Wajah Gabriel terlihat merah padam, melihat wajah gadisnya sudah bengkak, karna terlalu banyak menangis. Dia segera naik ke ranjang, dan menarik dagu Grazella agar menatapnya.
"Kenapa menangis? Itu melukaiku, sayang." Suara lembut Gabriel tidak Grazella hiraukan, yang membuat pria itu langsung mengeluarkan suara emasnya."Aku bertanya padamu, El!" Suaranya sudah naik satu oktaf. Gadis itu meringkuk mundur, badannya terlihat bergetar. "Ja-ngan mendekat! Pergi kamu, pergi!" Gadis itu melemparkan bantal, ke wajah Gabriel dengan keras."Jaga sikapmu, baby! Kamu tidak mau kan, Adik tercintamu ....""Jangan berani kau sentuh Adikku, sialan! Aku akan membunuhmu, brengsek! Aku sangat membencimu, Leon!"Satu tamparan melayang, di wajah Grazella dengan keras. Gadis dengan manik amber itu, menatap bengis. Pada pria di depannya itu. "Hust ... jangan gunakan mulut ini, untuk mengumpatku, sayang. Gunakanlah untuk mendesah, namaku." Gabriel menyentuh bibir Grazella, dengan seksual."Tidak sudi aku melakukan itu, brengse ... lep-as." Gabriel mencengkram erat, leher Grazella. Pria itu sudah jengah, melihat sifat keras kepala gadisnya itu."Sudah kukatakan. Aku akan bersikap lembut jika kau menurut, El!" bentak Gabriel. Melihat wajah Grazella yang mulai pucat, karna tidak di aliri darah. Gabriel segera melepaskan tangannya."Da-sar iblis, kamu!" Pria itu tersenyum manis, dan mengusap lembut wajah Grazella. "Kenapa menangis, h'm?""Bukan urusanmu," ucapnya sedikit bergetar."Jelas urusanku, baby. Kau milikku!" Tangan kekarnya terulur, membawa rambut panjang itu ke arah belakang telinga, agar dapat melihat wajah sang gadis dengan jelas. Grazella tidak menjawab, dia hanya memandang ke arah samping untuk menghindari tatapan Gabriel."Kembalikan a-ku ke negaraku, aku ingin pulang." Seketika rahang pria berwajah tampan itu, mengeras sempurna."Pulang kemana lagi, El!? Kau tidak akan kemana mana! Mulai sekarang, ini rumahmu!" Grazella menatap Gabriel dengan tajam."Tidak! Aku bahkan tidak mengenalmu, Leon. Pergi san ... mmpppt" Pria itu langsung melahap bibir Grazella, meraupnya kasar dan menciumnya rakus.Gadis itu mencengkram erat, lengan Gabriel. Bahkan memukulnya, tapi nihil. Pria itu tidak mau melepaskan pangutan tersebut.Setelah melihat Grazella kehabisan nafas, dengan tidak rela Gabriel menghentikan aksinya."Sekarang jawab pertanyaanku, kenapa menangis, h'm?" Gabriel menempelkan keningnya, pada kening Grazella."A-aku takut padamu, Leon. Bagaimana bisa kamu semudah itu, membunuh orang. Apa kamu tidak takut, di penjara!" Gabriel tak kuasa menahan tawanya.Setelah puas tertawa, pria itu tersenyum lembut ke arah grazella. Gabriel kembali berucap. "Aku janji, tidak akan membunuh lagi,""Di depanmu," sambungnya dalam hati, dia pun tersenyum lebar. Grazella hanya terdiam, melihat respon pria itu. Gadis itu mengeluarkan suaranya. "Baiklah, sekarang bisa kamu keluar? Aku ingin tidur." Gabriel tersenyum geli, mendengar ucapan gadisnya."Apa maksudmu, baby. ini kamarku." Grazella yang sudah muak, memilih mengalah. Dia beranjak dan turun dari ranjang."Sekali lagi kakimu melangkah, akan kupotong kakimu itu! Kalau di pikir pikir, aku tidak membutuhkan kakimu, El,""Kau hanya perlu melayaniku di ranjang, dan menemaniku. Semua keperluanmu biar aku yang urus, bagaimana? Apa kau tertarik, sayang." Pria itu menaik turunkan alisnya, yang membuat Grazella semakin muak."Dasar, psikopat!" Gadis