Grazella terlihat keluar dari lift bersama Sheryl, dan duduk di depan Wiliam. Sementara Gabriel tidak merespon, dia masih emosi dengan gadis itu. "Nona, mau makan apa?" Sheryl terlihat mengambil piring dan mel4yani sang Nona.
"Salad saja, Ryl" Grazella makan dengan hati hati, karena lidahnya sangat sakit, Meskipun sudah di obati. Nyatanya Gabriel sangat perduli dengan gadisnya. Pria itu menghubungi Dokter, untuk mengobati luka di lidah Grazella."Per favore prendi un po' di latte,"'Tolong ambilkan susu,'Salah satu maid dengan sigap mengambilnya di kulkas. Suara dingin itu membuat Grazella mendongakkan wajahnya. Wajah dingin Gabriel terlihat sedikit bengkak, mungkin karena tamparan yang ia berikan. Sementara dirinya sudah membaik berkat cream yang di berikan Dokter tadi.Salah satu maid membawa susu, dan meletakan di meja."Silahkan, Tua ...."Gelas itu sudah jatuh dengan cantiknya di bawah."Apa yang kau, lakukan!" Gabriel terlihat naik pitam.Wajah pria itu sudah bak iblis, yang butuh mangsa. Bukannya menjawab, maid itu justru asik menatap Grazella dengan tatapan .... Kepala maid itu menundukkan kepalanya, kedua tangan paruh baya itu dibasahi oleh keringat dingin. Dia benar-benar takut, dia tau salah satu anak buahnya ini pasti tidak akan selamat. Lututnya pun sudah lemas tak bertenaga. Saat melihat tidak ada jawaban dari anak buahnya, paruh baya itu mendongak, dan menatap tajam sang maid. Bagaimana bisa, dia berani menatap Nona–nya dengan tatapan seperti itu."Tania! Perhatikan pandanganmu!" Seketika maid itu tersadar, dia pun seperti orang bodoh yang kehilangan akalnya."Ma-maaf Tuan. maaf." Maid itu langsung berlutut, menghadap Tuannya."Apa sangat jelek?""Huh?" Maid itu terkejut melihat, Tuannya malah bertanya."Wajahnya memang sangat jelek. Lihatlah jerawatnya? Sangat menjijikan! Bukankah begitu?" Gabriel menekankan kata menjijikan, dengan melihat ke arah Grazella, gadis itu meremas kuat dress–nya.Seluruh maid yang ada di sana, melotot sempurna. Sheryl terlihat menatap sendu ke arah sang Nona. Wiliam pun terlihat mengepalkan tangannya."I- iya, Tuan." Maid itu sedikit ragu menjawab, Gabriel tersenyum miring mendengar jawaban sang maid."Malangnya nasibku, harus hidup bersamanya seumur hidup,""Apakah, Anda dijodohkan, Tuan?" Dengan lancangnya maid itu berucap, dan menatap ke arah Gabriel.Bibi Margaret hanya menghela nafas kasar, dia sudah tau endingnya akan seperti apa. Salah satu maid yang sedang menunduk berbaris, dengan para maid lain nampak tersenyum cerah."Dasar bodoh! Tapi bagus, agar gadis j4lang itu sadar, kalo dia tidak pantas untuk Tuan Gabriel! Hanya aku yang pantas!" batinnya tersenyum cerah.Gabriel beranjak dan menghampiri maid tersebut "Menurutmu, siapa yang pantas bersanding denganku, h'm?" Maid itu terkejut saat Tuannya ikut berjongkok, dan menyentuh dagunya, serta mendongakkan wajahnya. Maid itu yakin kalau Tuannya ini menyukainya. Dia membulatkan matanya saat jari Gabriel menyentuh bibirnya, terlihat pria itu semakin mendekatkan kepalanya ke wajah sang maid, Grazella meremas kuat dress–nya melihat pemandangan itu."Dasar, brengs3k!" batin