Share

Chapter 3

Penulis: Queen Sando
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-16 07:26:41

Arumi mondar-mandir di dalam ruang kerjanya di butik. Ia masih kepikiran soal pengakuan mengejutkan Prayoga semalam. Hati Arumi sungguh hancur, ia tak menyangka jika ternyata Prayoga akan setuju dengan ide konyol Bu Melinda untuk menikah lagi.

Ketakutan Arumi sepertinya akan benar-benar terwujud. Rumah tangga yang sudah dibangun selama lima tahun, akan segera hancur.

Prayoga yang selama ini berjuang bersamanya, kini mulai menyerah dan terpaksa mengikuti kemauan orang tuanya.

"Siapa?!" lamunan Arumi pecah saat tiba-tiba pintu ruang kerjanya diketuk.

"Maaf Bu" tampak seorang wanita berdiri di ambang pintu saat pintu dibuka.

"Ada apa Ainah?" tanya Arumi pada Ainah, resepsionis di butik milik Arumi.

"Ada orang yang datang untuk melamar pekerjaan, sepertinya lowongan yang kita sebar di sosial media sudah dibaca oleh para penggunanya "

"Oh begitu, suruh dia masuk!" pinta Arumi sambil melenggang kembali ke meja kerjanya.

Untuk sejenak ia harus menepikan urusan rumah tangganya.

Dan tak berselang lama, Ainah datang kembali dengan seorang wanita muda.

"Ini orangnya Bu!" ucap Ainah.

"Ya sudah, biar aku yang tangani, kau kembali bekerja " perintah Arumi.

Ainah pun segera keluar ruangan, dan kini tinggallah Arumi dan wanita si pelamar kerja itu.

Arumi memperhatikan wanita itu secara seksama. Wanita itu terlihat masih muda, mungkin berusia sekitar dua puluh tahun lebih. Ia memiliki tubuh yang ramping, dengan wajah yang juga cukup menarik. Dan entah mendapat Ilham darimana, tiba-tiba Arumi memikirkan tentang sesuatu.

"Duduklah!"

"Iya Bu" jawab wanita itu malu-malu.

"Siapa namamu?" tanya Arumi sambil mengamati wajah wanita itu.

"Saya Nurselia, bisa panggil Selia" jawabnya lagi.

"Oh, baiklah Selia, bisa saya minta berkas mu?"

Selia lalu menyodorkan sebuah map berwarna cokelat.

Begitu menerima map dari Selia, Arumi langsung membaca beberapa berkas yang dilampirkan di dalam map itu.

Arumi manggut-manggut, sebelum akhirnya menutup map itu dan meletakkan begitu saja di atas meja, sedang Selia menunggu dengan perasaan cemas.

"Kau sudah punya pacar?" tanya Arumi kemudian.

"A-apa, apa Bu?!" Selia kaget dengan pertanyaan yang diluar dugaannya itu.

"Iya, aku tanya apa kau sudah punya pacar?" ulang Arumi.

"Ma-ma, maaf Bu, be-be-belum" jawab Selia gugup, keringat dingin pun mulai keluar dari pori-pori kulit tubuhnya.

Arumi menarik nafas lega, sepertinya apa yang sedang ia pikirkan akan bisa segera terwujud.

"Baguslah" jawab Arumi santai, lebih tepatnya mencoba untuk santai, meski hatinya sebenarnya sedang kacau saat ini.

"Apa kau ingin uang lebih,e bukan, maksudku apa kau ingin mendapatkan penghasilan yang lebih besar dari gaji bekerja di butik ini?" Arumi mulai menggiring Selia ke dalam rencana yang saat ini terbesit di dalam pikirannya.

Selia mengernyitkan keningnya, bingung.

"A-apa maksudnya Bu?" tanya Selia, yang sejauh ini masih belum paham arah dari pembicaraan mereka.

"Aku menawarkan kerjasama yang lebih menguntungkan dan bisa memberi kau penghasilan yang besar" rayu Arumi yang rupanya tertarik dengan sosok Selia yang terlihat lugu dan baik itu. Arumi berniat untuk menjadikan Selia istri kedua untuk Prayoga. Hal itu ia lakukan bukan karena ia mendukung niat Bu Melinda untuk membuat Prayoga berpoligami, tapi jika wanita yang akan menjadi istri baru Prayoga adalah hasil dari pilihan Arumi, ia berkeyakinan akan tetap bisa menguasai Prayoga sepenuhnya, mengingat Selia hanyalah seorang gadis biasa. Berbanding jauh dengan Arumi yang seorang lulusan perguruan tinggi ternama, dan juga seorang wanita karir.