itu memilih kembali ke ranjang, dan tidur dengan membelakangi Gabriel. Dengan air mata yang sudah deras, gadis itu meremas kuat selimutnya. Bagaimana bisa dia mengalami nasib sial seperti itu. Grazella hanya ingin hidup tenang bersama adiknya.Bahkan gadis itu menyerahkan semua harta peninggalan, kedua orang tuanya. Karena sudah muak, mendapat ancaman dari sang Aunty. Tapi sekarang takdir justru mempermainkannya. Dengan entengnya Gabriel memeluk tubuh grazet dengan erat. • • •Matahari sudah menampakkan sinarnya, terlihat gadis dengan badan full naked, sedang duduk meringkuk di bawah shower. Bibirnya sudah terlihat membiru, karna sedari tadi terduduk di sana. dia jijik dengan tubuhnya sendiri. Bagaimana tidak? Tubuh mulusnya sudah di penuhi tanda menjijikan dari iblis itu. Grazella beranjak dan mengambil sabun, dia menggosok badannya dengan kuat, menyalurkan segala emosi yang ada dalam dirinya."Aku membencimu, Leon! Dasar iblis! Hiks ... arrgggh!!!" Dia membanting sabun itu dengan kasar.Hatinya benar benar sesak, dia tidak terima di perlakukan bak jalang oleh pria itu. Selama ini Grazella berusaha menghindari laki-laki, dan tidak merawat wajahnya. Tetapi kenapa nasibnya justru seperti ini. Di ranjang big size, Gabriel mulai terbangun. Matanya menyipit kala tidak mendapati gadisnya di sana. Pria itu beranjak mengambil boxer–nya di bawah, lalu memakainya."El," panggilnya dengan lembut. Pria itu beranjak, dan memasuki walk in closet. Namun nihil, gadisnya tidak berada di sana.Gabriel segera menuju kamar mandi."Baby, kamu di dalam?" Sambil mengetuk pintu kamar mandi, pria itu berucap. Di rasa tidak ada tanggapan, pria itu memilih membuka pintu, kamar mandi tersebut. Wajahnya seketika mengeras, karna mendapati pintu itu terkunci dari dalam."Apa yang kau lakukan, El! Buka pintunya!" Gabriel menggedor pintu dengan kasar."Jangan berani macam macam, El! Jangan bertingkah ceroboh!" Gabriel terlihat panik. Dia takut gadis itu akan nekat melakukan sesuatu. Dengan cepat Gabriel, mendobrak pintu dengan mudah. Matanya membulat dengan wajah yang semakin naik pitam."Fu©k!!" Gabriel menarik, Grazella untuk berdiri."Apa yang kau lakukan! Kau mau merusak tubuhmu, hah!" Pria itu terkejut, melihat tubuh Grazella yang sudah memerah, dan sedikit lecet. Gabriel langsung memakaikan bathrobe, pada tubuh Grazella. Setelah itu menggendongnya ala bridal, menuju ranjang."Lepas, br3ngsek!" teriak Grazella dengan memukul dada Gabriel.Pria itu tidak bergeming, dia justru melemparkan Grazella ke ranjang dengan kasar."Aarrgh! Aku sangat membencimu, Leon!" Pria itu tidak mendengarkan, apa yang gadisnya ucapkan. Gabriel justru membuka celana boxer–nya, yang membuat Grazella ketakutan. Gadis itu berusaha memberontak, tapi dengan cepat Gabriel menangani itu.Tanpa melakukan foreplay, Gabriel melakukan kegiatan itu. Grazella menjerit kesakitan. "Sakit, bastrad, Leon Lepas!" teriaknya memenuhi kamar tersebut, beruntung kamar itu sudah di lengkapi peredam suara. Gabriel tetap memaksa melakukanya."Sakit, Leon! Lepas. Kau menyakitiku." Gabriel tersenyum miring saat sudah berhasil.Detik berikutnya, satu tamparan mendarat, di wajah tampan Gabriel. Dengan penuh emosi, Grazella memberikan pukulan cinta, pada wajah Gabriel. Gadis itu menampar dengan keras, terbukti dari suaranya yang menggema di penjuru kamar."Apa sebangga itu, kau memasukkan benda menjijikan itu ke orang!" Grazella