Rayyan Hilman Alfatikh Adinata. Pemuda sholeh yang berprofesi sebagai dokter dan memiliki wajah tampan yang mewarisi kekayaan keluarga Adinata dan Alfatikh. Di usia yang masih muda berhasil menjadi dokter penyakit dalam yang hebat. Namun, semua itu tidak menjadikannya sombong. Afika Burhanuddin seorang gadis cantik yang dibesarkan di panti asuhan lalu diadopsi pasangan miskin yang membuat hidup Afika berubah semakin menderita. Penderitaan Afika berlanjut saat sang ayah angkat menjualnya ke tempat pelacuran sehari setelah kelulusannya di Sekolah Menengah Atas, karena ayah angkatnya yang suka mabuk-mabukan dan berjudi mempunyai hutang besar pada bandar judi. Cinta yang rumit antara Rayyan dokter tampan yang sangat sempurna bertemu dengan Afika, seorang gadis miskin yang hampir saja menjadi budak gelapnya dunia malam, karena kekejaman ayah angkatnya. Namun, di saat itu Rayyan sedang jatuh cinta pada gadis cantik berhijab yang bernama Anindya lulusan al-Azhar Mesir kakak dari teman adiknya, Renata.
View MoreCerita ini adalah kelanjutan dari cerita Ketulusan Hati Amirah season 2 yang menceritakan tentang kelanjutan kisah cinta Rayyan dan Afikah, bukan saja perjalanan cinta Rayyan dan Afikah, tetapi juga perjalanan cinta Renata dan Alika anak dari Amirah dan Kenzo juga anak Abizar dan Devina. Untuk mencegah terjadinya kebingungan, sebaiknya membaca Ketulusan Hati Amirah dulu supaya bisa mendapatkan cerita lengkapnya.
***
Cinta sejati memandang kelemahan lalu dijadikan kelebihan untuk selalu mencinta
(Bacharuddin Jusuf Habibie)
***
Setelah acara selesai, Rayyan bersama keluarganya langsung membawa Afikah ke rumah mereka.
Mobil Rayyan sampai terlebih dulu di rumah karena keluarga yang lain harus mampir untuk fitting seragam untuk pesta resepsi yang diadakan satu bulan lagi. Mumpung saat ini mereka sedang berkumpul.
Rayyan segera mengajak Afikah menemui omanya yang saat ini berada di kamarnya.
Vika tadi memang sengaja tidak ikut ke acara akad nikah karena beralasan tidak enak badan, meskipun Ambar sudah membujuknya namun ia tetap bersih keras tidak mau ikut.
"Yang, kita ke kamar oma dulu ya! jenguin beliau tadi nggak ikut ke acara kita katanya nggak enak badan," ucapnya lembut sambil menggandeng tangan Afikah.
Afikah kaget. "Aku nggak salah denger kan, pak dokter panggil aku 'yang' beneran nggak salah denger ‘kan?" batinnya.
"Hei! Kok malah bengong," ucapnya menyadarkan Afikah, kini mereka sedang berjalan ke kamar Vika.
"I-iya, Pak," ucapnya.
"What? Kamu panggil aku apa tadi?" tanya Rayyan sambil menaik turunkan alisnya menggoda Afikah.
"Pak! Emang kenapa, bukankah sejak dulu aku panggil gitu?"
"Emang nggak pernah sadar ya kalau sejak dulu aku manggil dirinya pak," batin Afikah.
"Sekarang nggak boleh, sekarang panggilnya harus sayang, nggak boleh panggil pak lagi," ucapnya.
Afikah menggeleng. "Bagaimana kalau aku panggilnya kak saja,"
"Nggak setuju, karena itu panggilan buat Renata dan Alika juga Arka, bukan buat kamu,"
Afikah mengerucutkan bibirnya, membuat Rayyan gemas padanya.
"Ya sudah kamu panggil aku mas aja ya," ucapnya.
Afikah tersenyum. "Iya, aku setuju."
"Tapi sekali-sekali panggil sayang juga aku suka," ucapnya menggoda.