"Jadi, bagaimana Selia, apa kau tertarik?"

"E, iya, ta- tapi apa itu Bu?" tanya Selia ragu.

"Huh!!" Arumi membuang nafas, seolah ingin membuang semua beban yang berkecamuk di dadanya saat ini.

"Apa kau bersedia menjadi istri kedua?"

"A-apa???!!!" Selia kaget bukan main mendengar ucapan Arumi itu.

Semakin panik gadis itu, ia yang semula berniat datang ke butik itu untuk melamar pekerjaan, kini justru ditawari untuk menjadi istri kedua, sungguh hal yang sangat menakutkan.

"Kau tak usah takut!" seloroh Arumi cepat, seolah ia tahu apa yang sedang Selia pikiran saat ini.

"Ini hanya sementara, lebih tepatnya, kau hanya menjadi istri kedua sampai kau hamil dan melahirkan, lalu setelah itu kalian akan berpisah. Lagipula pernikahan itu juga hanya nikah dibawah tangan kok, jadi kau tak usah takut akan terikat selamanya. Jika semua tujuan sudah tercapai, kau bisa langsung berpisah dari suamimu itu" Arumi mencoba memberi Selia gambaran tentang apa yang ia tawarkan.

Selia diam, ia sedang mencoba mencerna tawaran yang Arumi berikan itu.

Sebenarnya ia merasa tersinggung dengan tawaran Arumi itu, tapi ada satu hal yang akhirnya membuat Selia tak langsung marah pada Arumi. Bukan semata karena saat ini Selia sedang melamar pekerjaan di butik Arumi, tapi itu karena saat ini ia memang sedang membutuhkan uang. Uang yang jumlahnya tak sedikit. Dan jika bisa, ia ingin mendapatkan uang itu dalam kurun waktu yang tak lama. Ia membutuhkan uang yang cukup banyak untuk membiayai adiknya yang hendak masuk ke perguruan tinggi dalam waktu dekat ini.

Tawaran dari Arumi itu cukup menggiurkan walaupun resiko yang harus ditanggung cukup besar, Selia harus rela jadi istri kedua.

"Bagaimana Selia?" tanya Arumi, memecah lamunan Selia.

"E, i-iya Bu.." jawab Selia tergagap.

"Apa kau bersedia?" Arumi mulai tak sabar.

Selia jadi bimbang, di satu ia sedang butuh uang, tapi disisi lain ia harus mempertaruhkan harga dirinya demi mendapatkan uang itu.

"Kalau kau tak mau, aku akan cari orang lain!" ancam Arumi.

"E, jangan Bu, baiklah saya bersedia!" sambar Selia cepat, meski akhirnya ia merasa sedikit malu karena bersedia menerima tawaran itu.

"Saya, saya sedang butuh uang untuk biaya kuliah adik saya" Selia mencoba memberi pembenaran atas keputusannya untuk menerima tawaran Arumi, dengan maksud agar Arumi tak salah paham.

"Aku akan kirim surat kontraknya padamu besok, kau tanda tangani, lalu kau simpan satu untukmu, sedang satunya lagi kau kirim padaku" pungkas Arumi, sebelum akhirnya memutuskan untuk mengakhiri perbincangan hari ini dengan Selia.

_____

Bab terkait

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 4

    Arumi merasa lega karena Selia akhirnya sepakat untuk menerima kontrak pernikahan itu. Dan setelah Selia menandatangani surat itu, Arumi pun langsung mengganjarnya dengan sejumlah uang yang nominalnya cukup besar bagi seorang Selia yang berasal dari keluarga biasa. Seolah sedang berpacu dengan waktu, Arumi pun segera mengajak suaminya untuk pergi ke rumah Bu Melinda, untuk memberitahu tentang kabar itu. "Em, lumayan, cantik dan sepertinya ia juga gadis yang baik" puji Bu Melinda saat Arumi menyodorkan selembar potret yang merupakan potret Selia. Arumi merasa cemburu saat mendengar Bu Melinda memuji Selia, tapi meski demikian ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia harus tetap diam, demi memuluskan rencana yang sudah ia rancang sendiri. "Bagaimana menurutmu Yoga?" Bu Melinda memberikan foto Selia pada Prayoga yang duduk dihadapannya. Prayoga melirik kearah Arumi, seolah hendak meminta izin, tapi Arumi hanya diam karena ia sedang sibuk dengan pikirannya yang kacau saat ini. "Terserah I