menatap penuh benci, pada pria di depannya."Very, disgusting!" Dengan berteriak gadis itu berucap. Tangan Grazella akan melayangkan tamparan kembali, tetapi dengan cepat Gabriel menangkapnya."Shit! Jijik, kau bilang!" Tangan kekar itu melayang di udara, dengan secepat kilat wajah Grazella menoleh ke samping. Meski tidak menggunakan sepenuh tenaganya, pipi gadis itu terlihat memerah, seandainya pria itu menampar dengan benar, sudah di pastikan Grazella akan pingsan."Dasar, iblis! Aku bersumpah. Tidak akan pernah mencintaimu, Leon! Sampai matipun, tidak akan!" Grazella menangis dengan histeris. Gabriel yang belum selesai, langsung menghentikan aktivitasnya. Semua nafsunya hilang seketika, saat mendengar ucapan sang gadis. Dadanya terasa sesak."Dasar iblis ... mmpttt" Gabriel langsung menyambar bibir manis sang gadis dengan rakus. Saat sedang asik, menikmati bibir itu. Gabriel merasakan rasa aneh, seketika wajahnya mengeras melihat bibir Grazella sudah berlumuran darah. Gadis itu menggigit lidahnya sendiri."Buka, mulutmu!" Gabriel berusaha membuka paksa, namun Grazella masih enggan. Dia meringis kesakitan yang membuat Gabriel semakin naik pitam. Grazella merasa jijik dengan bibirnya, karna sudah dikuasai oleh manusia iblis itu. "Buka, El! Kau tidak punya hak menyakiti tubuhmu. Itu milikku!" Pria itu terlihat sangat emosi. Setelah beberapa saat, bibir gadis itu sudah terbuka, terlihat di sudut bibirnya sudah penuh cairan merah."Shit! Kau ...." Gabriel berusaha menahan emosinya. Namun gadis itu, justru semakin membuat emosinya memuncak."Dengar, Leon! Aku bersumpah akan keluar dari mansion, jahanam ini! Meskipun harus bermain dengan banyak pria, mengunakan tubuh menjijikan ini!""Kau sangat lancang, El!" Pria itu langsung mencengkram erat, leher sang gadis."Hanya aku, yang boleh menyentuhmu!" Gabriel semakin keras mencengkram leher sang gadis, yang membuat Grazella kesusahan bernafas."Le-pas, breng-sek ...." Dengan tertatih gadis itu berucap. Tenggorokannya terasa sangat sakit. Mata Grazella sudah mulai terpejam, wajahnya sudah sangat pucat. Namun Gabriel tidak berniat melepaskan cengkeramannya."Kau hanya milikku, El! Tidak akan kubiarkan, kau meninggalkanku! Bahkan kau tidak boleh mati tanpa seijinku!"To be continued...Grazella terlihat keluar dari lift bersama Sheryl, dan duduk di depan Wiliam. Sementara Gabriel tidak merespon, dia masih emosi dengan gadis itu. "Nona, mau makan apa?" Sheryl terlihat mengambil piring dan mel4yani sang Nona."Salad saja, Ryl" Grazella makan dengan hati hati, karena lidahnya sangat sakit, Meskipun sudah di obati. Nyatanya Gabriel sangat perduli dengan gadisnya. Pria itu menghubungi Dokter, untuk mengobati luka di lidah Grazella."Per favore prendi un po' di latte,"'Tolong ambilkan susu,'Salah satu maid dengan sigap mengambilnya di kulkas. Suara dingin itu membuat Grazella mendongakkan wajahnya. Wajah dingin Gabriel terlihat sedikit bengkak, mungkin karena tamparan yang ia berikan. Sementara dirinya sudah membaik berkat cream yang di berikan Dokter tadi.Salah satu maid membawa susu, dan meletakan di meja."Silahkan, Tua ...."Gelas itu sudah jatuh dengan cantiknya di bawah."Apa yang kau, lakukan!" Gabriel terlihat naik pitam.Wajah pria itu sudah bak iblis, yang b
