Share

Chapter 2

Author: Queen Sando
last update Last Updated: 2024-08-13 19:00:29

Di depan pintu, Arumi jatuh terduduk dan menangis sejadi-jadinya sembari memandang nanar ke arah mobil Bu Melinda yang dengan perlahan mulai bergerak meninggalkan rumah. Arumi menatap mobil itu hingga hilang di ujung jalan.

Setelah beberapa lama menangis, ia berusaha untuk bangkit dan kembali masuk ke dalam rumah dengan tubuh yang lemas.

"Ibu gak apa, kan?!" sambut seorang wanita paruh baya saat Arumi masuk ke dalam rumah.

"Saya tidak kenapa-napa, Mbok." kilah Arumi. Padahal saat ini jantungnya masih berdetak kencang dan air matanya masih saja menetes dengan deras. Di sisi lain, kepalanya juga menjadi pusing setelah mendengar ucapan sang mertua tadi.

"Apa perlu saya teleponkan Bapak?!" tanya Mbok Piah, orang yang sudah bekerja menjadi asisten di rumah Arumi sejak hari pertama Arumi dan Prayoga menempati rumah itu.

Wanita paruh baya itu sudah paham betul bagaimana kondisi Arumi saat ini. Itulah sebabnya, saat tahu kalau Bu Melinda datang, ia terus mengawasi Arumi dari jauh. Bukan untuk menguping pembicaraan Arumi dan Bu Melinda, tapi karena ia cemas dengan kondisi fisik Arumi yang akhir-akhir ini menjadi lemah.

"Mbok, saya mau istirahat dulu!" pamit Arumi sambil mengumpulkan tenaga yang ada untuk menggerakkan kedua kakinya.

"Saya antar, Bu!" Mbok Piah dengan sigap hendak membantu menopang tubuh Arumi. Namun, Arumi menolak dengan halus. Ia masih berusaha meyakinkan Mbok Piah, bahwa ia masih kuat untuk berjalan sampai ke kamarnya.

Dengan langkah tertatih, Arumi akhirnya sampai juga ke lantai dua, tempat kamarnya berada. Sesampainya di kamar, ia langsung menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur dan kembali menangis sejadinya.

Ia tak menduga kalau pernikahan yang sangat indah dahulu, kini sudah berubah menjadi begitu buruk. Orang tua Prayoga yang dulu sangat menyayanginya selayaknya anak sendiri, dan selalu mendukung setiap hal yang Arumi lakukan, kini perlahan tapi pasti menunjukkan perubahan yang signifikan.

Tak ada lagi dukungan dan kasih sayang, yang ada hujatan demi hujatan yang terus dilayangkan pada Arumi. Tuntutan untuk segera memiliki anak, membuat Arumi menjadi sangat tertekan. Ia bahkan menjadi tak fokus lagi dalam bekerja, karena terus kepikiran akan hal itu.

Entah bagaimana ia bisa mengatasi semua masalah itu, yang dari hari ke hari terasa kian bertambah rumit.

_____

“Rum?" panggil Pria bertubuh tinggi dengan kulit sawo matang menggerakkan perlahan tubuh Arumi yang terbaring di atas kasur.

"Mas Yoga?!!" Arumi membuka perlahan kedua matanya dan mencoba membuka lebih lebar lagi untuk memastikan siapa orang yang sudah membuat ia terjaga dari tidurnya.

"Kata Mbok Piah, Ibu tadi kesini?" tanya Prayoga, suami Arumi yang baru pulang dari kantor, sambil meletakkan tas yang ia bawa, di atas meja.

Arumi segera bangun dari tidurnya, ia merasa senang karena Prayoga sudah pulang. Ia memang sejak tadi sudah tak sabar menunggu suaminya pulang, karena ia ingin menceritakan tentang apa yang terjadi tadi pagi antara ia dan Bu Melinda.

