Badan gadis dengan mata amber sudah bergetar hebat, dia berusaha meminta bantuan pada pria di sampingnya ini. Grazella meminta pria itu, membawanya pergi dari mansion terkutuk ini. Bukannya menurut, Wiliam justru menarik Grazella, dan memberikan pada Gabriel.
Grazella menangis histeris, bahkan cadarnya sudah terlihat sedikit basah. Gadis itu menahan tarikan Gabriel, dan memohon kepada Wiliam, serta para maid di sana untuk menolongnya.Namun memang dasarnya semua penghuni mansion itu adalah iblis! Mereka hanya melihat, dan tidak perduli dengan Grazella. Sang gadis terlihat menggigit tangan gabriel, yang berusaha menariknya. semua orang yang melihat itu hanya melongo, bagaimana bisa gadis bercadar itu sangat berani menggigit Tuannya.Gabriel mengeraskan rahang, dan menutup matanya sekilas untuk menahan rasa sakit ditangannya. Para maid melihat dengan tatapan ngeri, karna tangan pria itu terlihat mengeluarkan cairan merah. Grazella menggigitnya dengan penuh tenaga.Gabriel menarik tangan Grazella, dengan kasar menuju lift. Grazella berjalan terseok-seok, karena tidak bisa mengimbangi langkah panjang Gabriel. Mereka segera masuk, dan menuju lantai atas, hingga saat lift terbuka, Grazella yang tidak seimbang pun, terjatuh di marmer dingin itu. Hingga lututnya terluka, yang membuat Gabriel menghela napas kasar."Kenapa kau sangat, lamban?" ucapnya penuh penekanan."Tolong lepasin a-ku, Leon. Aku takut hiks ...." Gadis itu memohon dengan memegangi kaki sang pria. Gabriel tersenyum miring melihat hal itu."Kau pikir, dengan menangis bisa membuatku luluh? Jangan harap! Sampai menangis darah sekalipun, kau akan tetap berada di sini, El!" Lagi lagi pria itu mengeluarkan uratnya saat bicara. Gabriel menarik tangan Grazella, dan masuk ke kamar. Sampainya di kamar, pria itu langsung mendorong tubuh Grazella dengan kasar, sehingga tubuh ringkih itu tersungkur di ranjang big size di sana. Gadis itu menangis, dan berusaha menuju pintu untuk kabur. Namun dengan mudah Gabriel menangkap tubuh gadisnya kembali. Grazella menyingkirkan dengan kasar lengan kekar itu dari perutnya. "Lepas brengsek! Lepas, dasar iblis!"Lagi-lagi tamparan keras mengenai wajah Grazella."Diam! Kamu tau? Usahamu itu sia sia." Dengan langkah gontai Grazella menjauhi pria itu, dia sangat jijik dan benci pada Gabriel. Pria itu menatap tajam, ke arah sang gadis. "Jadilah gadis yang penurut, maka aku akan menjadi pria yang lembut juga, renungkan kesalahanmu!" Dengan langkah seribu, Gabriel menguncinya di kamar itu. Grazella hanya bisa menggedor pintu, dengan putus asa di dalam sana. "Dasar bajingan! Aku membencimu, Leon!"Gadis tersebut, terlihat sangat kacau.Lututnya terasa sakit, bahkan payudaranya sangat nyeri, karena hampir satu hari dia tidak mengeluarkan ASI, alhasil dadanya sangat kram."Kevin kamu kemana? Tolong aku hiks ...." Dia teringat dengan seseorang, yang sangat berarti di hidupnya. Grazella melangkah ke arah balkon, netranya menyipit melihat pemandangan di bawah sana. Saat ini dia berada di lantai empat. Terlihat di bawah terdapat kolam ikan, taman mawar, bahkan sungai, serta pohon pohon besar, berada mengelilingi mansion yang sangat luas, dan besar itu. Tapi sayang, kemewahan mansion ini, tertutupi oleh aura yang menakutkan. Bagaimana tidak? Seluruh penjuru sudut, diisi oleh penjaga berseragam serba hitam, terlihat setiap penjaga itu memiliki pistol di setiap saku pinggangnya. Grazella sedikit berpikir, siapa pria itu sebenarnya? Kenapa dia bisa menggunakan senjata dengan sesuka hati.Gabriel menuju bawah, dan memanggil anak buahnya, "Kalian, jaga di depan pintu kamar! Jangan sampai, gadisku keluar dari sana!""Baik, Tuan!" jawab kedua bodyguard tersebut. Wiliam