Grazella memegang tangan Gio dengan erat, dia merasa bersalah telah meninggalkan adiknya sendirian.
Satu panggilan masuk terdengar di ponsel sang gadis. Grazella menghela napas kasar, pasti sang Aunty akan marah besar, karena dia tidak pulang. Grazella memilih mengabaikan panggilan itu. Sudah 3 hari Grazella tidak berangkat kuliah, dia fokus untuk mengurus Gio, dia juga bolak-balik ke rumah, dan rumah sakit. Seperti saat itu, Grazella sedang menyiapkan makan malam untuk keluarga pamannya."Aunty, setelah ini aku akan ke rumah sakit, besok pagi aku datang lagi," ucap Grazella."H'm," jawab sang paruh baya.Grazella melangkah pergi, dan akan memakan makanannya di dapur. Nyatanya selama hampir 5 tahun lalu, pasca kematian kedua orang tuanya, hidup Grazella bagaikan pembantu, di rumahnya sendiri. Beruntung pamannya sedikit mempunyai belas kasih. Saat Grazella menerima hukuman, karena tidak becus bekerja, pamannya diam-diam memberi Grazella makanan. Perusahaan keluarganya, juga diambil alih oleh pamannya. Gadis itu tidak keberatan, karena dia juga tidak tau menahu masalah perusahaan. Grazella hanya fokus untuk menyembuhkan sang adik.Saat akan makan, suara bagai mutiara kembali menyambut telinganya. Gadis itu dengan langkah cepat, segera melangkah menuju sang Aunty."Grazella! Sini kamu! Dasar anak sialan!" teriak paruh baya tersebut. "Iya, Aunty, kenapa?" jawab sang gadis. Bukannya dijawab, satu tamparan keras, mengenai wajahnya."Kamu mau meracuni kami, hah?" teriak paruh baya itu dengan nada menggelegar."Maksud, Aunty?" tanya Grazella kebingungan."Cicipi udang itu, cepat!" bentak paruh baya tersebut."Maaf, Aunty. Tapi aku alergi udang, makanya aku tidak mencicipinya, tadi," jawab Grazella. Paruh baya itu terlihat semakin marah.Satu tamparan, kembali mendarat di wajah penuh jerawatnya. "Saya tidak peduli! Kamu mau alergi, atau tidak! Bella mau makan udang, dan kamu masaknya asin begini! Kamu mau meracuni anakku, hah! Dasar pembawa sial!" Gadis itu menunduk, dan meremas bajunya, dia sangat lelah. Kenapa hidupnya sangat melelahkan, disaat semua gadis menikmati hidup, dan berkutik dengan make up, kenapa dirinya justru hidup melelahkan seperti ini.Itulah satu alasan wajahnya jelek, Grazella tidak punya waktu untuk mengurus diri. Jangankan untuk membeli skincare, untuk membeli baju saja dia harus berhemat, mungkin jika Bella sedang baik, dia bisa minta baju lengseran.Dulu hidupnya bak putri ratu, tapi setelah orang tuanya meninggal, Grazella langsung berubah menjadi babu di rumahnya sendiri sungguh tragis.RUMAH SAKIT MUTIARA KASIH Pria dengan setelan serba hitam, terlihat menghampiri seseorang. Dia membungkukkan badannya, memberi hormat. "Tuan, Anda sudah diperbolehkan pulang. Apa kita terbang hari ini, saja?"Pria yang sedang berbaring, di brangkar tersebut mendelik tajam. "Di mana gadisku! Jangan pernah berpikir kembali, sebelum menemukannya!" Anak buahnya langsung memberikan sebuah map coklat. Pria itu segera membukanya, dan terlihat sebuah lengkungan dibibir manisnya. Tangannya perlahan membuka map tersebut. "Grazella Elnara Wesley ... nama yang cantik. Apa ada lagi, yang mau kau sampaikan, Wil?""Nona, mempunyai seorang Adik, Tuan. Dia juga dirawat di rumah sakit ini," jawab sang anak buah, yang membuat pria itu semakin bersemangat.Bibirnya langsung tersenyum menyeringai. "Kerja bagus, Wiliam!"Anak buahnya langsung menanggapi pujian Bosnya itu. "Nona juga bekerja di salah satu restoran dekat sini, Tuan. Apa Anda ingin menemuinya?" Pria dengan pakaian pasien itu, langsung tersenyum lebar."Tentu! Dan lakukan sesuai