"Mas, aku jadi khawatir, sepertinya Ibu memang benar sudah lelah menunggu program kehamilan kita berhasil" Arumi mulai mengadu pada suaminya tentang kegelisahan yang selama ini ia rasakan.

Prayoga belum menanggapi ucapan Arumi itu, ia masih sibuk menikmati segelas jus jeruk dingin yang tadi dibuatkan oleh Mbok Piah.

"Mas..?"

"Iya, aku dengar" jawab Prayoga santai, seolah ia tak terbebani sama sekali dengan kegelisahan Arumi itu.

"Aku takut Mas" keluh Arumi.

Prayoga menaruh gelas yang sudah kosong ke atas meja di hadapannya.

"Apa yang kau takutkan?"

"Ibu tadi sangat marah padaku"

Mendengar ucapan Arumi, Prayoga menatap sang istri dalam-dalam, seolah ia sedang berusaha menerka apa yang terjadi.

"Marah?!"

"Iya Mas, Ibu marah karena menganggap aku tak serius menjalani program kehamilan itu"

"Ah!, kalau soal itu biarkan saja, abaikan!' ucap Prayoga sambil melepas kaos kakinya.

"Abaikan katamu?!" Arumi tak menduga Prayoga akan sesantai itu menanggapi keluhannya dan seolah menganggap ketakutan Arumi itu sebagai hal yang tak penting.

"Mana bisa aku mengabaikan hal sepenting itu, Ibu sudah keterlaluan kali ini Mas!" emosi Arumi mulai naik.

"Apa kau bilang?!!" kedua mata Prayoga melotot saat mendengar Ibunya dimaki oleh Arumi.

Arumi yang sadar jika suaminya mulai menunjukkan sikap yang tak biasa akhir-akhir ini merasa tersudut dengan reaksi Prayoga.

Tapi ia tetap berusaha untuk mengeluarkan semua beban yang ada dipikirannya.

"Jangan asal bicara kau Rum!" sergah Prayoga yang tak terima dengan pernyataan Arumi.

"Aku tak asal bicara Mas!. Ibu memang sudah keterlaluan, bukankah selama ini beliau tahu kalau kita berdua sama-sama sehat dan subur, tapi dengan tega Ibu bilang kalau akulah penyebab kita tak bisa memiliki keturunan. Ibu bilang aku mandul Mas" suara Arumi mulai parau, rasa sakit yang begitu terasa membuat ia tak kuasa menahan rasa sedihnya.

"Iya, aku juga sependapat denganmu, kita memang sehat Rum, tapi, lima tahun itu waktu yang sangat lama Rum"

"Kita mungkin bisa sabar untuk menunggu lebih lama lagi, tapi Ibu dan Ayah tidak Rum. Mereka sudah semakin tua, sedang ada lini bisnis yang harus tetap diurus dan dikembangkan, oleh siapa lagi kalau bukan oleh keluarga kami, keturunan kami!" Prayoga mencoba memberi penjelasan pada Arumi.

"Ja-jadi, jadi, apa maksudmu Mas?" Arumi kian gusar setelah mendengar pendapat Prayoga.

Prayoga bangkit dari duduknya dsn lalu mendekati Arumi yang masih duduk di tepi tempat tidur.

"Maaf Rum, tapi, sepertinya dengan berat hati aku harus coba saran Ibu" ucap Prayoga lirih, ia sebenarnya tak suka mengatakan itu, tapi jika permintaan sang Ibu agar ia menikah lagi tak segera dituruti, yang ada masalah pasti tak akan kunjung usai.

"Saran?, sa-saran apa Mas?!" tanya Arumi penuh rasa takut.

Prayoga menatap Arumi penuh rasa bersalah.

"Ibu, Ibu..." lidah Prayoga terasa sangat berat untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Ibu apa Mas?!!" desak Arumi.

Prayoga masih belum juga kuasa untuk jujur pada Arumi.

"Ayo Mas, katakan!!"

