VENESIA | ITALIA 10.04 MALAM.
MANSION UTAMA MATTEW"Kau benar-benar keras kepala Son! Sudah berapa kali kukatakan, menikahlah dengan Selena! Umurmu sudah tidak muda lagi," ucap pria paruh baya bernama David Guetta Mattew, ayah dari pria tampan yang sedang duduk di sofa ruang keluarga itu.Sedangkan yang di nasehati justru diam. Pria itu justru asik memainkan kunci mobilnya. "Sudah berapa kali juga aku bilang, Dad. Aku tidak ingin menikah, untuk apa aku menikah? Hidupku sudah bahagia seperti ini.""Kau harus mempunyai keturunan Gabriel! Berhenti bermain wanita! Mommy mu setiap hari menangis melihat kelakuanmu itu.""Wanita jalang itu bukan Mommy-ku," tampik pria bermanik biru itu."Jaga bicaramu Gabriel, dia Istriku! Papa ingin segera menimang Cucu. Papa sudah tua, Son. Jangan sampai ketika Papa meninggal, kamu masih tetap sendiri, siapa yang akan mengurusmu. Menikahlah," perintah sang paruh baya."I don't care! Daddy tidak bisa mengatur hidupku lagi," sambung Gabriel"Aku bisa!" timpal paruh baya itu."Sialan kau!""Apa sekarang kau merasa kalah, h'm?" ejek David. Paruh baya itu menarik turunkan alisnya."Diam kau! Dasar tua bangka! aku akan membunuhmu!""Kau tidak akan bisa membunuhku Son, kau masih butuh aku," cibir David.Pria dengan wajah tampan itu, memilih segera pergi dari mansion orang tuanya tersebut.Dari awal pernikahan papanya, dia memilih tinggal di apartemen, dan saat berumur 21 tahun dia mampu membangun mansion mewah sendiri, dan tinggal di sana.Pria itu adalah Gabriel Leonard Mattew, seorang mafia dan pengusaha sukses di Italia. Gabriel memang cerdas, dia menjalankan bisnis ayahnya sejak umur 17 tahun. Dan saat di kendalikan olehnya, bisnis itu melambung tinggi.Bahkan sekarang dia sudah memiliki perusahaan sendiri, tanpa bantuan dari sah ayah. Dia juga memiliki bisnis di dunia gelap sebagai mafia. Organisasinya sudah terkenal di seluruh dunia gelap. Karena Gabriel termasuk pemasok senjata ilegal di seluruh negara. Dan juga pembuat obat-obatan terlarang lainya. Setelah dari mansion utama, pria itu langsung menuju tempat transaksi. • • •Waktu sudah menunjukan pukul 2 dini hari, namun pria dengan badan kekar, serta wajah datar bak dewa itu, sedang berada di tengah laut. Dia bersama Wiliam, sekertaris sekaligus sahabatnya, dan juga bersama beberapa anggota organisasinya.Mereka menggunakan kapal pesiar milik Gabriel. Tidak lama mereka menunggu, dua helikopter terlihat menuju ke arah mereka. Sebuah tali tangga dijatuhkan, dan beberapa orang dari helikopter itu turun dan mendarat di kapal pesiar tersebut.Di sini adalah tempat biasa Gabriel melakukan transaksi obat, senjata bahkan narkotika dalam jumlah besar yang dipesan koleganya. mereka juga melakukan di pelabuhan atau pun di titik-titik lainnya."Wah ada apa ini? Tidak biasanya, Tuan Gabriel ikut dalam transaksi. Sepertinya Bos kami tidak tau, jika dia tau pasti akan ikut," sapa salah satu anak buah koleganya, yang memesan."Aku hanya melakukan pemantauan pada anak buahku, apakah mereka bekerja dengan benar, atau tidak," timpal Gabriel dengan datar.Pria itu beranjak menuju Wiliam. "Lanjutkan transaksinya, aku akan pergi dulu.""Baik, Tuan." Wiliam membukukkan badannya memberi hormat.Gabriel langsung menuju speed boat, dan segera pergi dari sana. Pria itu akan pergi menuju club. Tempat ternyamannya, setelah ibunya meninggal. • • •Suara dentuman musik terdengar memenuhi sebuah club di tengah kota Venesia, terlihat di sebuah