Grazella menelisik pandangan ke kanan kiri. Baru juga menyentuh botol itu, suara seseorang mengagetkan sang empu."Nona, sedang apa?""kecebong nyemplung got! Astaga Sheryl! Kamu mengagetkanku!" Maid itu menggaruk tengkuknya."A-aku mau minum," ucap Grazella sedikit gugup. Dia mengambil botol mineral, yang ada di sisi kulkas."Kenapa tidak panggil saya, Nona? Biar saya antar ke ....""Aku bisa sendiri, Ryl. Lagian kamu pasti sibuk kan?" Sheryl menghela nafas kasar.Maid itu kembali mengeluarkan suaranya. "Sebenarnya hari ini, Bibi Margaret izin pulang. Jadi para maid sedikit kelimpungan," jawab Sheryl dengan nada lemas. Wajah Grazella langsung kegirangan, dia menetralkan raut wajahnya. Para maid memang di wajibkan tinggal di mansion, mereka boleh pulang hanya saat libur saja. Grazella mulai berbicara lagi. "Ya, sudah kamu kembali bertugas saja, aku bisa sendiri, Ryl." Sheryl mengangguk, dan langsung pergi menuju dapur, untuk kembali mengerjakan tugasnya. Di rasa sepi, Grazella langs
Grazella menatap lekat maid di depannya ini. "Saya akan bantu, Nona untuk kabur dari sini. Tapi, Nona jangan beritahu siapa pun soal ini. Saya tidak mau, Nona dapat hukuman. Saya kasian kalau nasib, Nona sama dengan gadis itu," ucap sang maid dengan lembut.Grazella menatap lekat manik sang maid. "Kenapa kamu mau, membantuku?" tanya Grazella."Karena saya merasa bersalah, dengan gadis yang dulu seperti, Nona. Saya tidak mau hal itu terjadi lagi, Nona hiks ...." Gadis itu terdiam, Grazella bingung apakah dia akan menerima tawaran itu, atau menurut saja dengan iblisnya. • • •Mobil Roll Royce Boat Tail mendarat sempurna, di halaman mansion. Pria dengan kaki jenjang dan wajah dingin mempesona, dengan sedikit brewok di dagunya itu, berjalan dengan langkah tegas.Hentakan di setiap langkahnya sangatlah indah, dia duduk di bar mini untuk menunggu gadisnya turun."Tolong, ambilkan aku susu." Suaranya sedingin es cendol."Baik, Tuan." Sang maid dengan cekatan mengambil dan memberikannya pada
Gadis dengan pakaian dress cantik, sudah tersungkur di jalanan depan hotel. "Aakhh si4l! Ini apaan, sih? Kenapa bisa ada tanjakan di sini!" Gadis itu melepas hells-nya, dan berlarian tanpa alas kaki.Wajahnya meringis kesakitan, saat kaki mulusnya bersentuhan dengan aspal itu. Akhirnya satu taxi berhenti di depan Grazella, dia segera pergi dari sana. Di lain tempat wajah pria dengan rahang mengeras, sudah merah merekah. Giginya sudah saling bergelatuk, dengan urat-urat tangan sudah memutih."Apa yang kalian kerjakan, hah! Mengurus gadis kecil saja, tidak becus!""Maafkan kami, Tuan,"Satu tembakan lolos dengan cantiknya, di kepala kedua bodyguard, tersebut.Tubuh Sheryl bergetar hebat, bahkan darah dari bodyguard itu menciprat ke wajahnya."Cepat tutup seluruh akses darat, laut maupun udara, Wil! Pastikan WNI tidak di perbolehkan keluar dari Italia, malam ini!" Wiliam terlihat kurang setuju."Ta-pi, Tuan. Itu akan mengakibatkan kerugian ...,""Aku tidak perduli, Wil! Cepat cari, gadi
Tubuh Grazella terdiam, saat badannya di peluk dari belakang oleh seseorang. Dengan cepat gadis itu membalikan badannya."Le–on? Kenapa kamu, di sini?" tanya Grazella kebingungan."ini mansionku, sayang. kalo kamu lupa?" jawab Gabriel, dengan entengnya."Si4l!" Grazella yang sadar, langsung berlari menuju halaman. Seribu sayang, badannya sudah terbang mendarat di bahu kekar itu."Akkkhhh lepas, Leon! Aku tidak mau di sini lagi, lepas brengs3k, Akkh!" Dengan lihai pria itu menggendong Grazella ala karung beras, menuju kamar.Pria itu memukul p4ntat Grazella, dengan keras."Jauhkan tangan kotormu itu, si4lan! Jangan menyentuhku, Leon!" teriak Grazella memenuhi area ruangan itu.Setelah sampai, pria itu melemparkan Grazella ke ranjang dengan kasar."Dasar, bajin9an! Bisa tidak jangan kasar!" Pria itu tersenyum miring, dengan menatap lekat sang gadis. Gabriel menelisik penampilan Grazella, dari atas sampai bawah. Pria itu mengeram kesal, melihat kaki mungil Grazella lecet dan berdarah. Di
Grazella terlihat mengepalkan tangannya dengan erat. Dia menatap lekat paruh baya di hadapannya."Apa karna kejadian itu?" Kepala maid mengangguk yakin."Mulai sekarang saya, dan, Emma yang akan melayani anda, Nona." Gadis itu mencengkram erat seprei tersebut. Beberapa detik kemudian dia mengeluarkan suaranya."Aku ingin ke kamar mandi." Bibi Margaret dengan sigap membantu Nonanya. Setelah masuk, Grazella menyuruh wanita paruh baya itu untuk meninggalkannya sendiri. Gadis itu menyalakan kran dan juga shower, dia duduk di closet dengan menutup wajahnya."Hiks ... Kevin tolong aku, hiks ... kamu di mana kevin!" Grazella tidak menyangka bisa mengalami ini semua, mati matian dia menutup lekuk tubuhnya, agar tidak bertemu dengan pria brengsek. Gadis itu juga sengaja tidak merawat wajahnya agar tidak di lirik pria, tetapi nasibnya justru sangat sial. Gadis itu benar benar muak dengan Gabriel. Grazella merebahkan tubuhnya di ranjang big size tersebut, dia menarik selimut, dan ingin tertidu
Saat ini Gabriel, dan Wiliam berada di ruang kerja perusahaan."Tuan, saya mendapat laporan dari Dion. Nona Selena telah melakukan penarikan, dalam jumlah besar dari rekening Anda," lapor Wiliam.Gabriel hanya mendengar, tanpa menjawab. Kepalanya sudah sangat pening."Nona melakukaan penarikan sebesar 30 miliar, untuk membeli 2 mobil sport keluaran terbaru,""Nona juga melakukan transaksi, lewat kartu debit Anda, sebesar 50 miliar, untuk membeli sebuah hotel di Swedia, Tuan." Gabriel memijit pelipisnya dengan kasar."Untuk apa dia membeli hotel, wil? Kenapa tidak menginap saja!" ucapnya sarkas."Nona, menggunakan hotel itu, sebagai tempat party s3ks, Tuan." Gabriel tersenyum getir."Apa, Dion sudah mengumpulkan semua buktinya! Aku sudah muak bermain drama ini!""Sudah, Tuan. Apakah saya perlu membekukan kartu tersebut?" Wiliam mencoba menenangkan bos sekaligus sahabatnya ini."Ada apa denganmu, Wil? Itu haknya. Biarkan saja dia menghabiskan, seluruh uang yang ada di kartuku. Jika habis
Gadis bermanik amber menggeram kesal, mendapati Gabriel justru mel4hap bibirnya, dan memasukan kapsul itu menggunakan lidah, agar masuk ke mulutnya.Merasakan Grazella hanya diam, Gabriel segera menginterupsi sang gadis."Telan," perintah Gabriel dengan nada dingin yang langsung di balas gelengan oleh sang gadis."Telan, atau aku akan menghukum–mu." Grazella langsung menelan obat itu tanpa minum."Uhuk! uhuk!" "Ternyata kamu sangat menikmati caraku, h'm? Apa setiap kali minum obat aku bantu saja, baby girl?" Gabriel menarik turunkan alisnya."Dasar sinting!" teriak Grazella memenuhi ruangan kamar.Gabriel membereskan mangkok, dan menyuruh Bibi Margaret membawanya keluar. Pria itu menaiki ranjang, dan membawa Grazella untuk duduk di depannya, dia menyandarkan kepala sang gadis di dada kekarnya.Gabriel memeluk Grazella dengan erat."Kamu tau, baby. Saat seperti ini aku merasa sedang mengisi tenagaku, jadi kumohon jangan pernah mencoba lari dariku lagi, El,""Karna sampai mati, kamu aka