terlihat menghampiri Gabriel, dan mengatakan laporannya. "Tuan, tim alpa sudah menemukan tikus penghianat itu, dan sekarang dia di markas." Gabriel mengangkat salah satu sudut bibirnya. Akhirnya dia bisa melampiaskan kemarahan dalam dirinya."Kita ke markas, sekarang!""Baik, Tuan." • • •Waktu menunjukan pukul tujuh malam, terlihat pintu kamar terbuka dengan seorang maid masuk ke sana."Nona, apa Anda, aakkhh!!" Maid itu melotot sempurna, dia memandang wajah Grazella dengan lekat, yang membuat gadis itu tersenyum getir."Apa, sejelek itu?""Maaf Nona, Maaf saya lancang memandang Nona, maaf, Nona." Gadis itu di buat melongo, melihat respon maidnya. Grazella segera turun dari ranjang, dan membantunya berdiri. pasalnya maid tersebut bersujud di lantai."Di mana, iblis itu?""Maksud Nona?" Maid itu terlihat kebingungan."Tuanmu itu, di mana dia?""Maaf Nona, saya kurang tahu. Karna, Tuan tidak memberi tahu kami.""Nama kamu, siapa?" Grazella duduk di pinggiran ranjang."Sheryl, Nona." Dengan masih menunduk, maid itu menjawab."Kamu sudah lama, bekerja dengan iblis itu," tanya Grazella dengan lembut."Saya dulu bekerja di salah satu club milik, Tuan. lalu beliau menyuruh saya untuk bekerja di mansion, Nona." Grazella mengangguk mendengar jawaban itu. Dia kembali melemparkan pertanyaan."Umurmu, berapa?""21 tahun, Nona." Maid bernama Sheryl mendongakkan Kepalanya, kala melihat tangan itu terulur."Namaku, Grazella kamu bisa panggil aku, Grace umurku 20 tahun. Seharusnya aku memanggilmu, Kakak bukan?" Grazella tersenyum manis, sedangkan manis itu langsung menggelengkan kepalanya. Wajahnya terlihat pucat."Tidak Nona, saya bisa di pecat atau bahkan dihukum, Tuan, kalau sampai berani memanggil Nona, hanya dengan nama." Grazella makin di buat malas."Jangan takut, kamu bisa melakukan itu jika hanya ada kita berdua, kamu maukan jadi temanku?" Maid itu mengangguk."Em ... Sheryl apa aku bisa meminta tolong?" Maid tersebut mengangguk yakin."Apa kamu bisa belikan aku, em ... sesuatu, tapi aku tidak punya uang. Bisa aku pinjam dulu, dan tolong belikan itu untukku?" Grazella sedikit canggung."Nona lucu. Nona tidak perlu meminjam uang saya, Tuan pasti dengan senang hati menuruti perintah Nona." Maid itu tersenyum manis."Apa, Nona menginginkan sesuatu?""Apa kau bisa membelikanku, pom-pa asi?" Maid itu terdiam mendengar ucapan Grazella."Maksud, Nona? Apa, Nona sedang menyus ....""Tidak, aku masih virgi ... em ... maksudku aku kelebihan hormon, dan secara alamiah aku menghasilkan asi. Sudah hampir 1 hari aku tidak mengeluarkannya, p4yudaraku rasanya sangat sakit, bisakah kau membantuku?" Setelah mengerti maid itu tersenyum dan mengangguk."Saya akan membelinya besok Nona, kebetulan besok jadwal belanja mingguan." Gadis itu terlihat berbinar."Terima kasih, Sheryl." Grazella memeluk Sheryl dengan erat yang membuat maid itu terkejut bukan main. • • •Jam sudah menunjukan jam 1 dini hari, terlihat seorang pria dengan langkah pelan masuk ke sebuah kamar, dia menyipitkan matanya kala mendengar suara isakan, dengan cepat pria itu menyalakan lampu di kamar itu."Fuck!"To be continued...Wajah Gabriel terlihat merah padam, melihat wajah gadisnya sudah bengkak, karna terlalu banyak menangis. Dia segera naik ke ranjang, dan menarik dagu Grazella agar menatapnya. "Kenapa menangis? Itu melukaiku, sayang." Suara lembut Gabriel tidak Grazella hiraukan, yang membuat pria itu langsung mengeluarkan suara emasnya. "Aku bertanya padamu, El!" Suaranya sudah naik satu oktaf. Gadis itu meringkuk mundur, badannya terlihat bergetar. "Ja-ngan mendekat! Pergi kamu, pergi!" Gadis itu melemparkan bantal, ke wajah Gabriel dengan keras. "Jaga sikapmu, baby! Kamu tidak mau kan, Adik tercintamu ...." "Jangan berani kau sentuh Adikku, sialan! Aku akan membunuhmu, brengsek! Aku sangat membencimu, Leon!" Satu tamparan melayang, di wajah Grazella dengan keras. Gadis dengan manik amber itu, menatap bengis. Pada pria di depannya itu. "Hust ... jangan gunakan mulut ini, untuk mengumpatku, sayang. Gunakanlah untuk mendesah, namaku." Gabriel menyentuh bibir Grazella, dengan seksual. "Tidak sud