Tidak Rayyan sangka menggoda Afikah membuatnya merasa senang. Kini dirinya mempunyai hobi baru menggoda sang istri.
Tok, tok, tok!
Rayyan mengetuk pintu kamar sang oma.
"Masuk ...."
Rayyan dan Afikah masuk ke kamar itu. Vika terkejut dengan kedatangan keduanya.
"Ka-kalian ... ehm, kapan kalian datang? Emang acara sudah selesai?" tanyanya.
"Iya, Oma. Kami sudah datang! Alhamdulillah acaranya sudah selesai dan berjalan lancar, semua ini tidak luput karena doa oma juga," ucap Rayyan.
Vika tersenyum tipis. "Alhamdulillah, kalau sudah selesai dan lancar," ucap Vika. Ia melirik ke arah Afikah yang sejak tadi menunduk.
"Oma, kakak membawa Afikah ke sini untuk menemui dan menjenguk Oma," ucap Rayyan.
"Assalamualaikum, Oma. Bagaimana keadaan Oma sekarang?" sapa Afikah sambil tersenyum tulus pada Vika.
"Wa'alaikumussalam, Oma nggak apa-apa, mungkin sedikit capek sekarang sudah tidak apa-apa kok," jawab Vika datar .
"Bagaimana kalau saya pijitin Oma," tawarnya.
"Ee ... enggak usah, pasti kalian capek, kalian istirahat saja, Oma juga mau istirahat tadi habis minum obat, Oma sedikit mengantuk," ucapnya berbohong.
Afikah tersenyum dan menghargai permintaan Vika, ia tidak memaksanya.
"Bawa istri kamu untuk istirahat, Kak!" pintanya.
Rayyan yang melihat sang oma sudah tidak nyaman karena ada Afikah segera mengajak Afikah pergi dari kamar itu.
"Kita biarkan Oma istirahat ya! kita ke kamar juga istirahat," ajak Rayyan
Afikah tersenyum. Mereka berdua keluar dari kamar Vika setelah berpamitan pada Vika.
Rayyan mengajak Afikah ke kamarnya. Rayyan membuka pintu kamarnya semerbak aroma maskulin khas Rayyan tercium saat Afikah masuk ke kamar itu. Bau yang sudah sangat dirinya hafal, bau parfum pemuda yang saat ini menjadi suaminya.
"Selamat datang di kamar aku, yang sekarang menjadi kamar kita berdua," ucapnya.
"Terima kasih, Mas."
Rayyan menggandeng tangan Afikah, ada perasaan canggung saat dirinya masuk kamar itu.
Rayyan masih menggandeng tangan Afikah dan tak mau melepasnya.
Afikah mulai gelisah, malu dan canggung. Rayyan menyuruh Afikah duduk di ranjangnya. Ia tak hentinya memandang Afikah, membuat gadis itu semakin malu, semburat merah di pipinya menandakan bahwa saat ini dirinya begitu malu. Rayyan semakin mendekat ke arah Afikah.
"A-aku mau ke kamar mandi, Mas," ucapnya.
Afikah segera berdiri. Ia langsung menuju kamar mandi. Rayyan tersenyum karena sudah berhasil menggoda istrinya.
Di dalam kamar mandi, Afikah masih mondar-mandir, ia mencoba meredam debaran di dadanya atas sikap Rayyan tadi. Bukannya Afikah belum siap, sudah menjadi tugasnya sebagai seorang istri melayani suaminya. Namun, ia masih merasa canggung, ini terlalu cepat untuknya.
Afikah ingin mengganti kebaya yang ia pakai dan juga mandi untuk menghilangkan capek di tubuhnya. Selesai mandi ia bingung harus memakai apa? Karena tas yang berisi pakaiannya masih berada di mobil yang lain. Afikah melihat ada piyama handuk, ia berinisiatif untuk memakainya.
Afikah keluar dari kamar mandi hanya menggunakan piyama handuk, dengan rambut yang masih basah dililit dengan handuk, hijab yang ia gunakan tadi terjatuh dan basah saat ia melepasnya.
Rayyan terlihat sibuk memainkan ponselnya, ia tidak menyadari kedatangan Afikah.
