Share

6 || " Dasar iblis!"

Wajah Gabriel terlihat merah padam, melihat wajah gadisnya sudah bengkak, karna terlalu banyak menangis. Dia segera naik ke ranjang, dan menarik dagu Grazella agar menatapnya.

"Kenapa menangis? Itu melukaiku, sayang." Suara lembut Gabriel tidak Grazella hiraukan, yang membuat pria itu langsung mengeluarkan suara emasnya.

"Aku bertanya padamu, El!" Suaranya sudah naik satu oktaf.

Gadis itu meringkuk mundur, badannya terlihat bergetar. "Ja-ngan mendekat! Pergi kamu, pergi!" Gadis itu melemparkan bantal, ke wajah Gabriel dengan keras.

"Jaga sikapmu, baby! Kamu tidak mau kan, Adik tercintamu ...."

"Jangan berani kau sentuh Adikku, sialan! Aku akan membunuhmu, brengsek! Aku sangat membencimu, Leon!"

Satu tamparan melayang, di wajah Grazella dengan keras.

Gadis dengan manik amber itu, menatap bengis. Pada pria di depannya itu. "Hust ... jangan gunakan mulut ini, untuk mengumpatku, sayang. Gunakanlah untuk mendesah, namaku." Gabriel menyentuh bibir Grazella, dengan seksual.

"Tidak sudi aku melakukan itu, brengse ... lep-as." Gabriel mencengkram erat, leher Grazella. Pria itu sudah jengah, melihat sifat keras kepala gadisnya itu.

"Sudah kukatakan. Aku akan bersikap lembut jika kau menurut, El!" bentak Gabriel.

Melihat wajah Grazella yang mulai pucat, karna tidak di aliri darah. Gabriel segera melepaskan tangannya.

"Da-sar iblis, kamu!" Pria itu tersenyum manis, dan mengusap lembut wajah Grazella.

"Kenapa menangis, h'm?"

"Bukan urusanmu," ucapnya sedikit bergetar.

"Jelas urusanku, baby. Kau milikku!"

Tangan kekarnya terulur, membawa rambut panjang itu ke arah belakang telinga, agar dapat melihat wajah sang gadis dengan jelas. Grazella tidak menjawab, dia hanya memandang ke arah samping untuk menghindari tatapan Gabriel.

"Kembalikan a-ku ke negaraku, aku ingin pulang." Seketika rahang pria berwajah tampan itu, mengeras sempurna.

"Pulang kemana lagi, El!? Kau tidak akan kemana mana! Mulai sekarang, ini rumahmu!" Grazella menatap Gabriel dengan tajam.

"Tidak! Aku bahkan tidak mengenalmu, Leon. Pergi san ... mmpppt" Pria itu langsung melahap bibir Grazella, meraupnya kasar dan menciumnya rakus.

Gadis itu mencengkram erat, lengan Gabriel. Bahkan memukulnya, tapi nihil. Pria itu tidak mau melepaskan pangutan tersebut.

Setelah melihat Grazella kehabisan nafas, dengan tidak rela Gabriel menghentikan aksinya.

"Sekarang jawab pertanyaanku, kenapa menangis, h'm?" Gabriel menempelkan keningnya, pada kening Grazella.

"A-aku takut padamu, Leon. Bagaimana bisa kamu semudah itu, membunuh orang. Apa kamu tidak takut, di penjara!" Gabriel tak kuasa menahan tawanya.

Setelah puas tertawa, pria itu tersenyum lembut ke arah grazella. Gabriel kembali berucap. "Aku janji, tidak akan membunuh lagi,"

"Di depanmu," sambungnya dalam hati, dia pun tersenyum lebar.

Grazella hanya terdiam, melihat respon pria itu. Gadis itu mengeluarkan suaranya. "Baiklah, sekarang bisa kamu keluar? Aku ingin tidur." Gabriel tersenyum geli, mendengar ucapan gadisnya.