kamar VVIP seorang pria sedang duduk di sofa.Pria itu membuka mata, dan menatap wanita yang sedang berada di bawah, yang masih sibuk memberi kenikmat4n untuknya"Cepat lakukan," perintah Gabriel dengan datarnya."Tanpa pengaman," bantah wanita itu."Jangan mengaturku, bitch!" bentak Gabriel.Wanita itu melakukannya dengan menahan kesal. Dia pun bergegas melakukan tugasnya. Gabriel mendongakkan kepalanya dengan mata terpejam menikmati aktivitas itu.Kala ingin mendapatkan klimaks, suara ribut di luar pintu membuat nafsuny4 hilang seketika."Tuan! Tuan! Apa anda sudah selesai, Tuan?" Dengan membabi buta seseorang menggedor pintu tersebut."Keluar kau," perintah Gabriel."Baik, Tuan." Wanita itu bergegas turun dari pangkuan Gabriel, dan membenarkan pakaiannya.Anak buah Gabriel terlihat memasuki ruangan dengan wajah gugupnya. Gabriel yang sudah tidak sabar pun segera bertanya, "Apa mulutmu mau aku robek, atau tanganmu itu yang harus aku patahkan, Wil!"Wajah Gabriel sudah mengeras, dengan tatapan mematikan. Dia benar-benar muak dengan tangan kanannya itu.Sementara Wiliam hanya diam menunduk, karena ia pun sedang mengontrol rasa gugupnya."Maaf, Tuan. Tetapi saya mendapatkan kabar, kalau markas utama kita yang berada di Indonesia, dibakar habis oleh seseorang, Tuan. Dan semua senjata di bawa oleh mereka." Wiliam menutup matanya setelah mengatakan itu."Hahaha ... kau bercanda, Wil? Apa kau pikir anak buahku selemah itu!""Berapa kerugiannya?" sambung Gabriel."Kurang lebih 4 triliun, Tuan." ungkap Wiliaam.Wajah Gabriel sudah merah padam, tangannya mengepal erat dengan tatapan memangsa. "Apa, Alex sialan itu pelakunya!""Iya, Tuan. Seperti biasa, dia meninggalkan ini." Wiliam memberikan Tab pada Gabriel.Terlihat foto sebuah tulisan di atas sisa-sisa puing itu."Kau harus membayarnya, Gabriel! Akan kubuat hidupmu menderita, karena telah membunuh keluargaku!" Gabriel tertawa melihat pesan itu."Memang selama ini hidupku bahagia, Wil? Dasar kurang kerjaan! Persiapkan penerbangan ke Indonesia sekarang juga," perintah Gabriel kemudian."Besok kita harus melakukan transaksi senjata, untuk Mr Dilson, Tuan." balas Wiliam.Kepala Gabriel seperti akan pecah, kenapa masalah terus saja datang. Pria itu memijit pelipisnya dengan kasar. "Kau urus yang di sini! Biar aku sendiri yang terbang ke Indonesia!" • • •JAKARTA | INDONESIA | PUKUL 8 MALAM.Pria dengan wajah babak belur, dan badan penuh darah tergelatak tak berdaya di dalam gang sempit di sana.Pria itu terlihat menahan sakit di sekujur tubuhnya.Pria itu mengumpat dirinya sendiri, karena bukannya ke hotel setelah sampai di Indonesia, justru malah ke club yang menjadi awal semua itu.Ya ... pria tersebut adalah Gabriel. Setelah sampai di Indonesia, dia menuju club terdekat dan bersenang-senang di sana hingga mabuk. Dan sialnya salah satu musuhnya mengetahui keberadaanya dan melakukan semua itu. Gabriel hanya membawa anak buahnya beberapa orang saja, karena merasa bisa menjaga dirinya sendiri. Tapi takdir justru berkata lain. Beberapa menit kemudian terlihat seorang gadis berjalan dengan tergesa menuju sang pria.Gadis itu sedikit berlari karena takut dimarahi oleh pamannya. Dia baru saja pulang dari rumah sakit untuk menjaga adik tunggalnya, Giorgino Austin Wesley, yang berusia 7 tahun, karena mengidap kelainan jantung. Gadis itu juga merasakan nyeri di payudara karena tidak memompa ASI seharian ini.Gadis berusia 20 tahun tersebut mengidap 'Galaktorea' kondisi