Afikah bingung harus memakai apa, tubuhnya sudah sedikit kedinginan karena kelamaan di kamar mandi.
Afikah duduk di sofa panjang karena sejak tadi Rayyan masih sibuk dengan ponselnya tidak menghiraukan kehadirannya. Afikah kedinginan, tubuhnya masih belum bisa beradaptasi dengan ruangan ber AC dalam waktu cukup lama.
Haciing!
Suara bersin Afikah menyadarkan Rayyan dari aktivitasnya, chating bersama sahabat-sahabatnya.
Rayyan mencari sumber suara tadi, di lihatnya Afikah duduk meringkuk menghadap ke jendela balkon kamarnya.
"Sayang ... kamu kenapa pakai piyama handuk yang sedikit basah, nanti kamu masuk angin," ucapnya khawatir.
"A-aku gerah memakai kebaya tadi, tas ranselku juga belum sampai," ucapnya polos.
"Kenapa nggak tanya aku?"
"Maaf, tadi saya lihat mas sibuk dengan ponselnya, saya takut mengganggu," ujarnya.
"Maaf ya, aku tadi nunggu kamu lama di kamar mandi, terus di ponsel aku ada banyak chat dari sahabat-sahabat aku, jadi aku balesin mereka," jelasnya.
Afikah mengangguk.
Rayyan mengajak Afikah menuju walking closednya.
Afikah terpanah dengan barang-barang mewah koleksi Rayyan, mulai dari sepatu, tas, sandal, jas. Semua tertata rapi di sana.
"Yang, ini milik kamu, semua sudah tertata rapi di sini mulai dari gamis, tunik, celana, outher, cardigan, hijab, sepatu, sandal dan tas, semua milik kamu," ucap Rayyan sambil menunjukkan walking closed berisi pakaian dan barang-barang wanita, dan semua itu barang-barang baru dan bermerek.
Afikah ternganga, Rayyan sudah menyiapkan semua untuknya. Afikah meneteskan air mata. Tidak menyangka Rayyan memperlakukannya seperti ini.
"Hei, kenapa nangis, hm ...?" tanyanya.
Afikah menggeleng, Rayyan mengelap air mata itu. Memeluk tubuh Afikah, mencium harum sampo di rambut Afikah yang sudah tidak tertutup handuk yang melilitya tadi. Afikah masih menenggelamkan kepalanya di dada bidang Rayyan membuat tubuh Rayyan mendapat reaksi berbeda sebagai pria normal. Mereka larut dalam perasaan. Tak mau sedikit pun melepas pelukan. Hingga Rayyan semakin berani berbuat lebih pada sang istri.
Rayyan menggendong tubuh Afikah ke ranjangnya, meminta persetujuan Afikah sebelumnya untuk melakukan penyatuan, ini baru pertama kali dirinya melakukan ini begitu juga Afikah. Tidak lupa mereka berdoa sebelum melakukan penyatuan.
Mereka berdua larut dalam gairah, Afikah memberikan mahkotanya yang selama ini ia jaga untuk suaminya, menyempurnakan tugasnya sebagai seorang istri melayani kebutuhan biologis sang suami, melakukan aktivitas yang sudah halal untuk mereka lakukan bahkan mendapatkan keridhoan dari Allah.
Entah mereka sudah melakukannya berapa kali, saat ini mereka sama-sama masih tertidur pulas.
Pukul setengah lima sore, Rayyan terbangun dari tidurnya. Mendapati Afikah yang terlelap di sampingnya membuat hatinya menghangat, mengingat aktivitasnya siang tadi bersama Afikah membuatnya tersenyum.
"Terima kasih, aku akan menjagamu dan akan selalu mencintaimu," lirihnya sambil mencium kening Afikah.
Afikah menggeliat, ia tersenyum. Seketika ia terkejut saat mendapati Rayyan duduk di sampingnya telanjang dada, perlahan ia mengingat aktivitasnya siang tadi, malu menjalar di hatinya, ia menunduk hingga Rayyan semakin ingin menggodanya, Rayyan mulai mendekat, Afikah yang menyadari itu, ia mulai berkilah.