"Maaf Rum, sekali lagi aku sungguh minta maaf"

"Iya, tapi apa Mas?, apa yang mereka inginkan?!" perasaan Arumi kian bercampur aduk tak karuan.

"Ibu ingin aku, e, aku untuk me-menikah lagi"

("Bum!!")

seketika Arumi merasa seperti langit runtuh dan menimpa tubuhnya hingga hancur berkeping-keping setelah mendengar kejujuran dari Prayoga.

Ia sungguh tak menduga jika Bu Melinda justru berencana untuk membuat rumah tangganya bersama Prayoga hancur.

"Su-sungguh Mas?" tanya Arumi dengan mata yang mulai mengembun.

"Maaf Rum, ini sungguh bukan keinginanku, semua ini Ibu yang inginkan!" Prayoga mencoba meyakinkan Arumi.

Arumi menggeleng lemah, ia tak percaya Prayoga akhirnya akan menyerah dari pergulatan ini.

"Aku, aku sejujurnya tak ingin Rum, kau tahu, aku sangat mencintaimu Rum"

"Percayalah, aku hanya ingin hidup denganmu, tapi, Ibu dan Ayah ingin segera memiliki sang pewaris dariku" Prayoga mencoba membela diri.

"Aku terpaksa Rum"

Arumi sekali lagi hanya bisa menggeleng lemah dan membiarkan air mata tumpah membasahi pipinya, ia merasa dunianya saat ini sudah hancur karena satu-satunya orang yang selama ini mendukung dirinya, sekarang justru mengkhianatinya.

______

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 3

    Arumi mondar-mandir di dalam ruang kerjanya di butik. Ia masih kepikiran soal pengakuan mengejutkan Prayoga semalam. Hati Arumi sungguh hancur, ia tak menyangka jika ternyata Prayoga akan setuju dengan ide konyol Bu Melinda untuk menikah lagi. Ketakutan Arumi sepertinya akan benar-benar terwujud. Rumah tangga yang sudah dibangun selama lima tahun, akan segera hancur. Prayoga yang selama ini berjuang bersamanya, kini mulai menyerah dan terpaksa mengikuti kemauan orang tuanya. "Siapa?!" lamunan Arumi pecah saat tiba-tiba pintu ruang kerjanya diketuk. "Maaf Bu" tampak seorang wanita berdiri di ambang pintu saat pintu dibuka. "Ada apa Ainah?" tanya Arumi pada Ainah, resepsionis di butik milik Arumi. "Ada orang yang datang untuk melamar pekerjaan, sepertinya lowongan yang kita sebar di sosial media sudah dibaca oleh para penggunanya " "Oh begitu, suruh dia masuk!" pinta Arumi sambil melenggang kembali ke meja kerjanya. Untuk sejenak ia harus menepikan urusan rumah tangganya.

    Last Updated : 2024-08-16
  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 4

    Arumi merasa lega karena Selia akhirnya sepakat untuk menerima kontrak pernikahan itu. Dan setelah Selia menandatangani surat itu, Arumi pun langsung mengganjarnya dengan sejumlah uang yang nominalnya cukup besar bagi seorang Selia yang berasal dari keluarga biasa. Seolah sedang berpacu dengan waktu, Arumi pun segera mengajak suaminya untuk pergi ke rumah Bu Melinda, untuk memberitahu tentang kabar itu. "Em, lumayan, cantik dan sepertinya ia juga gadis yang baik" puji Bu Melinda saat Arumi menyodorkan selembar potret yang merupakan potret Selia. Arumi merasa cemburu saat mendengar Bu Melinda memuji Selia, tapi meski demikian ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia harus tetap diam, demi memuluskan rencana yang sudah ia rancang sendiri. "Bagaimana menurutmu Yoga?" Bu Melinda memberikan foto Selia pada Prayoga yang duduk dihadapannya. Prayoga melirik kearah Arumi, seolah hendak meminta izin, tapi Arumi hanya diam karena ia sedang sibuk dengan pikirannya yang kacau saat ini. "Terserah I