yang terjadi, saat tubuhnya kelebihan hormon. Yang membuat gadis itu bisa menghasilkan ASI. Gadis itu adalah Grazella Elnara Wesley."Aakkhhh!" Gadis itu tersandung sesuatu, dan terjatuh cantik di aspal."Sial. Apa'an sih, tadi?" Grazella mencari ponselnya yang terjatuh."Aarrgggh!" Mata Grazella membulat sempurna, saat menyinari benda yang membuatnya terjatuh. Grazella mendekati Gabriel, dan menjadikan pahanya sebagai tumpuan. "Aku harus bagaimana?" Beberapa detik kemudian, mata Gabriel perlahan terbuka. Grazella langsung menyambutnya dengan berbagai pertanyaan. Gadis itu memegang wajah Gabriel, dan meneliti setiap lukanya. "Kamu kenapa? Siapa yang melakukan ini?"Gabriel hanya diam, memperhatikan manik gadis di depannya ini. Pria itu berusaha menggapai wajah Grazella. "Bellissimo." 'cantik.'Setelah mengatakan itu, Gabriel kembali menutup matanya. Grazella menggoyangkan badan sang pria. "Aku tidak bisa mendengarmu, bisa lebih keras lagi." Gadis itu terlihat khawatir. "Bagaimana ini ... berpikirlah, El. Kenapa otakmu jadi bodoh begini, sih!""Paman, ayo buka matamu, jangan mati dulu! Nanti aku yang kena imbasnya! Lagian, kenapa kamu malah meninggalkan jejak di tubuhnya, El?" Grazella menoleh ke kanan dan kiri. "Tidak ada orang lagi. Aduh, bagaimana ini? Ah, ya, nomor darurat!" Gadis itu segera memanggil nomor 112 di ponselnya. • • •Mobil ambulans melaju dengan cepat, pria itu terlihat membuka matanya kembali. Dia melihat lekat wajah Grazella yang sedang fokus menghadap ke depan. Ponsel gadis itu terlihat bergetar. Dengan cepat, Grazella segera menggeser tanda hijau. "Iya, kakak kenapa? Bagaimana bisa kak? Bukankah tadi, Gio baik-baik saja? Aku segera ke sana sekarang." Grazella segera mematikan ponsel itu."Pak, kita mau ke rumah sakit mana, ya?" tanyanya."Mutiara Kasih, dek," jawab supir ambulans."Pak, lebih cepat lagi, ya, pak." Gadis itu sangat khawatir dengan sang adik. Beberapa saat kemudian, ambulans telah sampai, di depan loby rumah sakit. Grazella segera turun, saat akan pergi tangannya dicekal, oleh pria yang ia tolong. Grazella langsung menghempaskan tangan itu, dan segera pergi ke ruang inap adiknya. Pria itu menggeram kesal."Kamu tidak bisa lari dariku, baby girl! Mulai sekarang, kamu milikku!" batin pria itu.'Cek I* Bunga_senja11 untuk lihat visual dan perkembangan couple G2'To be continued...Grazella memegang tangan Gio dengan erat, dia merasa bersalah telah meninggalkan adiknya sendirian. Satu panggilan masuk terdengar di ponsel sang gadis. Grazella menghela napas kasar, pasti sang Aunty akan marah besar, karena dia tidak pulang. Grazella memilih mengabaikan panggilan itu. Sudah 3 hari Grazella tidak berangkat kuliah, dia fokus untuk mengurus Gio, dia juga bolak-balik ke rumah, dan rumah sakit. Seperti saat itu, Grazella sedang menyiapkan makan malam untuk keluarga pamannya. "Aunty, setelah ini aku akan ke rumah sakit, besok pagi aku datang lagi," ucap Grazella."H'm," jawab sang paruh baya. Grazella melangkah pergi, dan akan memakan makanannya di dapur. Nyatanya selama hampir 5 tahun lalu, pasca kematian kedua orang tuanya, hidup Grazella bagaikan pembantu, di rumahnya sendiri. Beruntung pamannya sedikit mempunyai belas kasih. Saat Grazella menerima hukuman, karena tidak becus bekerja, pamannya diam-diam memberi Grazella makanan. Perusahaan keluarganya, juga diambi