arahanku, Wil." Dia tersenyum miring, membayangkan rencananya."Baik, Tuan Gabriel. Saya akan persiapkan semuanya," jawab Wiliam."Kamu akan segera menjadi milikku, sayang." Dengan bibir terangkat Gabriel berucap. • • •Grazella segera menuju cafe, untuk mencari pundi-pundi rupiah. Baru juga sampai, gadis itu sudah di sibukkan dengan banyaknya, pesanan pelanggan. Dengan semangat Grazella menyiapkan, dan membawa pesanan itu ke pelanggan. Sebenarnya gadis itu sangat risih, bekerja menjadi Waiters. Grazella lebih memilih menjadi tukang cuci piring, atau office girl, tapi karena Cafe ini milik Keluarga Veronica sahabatnya, ia ditaruh di bagian Waiters. Bukan tanpa alasan, Grazella membencinya. Gadis itu sangat risih dengan seragam kerjanya. Karna dia harus memakai baju ketat, dengan rok di atas lutut. Tentu saja akan memperlihatkan lekuk tubuhnya, dan dia sangat membenci itu. Grazella juga harus melepas, kacamata bundar atas tuntutan dari manager. Karena Gadis itu sudah di ijinkan, memakai masker untuk menutupi wajah penuh jerawatnya. Kadang ada pelanggan yang bersikap kurang aj4r. atau sekedar memegang tangannya. Seperti saat itu, dengan lancangnya seorang pria menarik tangan Grazella, yang mengakibatkan sang gadis harus duduk di pangku4n pelangg4n itu. Di meja lain, seorang pria yang melihat semua itu mengeraskan rahangnya. Dengan tatapan iblis, yang ingin memangsa."Fu¢k! Beraninya tangan kotormu menyentuh milikku! Lihat saja, setelah ini hanya aku yang boleh menyentuhmu, baby girl." Pria Itu tersenyum senang, saat melihat Grazella menampar, dan menendang area junior sang pelanggan dengan kerasnya."Good girl," ungkap Gabriel.Dengan lancang, pelanggan itu justru memeluk erat Grazella. Sudah pasti sang gadis, memberikan hadiah kepada pelanggan tersebut. Grazella terlihat mengikuti, langkah sang manajer. "Sudah berapa kali aku bilang, tahan saja! Jangan buat keributan, apa kau tidak mengerti ucapanku, Grazella!" bentak sang manager. Grazella tersenyum mendengar hal itu. Dia menatap tajam ke arah manajer tersebut. "Bapak lihat sendiri tadi? Bagaimana bisa saya menahannya!" jawab gadis itu, tak mau kalah."Aku tau ... tapi kau bisa bicara baik-baik, Grazella!" Sang manajer memijit pelipisnya, dia tau sangat susah berdebat dengan karyawan yang satu ini. Dia berusaha kembali memberi saran. "Kau bukan preman, dan bagaimana pun mereka pelanggan yang menggajimu," ucap sang manajer.Grazella hanya mengangguk, tanpa memperdulikan wajah sang atasannya yang sudah kusut. Grazella kembali melakukan pekerjaannya. Sedangkan di lain meja, Gabriel enggan berpaling dari Grazella. Pria itu terus menatap lekat sang gadis. Sampai manager pun, tidak berani mengganggunya, karena sudah pasti uanglah yang membuatnya diam. Barulah saat Cafe itu tutup, Gabriel langsung pergi, dan masuk ke mobilnya. Beberapa menit kemudian, Grazella ikut keluar dari Cafe, dan segera pulang. Dia sudah rindu dengan ranjang empuknya.Baru juga melangkah, matanya menyipit heran, melihat jalanan yang biasa dia lewati ternyata di tutup. Dengan terpaksa dia memilih pulang, menggunakan rute lain. Gadis itu terpaksa melewati gang sempit, waktu itu. Sementara di lain tempat, pria di dalam mobil tersenyum puas mendapatkan kabar dari orang-orangnya. "Tuan, Nona sudah masuk perangkap, Anda!" Dengan kecepatan seribu, pria itu melajukan mobil menuju tempat eksekusi. • • •Baru masuk setengah jalan, Grazella merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Dia pun menoleh, dan benar saja, seseorang dengan hoodie hitam, dan celana sobek, sedang terlihat berpura-pura olahraga. Bukankah orang itu sangat bodoh? Bagaimana mungkin, ada orang yang berolahraga jam 11 malam. Grazella berlari bak kesetanan."Arrgh! Aku takut." Gadis itu mencoba mencari persembunyian, dia menemukan sebuah tong. Dengan langkah cepat, Grazella berlari ke sana. Sialnya orang itu menemukannya lebih dulu. "Aargggh! K–kamu, siapa?" Grazella tidak mengenal pria tersebut.Gabriel mengambil tangan, Grazella dan menariknya. "Andiamo a casa," ucapnya santai. 