    Last Updated : 2024-08-18
  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 5

    "Yoga?!" suara Bu Melinda terdengar menggelegar seperti petir yang menyambar dikala hujan. "Ada apa Bu?" Prayoga bingung. "Kau ini gimana sih, kau itu Ibu nikahkan dengan Selia agar kau bisa punya anak!" "Kalau kau tetap tidur dengan Arumi, sampe akhir dunia juga kau tetap nggak akan punya anak!" Bu Melinda terlihat sangat marah. Prayoga kaget, ia bingung bagaimana bisa Bu Melinda tahu jika ia semalam tidur dengan Arumi. Pikirannya mulai menerka pasti ada orang yang sudah mengadu pada Bu Melinda. "Apa Arumi yang bilang ke Ibu?" Prayoga menyelidiki. "Ah!, itu nggak penting!. Pokoknya mulai sekarang kau harus lebih sering tidur dengan Selia!" perintah Bu Melinda. "Tapi Arumi juga masih istriku Bu!" protes Prayoga. "Arumi itu sudah lima tahun tidur denganmu, sedang Selia, dia baru satu hari jadi istrimu, jadi kau sekarang harus lebih sering memberi nafkah batin untuk Selia!" Bu Melinda tetap bersikeras dengan pendapatnya. "Tapi Yoga nggak ingin menyakiti Arumi!" "Yoga, Yoga, ka

    Last Updated : 2024-08-19
  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 6

    "Rum, hari ini aku mau antar Selia ke Dokter, ini jadwalnya pemeriksaan" ucap Prayoga sambil mengganti pakaian seusai mandi. "Tapi hari ini, kan kita sudah sepakat untuk cari lokasi buat perayaan ulang tahunku Mas?" tanya Arumi cemas. "Iya, aku tahu. Tapi ini sudah jadwalnya Selia periksa Rum!" Prayoga mencoba mempertahankan pendapatnya. "Ya, itu bisa nanti, kan setelah kita pulang?, lagian juga paling nggak lama kok" "Ya nggak bisa gitu dong!. Kalau acara ulang tahun itu bisa dirayakan kapan aja, tapi kalau jadwal pemeriksaan, itu nggak bisa di tunda lagi. Kalau hari ini batal, kita harus nunggu jadwal minggu depan" tolak Prayoga. "Kamu bisa cari Dokter lain, kan Mas?" "Nggak semudah itu dong!" "Kenapa?, bukankah di kota ini ada banyak Dokter kandungan yang bagus?" "Iya, itu benar. Tapi sejak awal Selia udah sama Dokter Febbi, jadi kalau sampai ganti Dokter lain, aku khawatir nggak cocok lagi sama Selia" "Hah?!, serius Mas?, se khawatir itu kamu sama Selia?" Arumi m

    Last Updated : 2024-09-05
  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 7

    Arumi gusar karena berulang kali ia mencoba menelpon suaminya, tapi tak dijawab. Pesan chat yang ia kirim juga tak satupun yang dibaca apalagi dibalas oleh Prayoga. Arumi sungguh tak menduga, jika ternyata Prayoga berubah dengan begitu cepat setelah kehamilan Selia. Cinta yang selama lima tahun ini sepenuhnya menjadi milik Arumi, seolah kini benar-benar sudah beralih pada Selia seutuhnya. Kehamilan Selia sudah merubah kehidupan Arumi menjadi seperti di neraka. Prayoga yang biasanya selalu bersemangat saat ulang tahun Arumi sudah dekat, menyiapkan acara atau hadiah-hadiah untuk menyenangkan Arumi, kini justru cuek dan bahkan menganggap ulang tahun Arumi sebagai sesuatu yang tak penting lagi. " Jadi bagaimana Bu?, apa ibu jadi memesan tempat ini?" syara seorang karyawan cafe memecah kepenatan Arumi. "Oh, i-iya, ja-jadi!" jawab Arumi tergagap. "Kalau begitu, kapan Ibu akan menggunakan tempat ini?" "Em, besok malam, saya akan berulang tahun besok " "Oke, pukul berapa?" "Pukul b

