Share

Bab 2

"Nyonya sudah pulang?"

Seorang pelayan yang tadi pagi Valeria titipkan anaknya–Nolen langsung menyambutnya kala dia memasuki kamar.

Gegas Valeria mengusap air matanya. "Ya, terimakasih sudah menjaga Nolen. Kamu bisa mengerjakan pekerjaan kamu yang lain."

"Baik Nyonya." Pelayan itu menunduk lalu pergi dari sana.

Valeria kemudian menghampiri sang anak yang tengah tertidur di ranjangnya.

"Sayang, maafin Mommy, ya. Seharunya kamu mendapatkan kehidupan yang bahagia, karena itu cita-cita Mommy untuk kamu. Sayangnya, mulai sekarang Nolen harus bahagia bersama Mommy aja ya," bisik Valeria dengan air mata berlinang.

Setelah mengecup kening Nolen, Valeria langsung beranjak dari tempatnya. Dia mengambil koper dan memasukkan beberapa barang-barang Nolen kedalam koper tersebut. Valeria sudah memantapkan hati, dia akan pergi dari rumah ini dan tidak akan membiarkan Julian mengambil Nolen.

Valeria mengambil Nolen dan menggendongnya sambil menyeret sebuah koper. Dia beruntung, karena saat itu rumah tengah kosong. Jika tidak, pasti akan ada drama lain. Hati Valeria sudah lelah sekarang, dia tak ingin menambah pikiran lagi.

Sebuah taksi berhenti di hadapan Valeria, gegas dia langsung masuk ke dalam mobil. 

“Mulai saat ini, kita akan mulai hidup baru hanya berdua, Nak.” Di perjalanan, Valeria terus menerus mengajak Nolen berbicara, meski bayi itu masih tertidur lelap.

Dia akan membawa Nolen ke apartemen lamanya yang tentunya Julian tidak tahu akan hal ini. Valeria sudah mandiri sejak umur 16 tahun karena keluarganya bangkrut. 

Dia juga memiliki bisnis kecil seperti butik yang dia garap sendiri. Jadi, untuk hidup berdua dengan Nolen, dia tak akan kebingungan meskipun nantinya mereka akan hidup sederhana.

Dua jam perjalanan, Valeria sampai di sebuah apartemen yang dulu menjadi tempat istirahatnya saat masa-masa sekolah sebelum bertemu Julian. Senyum getir mulai terlihat di wajah Valeria saat memasuki apartemen itu. 

Valeria membaringkan Nolen di atas ranjang. Bayi itu sejak dalam perjalanan bahkan tidak membuka matanya sama sekali. Sementara itu, Valeria membersihkan apartemen yang terlihat sedikit kotor dengan banyaknya debu karena sudah lama tak terpakai.

Saking sibuknya membersihkan apartemen, hari mulai gelap, ketika Valeria sadar ada yang aneh dengan Nolen. Biasanya bayi itu akan menangis dalam beberapa jam untuk minum asi, tapi sejak tadi Valeria bahkan tak mendengar rengekan putranya itu.

"Nolen, kamu gak bangun dari tadi. Kenapa hem?" Valeria menggendong bayi itu, kali ini Valeria merasakan tubuh Nolen seperti lemas.

Dengan penuh curiga, Valeria mengambil tangan Nolen. Tangan kecil itu terjatuh begitu saja, seperti tak memiliki tenaga. Bibir Nolen juga terlihat membiru, Valeria langsung mengusap pipi Nolen yang ternyata begitu sangat dingin. 

Wajah khawatir Valeria tak bisa lagi di sembunyikan. "Nolen, kamu kenapa? Bangun sayang," ucap Valeria sambil mengusap pipi kecilnya.

Karena tak mendapat respons apa pun, Valeria yang baru saja menjadi seorang ibu lantas bergegas membawa Nolen ke rumah sakit.

Sayangnya, setelah satu jam mendapatkan penanganan dokter, Valeria harus menerima sebuah kabar buruk.

"Maaf Nyonya, kami sudah melakukan semaksimal mungkin, tapi bayi anda sudah tidak bisa ditolong lagi. Anda harus bisa mengikhlaskan dia."

"Apa?" Wajah Valeria menjadi begitu pucat. "Apa maksudnya?"

"Bayi anda sudah meninggal Nyonya."

"Tidak ..., mungkin."

Dunia bagaikan kiamat untuk Valeria hari ini. Dia kehilangan semuanya, hal yang menyokongnya untuk tetap hidup. Hati Valeria seperti hancur berkeping-keping, tak ada lagi yang tersisa sampai cahaya gelap menelan Valeria lalu jatuh di atas lantai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status