Grazella terlihat keluar dari lift bersama Sheryl, dan duduk di depan Wiliam. Sementara Gabriel tidak merespon, dia masih emosi dengan gadis itu. "Nona, mau makan apa?" Sheryl terlihat mengambil piring dan mel4yani sang Nona."Salad saja, Ryl" Grazella makan dengan hati hati, karena lidahnya sangat sakit, Meskipun sudah di obati. Nyatanya Gabriel sangat perduli dengan gadisnya. Pria itu menghubungi Dokter, untuk mengobati luka di lidah Grazella."Per favore prendi un po' di latte,"'Tolong ambilkan susu,'Salah satu maid dengan sigap mengambilnya di kulkas. Suara dingin itu membuat Grazella mendongakkan wajahnya. Wajah dingin Gabriel terlihat sedikit bengkak, mungkin karena tamparan yang ia berikan. Sementara dirinya sudah membaik berkat cream yang di berikan Dokter tadi.Salah satu maid membawa susu, dan meletakan di meja."Silahkan, Tua ...."Gelas itu sudah jatuh dengan cantiknya di bawah."Apa yang kau, lakukan!" Gabriel terlihat naik pitam.Wajah pria itu sudah bak iblis, yang b
Grazella menelisik pandangan ke kanan kiri. Baru juga menyentuh botol itu, suara seseorang mengagetkan sang empu."Nona, sedang apa?""kecebong nyemplung got! Astaga Sheryl! Kamu mengagetkanku!" Maid itu menggaruk tengkuknya."A-aku mau minum," ucap Grazella sedikit gugup. Dia mengambil botol mineral, yang ada di sisi kulkas."Kenapa tidak panggil saya, Nona? Biar saya antar ke ....""Aku bisa sendiri, Ryl. Lagian kamu pasti sibuk kan?" Sheryl menghela nafas kasar.Maid itu kembali mengeluarkan suaranya. "Sebenarnya hari ini, Bibi Margaret izin pulang. Jadi para maid sedikit kelimpungan," jawab Sheryl dengan nada lemas. Wajah Grazella langsung kegirangan, dia menetralkan raut wajahnya. Para maid memang di wajibkan tinggal di mansion, mereka boleh pulang hanya saat libur saja. Grazella mulai berbicara lagi. "Ya, sudah kamu kembali bertugas saja, aku bisa sendiri, Ryl." Sheryl mengangguk, dan langsung pergi menuju dapur, untuk kembali mengerjakan tugasnya. Di rasa sepi, Grazella langs
Grazella menatap lekat maid di depannya ini. "Saya akan bantu, Nona untuk kabur dari sini. Tapi, Nona jangan beritahu siapa pun soal ini. Saya tidak mau, Nona dapat hukuman. Saya kasian kalau nasib, Nona sama dengan gadis itu," ucap sang maid dengan lembut.Grazella menatap lekat manik sang maid. "Kenapa kamu mau, membantuku?" tanya Grazella."Karena saya merasa bersalah, dengan gadis yang dulu seperti, Nona. Saya tidak mau hal itu terjadi lagi, Nona hiks ...." Gadis itu terdiam, Grazella bingung apakah dia akan menerima tawaran itu, atau menurut saja dengan iblisnya. • • •Mobil Roll Royce Boat Tail mendarat sempurna, di halaman mansion. Pria dengan kaki jenjang dan wajah dingin mempesona, dengan sedikit brewok di dagunya itu, berjalan dengan langkah tegas.Hentakan di setiap langkahnya sangatlah indah, dia duduk di bar mini untuk menunggu gadisnya turun."Tolong, ambilkan aku susu." Suaranya sedingin es cendol."Baik, Tuan." Sang maid dengan cekatan mengambil dan memberikannya pada