    Last Updated : 2024-09-06
  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 8

    "Mana Selia Mbok?" tanya Prayoga pada Mbok Piah yang sedang menghidangkan makanan untuk sarapan pagi. Mbok Piah tak langsung menjawab pertanyaan Prayoga itu, sebab disitu juga ada Arumi, ia merasa tak enak pada Arumi. Prayoga sepertinya juga sadar jika Mbok Piah enggan menjawab pertanyaannya karena segan dengan Arumi. "Mbok??" "E, iya, maaf Pak, saya nggak tahu" jawab Mbok Piah singkat, sambil berpamitan meminta izin untuk kembali ke dapur, karena masih ada makanan yang belum disajikan. "Pasti kamu, kan yang udah nyuruh Mbok Piah bersikap begitu?!" tuduh Prayoga pada Arumi yang sedang duduk menghadap meja makan yang sudah berisi beberapa piring makanan. Arumi diam, tapi ia melirik tajam pada suaminya itu. "Arumi, jawab aku!!" suara Prayoga meninggi. Akhir-akhir ini Prayoga memang sering bersikap agak keras pada Arumi. Berbeda jauh saat dirinya belum menikah dengan Selia. Terlebih saat Selia hamil, sikap Prayoga mulai berubah drastis. Ia jadi sering mengabaikan Arumi dan

    Last Updated : 2024-09-07
  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 9

    Arumi tak kuasa menahan rasa sedih dan sekaligus malu. Prayoga ternyata tak datang ke pesta ulang tahun Arumi. Beruntung para tamu yang datang hanyalah karyawan butik Arumi, sehingga mereka tak ada yang berani mempertanyakan keberadaan suami Arumi itu. Meski Arumi yakin, di dalam hati mereka pasti bertanya tentang hal itu. "Mas Yoga benar-benar sudah keterlaluan!!" umpat Arumi sambil melangkah cepat menuju ke kamar. Dengan agak kasar ia membuka pintu kamarnya. Betapa terkejutnya Arumi, saat ia mendapati tak ada sosok Prayoga di kamar itu. Dengan darah yang mendidih menahan amarah, Arumi mempercepat langkahnya, kali ini ia menuju ke kamar lain di rumah itu, apalagi kalau bukan kamar Selia. "Selia!!" Tok!, tok!, tok!!" Arumi terus menggedor pintu kamar Selia. "Sel??!!!" panggil Arumi setengah berteriak. Mendengar teriakan Arumi, Mbok Piah yang kamarnya tak jauh dari kamar Selia, segera keluar kamar dan menghampiri Arumi. "Ibu sudah pulang?" tanya Mbok Piah sambil mengik

    Last Updated : 2024-09-08
  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 10

    "Mas Yoga??!!" langkah Arumi terhenti seketika di ambang pintu sebuah ruangan yang tak lain adalah kamar tidur. Kakinya gemetar sehingga nyaris tak mampu menopang berat tubuh Arumi. "Rum??!!" Prayoga rupanya ada di dalam kamar itu. Ketika melihat Arumi sudah berdiri di ambang pintu, pria tampan itu bergegas menghampirinya "Ngapain kamu kesini?!" tanya Prayoga sambil menarik lengan Arumi agar menjauh dari tempat itu. "Lepaskan aku Mas!!" Arumi berontak, ia merasa seperti orang asing di rumah yang selama lima tahun ini menjadi rumah kedua baginya. "Husstt!!!" jangan berisik, nanti semua orang pada kebangun!!" ucap Prayoga yang terus menarik lengan Arumi, seperti tuan rumah yang menangkap basah maling di rumahnya, Prayoga dengan cepat membawa Arumi turun lagi ke lantai bawah. "Mas Yoga, lepaskan aku!, sakit Mas!!" iba Arumi yang mulai merasa lengannya nyeri karena Prayoga mencengkeram cukup kuat. Setibanya di lantai bawah, tepatnya di ruang tamu utama, Prayoga langsung mel