"Apa maksudmu, baby. ini kamarku." Grazella yang sudah muak, memilih mengalah. Dia beranjak dan turun dari ranjang.

"Sekali lagi kakimu melangkah, akan kupotong kakimu itu! Kalau di pikir pikir, aku tidak membutuhkan kakimu, El,"

"Kau hanya perlu melayaniku di ranjang, dan menemaniku. Semua keperluanmu biar aku yang urus, bagaimana? Apa kau tertarik, sayang." Pria itu menaik turunkan alisnya, yang membuat Grazella semakin muak.

"Dasar, psikopat!" Gadis itu memilih kembali ke ranjang, dan tidur dengan membelakangi Gabriel.

Dengan air mata yang sudah deras, gadis itu meremas kuat selimutnya. Bagaimana bisa dia mengalami nasib sial seperti itu. Grazella hanya ingin hidup tenang bersama adiknya.

Bahkan gadis itu menyerahkan semua harta peninggalan, kedua orang tuanya. Karena sudah muak, mendapat ancaman dari sang Aunty. Tapi sekarang takdir justru mempermainkannya.

Dengan entengnya Gabriel memeluk tubuh grazet dengan erat.

• • •

Matahari sudah menampakkan sinarnya, terlihat gadis dengan badan full naked, sedang duduk meringkuk di bawah shower. Bibirnya sudah terlihat membiru, karna sedari tadi terduduk di sana. dia jijik dengan tubuhnya sendiri.

Bagaimana tidak? Tubuh mulusnya sudah di penuhi tanda menjijikan dari iblis itu. Grazella beranjak dan mengambil sabun, dia menggosok badannya dengan kuat, menyalurkan segala emosi yang ada dalam dirinya.

"Aku membencimu, Leon! Dasar iblis! Hiks ... arrgggh!!!" Dia membanting sabun itu dengan kasar.

Hatinya benar benar sesak, dia tidak terima di perlakukan bak jalang oleh pria itu. Selama ini Grazella berusaha menghindari laki-laki, dan tidak merawat wajahnya. Tetapi kenapa nasibnya justru seperti ini.

Di ranjang big size, Gabriel mulai terbangun. Matanya menyipit kala tidak mendapati gadisnya di sana. Pria itu beranjak mengambil boxer–nya di bawah, lalu memakainya.

"El," panggilnya dengan lembut. Pria itu beranjak, dan memasuki walk in closet. Namun nihil, gadisnya tidak berada di sana.

Gabriel segera menuju kamar mandi.

"Baby, kamu di dalam?" Sambil mengetuk pintu kamar mandi, pria itu berucap.

Di rasa tidak ada tanggapan, pria itu memilih membuka pintu, kamar mandi tersebut. Wajahnya seketika mengeras, karna mendapati pintu itu terkunci dari dalam.

"Apa yang kau lakukan, El! Buka pintunya!" Gabriel menggedor pintu dengan kasar.

"Jangan berani macam macam, El! Jangan bertingkah ceroboh!" Gabriel terlihat panik. Dia takut gadis itu akan nekat melakukan sesuatu.

Dengan cepat Gabriel, mendobrak pintu dengan mudah. Matanya membulat dengan wajah yang semakin naik pitam.

"Fu©k!!" Gabriel menarik, Grazella untuk berdiri.

"Apa yang kau lakukan! Kau mau merusak tubuhmu, hah!" Pria itu terkejut, melihat tubuh Grazella yang sudah memerah, dan sedikit lecet.

Gabriel langsung memakaikan bathrobe, pada tubuh Grazella. Setelah itu menggendongnya ala bridal, menuju ranjang.

"Lepas, br3ngsek!" teriak Grazella dengan memukul dada Gabriel.

Pria itu tidak bergeming, dia justru melemparkan Grazella ke ranjang dengan kasar.

"Aarrgh! Aku sangat membencimu, Leon!" Pria itu tidak mendengarkan, apa yang gadisnya ucapkan.