Gadis dengan pakaian dress cantik, sudah tersungkur di jalanan depan hotel. "Aakhh si4l! Ini apaan, sih? Kenapa bisa ada tanjakan di sini!" Gadis itu melepas hells-nya, dan berlarian tanpa alas kaki.Wajahnya meringis kesakitan, saat kaki mulusnya bersentuhan dengan aspal itu. Akhirnya satu taxi berhenti di depan Grazella, dia segera pergi dari sana. Di lain tempat wajah pria dengan rahang mengeras, sudah merah merekah. Giginya sudah saling bergelatuk, dengan urat-urat tangan sudah memutih."Apa yang kalian kerjakan, hah! Mengurus gadis kecil saja, tidak becus!""Maafkan kami, Tuan,"Satu tembakan lolos dengan cantiknya, di kepala kedua bodyguard, tersebut.Tubuh Sheryl bergetar hebat, bahkan darah dari bodyguard itu menciprat ke wajahnya."Cepat tutup seluruh akses darat, laut maupun udara, Wil! Pastikan WNI tidak di perbolehkan keluar dari Italia, malam ini!" Wiliam terlihat kurang setuju."Ta-pi, Tuan. Itu akan mengakibatkan kerugian ...,""Aku tidak perduli, Wil! Cepat cari, gadi
Tubuh Grazella terdiam, saat badannya di peluk dari belakang oleh seseorang. Dengan cepat gadis itu membalikan badannya."Le–on? Kenapa kamu, di sini?" tanya Grazella kebingungan."ini mansionku, sayang. kalo kamu lupa?" jawab Gabriel, dengan entengnya."Si4l!" Grazella yang sadar, langsung berlari menuju halaman. Seribu sayang, badannya sudah terbang mendarat di bahu kekar itu."Akkkhhh lepas, Leon! Aku tidak mau di sini lagi, lepas brengs3k, Akkh!" Dengan lihai pria itu menggendong Grazella ala karung beras, menuju kamar.Pria itu memukul p4ntat Grazella, dengan keras."Jauhkan tangan kotormu itu, si4lan! Jangan menyentuhku, Leon!" teriak Grazella memenuhi area ruangan itu.Setelah sampai, pria itu melemparkan Grazella ke ranjang dengan kasar."Dasar, bajin9an! Bisa tidak jangan kasar!" Pria itu tersenyum miring, dengan menatap lekat sang gadis. Gabriel menelisik penampilan Grazella, dari atas sampai bawah. Pria itu mengeram kesal, melihat kaki mungil Grazella lecet dan berdarah. Di
Grazella terlihat mengepalkan tangannya dengan erat. Dia menatap lekat paruh baya di hadapannya."Apa karna kejadian itu?" Kepala maid mengangguk yakin."Mulai sekarang saya, dan, Emma yang akan melayani anda, Nona." Gadis itu mencengkram erat seprei tersebut. Beberapa detik kemudian dia mengeluarkan suaranya."Aku ingin ke kamar mandi." Bibi Margaret dengan sigap membantu Nonanya. Setelah masuk, Grazella menyuruh wanita paruh baya itu untuk meninggalkannya sendiri. Gadis itu menyalakan kran dan juga shower, dia duduk di closet dengan menutup wajahnya."Hiks ... Kevin tolong aku, hiks ... kamu di mana kevin!" Grazella tidak menyangka bisa mengalami ini semua, mati matian dia menutup lekuk tubuhnya, agar tidak bertemu dengan pria brengsek. Gadis itu juga sengaja tidak merawat wajahnya agar tidak di lirik pria, tetapi nasibnya justru sangat sial. Gadis itu benar benar muak dengan Gabriel. Grazella merebahkan tubuhnya di ranjang big size tersebut, dia menarik selimut, dan ingin tertidu
Saat ini Gabriel, dan Wiliam berada di ruang kerja perusahaan."Tuan, saya mendapat laporan dari Dion. Nona Selena telah melakukan penarikan, dalam jumlah besar dari rekening Anda," lapor Wiliam.Gabriel hanya mendengar, tanpa menjawab. Kepalanya sudah sangat pening."Nona melakukaan penarikan sebesar 30 miliar, untuk membeli 2 mobil sport keluaran terbaru,""Nona juga melakukan transaksi, lewat kartu debit Anda, sebesar 50 miliar, untuk membeli sebuah hotel di Swedia, Tuan." Gabriel memijit pelipisnya dengan kasar."Untuk apa dia membeli hotel, wil? Kenapa tidak menginap saja!" ucapnya sarkas."Nona, menggunakan hotel itu, sebagai tempat party s3ks, Tuan." Gabriel tersenyum getir."Apa, Dion sudah mengumpulkan semua buktinya! Aku sudah muak bermain drama ini!""Sudah, Tuan. Apakah saya perlu membekukan kartu tersebut?" Wiliam mencoba menenangkan bos sekaligus sahabatnya ini."Ada apa denganmu, Wil? Itu haknya. Biarkan saja dia menghabiskan, seluruh uang yang ada di kartuku. Jika habis