    Last Updated : 2024-09-09

Latest chapter

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 53

    Satu hari sebelumnya.. "Siapa kau?!" tanya Arumi pada seorang wanita yang datang ke rumahnya. "Apa kabar Bu Arumi?" wanita itu tersenyum manis sambil melenggang masuk ke dalam rumah meski Arumi belum memintanya. Arumi bingung, ia mengekori langkah wanita yang berpenampilan seksi itu. "Hei, siapa kau?!" tanya Arumi lagi dengan nada tinggi. "Oh ya, aku lupa, perkenalan, aku Nurselia!" wanita itu mengulurkan tangannya. Arumi bengong saat wanita itu menyebut namanya. "Selia?" gumam Arumi sambil terus mengamati wanita yang ada dihadapannya itu. "Kau tentu masih ingat aku, kan Bu?" tanya Selia dengan senyum misterius, seolah menyimpan sebuah rahasia yang besar. "Bagaimana bisa kau Selia?" tanya Arumi ragu, sebab wanita yang ada di hadapannya itu tak mirip sedikitpun dengan Selia. Wanita itu, Selia, menyeringai membuat Arumi sedikit cemas. "Ku dengar kau akan menikah dengan mantan suamiku, oh, bukan, mantan suamimu?" tanya Selia yang terus mempermainkan bibirnya, seolah

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 52

    "Ada apa lagi Mas?" tanya Arumi kesal, ia sebenarnya sudah merasa malas untuk bertemu lagi dengan Prayoga, semenjak ia mendapat video dari perempuan bernama Aulia itu. "Rum, aku mohon, maafkan aku!" Prayoga langsung menghambur kearah Arumi yang berdiri dengan wajah datar. "Percayalah, semua itu nggak benar!. A-ku udah ditipu Rum!" ucap Prayoga dengan menggebu-gebu. "Apa, ditipu karamu?!" Arumi memicingkan matanya, merasa aneh dengan pernyataan mantan suaminya itu. "Iya Rum, aku nggak kenal siapa wanita itu, sungguh!" Prayoga hendak meraih tangan Arumi untuk ia genggam, agar dramanya terlihat begitu realistis. Tapi Arumi dengan cekatan menghindar. Ia tak ingin lengah lagi, ia sudah sadar kini, karena kelengahannya itulah yang membuat ia akhirnya jatuh kembali ke dalam jeratan cinta Prayoga yang sesungguhnya kini sudah tak lagi sama seperti enam tahun yang lalu. Prayoga terperanjat melihat reaksi ketus Arumi. "Rum?!" "Huhh!!" Arumi menarik nafas dan mengembuskan nya begit

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 51

    "apa kabar Mas Yoga?!" seorang wanita tiba-tiba menegur Prayoga yang sedang duduk santai menikmati secangkir es kopi di sebuah cafe. Prayoga kaget dan segera meletakkan gelas berisi es kopi americano di atas meja. "hai!" seorang wanita melambaikan tangannya pada Prayoga sambil tersenyum manis. Prayoga tertegun melihat wanita itu, ia coba untuk mengingat-ingat, siapa tahu ia mengenal wanita itu, tapi ia ternyata tak bisa mengenalinya dengan mudah sebab wanita itu mengenakan kacamata hitam. "sendiri aja?" tanya wanita itu setelah berada tepat di dekat Prayoga. Prayoga tak menjawab, ia malah memandangi wanita itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. wanita itu berpenampilan cukup seksi dengan hot pant jeans yang di padu atasan rajut berbelahan dada cukup rendah hingga membuat area privasi miliknya sedikit terlihat. "kok bengong?!" ucap wanita itu sambil menjentikkan jarinya, membuat lamunan Prayoga buyar seketika. "e, si-apa kau?!" tanya Prayoga gugup. "astaga, apa waktu b