Pria dengan wajah tampan, bak dewa. Terlihat menyodorkan sebuah gelas berisi wine, pada gadis di depannya. "Apa kamu mau, sayang?" Sang empu justru menatap bengis, ke arah pria itu. Grazella sangat ingin membunuh, dan mencincang habis pria di depannya ini. Pria itu menatap lekat, manik amber Grazella. "Matamu terlihat lebih cantik, tanpa kacamata bundar, sialan itu." Gadis itu mendengkus kesal. "Jangan terlalu bersemangat, baby. Tubuhmu bisa sakit semua." Grazella tidak menggubris, dan terus menggeliatkan badannya agar sealtbealt itu terlepas. Selama dibawa masuk ke pesawat, Grazella sangat memberontak, dan sedikit susah. Akhirnya dengan terpaksa dia di bius. Dan saat terbangun, tubuhnya sudah di ikat menggunakan sealtbealt pesawat itu. "Apakah nyaman, dengan itu semua, baby?" Gabriel menunjukan dagunya ke arah badan Grazella, sang empu menatap horor sang pria. Gadis itu langsung mengeluarkan, suara merdunya. "Anjing kamu! Sialan brengsek!" Dengan sekali tarikan nafas, gadis i
Grazella benar-benar merasakan siksaan yang teramat. Dia memilih disiksa Bibinya, dari pada mendapatkan siksaan seperti ini. Gabriel membuatnya seperti wanita murahan. Grazella sangat membenci tubuhnya sendiri. Grazella benar benar merasa sangat kotor. Mati matian selama ini menjaga tubuhnya, agar tidak bertemu dengan pria brengsek, tapi takdir justru lebih kejam. "Kevin tolong aku. Kamu kemana? Hiks ... tolong kembalilah, bawa aku pergi dari iblis ini," batinnya, teringat dengan orang yang sangat ia sayangi. VENESIA | ITALIA 01.20 PM (siang) Setelah hampir 17 jam di pesawat, akhirnya mereka sampai di Italia. Terlihat gadis itu sedang berbaring, Grazella terlihat sudah memakai dress, dan wajahnya sudah sedikit di poles. Gabriel memanggil pramugari, dan menyuruhnya membersihkan tubuh sang gadis. Gabriel berusaha membangunkan Grazella, dengan mengusap lembut wajah sang gadis. "Baby, bangunlah kita sudah sampai." Gadis itu perlahan membuka matanya, dia mencoba bangun, dan berdiri
Badan gadis dengan mata amber sudah bergetar hebat, dia berusaha meminta bantuan pada pria di sampingnya ini. Grazella meminta pria itu, membawanya pergi dari mansion terkutuk ini. Bukannya menurut, Wiliam justru menarik Grazella, dan memberikan pada Gabriel. Grazella menangis histeris, bahkan cadarnya sudah terlihat sedikit basah. Gadis itu menahan tarikan Gabriel, dan memohon kepada Wiliam, serta para maid di sana untuk menolongnya. Namun memang dasarnya semua penghuni mansion itu adalah iblis! Mereka hanya melihat, dan tidak perduli dengan Grazella. Sang gadis terlihat menggigit tangan gabriel, yang berusaha menariknya. semua orang yang melihat itu hanya melongo, bagaimana bisa gadis bercadar itu sangat berani menggigit Tuannya. Gabriel mengeraskan rahang, dan menutup matanya sekilas untuk menahan rasa sakit ditangannya. Para maid melihat dengan tatapan ngeri, karna tangan pria itu terlihat mengeluarkan cairan merah. Grazella menggigitnya dengan penuh tenaga. Gabriel menarik
Wajah Gabriel terlihat merah padam, melihat wajah gadisnya sudah bengkak, karna terlalu banyak menangis. Dia segera naik ke ranjang, dan menarik dagu Grazella agar menatapnya. "Kenapa menangis? Itu melukaiku, sayang." Suara lembut Gabriel tidak Grazella hiraukan, yang membuat pria itu langsung mengeluarkan suara emasnya. "Aku bertanya padamu, El!" Suaranya sudah naik satu oktaf. Gadis itu meringkuk mundur, badannya terlihat bergetar. "Ja-ngan mendekat! Pergi kamu, pergi!" Gadis itu melemparkan bantal, ke wajah Gabriel dengan keras. "Jaga sikapmu, baby! Kamu tidak mau kan, Adik tercintamu ...." "Jangan berani kau sentuh Adikku, sialan! Aku akan membunuhmu, brengsek! Aku sangat membencimu, Leon!" Satu tamparan melayang, di wajah Grazella dengan keras. Gadis dengan manik amber itu, menatap bengis. Pada pria di depannya itu. "Hust ... jangan gunakan mulut ini, untuk mengumpatku, sayang. Gunakanlah untuk mendesah, namaku." Gabriel menyentuh bibir Grazella, dengan seksual. "Tidak sud