Grazella mengepalkan tangannya. Maid itu sangat terkejut, mendengar apa yang di ucapkan Gabriel. "Apa kau juga mau, menjadi kekasihku?" Maid itu terlihat gugup bukan main. "Siapa pun yang anda sukai, Tuan. Karena menurut saya, gadis itu tidak cocok untuk Anda. Wajahnya saja sangat jelek dan rusak, bisa-bisa dia membuat anda malu, Tuan" Entah keberanian dari mana gadis itu sanggup melanjutkan kata-katanya."Saya juga, mau bersama Anda, Tuan." Maid itu tersenyum lebar."Hahaha. Aku suka ini. Ternyata di mansionku ada gadis yang sangat pintar!" Gabriel lebih mendekati maid itu. Grazella sudah muak, meskipun dia tidak mengerti apa yang diucapkan dua sejoli ini, dia tau jelas kalau yang dibahas adalah wajahnya. Mata gadis itu sudah berembun, dia terlihat berdiri, dan berbalik. Grazella ingin menuju kamarnya saja.Suara tembakan itu membuat sang gadis terdiam. Grazella segera membalikan badannya, terlihat maid itu sudah menuju alam baka."Leon!" Semua maid dan bibi Margaret pun sontak melotot sempurna.Bukan karena pemandangan mengerikan itu, tetapi suara Grazella yang dengan lantangnya menyebut nama itu. Bukan rahasia umum nama tersebut sangat keramat, siapa pun yang berani memanggilnya dengan nama itu, detik itu juga dia akan menuju alam baka. Bahkan Tuan Besar Mattew yang ayahnya saja, pernah hampir menuju Sang Tuhan kala memaksa memanggil nama tersebut. Belum sadar atas rasa terkejutnya, suara menggelikan menambah senam jantung mereka. "Maaf, sayang ... tanganku gatal, dan tidak sengaja menembaknya, h'm?" Wiliam menjatuhkan rahangnya. Astaga ... jangan sampai para musuhnya melihat hal menjijikan ini, bisa hancur imagenya. Grazella benar benar tak habis pikir, dengan pria itu. Bisa-bisanya dia membunuh manusia seperti membunuh nyamuk, sangat mudah."Siapa kamu sebenarnya, Leon?" batinnya menatap selidik ke arah Gabriel .Gabriel menyembunyikan identitas aslinya, dia hanya mengatakan bahwa dia pengusaha sukses di Italia, dan pistol itu legal di sana, para maid dan bodyguard pun sudah ia briefing untuk tutup mulut. Gadis itu hanya bisa percaya, karna memang dia tidak tau apa-apa. Grazella hanya seorang gadis Indonesia yang hidupnya penuh dengan kesengsaraan, di otaknya hanya ada uang, uang dan uang. Gabriel menghampiri Grazella dan mengusap lembut wajah gadis itu. "Aku harus bekerja, nanti sore aku akan mengajakmu keluar, sekarang beristirahatlah."Bibir kenyal pria itu mengecup bibirnya. Grazella hanya terdiam dengan mata melotot, Gabriel tersenyum geli melihat ekspresi lucu gadis itu."Jangan nakal, El. Aku akan segera kembali," ucap Gabriel dengan senyum manisnya. Gabriel meninggalkan mansion, dengan Wiliam di belakangnya. Para anak buahnya masih sibuk membersihkan area meja makan.Pria itu tidak tahan berlama lama mendiami gadisnya. Grazella memilih segera masuk ke kamar. Gadis itu mengunci kamar dari dalam, setelahnya masuk ke kamar mandi. Dia membersihkan area pay*dara. Sesuatu berwarna putih keluar dengan deras."Kenapa sa-kit sekali, karena tidak aku keluarkan." Gadis itu keluar dari kamar mandi, dan mengambil paper bag yang ada di dalam