'Ayo kita pulang,'Gadis itu hanya diam, karena bingung."Can you speak English, please?""You are mine, let's go home." Mata gadis itu membola sempurna."What? are, you crazy!" Grazella menghempaskan tangan Gabriel dengan kasar. Pria itu menatap tajam ke arah Grazella, yang membuat gadis itu sedikit bergidik. Pria itu kembali mengeluarkan suara beratnya. "Aku tidak perlu persetujuanmu, baby girl." Pria itu tersenyum miring.'Mereka menggunakan bahasa inggris'"Ti-dak! Enak saja. Aku tidak mengenalmu Paman! Lagi pula, apa salahku?" Apa yang di ucapkan Grazella membuatnya kesal.Bagaimana mungkin, dia di panggil dengan sebutan Paman?"Kesalahanmu cuma satu, karena kamu membuatku jatuh cinta, sayang," ucap pria tersebut."Bwuuhaha...." Grazella tertawa dengan sangat kencangnya. pria itu terlihat kebingungan, apa ada yang salah? Grazella menatap lekat sang pria, dengan masih sedikit tersenyum geli, "Matamu buta, ya? Lihat wajahku, Paman! Apa yang kamu sukai dari wajah buruk ini ... aarrghh!" Dengan sigap, pria itu menggendong sang gadis bak karung beras. Grazella langsung mengeluarkan suara emasnya. "Lepasin aku, br3ngsek! Tolong! Tolong!" Gadis itu memukul punggung kekar sang pria, kacamata bundar yang ia pakai pun, terlepas jatuh di bawah dengan cantiknya."Aku banyak uang, sayang. Aku akan membuat wajahmu, cantik.""Dasar psikopat! Lepas!" teriak Grazella."Apa kamu tidak mau bertemu dengan Adikmu, baby?" Gadis itu langsung menghentikan pukulannya. Dengan cekatan Grazella mengambil benda pipih, dan menelfon seseorang. "Halo, Kak Dicky. Gio ada di rumah sakit kan? Dia lagi di sana kan kak?" Suara Grazella sudah sedikit bergetar."Tadi, ada beberapa orang berpakaian serba hitam, terus membawa Gio pergi. Bukannya kamu yang menyuruh mereka, Grace?"Ponsel gadis itu terjatuh di aspal. "Dimana, Adikku b4ngsat!" Gadis itu menegakan tubuhnya, dan menatap tajam ke arah sang pria.Sementara sang empu, hanya tersenyum manis, dan mengusap lembut wajah sang gadis. "Jangan mengumpat, sayang. Adik ipar berada di mansionku, kita akan menyusulnya sekarang." Tanpa menunggu jawaban, pria itu segera menghubungi anak buahnya. "Segera bawa helikopter ke tempatku berada! Dan persiapkan penerbangan ke Italia, sekarang juga!" Gadis itu hanya terdiam, dengan banyak pikiran di kepalanya.To be continued..Pria dengan wajah tampan, bak dewa. Terlihat menyodorkan sebuah gelas berisi wine, pada gadis di depannya. "Apa kamu mau, sayang?" Sang empu justru menatap bengis, ke arah pria itu. Grazella sangat ingin membunuh, dan mencincang habis pria di depannya ini. Pria itu menatap lekat, manik amber Grazella. "Matamu terlihat lebih cantik, tanpa kacamata bundar, sialan itu." Gadis itu mendengkus kesal. "Jangan terlalu bersemangat, baby. Tubuhmu bisa sakit semua." Grazella tidak menggubris, dan terus menggeliatkan badannya agar sealtbealt itu terlepas. Selama dibawa masuk ke pesawat, Grazella sangat memberontak, dan sedikit susah. Akhirnya dengan terpaksa dia di bius. Dan saat terbangun, tubuhnya sudah di ikat menggunakan sealtbealt pesawat itu. "Apakah nyaman, dengan itu semua, baby?" Gabriel menunjukan dagunya ke arah badan Grazella, sang empu menatap horor sang pria. Gadis itu langsung mengeluarkan, suara merdunya. "Anjing kamu! Sialan brengsek!" Dengan sekali tarikan nafas, gadis i