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 5

    "Yoga?!" suara Bu Melinda terdengar menggelegar seperti petir yang menyambar dikala hujan. "Ada apa Bu?" Prayoga bingung. "Kau ini gimana sih, kau itu Ibu nikahkan dengan Selia agar kau bisa punya anak!" "Kalau kau tetap tidur dengan Arumi, sampe akhir dunia juga kau tetap nggak akan punya anak!" Bu Melinda terlihat sangat marah. Prayoga kaget, ia bingung bagaimana bisa Bu Melinda tahu jika ia semalam tidur dengan Arumi. Pikirannya mulai menerka pasti ada orang yang sudah mengadu pada Bu Melinda. "Apa Arumi yang bilang ke Ibu?" Prayoga menyelidiki. "Ah!, itu nggak penting!. Pokoknya mulai sekarang kau harus lebih sering tidur dengan Selia!" perintah Bu Melinda. "Tapi Arumi juga masih istriku Bu!" protes Prayoga. "Arumi itu sudah lima tahun tidur denganmu, sedang Selia, dia baru satu hari jadi istrimu, jadi kau sekarang harus lebih sering memberi nafkah batin untuk Selia!" Bu Melinda tetap bersikeras dengan pendapatnya. "Tapi Yoga nggak ingin menyakiti Arumi!" "Yoga, Yoga, ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 6

    "Rum, hari ini aku mau antar Selia ke Dokter, ini jadwalnya pemeriksaan" ucap Prayoga sambil mengganti pakaian seusai mandi. "Tapi hari ini, kan kita sudah sepakat untuk cari lokasi buat perayaan ulang tahunku Mas?" tanya Arumi cemas. "Iya, aku tahu. Tapi ini sudah jadwalnya Selia periksa Rum!" Prayoga mencoba mempertahankan pendapatnya. "Ya, itu bisa nanti, kan setelah kita pulang?, lagian juga paling nggak lama kok" "Ya nggak bisa gitu dong!. Kalau acara ulang tahun itu bisa dirayakan kapan aja, tapi kalau jadwal pemeriksaan, itu nggak bisa di tunda lagi. Kalau hari ini batal, kita harus nunggu jadwal minggu depan" tolak Prayoga. "Kamu bisa cari Dokter lain, kan Mas?" "Nggak semudah itu dong!" "Kenapa?, bukankah di kota ini ada banyak Dokter kandungan yang bagus?" "Iya, itu benar. Tapi sejak awal Selia udah sama Dokter Febbi, jadi kalau sampai ganti Dokter lain, aku khawatir nggak cocok lagi sama Selia" "Hah?!, serius Mas?, se khawatir itu kamu sama Selia?" Arumi m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 7

    Arumi gusar karena berulang kali ia mencoba menelpon suaminya, tapi tak dijawab. Pesan chat yang ia kirim juga tak satupun yang dibaca apalagi dibalas oleh Prayoga. Arumi sungguh tak menduga, jia ternyata Prayoga berubah dengan begitu cepat setelah kehamilan Selia. Cinta yang selama lima tahun ini sepenuhnya menjadi milik Arumi, seolah kini benar-benar sudah beralih pada Selia seutuhnya. Kehamilan Selia sudah merubah kehidupan Arumi menjadi seperti di neraka. Prayoga yang biasanya selalu bersemangat saat ulang tahun Arumi sudah dekat, menyiapkan acara atau hadiah-hadiah untuk menyenangkan Arumi, kini justru cuek dan bahkan menganggap ulang tahun Arumi sebagai sesuatu yang tak penting lagi." Jadi bagaimana Bu?, apa ibu jadi memesan tempat ini?" syara seorang karyawan cafe memecah kepenatan Arumi."Oh, i-iya, ja-jadi!" jawab Arumi tergagap."Kalau begitu, kapan Ibu akan menggunakan tempat ini?""Em, besok malam, saya akan berulang tahun besok ""Oke, pukul berapa?""Pukul berapa ya..?