lemari. Grazella kembali ke kamar mandi. Di hadapan cermin wastafel, ia mulai menempelkan ujung benda, yang berbentuk corong pada payud4ranya. Satu tangan memegang botol penampung asi, yang langsung terhubung dengan corong, yang tertempel pada payud4ra.Grazella menghidupkan mesinnya."Akh ... sakit." Gadis itu menggigit bibirnya karena merasakan nyeri di sana. Tak terasa satu botol itu sudah penuh, dia melepas alatnya, dan segera memakai kembali pakaiannya. Gadis itu menggeram kesal karna masih saja masakan nyeri di payudar*nya."Apa masih ada, ya? Biasanya juga cuma sebotol" Asi itu belum juga habis, dari saran sang Dokter, gadis itu harus memompa sampai benar-benar habis, kalau tidak ingin merasakan nyeri. Grazella menuju walk in closet untuk mengganti bajunya, karena dia sangat tidak nyaman memakai dress. Matanya membulat sempurna.Bagaimana tidak? Semua baju yang ada di sana tidak layak pakai, baju itu hanya menutupi bagian intim saja.Yah ... lemari besar itu, hanya ada berbagai jenis lingerie."Baju laknat begini, masih saja di simpan! Dasar pria m3sum!" Gadis itu kembali memakai dress, dan turun ke bawah.Saat membuka kulkas matanya berbinar senang, di sana bagaikan surga untuknya. Berbagai jenis camilan dan coklat terpampang nyata, tapi bukan itu yang dia cari, dia pun mengedarkan pandangannya."Yes!" Grazella berteriak kegirangan.To be continued...Grazella menelisik pandangan ke kanan kiri. Baru juga menyentuh botol itu, suara seseorang mengagetkan sang empu."Nona, sedang apa?""kecebong nyemplung got! Astaga Sheryl! Kamu mengagetkanku!" Maid itu menggaruk tengkuknya."A-aku mau minum," ucap Grazella sedikit gugup. Dia mengambil botol mineral, yang ada di sisi kulkas."Kenapa tidak panggil saya, Nona? Biar saya antar ke ....""Aku bisa sendiri, Ryl. Lagian kamu pasti sibuk kan?" Sheryl menghela nafas kasar.Maid itu kembali mengeluarkan suaranya. "Sebenarnya hari ini, Bibi Margaret izin pulang. Jadi para maid sedikit kelimpungan," jawab Sheryl dengan nada lemas. Wajah Grazella langsung kegirangan, dia menetralkan raut wajahnya. Para maid memang di wajibkan tinggal di mansion, mereka boleh pulang hanya saat libur saja. Grazella mulai berbicara lagi. "Ya, sudah kamu kembali bertugas saja, aku bisa sendiri, Ryl." Sheryl mengangguk, dan langsung pergi menuju dapur, untuk kembali mengerjakan tugasnya. Di rasa sepi, Grazella langs
Grazella menatap lekat maid di depannya ini. "Saya akan bantu, Nona untuk kabur dari sini. Tapi, Nona jangan beritahu siapa pun soal ini. Saya tidak mau, Nona dapat hukuman. Saya kasian kalau nasib, Nona sama dengan gadis itu," ucap sang maid dengan lembut.Grazella menatap lekat manik sang maid. "Kenapa kamu mau, membantuku?" tanya Grazella."Karena saya merasa bersalah, dengan gadis yang dulu seperti, Nona. Saya tidak mau hal itu terjadi lagi, Nona hiks ...." Gadis itu terdiam, Grazella bingung apakah dia akan menerima tawaran itu, atau menurut saja dengan iblisnya. • • •Mobil Roll Royce Boat Tail mendarat sempurna, di halaman mansion. Pria dengan kaki jenjang dan wajah dingin mempesona, dengan sedikit brewok di dagunya itu, berjalan dengan langkah tegas.Hentakan di setiap langkahnya sangatlah indah, dia duduk di bar mini untuk menunggu gadisnya turun."Tolong, ambilkan aku susu." Suaranya sedingin es cendol."Baik, Tuan." Sang maid dengan cekatan mengambil dan memberikannya pada