Grazella benar-benar merasakan siksaan yang teramat. Dia memilih disiksa Bibinya, dari pada mendapatkan siksaan seperti ini. Gabriel membuatnya seperti wanita murahan. Grazella sangat membenci tubuhnya sendiri. Grazella benar benar merasa sangat kotor. Mati matian selama ini menjaga tubuhnya, agar tidak bertemu dengan pria brengsek, tapi takdir justru lebih kejam. "Kevin tolong aku. Kamu kemana? Hiks ... tolong kembalilah, bawa aku pergi dari iblis ini," batinnya, teringat dengan orang yang sangat ia sayangi. VENESIA | ITALIA 01.20 PM (siang) Setelah hampir 17 jam di pesawat, akhirnya mereka sampai di Italia. Terlihat gadis itu sedang berbaring, Grazella terlihat sudah memakai dress, dan wajahnya sudah sedikit di poles. Gabriel memanggil pramugari, dan menyuruhnya membersihkan tubuh sang gadis. Gabriel berusaha membangunkan Grazella, dengan mengusap lembut wajah sang gadis. "Baby, bangunlah kita sudah sampai." Gadis itu perlahan membuka matanya, dia mencoba bangun, dan berdiri
Badan gadis dengan mata amber sudah bergetar hebat, dia berusaha meminta bantuan pada pria di sampingnya ini. Grazella meminta pria itu, membawanya pergi dari mansion terkutuk ini. Bukannya menurut, Wiliam justru menarik Grazella, dan memberikan pada Gabriel. Grazella menangis histeris, bahkan cadarnya sudah terlihat sedikit basah. Gadis itu menahan tarikan Gabriel, dan memohon kepada Wiliam, serta para maid di sana untuk menolongnya. Namun memang dasarnya semua penghuni mansion itu adalah iblis! Mereka hanya melihat, dan tidak perduli dengan Grazella. Sang gadis terlihat menggigit tangan gabriel, yang berusaha menariknya. semua orang yang melihat itu hanya melongo, bagaimana bisa gadis bercadar itu sangat berani menggigit Tuannya. Gabriel mengeraskan rahang, dan menutup matanya sekilas untuk menahan rasa sakit ditangannya. Para maid melihat dengan tatapan ngeri, karna tangan pria itu terlihat mengeluarkan cairan merah. Grazella menggigitnya dengan penuh tenaga. Gabriel menarik
Wajah Gabriel terlihat merah padam, melihat wajah gadisnya sudah bengkak, karna terlalu banyak menangis. Dia segera naik ke ranjang, dan menarik dagu Grazella agar menatapnya. "Kenapa menangis? Itu melukaiku, sayang." Suara lembut Gabriel tidak Grazella hiraukan, yang membuat pria itu langsung mengeluarkan suara emasnya. "Aku bertanya padamu, El!" Suaranya sudah naik satu oktaf. Gadis itu meringkuk mundur, badannya terlihat bergetar. "Ja-ngan mendekat! Pergi kamu, pergi!" Gadis itu melemparkan bantal, ke wajah Gabriel dengan keras. "Jaga sikapmu, baby! Kamu tidak mau kan, Adik tercintamu ...." "Jangan berani kau sentuh Adikku, sialan! Aku akan membunuhmu, brengsek! Aku sangat membencimu, Leon!" Satu tamparan melayang, di wajah Grazella dengan keras. Gadis dengan manik amber itu, menatap bengis. Pada pria di depannya itu. "Hust ... jangan gunakan mulut ini, untuk mengumpatku, sayang. Gunakanlah untuk mendesah, namaku." Gabriel menyentuh bibir Grazella, dengan seksual. "Tidak sud