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 8

    "Mana Selia Mbok?" tanya Prayoga pada Mbok Piah yang sedang menghidangkan makanan untuk sarapan pagi.Mbok Piah tak langsung menjawab pertanyaan Prayoga itu, sebab disitu juga ada Arumi, ia merasa tak enak pada Arumi.Prayoga sepertinya juga sadar jika Mbok Piah enggan menjawab pertanyaannya karena segan dengan Arumi."Mbok??""E, iya, maaf Pak, saya nggak tahu" jawab Mbok Piah singkat, sambil berpamitan meminta izin untuk kembali ke dapur, karena masih ada makanan yang belum disajikan."Pasti kamu, kan yang udah nyuruh Mbok Piah bersikap begitu?!" tuduh Prayoga pada Arumi yang sedang duduk menghadap meja makan yang sudah berisi beberapa piring makanan.Arumi diam, tapi ia melirik tajam pada suaminya itu."Arumi, jawab aku!!" syara Prayoga meninggi.Akhir-akhir ini Prayoga memang sering bersikap agak keras pada Arumi. Berbeda jauh saat dirinya belum menikah dengan Selia. Terlebih saat Selia hamil, sikap Prayoga mulai berubah drastis. Ia jadi sering mengabaikan Arumi dan lebih mengutam

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 9

    Arumi tak kuasa menahan rasa sedih dan sekaligus malu. Prayoga ternyata tak datang ke pesta ulang tahun Arumi. Beruntung para tamu yang datang hanyalah karyawan butik Arumi, sehingga mereka tak ada yang berani mempertanyakan keberadaan suami Arumi itu. Meski Arumi yakin, di dalam hati mereka pasti bertanya tentang hal itu."Mas Yoga benar-benar sudah keterlaluan!!" umpat Arumi sambil melangkah cepat menuju ke kamar.Dengan agak kasar ia membuka pintu kamarnya.Betapa terkejutnya Arumi, saat ia mendapati tak ada sosok Prayoga di kamar itu.Dengan darah yang mendidih menahan amarah, Arumi mempercepat langkahnya, kali ini ia menuju ke kamar lain di rumah itu, apalagi kalau bukan nanar Selia."Selia!!"Tok!, tok!, tok!!" Arumi terus menggedor pintu kamar Selia."Sel??!!!" panggil Arumi setengah berteriak.Mendengar teriakan Arumi, Mbok Piah yang kamarnya tak jauh dari kamar Selia, segera keluar kamar dan menghampiri Arumi."Ibu sudah pulang?" tanya Mbok Piah sambil mengikat rambutnya yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08
  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 10

    "Mas Yoga??!!" langkah Arumi terhenti seketika di ambang pintu sebuah ruangan yang tak lain adalah kamar tidur. Kakinya gemetar sehingga nyaris tak mampu menopang berat tubuh Arumi. "Rum??!!" Prayoga rupanya ada di dalam kamar itu. Ketika melihat Arumi sudah berdiri di ambang pintu, pria tampan itu bergegas menghampirinya "Ngapain kamu kesini?!" tanya Prayoga sambil menarik lengan Arumi agar menjauh dari tempat itu. "Lepaskan aku Mas!!" Arumi berontak, ia merasa seperti orang asing di rumah yang selama lima tahun ini menjadi rumah kedua baginya. "Husstt!!!" jangan berisik, nanti semua orang pada kebangun!!" ucap Prayoga yang terus menarik lengan Arumi, seperti tuan rumah yang menangkap basah maling di rumahnya, Prayoga dengan cepat membawa Arumi turun lagi ke lantai bawah. "Mas Yoga, lepaskan aku!, sakit Mas!!" iba Arumi yang mulai merasa lengannya nyeri karena Prayoga mencengkeram cukup kuat. Setibanya di lantai bawah, tepatnya di ruang tamu utama, Prayoga langsung me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 11