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 50

    "sial!, bagaimana bisa wanita itu punya video seperti itu?, ku rasa aku udah dijebak malam itu?, tapi atas dasar apa dia lakukan itu?!" Prayoga mondar-mandir sambil terus mengoceh. "loh yoga?!, kok udah pulang?!" Bu Melinda kaget ketika melihat keberadaan Prayoga di ruang tengah. "bukankah hari ini kau dan Arumi akan fitting baju ya?" tanya Bu Melinda sambil mendekati anaknya itu. "apa terjadi sesuatu?" selidik Bu Melinda yang mulai merasa ada hal aneh yang terjadi jika melihat gelagat yang ditunjukkan Prayoga. "Yoga, kamu dengar Ibu nggak?!" pekik Bu Melinda. "iya Bu, Yoga dengar!" jawab Prayoga ketus. "kalo dengar kenapa kamu nggak jawab?!" Bu Melinda nggak kalah ketus. "Yoga lagi bingung Bu!" "bingung kenapa?, apa baju yang kalian pesan nggak sesuai?" tanya Bu Melinda sambil duduk di sofa dan menikmati secangkir teh Kamomil yang hangat dan harum. "bukan soal baju, tapi ini soal Arumi!" "crutt!" air teh yang sedang di seruput Bu Melinda muncrat seketika saat ia m

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 49

    "Kok lama banget Mbok?" Prayoga bertanya pada Mbok Piah dengan gusar. Ini sudah hampir setengah jam ia menunggu Arumi yang kata Mbok Piah tadi sedang bersiap-siap. Kedua matanya terus menatap ke lantai atas, berharap Arumi segera turun untuk menemui dirinya. Prayoga merasa aneh, ia pernah hidup bersama Arumi selama enam tahun lamanya. Ia paham betul jika Arumi bukanlah tipikal wanita yang akan menghabiskan banyak waktu hanya untuk berkutat di meja rias. "Coba panggil lagi Mbok, ini udah siang!" pinta Prayoga, Mbok Piah mengangguk ragu namun ia bergegas naik ke lantai atas untuk memanggil Arumi. Prayoga gelisah, ia terus mondar-mandir kesana-kemari sambil menggerutu tak jelas. Dan tak berselang lama Arumi pun turun di ikuti oleh Mbok Piah. Prayoga tertegun melihat Arumi. Tadi menurut Mbok Piah Arumi sedang bersiap diri, tapi kini yang nampak justru berbeda. Arumi masih mengenakan daster panjang berwarna biru gelap dengan Khimar peach yang menutup kepalanya. Wajah Arumi juga

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 48

    "Siapa ya?!" Mbok Piah menatap bingung pada seseorang yang berdiri di hadapannya. Sepagi itu ada seorang wanita muda yang Dadang berkunjung. Wanita itu masih sangat mudah, usianya sepertinya belum genap dua puluh tahun. Paras wajahnya cukup cantik, tubuhnya tak terlalu tinggi namun cukup sintal, apalagi ditambah dengan pakaian yang ketat membuat setiap lekuk di tubuhnya tergambar dengan jelas. Mbok Piah nampak tak suka melihat penampilan wanita itu yang terlalu seksi. "Perkenalkan, saya Aulia!" wanita itu mengulurkan tangannya pada Mbok Piah yang masih bingung. Dengan ragu Mbok Piah menerima uluran tangan wanita itu. "Maaf Bu, apa Bu Arumi nya ada?" tanya wanita bernama Aulia itu dengan ramah seolah sudah sangat mengenal Arumi. Mbok Piah memicingkan matanya, mencoba untuk menyelidiki siapa wanita itu. "E, Ibu dia, dia su-dah pergi!" jawab Mbok Piah berdusta, sebenarnya Arumi ada di rumah, tapi semalam Arumi bilang pada Mbok Piah jika hari ini ia berencana untuk melakukan fittin

