Beranda / Rumah Tangga / Istri Tawanan CEO Kejam / Bab 74: Betapa Lemahnya Dia

Share

Bab 74: Betapa Lemahnya Dia

Penulis: Suhadii90
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-20 20:52:19
Tristan berjalan cepat keluar dari tempat itu, menggandeng Revana yang masih terlihat ragu-ragu.

Ia bisa pingsan jika terlalu lama berada di dalam café tadi, di tengah keramaian yang hanya menambah rasa sesak di dadanya.

Kini, mereka berada di tempat yang lebih sepi, di taman kecil dengan bangku panjang yang tampak sepi dari pengunjung. Hanya ada Tristan dan Revana di sana, dalam keheningan yang kian menambah jarak di antara mereka.

Revana sekali lagi membuang muka setelah melepaskan genggaman tangan Tristan, tak ingin memperlihatkan ekspresi hatinya yang berkecamuk.

Tristan, dengan penuh kasih, mengusapi perut buncit istrinya yang sedang hamil besar. Ia menunduk, mencium perut itu dengan penuh cinta. “Apa kabar kamu di sini, Sayang? Kamu tidak menyusahkan ibumu, kan?” bisiknya lirih, seakan berbicara langsung kepada calon buah hati mereka.

Revana merasakan sentuhan lembut Tristan di perutnya, namun ia segera menyingkirkan tangan suaminya itu. Tatapannya dingin dan datar saat ia menata
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 75: Jangan Menyiksanya Terlalu Lama

    Rumah sakit itu terasa dingin, meski udara luar cukup hangat. Lampu-lampu putih menerangi lorong panjang yang sepi, hanya terdengar suara langkah-langkah tergesa dan bunyi mesin di kejauhan.Tristan baru saja dibawa ke ruang gawat darurat setelah pingsan di taman. Untungnya, seorang teman yang kebetulan berada di café segera memanggil ambulans dan membawanya ke rumah sakit.Revana kini berdiri di depan pintu ruang IGD, matanya merah dan bengkak akibat tangis yang tak henti-henti sejak tadi.Pikirannya masih dipenuhi dengan bayangan Tristan yang tergeletak tak sadarkan diri, kulitnya yang pucat dan napasnya yang lemah membuat hati Revana terasa seperti ditikam.Tak lama kemudian, dua sosok yang sangat dikenalnya muncul di ujung lorong. Gave dan Hendri, dua orang kepercayaan Tristan, berjalan cepat menghampiri Revana. Ekspresi mereka serius, penuh kekhawatiran.“Revana …,” suara Hendri pecah di udara saat melihat wajah adik iparnya. Ia sedikit terkejut melihat Revana setelah sekian lama

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 76: Jangan Pergi lagi

    Tristan membuka matanya secara perlahan setelah satu hari lamanya tidak sadarkan diri. Kegelapan dan kebisingan yang mengelilinginya perlahan-lahan memudar, meninggalkan keheningan yang menggetarkan.Lampu-lampu redup di kamar rumah sakit menyebar cahaya lembut ke wajahnya, yang kini mulai merasakan kehangatan dan kelembutan dari sesuatu yang lebih berharga daripada apa pun di dunia ini.Revana, yang masih setia menemani Tristan, berada di samping ranjang dengan tatapan cemas namun penuh kasih. Dia tidak pernah meninggalkan sisi Tristan selama waktu-waktu kritis itu.Saat Tristan membuka matanya, Revana langsung menoleh. Ada kelegaan yang tergambar di wajahnya, seolah seluruh dunia akhirnya kembali ke tempatnya yang semestinya.“Sayang …,” Tristan berucap lirih, suaranya nyaris seperti bisikan angin di tengah malam. Meski tubuhnya masih lemas dan terasa berat, ia tetap berusaha untuk bangun.Kepalanya berdenyut-denyut seperti sebuah drum yang tidak mau berhenti, tetapi dia berusaha me

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 77: Peluh Pelebur Rindu

    Dua hari setelah Tristan diperbolehkan pulang oleh dokter, mereka akhirnya memutuskan untuk meninggalkan villa tempat mereka tinggal sementara waktu.Revana, yang sangat peduli dengan kesejahteraan Tristan, mengajaknya menuju tempat tinggalnya selama di Bali—sebuah kostan sederhana yang telah menjadi rumah mereka sementara.Meskipun Tristan tahu Revana memiliki pengaturan yang sederhana, dia tetap tidak bisa menahan rasa ingin tahunya untuk melihat tempat itu.Ketika mereka tiba di kostan, Tristan terperangah melihat betapa kecil dan sederhana tempat tinggal Revana. Ruangan yang sempit dan perlengkapan yang minim benar-benar berbeda dari apa yang biasa ia bayangkan.Lantai yang tidak rata, dinding yang penuh dengan bekas-bekas, dan perabotan yang sudah usang membuat Tristan merasa tidak nyaman.“Revana … ini ….” Tristan menatap horror tempat itu, suaranya penuh dengan kekagetan dan kekhawatiran. “Ini tidak bisa disebut sebagai tempat tinggal. Bagaimana kamu bisa tinggal di sini?”Reva

