Saat Gabriel menghis4p dengan kuat semangka Grazella, dia merasakan sesuatu yang sangat familiar di lidahnya.
"J–jadi itu semua benar," batinnya dengan wajah penuh kebingungan. Gabriel menatap wajah Grazella yang sudah mendongak ke atas dengan mata tertutup."5hit! Kenapa wajahnya sangat s3ksi!" Batinnya menggeram kesal."Baby, apa benar itu 4si milikmu?" Tubuh Grazella langsung mematung, wajahnya sudah pucat pasi."K–kenapa? Apa kamu jijik?" tanya Grazella. Gadis itu terlihat sedikit kecewa dengan hal itu."No! Aku sangat menyukainya," ungkap Gabriel. Gadis itu hanya diam, dia masih syok kenapa bisa suaminya tahu."Kamu tau dari mana?""Tidak penting, sejak kapan kamu melakukan itu?" Grazella kebingungan dengan pertanyaan sang empu."Menukar itu dengan milikmu?" Grazella menggaruk tengkuknya."Sejak aku berusa kabur," jawab sang gadis."Mulai sekarang jangan pernah kamu lakukan itu lagi," perLima orang pegawai toko sudah mulai menyiapkan berbagai perlengkapan, dua wanita terlihat memasukan pakaian dan sepatu bayi di raknya. Sedangkan tiga laki-laki memasang kelambu dan lampu untuk mempercantik kamar itu.Mereka akan menyulap kamar yang sudah di kosongkan Gabriel menjadi 'Baby room' Grazella dan Sheryl hanya diam memandangi mereka semua yang bekerja.Grazella yang melihat album toko itu seketika berbinar."Apakah ini contoh modelnya?" tanya sang gadis dengan semangat."Iya, Nyonya. Tetapi Anda tenang saja, karena Tuan Gabriel sudah memilihnya," jelas salah satu pegawai itu."Huh?" Grazella sedikit terkejut, pegawai itu tersenyum dan melanjutkan perkataannya."Anda sangat beruntung Nyonya, sedari pagi Tuan sudah menyuruh toko kami untuk buka, dan hampir 4 jam Tuan Gabriel memilih sendiri design–nya,""Tuan Gabriel tidak ingin membuat Nyonya lelah," sambung pegawai itu."Apa kau sangat menantikan keha
Setelah hampir sepekan Bibi Margaret cuti, akhirnya ia kembali ke mansion sang majikan. Wanita paruh baya itu menyerngitkan dahi melihat gerbang utama terbuka lebar, tidak biasanya.Bibi Margaret segera masuk, dia heran karena tidak melihat para penjaga."Kemana para penjaga?" gumamnya bingung.Sepanjang berjalan menuju mansion sangat sepi tidak ada penjaga seperti biasanya. Saat berada di halaman alangkah terkejutnya wanita itu melihat semua penjaga sudah tergeletak pingsan.Setelah mengingat sesuatu, matanya melotot sempurna."Nyonya!" Paruh baya itu berlari masuk ke mansion.Saat melewati dapur dia di buat melongo melihat para maid sudah pingsan. Dia langsung menuju lift dan mencari Grazella.Paruh baya itu menangis histeris, dia mengambil benda pipihnya dan mendial Jack, tangannya terlihat bergetar. • • •Pria itu menendang meja di depan dengan kerasnya. Seluruh orang yang berada di
Pria dengan wajah panik itu semakin kesal saat melihat jalanan yang macet, di depannya terdapat kecelakaan beruntun."Cepat cari jalan lain, Wil! Aku membayarmu bukan untuk bersantai!" seru Gabriel."Baik, Tuan" Wiliam yang tahu Gabriel sudah kesal pun memilih memutar arah dan mencari rute lain.Hingga beberapa menit kemudian mereka sampai di depan sebuah gedung kosong yang sudah sangat usang. Gabriel dengan cepat turun dari mobil itu."Tunggu, Riel! Mungkin mereka menjebakmu! Tunggu anak buahmu," saran Wiliam."Persetan dengan itu! Istriku sedang menunggu!" segahnya.Wiliam mengusap rambutnya kasar, dia terus menghubungi Jack, agar cepat sampai.Gabriel berlari bak kesetanan, langkahnya berhenti melihat mobil yang sangat ia kenali terparkir di sana, matanya sudah berkobar penuh kebencian."Dasar sial4n kau Selena! Akan kubunuh kau!" sumpahnya. Samar-samar dia mendengar tangisan histeris istrinya. Gabriel segera menuju ke
Di ruangan inap yang luas, nan mewah tersebut terlihat hening. Gabriel duduk di kursi dengan memegang tangan Grazella. Pria itu mengecup tangan sang istri dengan lembut.Mata Gabriel terus melihat ke arah perut sangat istri. Lagi-lagi buliran bening keluar dari sana. Dia merasa menjadi suami paling tidak berguna.Lenguhan Grazella membuat pria itu, langsung menghapus kasar wajahnya.Gabriel menetralkan wajahnya, dan tersenyum lebar menyambut kesadaran sang istri."Hey, Sayang," sapa Gabriel. Grazella ikut tersenyum, dia berusaha untuk bangun."No, kamu harus banyak istirahat," tolak Gabriel. Namun gadis itu menggeleng, ia tetap memaksa untuk duduk. Gabriel pun membantu Grazella untuk duduk."Mau sesuatu?" tawarnya."H–haus," jawab sang gadis lemas.Dengan langkah seribu, Gabriel mengambil air minum yang berada di nakas samping brangkar."Mana yang sakit, h'm?" Gabriel mengusap lembut wajah istri kecilnya.Gadis itu menggeleng lemah. Dia melihat arah pandang suaminya, dan tersenyum lemb