Gadis dengan pakaian dress cantik, sudah tersungkur di jalanan depan hotel. "Aakhh si4l! Ini apaan, sih? Kenapa bisa ada tanjakan di sini!" Gadis itu melepas hells-nya, dan berlarian tanpa alas kaki.Wajahnya meringis kesakitan, saat kaki mulusnya bersentuhan dengan aspal itu. Akhirnya satu taxi berhenti di depan Grazella, dia segera pergi dari sana. Di lain tempat wajah pria dengan rahang mengeras, sudah merah merekah. Giginya sudah saling bergelatuk, dengan urat-urat tangan sudah memutih."Apa yang kalian kerjakan, hah! Mengurus gadis kecil saja, tidak becus!""Maafkan kami, Tuan,"Satu tembakan lolos dengan cantiknya, di kepala kedua bodyguard, tersebut.Tubuh Sheryl bergetar hebat, bahkan darah dari bodyguard itu menciprat ke wajahnya."Cepat tutup seluruh akses darat, laut maupun udara, Wil! Pastikan WNI tidak di perbolehkan keluar dari Italia, malam ini!" Wiliam terlihat kurang setuju."Ta-pi, Tuan. Itu akan mengakibatkan kerugian ...,""Aku tidak perduli, Wil! Cepat cari, gadi
Tubuh Grazella terdiam, saat badannya di peluk dari belakang oleh seseorang. Dengan cepat gadis itu membalikan badannya."Le–on? Kenapa kamu, di sini?" tanya Grazella kebingungan."ini mansionku, sayang. kalo kamu lupa?" jawab Gabriel, dengan entengnya."Si4l!" Grazella yang sadar, langsung berlari menuju halaman. Seribu sayang, badannya sudah terbang mendarat di bahu kekar itu."Akkkhhh lepas, Leon! Aku tidak mau di sini lagi, lepas brengs3k, Akkh!" Dengan lihai pria itu menggendong Grazella ala karung beras, menuju kamar.Pria itu memukul p4ntat Grazella, dengan keras."Jauhkan tangan kotormu itu, si4lan! Jangan menyentuhku, Leon!" teriak Grazella memenuhi area ruangan itu.Setelah sampai, pria itu melemparkan Grazella ke ranjang dengan kasar."Dasar, bajin9an! Bisa tidak jangan kasar!" Pria itu tersenyum miring, dengan menatap lekat sang gadis. Gabriel menelisik penampilan Grazella, dari atas sampai bawah. Pria itu mengeram kesal, melihat kaki mungil Grazella lecet dan berdarah. Di
Grazella terlihat mengepalkan tangannya dengan erat. Dia menatap lekat paruh baya di hadapannya."Apa karna kejadian itu?" Kepala maid mengangguk yakin."Mulai sekarang saya, dan, Emma yang akan melayani anda, Nona." Gadis itu mencengkram erat seprei tersebut. Beberapa detik kemudian dia mengeluarkan suaranya."Aku ingin ke kamar mandi." Bibi Margaret dengan sigap membantu Nonanya. Setelah masuk, Grazella menyuruh wanita paruh baya itu untuk meninggalkannya sendiri. Gadis itu menyalakan kran dan juga shower, dia duduk di closet dengan menutup wajahnya."Hiks ... Kevin tolong aku, hiks ... kamu di mana kevin!" Grazella tidak menyangka bisa mengalami ini semua, mati matian dia menutup lekuk tubuhnya, agar tidak bertemu dengan pria brengsek. Gadis itu juga sengaja tidak merawat wajahnya agar tidak di lirik pria, tetapi nasibnya justru sangat sial. Gadis itu benar benar muak dengan Gabriel. Grazella merebahkan tubuhnya di ranjang big size tersebut, dia menarik selimut, dan ingin tertidu