Gabriel justru membuka celana boxer–nya, yang membuat Grazella ketakutan. Gadis itu berusaha memberontak, tapi dengan cepat Gabriel menangani itu.

Tanpa melakukan foreplay, Gabriel melakukan kegiatan itu. Grazella menjerit kesakitan.

"Sakit, bastrad, Leon Lepas!" teriaknya memenuhi kamar tersebut, beruntung kamar itu sudah di lengkapi peredam suara. Gabriel tetap memaksa melakukanya.

"Sakit, Leon! Lepas. Kau menyakitiku." Gabriel tersenyum miring saat sudah berhasil.

Detik berikutnya, satu tamparan mendarat, di wajah tampan Gabriel.

Dengan penuh emosi, Grazella memberikan pukulan cinta, pada wajah Gabriel. Gadis itu menampar dengan keras, terbukti dari suaranya yang menggema di penjuru kamar.

"Apa sebangga itu, kau memasukkan benda menjijikan itu ke orang!" Grazella menatap penuh benci, pada pria di depannya.

"Very, disgusting!" Dengan berteriak gadis itu berucap.

Tangan Grazella akan melayangkan tamparan kembali, tetapi dengan cepat Gabriel menangkapnya.

"Shit! Jijik, kau bilang!" Tangan kekar itu melayang di udara, dengan secepat kilat wajah Grazella menoleh ke samping.

Meski tidak menggunakan sepenuh tenaganya, pipi gadis itu terlihat memerah, seandainya pria itu menampar dengan benar, sudah di pastikan Grazella akan pingsan.

"Dasar, iblis! Aku bersumpah. Tidak akan pernah mencintaimu, Leon! Sampai matipun, tidak akan!" Grazella menangis dengan histeris.

Gabriel yang belum selesai, langsung menghentikan aktivitasnya. Semua nafsunya hilang seketika, saat mendengar ucapan sang gadis. Dadanya terasa sesak.

"Dasar iblis ... mmpttt" Gabriel langsung menyambar bibir manis sang gadis dengan rakus.

Saat sedang asik, menikmati bibir itu. Gabriel merasakan rasa aneh, seketika wajahnya mengeras melihat bibir Grazella sudah berlumuran darah. Gadis itu menggigit lidahnya sendiri.

"Buka, mulutmu!" Gabriel berusaha membuka paksa, namun Grazella masih enggan. Dia meringis kesakitan yang membuat Gabriel semakin naik pitam.

Grazella merasa jijik dengan bibirnya, karna sudah dikuasai oleh manusia iblis itu. "Buka, El! Kau tidak punya hak menyakiti tubuhmu. Itu milikku!" Pria itu terlihat sangat emosi. Setelah beberapa saat, bibir gadis itu sudah terbuka, terlihat di sudut bibirnya sudah penuh cairan merah.

"Shit! Kau ...." Gabriel berusaha menahan emosinya.

Namun gadis itu, justru semakin membuat emosinya memuncak.

"Dengar, Leon! Aku bersumpah akan keluar dari mansion, jahanam ini! Meskipun harus bermain dengan banyak pria, mengunakan tubuh menjijikan ini!"

"Kau sangat lancang, El!" Pria itu langsung mencengkram erat, leher sang gadis.

"Hanya aku, yang boleh menyentuhmu!" Gabriel semakin keras mencengkram leher sang gadis, yang membuat Grazella kesusahan bernafas.

"Le-pas, breng-sek ...." Dengan tertatih gadis itu berucap. Tenggorokannya terasa sangat sakit.

Mata Grazella sudah mulai terpejam, wajahnya sudah sangat pucat. Namun Gabriel tidak berniat melepaskan cengkeramannya.

"Kau hanya milikku, El! Tidak akan kubiarkan, kau meninggalkanku! Bahkan kau tidak boleh mati tanpa seijinku!"

To be continued...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status