    "Terimakasih Mas karena sudah mau mengantar aku pulang" ucap Arumi sambil melepas Coat hitam yang ia kenakan."Aku mau balik lagi" Prayoga hendak melangkah keluar ruangan."Tapi ini sudah dini hari, Mas""Aku tau, tapi apa jadinya kalau Ibu atau Selia tau aku mengantar kau pulang?" Prayoga gusar."Em, baiklah, tapi setidaknya duduk dulu sebentar. Aku buatkan kopi dulu"tanpa menunggu persetujuan dari Prayoga, Arumi langsung bergegas menuju dapur.Tak berselang lama, ia sudah kembali dengan secangkir kopi almond hangat yang mengepulkan aroma wangi.Prayoga menerima cangkir itu, asap dari kopi hangat itu membuat pikiran Prayoga yang sedang kacau menjadi sedikit tenang. Arumi sudah lima tahun hidup dengan Prayoga, itulah sebabnya, ia tahu persis bagaimana suaminya itu selalu minum kopi untuk menenangkan pikirannya."Minumlah, Mas!" ucap Arumi sambil tersenyum, meski ia kini mulai asing dengan wajah ramah dan lembut seperti dulu. Sejak pernikahan kontrak Prayoga dan Selia terjadi, sejak i

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-11

Bab terbaru

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 46

    Beberapa Minggu berlalu. "Gimana Rum, e, maksudku, apa kau menerima permintaan ku?" tanya Prayoga di suatu kesempatan saat ia dengan sengaja datang ke rumah Arumi. Arumi terdiam, bimbang. Sejak kembali lagi, Prayoga terus berusaha mendekati dirinya, ia menggunakan berbagai cara untuk memikat hati Arumi. Ia juga menunjukkan pada Arumi bahwa ia sudah berubah, ia sudah kembali menjadi dirinya yang dulu. "Rum?" suara lembut Prayoga terdengar memecah keheningan di ruang tamu rumah Arumi. "I-ya Mas?" Arumi tergagap, masih bimbang dia. "Jawab aku Rum, apa kau bersedia?, kau tak harus menjawab hari ini, kalo kau masih butuh waktu untuk berpikir lagi, aku akan berikan. Aku, aku akan kembali menunggu mu, aku rela Rum. Tapi aku mohon, katakan sesuatu padaku!" Prayoga berusaha meyakinkan Arumi, meski itu bukan yang ia inginkan. Sejujurnya, ia ingin secepatnya bisa kembali rujuk dengan Arumi. Arumi menatap Prayoga. Ia sedang berusaha untuk menelusuri mata Prayoga, ia ingin memastikan jika pr

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 45

    "Rum, aku mau ngomong ma kamu!" Dina bicara pada Arumi yang sedang sibuk membereskan meja kerjanya. "Iya Din, ngomong aja!" jawab Arumi sambil tetap melakukan pekerjaannya itu. "Em, kita pulang bareng hari ini ya?" ucap Dina. "Aku.." "Nggak bisa lagi?" celetuk Dina seperti sudah tahu jika itu jawaban yang akan Arumi berikan. Arumi menghentikan pekerjaannya, ia menatap Dina, mencoba memberi penjelasan agar tak terjadi kesalahpahaman. "Bukan begitu Din, kemarin-kemarin aku memang sungguh ada urusan, makanya aku nggak bisa pulang bareng kamu" "Terus hari ini gimana?" "E, hari ini.." Arumi berpikir sejenak, sebenarnya hari ini ia dan Prayoga sudah berjanji akan makan bersama setelah Arumi pulang kerja. Ada restoran seafood baru di kota itu, mereka ingin mencoba makanan di restoran baru tersebut. Tapi, jika sekali ini Arumi menolak tawaran Dina, itu akan membuat Dina kian curiga padanya. Arumi jadi bimbang antara menerima atau menolak ajakan Dina, sebab keduanya sama-sam