VENESIA | ITALIA 10.04 MALAM.MANSION UTAMA MATTEW"Kau benar-benar keras kepala Son! Sudah berapa kali kukatakan, menikahlah dengan Selena! Umurmu sudah tidak muda lagi," ucap pria paruh baya bernama David Guetta Mattew, ayah dari pria tampan yang sedang duduk di sofa ruang keluarga itu.Sedangkan yang di nasehati justru diam. Pria itu justru asik memainkan kunci mobilnya. "Sudah berapa kali juga aku bilang, Dad. Aku tidak ingin menikah, untuk apa aku menikah? Hidupku sudah bahagia seperti ini.""Kau harus mempunyai keturunan Gabriel! Berhenti bermain wanita! Mommy mu setiap hari menangis melihat kelakuanmu itu." "Wanita jalang itu bukan Mommy-ku," tampik pria bermanik biru itu."Jaga bicaramu Gabriel, dia Istriku! Papa ingin segera menimang Cucu. Papa sudah tua, Son. Jangan sampai ketika Papa meninggal, kamu masih tetap sendiri, siapa yang akan mengurusmu. Menikahlah," perintah sang paruh baya."I don't care! Daddy tidak bisa mengatur hidupku lagi," sambung Gabriel"Aku bisa!" timpa
Grazella memegang tangan Gio dengan erat, dia merasa bersalah telah meninggalkan adiknya sendirian. Satu panggilan masuk terdengar di ponsel sang gadis. Grazella menghela napas kasar, pasti sang Aunty akan marah besar, karena dia tidak pulang. Grazella memilih mengabaikan panggilan itu. Sudah 3 hari Grazella tidak berangkat kuliah, dia fokus untuk mengurus Gio, dia juga bolak-balik ke rumah, dan rumah sakit. Seperti saat itu, Grazella sedang menyiapkan makan malam untuk keluarga pamannya. "Aunty, setelah ini aku akan ke rumah sakit, besok pagi aku datang lagi," ucap Grazella."H'm," jawab sang paruh baya. Grazella melangkah pergi, dan akan memakan makanannya di dapur. Nyatanya selama hampir 5 tahun lalu, pasca kematian kedua orang tuanya, hidup Grazella bagaikan pembantu, di rumahnya sendiri. Beruntung pamannya sedikit mempunyai belas kasih. Saat Grazella menerima hukuman, karena tidak becus bekerja, pamannya diam-diam memberi Grazella makanan. Perusahaan keluarganya, juga diambi
Pria dengan wajah tampan, bak dewa. Terlihat menyodorkan sebuah gelas berisi wine, pada gadis di depannya. "Apa kamu mau, sayang?" Sang empu justru menatap bengis, ke arah pria itu. Grazella sangat ingin membunuh, dan mencincang habis pria di depannya ini. Pria itu menatap lekat, manik amber Grazella. "Matamu terlihat lebih cantik, tanpa kacamata bundar, sialan itu." Gadis itu mendengkus kesal. "Jangan terlalu bersemangat, baby. Tubuhmu bisa sakit semua." Grazella tidak menggubris, dan terus menggeliatkan badannya agar sealtbealt itu terlepas. Selama dibawa masuk ke pesawat, Grazella sangat memberontak, dan sedikit susah. Akhirnya dengan terpaksa dia di bius. Dan saat terbangun, tubuhnya sudah di ikat menggunakan sealtbealt pesawat itu. "Apakah nyaman, dengan itu semua, baby?" Gabriel menunjukan dagunya ke arah badan Grazella, sang empu menatap horor sang pria. Gadis itu langsung mengeluarkan, suara merdunya. "Anjing kamu! Sialan brengsek!" Dengan sekali tarikan nafas, gadis i
Grazella benar-benar merasakan siksaan yang teramat. Dia memilih disiksa Bibinya, dari pada mendapatkan siksaan seperti ini. Gabriel membuatnya seperti wanita murahan. Grazella sangat membenci tubuhnya sendiri. Grazella benar benar merasa sangat kotor. Mati matian selama ini menjaga tubuhnya, agar tidak bertemu dengan pria brengsek, tapi takdir justru lebih kejam. "Kevin tolong aku. Kamu kemana? Hiks ... tolong kembalilah, bawa aku pergi dari iblis ini," batinnya, teringat dengan orang yang sangat ia sayangi. VENESIA | ITALIA 01.20 PM (siang) Setelah hampir 17 jam di pesawat, akhirnya mereka sampai di Italia. Terlihat gadis itu sedang berbaring, Grazella terlihat sudah memakai dress, dan wajahnya sudah sedikit di poles. Gabriel memanggil pramugari, dan menyuruhnya membersihkan tubuh sang gadis. Gabriel berusaha membangunkan Grazella, dengan mengusap lembut wajah sang gadis. "Baby, bangunlah kita sudah sampai." Gadis itu perlahan membuka matanya, dia mencoba bangun, dan berdiri