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 47

    Setelah Pertunangan Arumi dan Prayoga. "Selamat Rum!" Dina mengulurkan tangannya pada Arumi yang sedang sibuk di hadapan laptopnya. Arumi kaget saat mengetahui Dina sudah ada di sampingnya. Ia buru-buru menghentikan pekerjaannya itu. "Dina?!" Melihat ekspresi wajah Arumi yang terkejut, Dina hanya tersenyum datar. "Selamat ya!" ulang Dina lagi sambil memberi kode lewat kedua matanya agar Arumi menyambut uluran itu. Arumi bingung, apa maksud dari ucapan Dina itu, ia tak langsung menyambut tangan Dina, tetapi justru memperhatikan dengan tatapan gelisah. "Wah, sepertinya kau sungguh tak ingin membagi kebahagiaan mu itu denganku?" tanya Dina yang kemudian menarik lagi tangannya karena tak kunjung di sambut oleh Arumi. "A-aku nggak ngerti apa maksudmu Din?!" Arumi bingung. "Sungguh?!" Dina mulai kesal dengan sikap Arumi yang ia nilai hanya berpura-pura saja. Dina sedikit membungkukkan badannya dan melingkarkan tangannya pada bahu Arumi, lalu wajahnya ia dekatkan ke telinga Arumi.

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 46

    Beberapa Minggu berlalu. "Gimana Rum, e, maksudku, apa kau menerima permintaan ku?" tanya Prayoga di suatu kesempatan saat ia dengan sengaja datang ke rumah Arumi. Arumi terdiam, bimbang. Sejak kembali lagi, Prayoga terus berusaha mendekati dirinya, ia menggunakan berbagai cara untuk memikat hati Arumi. Ia juga menunjukkan pada Arumi bahwa ia sudah berubah, ia sudah kembali menjadi dirinya yang dulu. "Rum?" suara lembut Prayoga terdengar memecah keheningan di ruang tamu rumah Arumi. "I-ya Mas?" Arumi tergagap, masih bimbang dia. "Jawab aku Rum, apa kau bersedia?, kau tak harus menjawab hari ini, kalo kau masih butuh waktu untuk berpikir lagi, aku akan berikan. Aku, aku akan kembali menunggu mu, aku rela Rum. Tapi aku mohon, katakan sesuatu padaku!" Prayoga berusaha meyakinkan Arumi, meski itu bukan yang ia inginkan. Sejujurnya, ia ingin secepatnya bisa kembali rujuk dengan Arumi. Arumi menatap Prayoga. Ia sedang berusaha untuk menelusuri mata Prayoga, ia ingin memastikan ji

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 45

    "Rum, aku mau ngomong ma kamu!" Dina bicara pada Arumi yang sedang sibuk membereskan meja kerjanya. "Iya Din, ngomong aja!" jawab Arumi sambil tetap melakukan pekerjaannya itu. "Em, kita pulang bareng hari ini ya?" ucap Dina. "Aku.." "Nggak bisa lagi?" celetuk Dina seperti sudah tahu jika itu jawaban yang akan Arumi berikan. Arumi menghentikan pekerjaannya, ia menatap Dina, mencoba memberi penjelasan agar tak terjadi kesalahpahaman. "Bukan begitu Din, kemarin-kemarin aku memang sungguh ada urusan, makanya aku nggak bisa pulang bareng kamu" "Terus hari ini gimana?" "E, hari ini.." Arumi berpikir sejenak, sebenarnya hari ini ia dan Prayoga sudah berjanji akan makan bersama setelah Arumi pulang kerja. Ada restoran seafood baru di kota itu, mereka ingin mencoba makanan di restoran baru tersebut. Tapi, jika sekali ini Arumi menolak tawaran Dina, itu akan membuat Dina kian curiga padanya. Arumi jadi bimbang antara menerima atau menolak ajakan Dina, sebab keduanya sama-sam

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status