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 44

    "Maaf Bu, ada urusan apa mereka kemari?" Mbok Piah bertanya sambil membereskan meja makan sisa menjamu Bu Melinda dan Prayoga beberapa saat lalu, sebelum mereka pergi. "E, nggak ada Mbok, mereka cuma datang untuk minta maaf" jawab Arumi berdusta. "Lalu Ibu maafkan?" lanjut Mbok Piah seperti tak rela jika orang-orang yang sudah menyakiti Arumi itu kembali datang dalam hidup Arumi. "Apa boleh buat Mbok" "Tapi Bu, mereka sudah menyakiti Ibu, maaf kalo sara lancang, hanya saja, saya merasa itu tak adil untuk Ibu" Mbok Piah terbawa suasana di dalam hatinya, ia sungguh menyayangkan sikap Arumi yang masih mau memaafkan orang-orang itu. Entahlah, apa yang menjadi pertimbangan Arumi hingga ia bisa menerima lagi mereka, meski sudah jelas bahwa mereka lah yang membuat hidup Arumi berantakan. "Mbok nggak usah cemas, aku bisa atasi semua" Arumi bangkit dari kursinya dan bergegas pergi. Sedang Mbok Piah entah mengapa merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Arumi. Dia tak yakin jika kedatan

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 43

    Arumi tertegun saat membuka pintu. Meski ia sudah tahu siapa orang yang datang. Kedua bola matanya terbelalak menyapa dua orang yang berdiri dihadapannya. "Arumi, maafkan Ibu sayang!" "Ngngng!!" tangus Bu Melinda pecah saat melihat Arumi, ia serta merta menghambur ke arah Arumi dan memeluknya erat. "Maafkan Ibu, Ibu udah menyakitimu selama ini, Ibu menyesal Arumi!" ucap Bu Melinda disela tangisnya yang menjadi. Entah itu sungguh tangis penyesalan seperti kalimat yang keluar dari bibirnya, atau itu salah satu siasat agar hati Arumi luluh, yang jelas ternyata hal itu sanggup mengguncang batin Arumi. Mata Arumi jadi berat, ia seperti terbawa suasana haru yang diciptakan oleh Bu Melinda saat ini. Cacian dan hujatan yang selama ini ia terima dari wanita perlente itu seketika terlupakan begitu saja. Hati Arumi yang memang lembut dan baik itu, tak sanggup menahan gempuran kesedihan yang dipertontonkan oleh mantan mertuanya itu. "E, I-ibu ja-ngan begitu!" ucap Arumi terbatas sambil b

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 42

    Arumi melangkah keluar dari taksi dengan kaki yang gemetar. Ia masih tak percaya jika hari ini ia bertemu dengan Prayoga, pria yang sudah menghancurkan hidupnya. "Aku, aku menyesal Rum, aku sadar, kalo hanya kau wanita yang aku cintai" "Jika masih mungkin, aku ingin kembali seperti dulu, Rum" kalimat yang di ucapkan Prayoga itu, kini kembali terngiang-ngiang di telinga Arumi, membuat sekujur tubuh Arumi lemas. Entahlah, ia kini harus merasa senang, atau justru sebaliknya, takut. "Ibu udah pulang?" Mbok Piah menyambut Arumi di ambang pintu. "Bu?" Mbok Piah bingung karena Arumi tak menjawab, ia malah terlihat bengong seperti orang yang bingung. "Ibu sakit?" tanya Mbok Piah sambil menghampiri Arumi yang berdiri di depan pintu. "Bu?!" "Iya, Iya, a-da apa?!" Arumi tergagap. "Loh Mbok, ngapain disini?!" tanya Arumi sambil menatap aneh pada Mbok Piah. "Lah, saya, kan kerja disini" jawab Mbok Piah bingung. "Kerja?, sejak kapan?" tanya Arumi lagi. Mbok Piah garuk-garuk kepala, tak

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 41

    "Rum, pulang bareng yuk!, kita, ksn udah lama nggak makan diluar" Dina menghampiri Arumi yang sedang bersiap untuk pulang. Hari sudah menunjukkan pukul lima sore. "Maaf, kayaknya hari ini aku belum bisa Din" tolak Arumi sambil memasukkan beberapa barangnya ke dalam tas. Dina memicingkan matanya, merasa aneh dengan penolakan dari Arumi itu. Arumi yang kemudian sadar sudah membuat Dina tak enak, buru-buru meralat ucapannya. "Mak-sud ku, hari ini aku ada urusan penting setelah pulang nanti, jadi gimana kalo besok aja?" tanya Arumi, mencoba mengembalikan rasa nyaman Dina. Dina memajukan bibirnya, meluapkan rasa kecewa. "Please Din!" Arumi menatap Dina dengan tatapan penuh iba. "Iya, iya, terserah kamu. Ya udah, aku antar aja ya?" "Oh, nggak usah, a-aku pulang sendiri aja!" lagi dan lagi Arumi menolak tawaran Dina. Dina yang semula merasa biasa saja, kini dibuat curiga lagi dengan sikap Arumi yang agak aneh itu. "kamu nggak apa-apa?" tanya Dina cemas. "Yah, aku baik, nggak apa-ap