Saat ini Gabriel, dan Wiliam berada di ruang kerja perusahaan."Tuan, saya mendapat laporan dari Dion. Nona Selena telah melakukan penarikan, dalam jumlah besar dari rekening Anda," lapor Wiliam.Gabriel hanya mendengar, tanpa menjawab. Kepalanya sudah sangat pening."Nona melakukaan penarikan sebesar 30 miliar, untuk membeli 2 mobil sport keluaran terbaru,""Nona juga melakukan transaksi, lewat kartu debit Anda, sebesar 50 miliar, untuk membeli sebuah hotel di Swedia, Tuan." Gabriel memijit pelipisnya dengan kasar."Untuk apa dia membeli hotel, wil? Kenapa tidak menginap saja!" ucapnya sarkas."Nona, menggunakan hotel itu, sebagai tempat party s3ks, Tuan." Gabriel tersenyum getir."Apa, Dion sudah mengumpulkan semua buktinya! Aku sudah muak bermain drama ini!""Sudah, Tuan. Apakah saya perlu membekukan kartu tersebut?" Wiliam mencoba menenangkan bos sekaligus sahabatnya ini."Ada apa denganmu, Wil? Itu haknya. Biarkan saja dia menghabiskan, seluruh uang yang ada di kartuku. Jika habis
Gadis bermanik amber menggeram kesal, mendapati Gabriel justru mel4hap bibirnya, dan memasukan kapsul itu menggunakan lidah, agar masuk ke mulutnya.Merasakan Grazella hanya diam, Gabriel segera menginterupsi sang gadis."Telan," perintah Gabriel dengan nada dingin yang langsung di balas gelengan oleh sang gadis."Telan, atau aku akan menghukum–mu." Grazella langsung menelan obat itu tanpa minum."Uhuk! uhuk!" "Ternyata kamu sangat menikmati caraku, h'm? Apa setiap kali minum obat aku bantu saja, baby girl?" Gabriel menarik turunkan alisnya."Dasar sinting!" teriak Grazella memenuhi ruangan kamar.Gabriel membereskan mangkok, dan menyuruh Bibi Margaret membawanya keluar. Pria itu menaiki ranjang, dan membawa Grazella untuk duduk di depannya, dia menyandarkan kepala sang gadis di dada kekarnya.Gabriel memeluk Grazella dengan erat."Kamu tau, baby. Saat seperti ini aku merasa sedang mengisi tenagaku, jadi kumohon jangan pernah mencoba lari dariku lagi, El,""Karna sampai mati, kamu aka
Grazella menatap tak suka pada tingkah maid itu. Bagaimana tidak? Dengan lancangnya, Emma memeluk baju kemeja bekas Gabriel semalam. Grazella hanya diam, dan bersidekap dada."Pertunjukan yang menarik. Ternyata kau menyukai, Tuanmu. Kisah yang mengejutkan," batinnya tersenyum getir."Apakah, kita bisa turun sekarang. Em ... ma?" Dengan melihat name tag, di seragam maid itu, Grazella berucap.Emma terlihat terkejut, dia langsung berpura pura mengambil kemeja itu untuk di cuci."I-iya, ayo, Nona. Kita turun." Mereka segera turun, menuju meja makan. • • • "Apa ada yang ingin kamu makan, sayang?" Gadis itu menggeleng."Tidak, Leon. Aku mau ini saja. Lagian juga, tidak mungkin di sini ada makanan itu." Pria itu mengernyitkan dahinya."Memang apa yang ingin kamu makan? Bibi Margaret bisa membuat semua makanan, atau aku panggilkan koki mansion agar ...,""Tidak, Leon. Aku mau ini saja," jawab Grazella lembut.Grazella memilih bubur, dengan sup daging.Wiliam sangat muak, melihat tingkah buc