Grazella terlihat keluar dari lift bersama Sheryl, dan duduk di depan Wiliam. Sementara Gabriel tidak merespon, dia masih emosi dengan gadis itu. "Nona, mau makan apa?" Sheryl terlihat mengambil piring dan mel4yani sang Nona."Salad saja, Ryl" Grazella makan dengan hati hati, karena lidahnya sangat sakit, Meskipun sudah di obati. Nyatanya Gabriel sangat perduli dengan gadisnya. Pria itu menghubungi Dokter, untuk mengobati luka di lidah Grazella."Per favore prendi un po' di latte,"'Tolong ambilkan susu,'Salah satu maid dengan sigap mengambilnya di kulkas. Suara dingin itu membuat Grazella mendongakkan wajahnya. Wajah dingin Gabriel terlihat sedikit bengkak, mungkin karena tamparan yang ia berikan. Sementara dirinya sudah membaik berkat cream yang di berikan Dokter tadi.Salah satu maid membawa susu, dan meletakan di meja."Silahkan, Tua ...."Gelas itu sudah jatuh dengan cantiknya di bawah."Apa yang kau, lakukan!" Gabriel terlihat naik pitam.Wajah pria itu sudah bak iblis, yang b
Grazella menelisik pandangan ke kanan kiri. Baru juga menyentuh botol itu, suara seseorang mengagetkan sang empu."Nona, sedang apa?""kecebong nyemplung got! Astaga Sheryl! Kamu mengagetkanku!" Maid itu menggaruk tengkuknya."A-aku mau minum," ucap Grazella sedikit gugup. Dia mengambil botol mineral, yang ada di sisi kulkas."Kenapa tidak panggil saya, Nona? Biar saya antar ke ....""Aku bisa sendiri, Ryl. Lagian kamu pasti sibuk kan?" Sheryl menghela nafas kasar.Maid itu kembali mengeluarkan suaranya. "Sebenarnya hari ini, Bibi Margaret izin pulang. Jadi para maid sedikit kelimpungan," jawab Sheryl dengan nada lemas. Wajah Grazella langsung kegirangan, dia menetralkan raut wajahnya. Para maid memang di wajibkan tinggal di mansion, mereka boleh pulang hanya saat libur saja. Grazella mulai berbicara lagi. "Ya, sudah kamu kembali bertugas saja, aku bisa sendiri, Ryl." Sheryl mengangguk, dan langsung pergi menuju dapur, untuk kembali mengerjakan tugasnya. Di rasa sepi, Grazella langs
Grazella menatap lekat maid di depannya ini. "Saya akan bantu, Nona untuk kabur dari sini. Tapi, Nona jangan beritahu siapa pun soal ini. Saya tidak mau, Nona dapat hukuman. Saya kasian kalau nasib, Nona sama dengan gadis itu," ucap sang maid dengan lembut.Grazella menatap lekat manik sang maid. "Kenapa kamu mau, membantuku?" tanya Grazella."Karena saya merasa bersalah, dengan gadis yang dulu seperti, Nona. Saya tidak mau hal itu terjadi lagi, Nona hiks ...." Gadis itu terdiam, Grazella bingung apakah dia akan menerima tawaran itu, atau menurut saja dengan iblisnya. • • •Mobil Roll Royce Boat Tail mendarat sempurna, di halaman mansion. Pria dengan kaki jenjang dan wajah dingin mempesona, dengan sedikit brewok di dagunya itu, berjalan dengan langkah tegas.Hentakan di setiap langkahnya sangatlah indah, dia duduk di bar mini untuk menunggu gadisnya turun."Tolong, ambilkan aku susu." Suaranya sedingin es cendol."Baik, Tuan." Sang maid dengan cekatan mengambil dan memberikannya pada
Gadis dengan pakaian dress cantik, sudah tersungkur di jalanan depan hotel. "Aakhh si4l! Ini apaan, sih? Kenapa bisa ada tanjakan di sini!" Gadis itu melepas hells-nya, dan berlarian tanpa alas kaki.Wajahnya meringis kesakitan, saat kaki mulusnya bersentuhan dengan aspal itu. Akhirnya satu taxi berhenti di depan Grazella, dia segera pergi dari sana. Di lain tempat wajah pria dengan rahang mengeras, sudah merah merekah. Giginya sudah saling bergelatuk, dengan urat-urat tangan sudah memutih."Apa yang kalian kerjakan, hah! Mengurus gadis kecil saja, tidak becus!""Maafkan kami, Tuan,"Satu tembakan lolos dengan cantiknya, di kepala kedua bodyguard, tersebut.Tubuh Sheryl bergetar hebat, bahkan darah dari bodyguard itu menciprat ke wajahnya."Cepat tutup seluruh akses darat, laut maupun udara, Wil! Pastikan WNI tidak di perbolehkan keluar dari Italia, malam ini!" Wiliam terlihat kurang setuju."Ta-pi, Tuan. Itu akan mengakibatkan kerugian ...,""Aku tidak perduli, Wil! Cepat cari, gadi