"A-aku mau ke kamar mandi, pingin pipis," ucapnya malu.
Namun, sebelum beranjak, ia merasakan nyeri di bawahnya. Membuatnya refleks sedikit menjerit karena sakit saat di buat berjalan.
"Aw sakit!" jeritnya. Membuat Rayyan panik. Rayyan yang sudah memakai celana pendek mendekat Afikah.
"Sakit, ya? Maaf ... mungkin tadi aku terlalu kasar mainnya, maaf, ya," ucap Rayyan khawatir.
Afikah terdiam, malu rasanya. Apa lagi barusan Rayyan bilang seperti itu.
Tidak mau menunggu lama Rayyan langsung menggendong tubuh Afikah menuju kamar mandi, ia meletakkan tubuh Afikah di bath up dan menyuruh Afikah untuk berendam air hangat untuk mengurangi nyerinya.
"Kamu berendam dulu, ya. Supaya nyerinya sedikit hilang," ucapnya perhatian.
Dengan malu-malu Afikah mengangguk.
"Aku mandi dulu, setelah ini kita salat Asar berjamaah, waktunya sudah sedikit mepet."
Afikah mengangguk mengerti.
Sesampainya di Lombok, mereka langsung di jemput oleh pihak resort yang mereka sewa karena itu semua sudah bagian dari paket bulan madu yang mereka ambil.Sesampainya di resort, mereka segera di tunjukkan kamar mereka. Renata langsung berlari menuju balkon. Ia menatap indahnya pantai di balkon resort yang mereka tempati. Arka memeluk tubuh Renata dari belakang, membuat wanita cantik itu terkejut.“Bagaimana, suka?” tanyanya sambilencium leher Renata.“Iya, suka,” jawabnya.Arka langsung mencium bibir Renata dan Renata pun membalasnya. Ciuman itu semakin dalam membuat Renata mendesah. Arka semakin tertantang, jemarinya sudah menyusuri setiap inci tubuh Renata. Renata pasrah, wanita cantik itu menikmati setiap sentuhan sang suami. Detik berikutnya, Arka menggendong tubuh Renata dan membawanya ke dalam. Pengacara tampan itu membaringkan tubuh sang istri dan kembali melakukan aksinya. Renata dan Arka saling menikmati, mereka kembali menyatu dalam ikatan suci pernikahan.Hari-hari mereka
Pukul 07.30 Renata dan Arka sudah sampai di tempat acara. Sebelumnya, mereka akan di rias terlebih dulu di ruang yang berbeda.Rayyan dan Afikah beserta kedua buah hatinya sudah sampai lebih dulu karena ini adalah bagian dari tugasnya.“Gimana rasanya malam pertama?” bisik Rayyan menggoda Arka yang sedang berada di ruangan yang berbeda dengan Renata. Kebetulan di sana hanya ada mereka berdua, sehingga Rayyan merasa mempunyai banyak kesempatan untuk menggoda Arka. Pengacara tampan itu hanya mencebik menanggapi godaan sang kakak ipar.“Enak enggak? Jangan bilang kalau kalian belum melakukannya. Dilihat dari tampangmu itu kamu terlihat liar dan enggak sabaran?” cibir Rayyan semakin suka menggoda. Apalagi melihat ekspresi yang ditunjukkan Arka padanya, seolah pengacara tampan itu ingin memakannya.“Emang gimana tampang aku, Kak?” Akhirnya Arka buka suara.“Tampang-tampang liar di ranjang. Awas aja kalau adikku kesakitan,” godanya sekaligus sedikit memberi ancaman.“Sakit-sakit nikmat, Kak
