti kertas putih berisi data terkait. "Kami memanggilmu, karena ini ada hubungannya dengan Sania."Semua mata kini tertuju pada Sania yang sedang duduk di samping Luke, dia terlihat baik-baik saja. Tersenyum seolah tak ada masalah yang terjadi."Sania."Panggilan Luke, membuat tatapan buram Sania dengan segala pemikirannya itu buyar. Ia segera menatap Luke yang memanggilnya, mengkhayal bukan berarti ia tak mendengarkan.Sania tersenyum mengerti. Ia kini menatap sang kakek. "Kenapa terlalu banyak berpikir? Jelas targetnya adalah aku." ucap Sania.Dia tidak bercanda. Tapi semua terdiam menatapnya, kecuali Luke Conan. "Men