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 40

    Selia menangis sejadinya, ia tak menduga jika Prayoga akan berbuat kejam padanya. Tanpa memikirkan sedikitpun kondisi Selia yang masih lemah paska operasi, ia mengusir Selia dari rumahnya. "Jangan pernah kau kembali lagi dalam hidupku!" hardik Prayoga sambil melemparkan koper yang berisi barang-barang milik Selia. "Mas Yoga!" Selia mengiba, mengharap belas kasihan dari pria yang selama ini ia kenal sebagai pria yang lembut dan baik. "Oh iya, ini uangmu, pergilah dan jangan kembali!" Prayoga kemudian juga melempar amplop tebal berisi uang yang jumlahnya miliaran. Uang itu ia berikan sebagai kompensasi atas hilangnya rahim Selia, dan juga sekaligus sebagai uang tutup mulut agar Selia tak bicara pada siapapun tentang pernikahan kontrak mereka. Selia menatap nanar barang-barang yang dilempar dihadapannya itu, batinnya menjerit, rasa sakit hati yang begitu luar biasa kini ia rasakan, di saat seperti ini, terlintas juga rasa sesal karena sudah menerima tawaran Arumi dulu tanpa berpikir

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 39

    "Sepertinya kau sudah ingat apa posisimu di rumah ini" ucap Prayoga santai, ia terlihat tak merasa bersimpati sedikitpun pada Selia. Setelah ia kehilangan anak dan rahimnya, Prayoga mencampakkan wanita itu begitu saja. Jangankan mengucapkan maaf, bahkan ucapan terimakasih karena sudah mau mengandung anaknya selama sembilan bulan ini pun tak terlontar dari mulutnya. Selia melotot pada Prayoga, ia sangat marah pada pria yang sudah menghancurkan hidupnya itu. "Kalo kau sudah ingat, lebih baik kau segera kemasi barangmu, dan pulanglah ke rumah mu" lanjut Prayoga. "Kau benar Nak, Selia kau memang sebaiknya cepat pergi dari rumah ini, jangan sampe tetangga nanti bergunjing tentang kau dan Yoga" Bu Melinda ikut menimpali dengan kalimat provokasinya yang membuat suasana kian rumit. "Nggak, aku nggak mau pergi!" tolak Selia mentah-mentah. "Hei, ada apa denganmu?, kontrak kita sudah selesai, sesuai kesepakatan yang tertulis disitu, jika kau sudah melahirkan maka kita akan berpisah!" Prayog

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 38

    "Ini ada apa sih, kok pada ribut?!" Prayoga yang baru pulang dari kantor terkejut saat mendengar suara gaduh dari dalam rumah, dan saat ia mencari sumber suara gaduh itu ternyata berasal dari kamarnya, di sana ada Selia dan Bu Melinda yang sedang saling serang dengan ucapan-ucapan pedas mereka. Selia dan Bu Melinda terhenti sejenak dari pertengkaran mereka saat mengetahui ada yang datang. "Untung kau pulang Yoga, lihat kelakuan wanita ini!" Bu Melinda langsung menghampiri Prayoga yang masih berdiri di tengah pintu. "Mas, kau harus jelaskan pada Ibumu ini bahwa kita saling mencintai, kita akan menjadi pasangan selamanya, ayo Mas jelaskan!" Selia tak ingin kalah dari Bu Melinda, ia juga meminta dukungan Prayoga. "Cihh!!" "Kau pikir anakku akan mencintai perempuan payah sepertimu?!, jangan mimpi kau!. Anakku Prayoga Harun, dia pria berkelas, mana mungkin dia mencintai wanita kelas bawah macam kau ini!" umpat Bu Melinda sambil tersenyum sinis. Mendengar ucapan Bu Melinda hati Selia

DMCA.com Protection Status