Renata tersenyum samar melihat ekspresi Arka saat ia mengatakan dipingit, tetapi ia tidak bisa melakukan apa-apa. Memang itu yang dikatakan sang bunda dua hari yang lalu dan ia belum sempat mengatakannya pada Arka.“Pokoknya aku akan protes sama mereka semua. Aku enggak mau ada proses pingit. Aku tidak bisa tidak melihatmu barang sedetik saja, Ren. Lha, ini malah seminggu. Mereka sama saja membunuh semangat hidupku. Apalagi dalam minggu ini aku harus bolak-balik ke pengadilan untuk menangani beberapa kasus klienku. Aku enggak akan semangat bila tidak melihatmu,” ucapnya lirih. Ada perasaan takut, kecewa, dan marah. Ia tidak mau hal itu benar-benar terjadi.“Aku sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, Bang. Itu sudah keputusan mereka. Aku mah nurut aja,” balas Renata.“Nurut kalau tidak dipertemukan aku? Apa kamu sanggup, Ren? Aku jujur enggak sanggup,” ujarnya lirih dengan tatapan menelisik menghadap Renata.“Iya, aku tahu itu. Aku enggak akan sanggup juga, tapi aku harus bagaimana?” jawa
Satu minggu berlalu. Saat ini Renata sedang dirias di salah satu kamar di hotel bintang tujuh milik keluarga Adinata.Hari ini adakah hari pertunangan Renata dan Arka. Rayyan sengaja membuat pesta pertunangan ini dengan mewah. Awalnya Renata dan Arka menolak dengan alasan ingin bertunangan secara sederhana dan dihadiri keluarga inti saja, tetapi Rayyan sedikit memaksa sehingga mau tak mau mereka menurutinya.Acara terlaksana dengan lancar. Bukan hanya keluarga inti. Namun, juga beberapa staf rumah sakit dan kolega dari perusahaan Adinata. Devan dan Vika yang sibuk mengurus perusahaan di Singapura bersama Niken pun harus pulang ke Indonesia. Mereka berkumpul di acara itu.Upacara penyematan cincin pertunangan terlaksana, hingga acara terakhir yaitu doa bersama menurut kepercayaan masing-masing yang dipimpin Abah Syaifuddin karena tamu undangan bukan berasal dari agama Islam semua. Setelahnya acara dilanjutkan dengan ramah tamah. Semua tamu undangan berangsur pulang setelah acara ramah
Desy dan Ratna dengan cepat mengulurkan tangan pada Renata sambil tersenyum manis. Membuat Renata merasa canggung. Namun, ia pun segera membalas uluran tangan itu.“Ini, ya yang namanya Renata? Ternyata benar apa yang dikatakan Arka, kamu cantik banget pantas adik kami klepek-klepek sama kamu, bucin lagi,” ucap Desy antusias, membuat Renata mengernyit heran ke arah Arka yang hanya bisa garuk tengkuk.“Arka sudah banyak cerita tentang kami pada kami. Ternyata tipe Arka the best juga, dari segi fisiknya dapat semua, good looking.” Ratna ikut menimpali dengan memuji. Renata makin canggung, gadis cantik itu serba salah. “O iya, kenalkan, kami ini kakak sepupunya Arka yang tinggal di Kanada. Kebetulan Pak Nugraha adalah teman bisnis papa kami. Sehingga kami sekalian pulang kampung saat dapat undangan ini,” ucap Desy menjelaskan. Wajah cantik yang awalnya canggung, cemburu, kesal, dan keheranan pun terlihat lega.Renata mengembuskan napasnya perlahan, ia harus menjaga hatinya supaya tak t
Minggu ini Amirah, Afikah, dan Renata disibukkan dengan persiapan acara pernikahan Alika, putri Abizar dan Devina.Mereka harus bolak-balik datang ke rumah Ambar karena Devina meminta mereka membantu sampai tuntas acara pernikahan sang putri.Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari Pernikahan Alika dan Aiman. Renata sengaja tidur di sana karena Alika memintanya untuk menemani gadis itu.Pagi ini Alika dirias oleh MUA langganan Devina. Gadis cantik itu sudah bersiap sejak selesai salat Subuh. Renata masih setia menemani dan menenangkan Alika. Gadis cantik putri Abizar adik seayah dengan Rayyan yang sudah Renata anggap adiknya juga. Ya, sebelum menikah dengan Kenzo, Amirah pernah menikah dengan Abizar sahabat Kenzo. Kisah masa lalu yang sangat kelam dan penuh air mata dilalui Amirah, hingga Abizar sadar telah mencampakkan berlian seperti Amirah. Abizar pun bertaubat dan memilih meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studinya di Kanada. Di sana Abizar yang sudah berubah menjadi baik p
