Share

Chapter 5

"Yoga?!" suara Bu Melinda terdengar menggelegar seperti petir yang menyambar dikala hujan.

"Ada apa Bu?" Prayoga bingung.

"Kau ini gimana sih, kau itu Ibu nikahkan dengan Selia agar kau bisa punya anak!"

"Kalau kau tetap tidur dengan Arumi, sampe akhir dunia juga kau tetap nggak akan punya anak!" Bu Melinda terlihat sangat marah.

Prayoga kaget, ia bingung bagaimana bisa Bu Melinda tahu jika ia semalam tidur dengan Arumi. Pikirannya mulai menerka pasti ada orang yang sudah mengadu pada Bu Melinda.

"Apa Arumi yang bilang ke Ibu?" Prayoga menyelidiki.

"Ah!, itu nggak penting!. Pokoknya mulai sekarang kau harus lebih sering tidur dengan Selia!" perintah Bu Melinda.

"Tapi Arumi juga masih istriku Bu!" protes Prayoga.

"Arumi itu sudah lima tahun tidur denganmu, sedang Selia, dia baru satu hari jadi istrimu, jadi kau sekarang harus lebih sering memberi nafkah batin untuk Selia!" Bu Melinda tetap bersikeras dengan pendapatnya.

"Tapi Yoga nggak ingin menyakiti Arumi!"

"Yoga, Yoga, kau ini memang payah ya?!"

"Ya kau jangan terang-terangan masuk ke kamar Selia saat ada Arumi. Kau harus pake taktik agar tak ketahuan Arumi. Kau pergi ke kamar Selia saat Arumi sudah tidur, dan setelah tugasmu bersama Selia selesai, kau kembali lagi ke kamar Arumi"

"Paham?!"

"Tapi Bu.."

"Sudah, jangan membantah!. Pokoknya awas ya, kalau sampai ibu dengar kamu mengabaikan Selia!!" ancam Bu Melinda sambil bergegas pergi meninggalkan Prayoga yang masih merasa kesal.

_____

Beberapa bulan kemudian...

"Apa?!, kau hamil?!" wajah Bu Melinda terlihat begitu senang. Ia bahkan berulangkali membaca hasil tes kehamilan yang Selia berikan padanya.

"Aaaaa!!, luar biasa Selia!, Ibu sangat senang, terima kasih sayang!" Bu Melinda langsung memberi Selia sebuah pelukan hangat.

Arumi yang kebetulan melintas tak jauh dari tempat mereka berada, sayup-sayup mendengar percakapan mereka.

"Hai Arumi!, kemari!" Bu Melinda memanggil Arumi.

Dengan perasaan yang tak enak, Arumi menuruti panggilan mertuanya itu.

"Ada apa Bu?"

"Ibu harus berterima kasih padamu juga, karena kau sudah mencarikan wanita yang tepat untuk Prayoga"

Arumi masih belum paham maksud dari perkataan Bu Melinda.

"Apa kau tahu, kalau Selia saat ini sedang hamil?"

("Bum!!")

Arumi kaget bukan main mendengar kabar yang disampaikan oleh Bu Melinda.

Dengan tangan gemetar, ia menerima secarik kertas yang berisi laporan hasil tes kehamilan milik Selia.

Dan ketika ia membacanya, ia bertambah terkejut. Dilaporan itu tertulis jika Selia positif hamil, dengan usia kehamilan empat minggu.

Seketika Arumi pun lunglai, ia kehilangan semua tenaganya. Kertas laporan yang sedang ia pegang, terlepas begitu saja dan jatuh ke lantai. Kedua matanya mulai berat, sedang keringat dingin mulai membasahi tubuhnya.

"Selia baru menikah dua bulan dengan Prayoga, tapi lihatlah, dia sekarang sedang mengandung anaknya Prayoga"

"Jadi, apa yang selama ini Ibu duga tentang dirimu, itu benar, kan Arumi?" tanya Bu Melinda ketus.

Arumi tak menjawab, entah mengapa ia tak bisa merasa bahagia sedikitpun dengan kehamilan Selia. Padahal selama ini ia setuju Prayoga menikah lagi karena ia ingin Prayoga segera memiliki keturunan, dan ia juga berharap agar mertuanya tak lagi menghujat dirinya. Tapi yang terjadi sepertinya sungguh diluar dugaan, Arumi malah tersiksa dengan situasi yang ikut ia ciptakan sendiri.

Ia juga merasa sangat kecewa karena ternyata selama ini ia sudah ditipu oleh suaminya. Arumi ingat dengan jelas, bagaimana nyaris setiap malam ia tidur bersama Prayoga. Saat Arumi bertanya kenapa Prayoga belum juga mau tidur dengan Selia, Prayoga selalu menjawab belum siap dan masih perlu waktu untuk berpikir.

Tapi, ternyata semua itu hanya alasan Prayoga saja. Buktinya, saat ini Selia justru sudah hamil.

"Nah, itu Yoga!" Bu Melinda menunjuk pada sosok Prayoga yang baru pulang dari kantor.

"Yoga, cepat kemari!" panggil Bu Melinda tak sabar.

"Ada apa Bu?" tanya Prayoga malas, ia masih lelah sepulang bekerja.

"Ada kabar gembira sayang, tapi, sepertinya lebih baik jika Selia saja yang menyampaikan" ucap Bu Melinda sambil menatap Selia dengan tatapan penuh kasih sayang, hal itu lagi-lagi menambah kehancuran hati Arumi.

Prayoga bingung, ia mengedarkan pandangannya, menatap satu persatu orang yang ada.

"Ayo Selia, katakan pada suamimu tentang kabar gembira itu!"

Selia tersenyum, lalu mendekati Prayoga.

"Em, Mas, aku, aku hamil"

"Apa?!!, ha-hamil katamu?"

Selia mengangguk.

"Su-sungguh?!" Prayoga tak percaya, tapi ia juga tak bisa menutupi rasa bahagianya. Wajahnya yang semula lesu, kini langsung berubah sumringah.

"Ini buktinya" Bu Melinda menyodorkan hasil laporan kehamilan pada Prayoga.

Dengan perasaan yang campur aduk, Prayoga menerima hasil laporan itu, dsn dengan segera ia membacanya.

"Kau sungguh hamil Selia!!!" pekik Prayoga yang langsung menghambur kearah selia, ia segera memeluk istri keduanya itu, dan seolah seperti lupa dengan adanya Arumi disitu, Prayoga dengan tanpa ragu dan malu lagi menghadiahi Selia dengan ciuman mesra di pipi Selia berulang kali.

Pemandangan langka itu membuat Arumi kian hancur, ia kini merasa dunia sudah tak berpihak padanya. Prayoga yang begitu bahagia karena kehamilan Selia, seolah sudah tak perduli lagi dengan perasaan Arumi.

Kebahagiaan terus menyelimuti Prayoga dan Bu Melinda. Keduanya terus memuji-muji Selia karena sudah berhasil mengandung anak Prayoga, Arumi benar-benar sudah diabaikan.

Dengan getir, wanita berhijab itu segera pergi menghindar dari tempat itu. Dadanya sudah terasa sangat sesak.

Langkah Arumi terseok, air mata terus mengalir membasahi pipinya. Takdir yang buruk kini sedang berpihak padanya.

Ia tak menyangka jika ternyata rencana yang ia buat akan menjadi begitu menyiksa untuk dirinya sendiri.

"Bu!, Ibu nggak apa-apa?!"Mbok Piah yang rupanya sejak tadi terus memperhatikan Arumi dari jauh, langsung menyambut tubuh lunglai Arumi. Wanita paruh baya itu terlihat panik melihat kondisi Arumi.

Arumi menggeleng lemah.

"Ayo saya bantu ke kamar Bu!" dengan sigap Mbok Piah membimbing tubuh Arumi yang seperti sudah tak bertulang lagi.

Wanita tua itu merasa trenyuh melihat nasib majikannya itu. Tapi, sekali lagi, ia tak bisa berbuat apapun untuk menolong Arumi, selain dari terus siap siaga membantu menguatkan Arumi, itu saja.

_____

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status