Grazella terlihat keluar dari lift bersama Sheryl, dan duduk di depan Wiliam. Sementara Gabriel tidak merespon, dia masih emosi dengan gadis itu. "Nona, mau makan apa?" Sheryl terlihat mengambil piring dan mel4yani sang Nona."Salad saja, Ryl" Grazella makan dengan hati hati, karena lidahnya sangat sakit, Meskipun sudah di obati. Nyatanya Gabriel sangat perduli dengan gadisnya. Pria itu menghubungi Dokter, untuk mengobati luka di lidah Grazella."Per favore prendi un po' di latte,"'Tolong ambilkan susu,'Salah satu maid dengan sigap mengambilnya di kulkas. Suara dingin itu membuat Grazella mendongakkan wajahnya. Wajah dingin Gabriel terlihat sedikit bengkak, mungkin karena tamparan yang ia berikan. Sementara dirinya sudah membaik berkat cream yang di berikan Dokter tadi.Salah satu maid membawa susu, dan meletakan di meja."Silahkan, Tua ...."Gelas itu sudah jatuh dengan cantiknya di bawah."Apa yang kau, lakukan!" Gabriel terlihat naik pitam.Wajah pria itu sudah bak iblis, yang b
Grazella menelisik pandangan ke kanan kiri. Baru juga menyentuh botol itu, suara seseorang mengagetkan sang empu."Nona, sedang apa?""kecebong nyemplung got! Astaga Sheryl! Kamu mengagetkanku!" Maid itu menggaruk tengkuknya."A-aku mau minum," ucap Grazella sedikit gugup. Dia mengambil botol mineral, yang ada di sisi kulkas."Kenapa tidak panggil saya, Nona? Biar saya antar ke ....""Aku bisa sendiri, Ryl. Lagian kamu pasti sibuk kan?" Sheryl menghela nafas kasar.Maid itu kembali mengeluarkan suaranya. "Sebenarnya hari ini, Bibi Margaret izin pulang. Jadi para maid sedikit kelimpungan," jawab Sheryl dengan nada lemas. Wajah Grazella langsung kegirangan, dia menetralkan raut wajahnya. Para maid memang di wajibkan tinggal di mansion, mereka boleh pulang hanya saat libur saja. Grazella mulai berbicara lagi. "Ya, sudah kamu kembali bertugas saja, aku bisa sendiri, Ryl." Sheryl mengangguk, dan langsung pergi menuju dapur, untuk kembali mengerjakan tugasnya. Di rasa sepi, Grazella langs
Grazella menatap lekat maid di depannya ini. "Saya akan bantu, Nona untuk kabur dari sini. Tapi, Nona jangan beritahu siapa pun soal ini. Saya tidak mau, Nona dapat hukuman. Saya kasian kalau nasib, Nona sama dengan gadis itu," ucap sang maid dengan lembut.Grazella menatap lekat manik sang maid. "Kenapa kamu mau, membantuku?" tanya Grazella."Karena saya merasa bersalah, dengan gadis yang dulu seperti, Nona. Saya tidak mau hal itu terjadi lagi, Nona hiks ...." Gadis itu terdiam, Grazella bingung apakah dia akan menerima tawaran itu, atau menurut saja dengan iblisnya. • • •Mobil Roll Royce Boat Tail mendarat sempurna, di halaman mansion. Pria dengan kaki jenjang dan wajah dingin mempesona, dengan sedikit brewok di dagunya itu, berjalan dengan langkah tegas.Hentakan di setiap langkahnya sangatlah indah, dia duduk di bar mini untuk menunggu gadisnya turun."Tolong, ambilkan aku susu." Suaranya sedingin es cendol."Baik, Tuan." Sang maid dengan cekatan mengambil dan memberikannya pada