Allah selalu memberikan senyum di balik kesedihan. Allah selalu memberikan harapan di balik keputusasaan. Mencintaimu dengan sungguh-sungguh memberikan kebahagiaan di hatiku. Namun mencintai karena Allah kita mendapat nilai ibadah dan kebahagiaan yang lebih. Maka cintai aku karena Allah.(Aiman – Sang Penjaga Hati)***Devina dan Abizar membawa sang putri pulang, setelah gadis cantik itu sedikit tenang. “Nak Aiman, Ayah percaya padamu. Seperti yang kamu mau kami akan menerima keputusan itu dan menunggumu datang untuk Alika,” ucap Abizar sebelum keluar dari restoran.“Iya, Ayah. Aku berjanji, insya Allah tidak akan merusak kepercayaan kalian semua,” ucapnya sopan.***“Sayang, ayo sarapan dulu!” teriak Devina memanggil sang putri sambil mengetuk pintu.“Aku enggak lapar, Ma.”“Sayang, jangan seperti ini nanti kamu sakit. Ayo buka pintunya!” bujuk Devina sambil terus mengetuk.“Ma, biarkan Alika sendiri. Alika mau nenangin diri!” ucap Alika berteriak.“Sayang, Mama enggak mau kamu sa
Jika kita mengharap kebahagiaan atas apa yang tengah diperjuangkan, maka teruslah berusaha bersabar dan berusaha.(Aiman – Sang Penjaga Hati)Dua tahun lebih tiga bulan sudah Aiman dan Alika terpisahkan oleh jarak. Namun, jarak yang memisahkan tidak membuat hubungan mereka renggang. Bahkan hubungan Alika dan Aiman malah semakin dekat.Setiap hari hampir tak terlewatkan Aiman menghubungi Alika. Kalau pun bukan Aiman yang menghubungi dulu, Alika yang akan menghubungi pemuda tampan itu.Setelah pamit pada Gus Arsya, Aiman mengambil barang-barangnya yang ada di kantor Madrasah Diniyah. Suka duka ia rasakan selama dua tahun ini bersama para santri tahfiz. Bahagia ia rasakan karena bisa mengamalkan ilmunya untuk para penghafal Alquran yang ada di pesantren itu.Setelah pamit pada Ustaz dan Ustazah juga para santri-santrinya dengan penuh keharuan, ia pun pulang ke rumah sang kakek untuk mengambil barang-barangnya yang sudah ia siapkan.“Kek, Nek. Aku kembali ke Jakarta hari ini juga. Kakek d
***Cinta tidak hanya membutuhkan tuntutan dan harapan. Namun cukup dengan ketulusan dan kepercayaan. Sedangkan janji membuat hubunganmu lebih kuat. Karena akan menunjukkan seberapa banyak yang dapat kamu lakukan untuk cintamu.(Aiman – Sang Penjaga Hati)Alika masih terdiam. Ia berusaha meredam gejolak di hatinya. Mendengar gombalan yang baru saja Aiman lontarkan. Ia tidak menyangka Aiman bisa melakukan itu. Jujur hati siapa yang tidak berbunga, diperlakukan istimewa dengan kata manis oleh laki-laki pujaan hatinya yang sangat ia cintai.“Alika Putri Abizar Alfatikh, kok malah diem sih? Asal kamu tahu, aku enggak perlu diminta oleh Ayah atau pun Bunda untuk membujuk permaisuri hatiku. Calon makmumku,” ucapnya sambil melihat wajah Alika yang semakin merona menahan gejolak.“Ka-kalau Kakak hanya berniat menjatuhkanku, enggak usah melambungkan hatiku. Kakak tahu ‘kan jatuh itu sakit?” ujarnya sambil menunduk.“Aku enggak melambungkanmu. Karena aku mengatakan ini sesuai dengan isi hati
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments