Share

5 || Awal penderitaan Grazella

Badan gadis dengan mata amber sudah bergetar hebat, dia berusaha meminta bantuan pada pria di sampingnya ini. Grazella meminta pria itu, membawanya pergi dari mansion terkutuk ini. Bukannya menurut, Wiliam justru menarik Grazella, dan memberikan pada Gabriel.

Grazella menangis histeris, bahkan cadarnya sudah terlihat sedikit basah. Gadis itu menahan tarikan Gabriel, dan memohon kepada Wiliam, serta para maid di sana untuk menolongnya.

Namun memang dasarnya semua penghuni mansion itu adalah iblis! Mereka hanya melihat, dan tidak perduli dengan Grazella.

Sang gadis terlihat menggigit tangan gabriel, yang berusaha menariknya. semua orang yang melihat itu hanya melongo, bagaimana bisa gadis bercadar itu sangat berani menggigit Tuannya.

Gabriel mengeraskan rahang, dan menutup matanya sekilas untuk menahan rasa sakit ditangannya. Para maid melihat dengan tatapan ngeri, karna tangan pria itu terlihat mengeluarkan cairan merah. Grazella menggigitnya dengan penuh tenaga.

Gabriel menarik tangan Grazella, dengan kasar menuju lift.

Grazella berjalan terseok-seok, karena tidak bisa mengimbangi langkah panjang Gabriel. Mereka segera masuk, dan menuju lantai atas, hingga saat lift terbuka, Grazella yang tidak seimbang pun, terjatuh di marmer dingin itu. Hingga lututnya terluka, yang membuat Gabriel menghela napas kasar.

"Kenapa kau sangat, lamban?" ucapnya penuh penekanan.

"Tolong lepasin a-ku, Leon. Aku takut hiks ...."

Gadis itu memohon dengan memegangi kaki sang pria. Gabriel tersenyum miring melihat hal itu.

"Kau pikir, dengan menangis bisa membuatku luluh? Jangan harap! Sampai menangis darah sekalipun, kau akan tetap berada di sini, El!" Lagi lagi pria itu mengeluarkan uratnya saat bicara.

Gabriel menarik tangan Grazella, dan masuk ke kamar. Sampainya di kamar, pria itu langsung mendorong tubuh Grazella dengan kasar, sehingga tubuh ringkih itu tersungkur di ranjang big size di sana.

Gadis itu menangis, dan berusaha menuju pintu untuk kabur. Namun dengan mudah Gabriel menangkap tubuh gadisnya kembali. Grazella menyingkirkan dengan kasar lengan kekar itu dari perutnya. "Lepas brengsek! Lepas, dasar iblis!"

Lagi-lagi tamparan keras mengenai wajah Grazella.

"Diam! Kamu tau? Usahamu itu sia sia." Dengan langkah gontai Grazella menjauhi pria itu, dia sangat jijik dan benci pada Gabriel.

Pria itu menatap tajam, ke arah sang gadis. "Jadilah gadis yang penurut, maka aku akan menjadi pria yang lembut juga, renungkan kesalahanmu!" Dengan langkah seribu, Gabriel menguncinya di kamar itu.

Grazella hanya bisa menggedor pintu, dengan putus asa di dalam sana. "Dasar bajingan! Aku membencimu, Leon!"

Gadis tersebut, terlihat sangat kacau.

Lututnya terasa sakit, bahkan payudaranya sangat nyeri, karena hampir satu hari dia tidak mengeluarkan ASI, alhasil dadanya sangat kram.

"Kevin kamu kemana? Tolong aku hiks ...." Dia teringat dengan seseorang, yang sangat berarti di hidupnya.

Grazella melangkah ke arah balkon, netranya menyipit melihat pemandangan di bawah sana. Saat ini dia berada di lantai empat. Terlihat di bawah terdapat kolam ikan, taman mawar, bahkan sungai, serta pohon pohon besar, berada mengelilingi mansion yang sangat luas, dan besar itu.

Tapi sayang, kemewahan mansion ini, tertutupi oleh aura yang menakutkan. Bagaimana tidak? Seluruh penjuru sudut, diisi oleh penjaga berseragam serba hitam, terlihat setiap penjaga itu memiliki pistol di setiap saku pinggangnya.

Grazella sedikit berpikir, siapa pria itu sebenarnya? Kenapa dia bisa menggunakan senjata dengan sesuka hati.

Gabriel menuju bawah, dan memanggil anak buahnya, "Kalian, jaga di depan pintu kamar! Jangan sampai, gadisku keluar dari sana!"

"Baik, Tuan!" jawab kedua bodyguard tersebut.

Wiliam terlihat menghampiri Gabriel, dan mengatakan laporannya. "Tuan, tim alpa sudah menemukan tikus penghianat itu, dan sekarang dia di markas." Gabriel mengangkat salah satu sudut bibirnya. Akhirnya dia bisa melampiaskan kemarahan dalam dirinya.

"Kita ke markas, sekarang!"

"Baik, Tuan."

• • •

Waktu menunjukan pukul tujuh malam, terlihat pintu kamar terbuka dengan seorang maid masuk ke sana.

"Nona, apa Anda, aakkhh!!" Maid itu melotot sempurna, dia memandang wajah Grazella dengan lekat, yang membuat gadis itu tersenyum getir.

"Apa, sejelek itu?"

"Maaf Nona, Maaf saya lancang memandang Nona, maaf, Nona." Gadis itu di buat melongo, melihat respon maidnya. Grazella segera turun dari ranjang, dan membantunya berdiri. pasalnya maid tersebut bersujud di lantai.

"Di mana, iblis itu?"

"Maksud Nona?" Maid itu terlihat kebingungan.

"Tuanmu itu, di mana dia?"

"Maaf Nona, saya kurang tahu. Karna, Tuan tidak memberi tahu kami."

"Nama kamu, siapa?" Grazella duduk di pinggiran ranjang.

"Sheryl, Nona." Dengan masih menunduk, maid itu menjawab.

"Kamu sudah lama, bekerja dengan iblis itu," tanya Grazella dengan lembut.

"Saya dulu bekerja di salah satu club milik, Tuan. lalu beliau menyuruh saya untuk bekerja di mansion, Nona." Grazella mengangguk mendengar jawaban itu. Dia kembali melemparkan pertanyaan.

"Umurmu, berapa?"

"21 tahun, Nona." Maid bernama Sheryl mendongakkan Kepalanya, kala melihat tangan itu terulur.

"Namaku, Grazella kamu bisa panggil aku, Grace umurku 20 tahun. Seharusnya aku memanggilmu, Kakak bukan?" Grazella tersenyum manis, sedangkan manis itu langsung menggelengkan kepalanya. Wajahnya terlihat pucat.

"Tidak Nona, saya bisa di pecat atau bahkan dihukum, Tuan, kalau sampai berani memanggil Nona, hanya dengan nama." Grazella makin di buat malas.

"Jangan takut, kamu bisa melakukan itu jika hanya ada kita berdua, kamu maukan jadi temanku?" Maid itu mengangguk.

"Em ... Sheryl apa aku bisa meminta tolong?" Maid tersebut mengangguk yakin.

"Apa kamu bisa belikan aku, em ... sesuatu, tapi aku tidak punya uang. Bisa aku pinjam dulu, dan tolong belikan itu untukku?" Grazella sedikit canggung.

"Nona lucu. Nona tidak perlu meminjam uang saya, Tuan pasti dengan senang hati menuruti perintah Nona." Maid itu tersenyum manis.

"Apa, Nona menginginkan sesuatu?"

"Apa kau bisa membelikanku, pom-pa asi?" Maid itu terdiam mendengar ucapan Grazella.

"Maksud, Nona? Apa, Nona sedang menyus ...."

"Tidak, aku masih virgi ... em ... maksudku aku kelebihan hormon, dan secara alamiah aku menghasilkan asi. Sudah hampir 1 hari aku tidak mengeluarkannya, p4yudaraku rasanya sangat sakit, bisakah kau membantuku?" Setelah mengerti maid itu tersenyum dan mengangguk.

"Saya akan membelinya besok Nona, kebetulan besok jadwal belanja mingguan." Gadis itu terlihat berbinar.

"Terima kasih, Sheryl." Grazella memeluk Sheryl dengan erat yang membuat maid itu terkejut bukan main.

• • •

Jam sudah menunjukan jam 1 dini hari, terlihat seorang pria dengan langkah pelan masuk ke sebuah kamar, dia menyipitkan matanya kala mendengar suara isakan, dengan cepat pria itu menyalakan lampu di kamar itu.

"Fuck!"

To be continued...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status