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 78: Satu Kali lagi

    Pagi itu, matahari baru saja mengintip dari balik tirai-tirai langit, menciptakan semburat keemasan yang menerobos jendela kamar. Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi. Namun, keheningan masih menyelimuti ruangan itu, seolah waktu enggan bergerak maju.Revana membuka matanya perlahan, kelopak matanya yang masih berat oleh sisa-sisa mimpi berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya yang mulai merebak.Ia menoleh ke arah samping, di mana Tristan terbaring di sampingnya, tubuhnya masih memeluk erat, seolah takut kehangatan itu akan hilang jika ia melepaskan genggamannya.Senyum kecil terulas di bibir Revana, tipis namun penuh makna. Ia menatap wajah sang suami yang masih tenggelam dalam tidur, dengan mata yang masih tertutup rapat.Di balik ekspresi damai itu, tersimpan sosok yang begitu ia kagumi, yang dulu hanya menginginkan dirinya sebagai seorang istri tanpa cinta, namun kini telah memberikannya cinta yang tak pernah ia bayangkan akan ia rasakan.“Jangan dulu membuka matamu. Aku ingin m

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 79: Bukan Siapa-siapa lagi

    Langit senja di pesisir pantai mulai berubah warna, perlahan-lahan mencampurkan semburat jingga dengan warna biru yang masih tersisa di langit. Angin laut berhembus pelan, menggiring gelombang kecil yang bergulung lembut ke tepian.Di tempat ini, di tepian dunia mereka yang tenang, Revana dan Tristan berjalan beriringan di atas pasir yang lembut. Mereka memilih untuk tidak berbicara lebih dulu, membiarkan suara ombak menjadi latar dari percakapan yang belum dimulai.“Kenapa kamu pergi? Padahal aku punya kabar baik saat itu.” Suara Tristan memecah keheningan, lembut namun sarat akan beban. Matanya menatap lurus ke depan, menelusuri garis pantai yang seolah tak berujung.Revana berhenti sejenak, menoleh ke arah Tristan. Matanya menyelidik, seolah mencari jawaban di balik kata-kata yang baru saja dilontarkan sang suami.Mereka melangkah pelan, menyusuri pesisir pantai di dekat villa mereka, tempat di mana banyak kenangan terukir di antara butiran pasir dan deburan ombak.“Aku pergi hanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 80: Pamit

    "Apa kamu yakin, tidak akan kembali lagi padanya?" tanya Revana, suaranya lembut tapi tegas, seolah mencoba menembus dinding pertahanan terakhir yang Tristan mungkin bangun di antara mereka.Matanya mencari-cari di wajah Tristan, berharap menemukan kebenaran yang tidak bisa diungkapkan hanya dengan kata-kata.Tristan menatap Revana dengan mata yang lembut namun penuh keyakinan. “Apa kamu melihat keraguan dalam ucapanku? Kamu pikir, selama ini aku tidak tersiksa ketika kamu pergi?” suaranya rendah, penuh dengan perasaan yang sudah lama terpendam.“Bahkan selama dua minggu saat bersama dengan Aluna pun aku selalu memastikan kamu baik-baik saja di rumah. Pikiran dan hatiku hanya padamu meski saat itu aku sedang bersama dengan Aluna.”Revana diam, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Tristan. Ada kejujuran di sana, ada rasa sakit yang terdengar jelas, tetapi juga ada cinta yang seolah ingin meyakinkan dirinya.“Aku tidak jujur padamu karena aku tidak ingin kamu kepikiran, apala

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 81: Masih Merindu

    Angin sore menyapu lembut wajah Revana saat ia melangkah keluar dari pintu kedatangan bandara. Suara-suara riuh para penumpang dan lalu lalang orang-orang yang menjemput berpadu menjadi satu, menciptakan simfoni kehidupan yang mengisi telinga. Di sampingnya, Tristan berjalan dengan tenang, tangan kanannya menggenggam koper mereka, sementara tangan kirinya sesekali menyentuh punggung Revana dengan lembut, seolah takut jika perempuan itu kembali pergi menghilang.Tiba-tiba, ponsel Revana bergetar di dalam tasnya. Ia merogoh dengan cepat dan melihat nama yang tertera di layar. "Dea." Dengan sigap, ia menerima panggilan itu. “Halo, Dea? Ada apa?” tanyanya, mencoba menyembunyikan kegugupan di suaranya.“Kenapa nomormu baru aktif? Dari tadi aku telepon tapi nggak aktif. Aku khawatir tahu!” terdengar suara Dea yang penuh kekhawatiran di ujung sana, suaranya sedikit meninggi, memarahi sekaligus melampiaskan kekesalannya karena selama ini tidak bisa menghubungi Revana.Revana terkekeh pelan,

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 82: Revana Jauh Lebih Baik

    Dengan satu gerakan cepat, Tristan kembali menundukkan kepalanya dan mencium bibir Revana dengan lebih agresif. Revana merasakan tubuhnya dipenuhi gelombang panas yang menggairahkan. Ia tahu ke mana arah ini akan berlanjut, namun ada sesuatu tentang bagaimana Tristan mendekapnya kali ini yang membuatnya lebih bersemangat.“Mas ...,” ucap Revana setengah berbisik, setengah mendesah, saat Tristan mulai menjelajahi lehernya dengan ciuman-ciuman lembut namun berapi-api.Tristan menghentikan sejenak kegiatannya, mengangkat kepalanya untuk menatap Revana. “Apa?” tanyanya pelan, tapi dengan mata yang penuh gairah. "Kamu tahu aku tak bisa menahan diri kalau kamu sudah di hadapanku begini. Aku selalu merindukanmu, setiap detik yang kita lewatkan berpisah terasa begitu berat bagiku."Revana menggigit bibir bawahnya, matanya memandang Tristan dengan penuh cinta. “Aku juga, Mas. Aku selalu merindukanmu, bahkan ketika aku merasa marah padamu,” jawabnya jujur.Mendengar itu, Tristan tersenyum dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24

Bab terbaru

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 133: Akhir Bahagia Kita

    Tristan yang sejak tadi diam, mengangguk kecil. Ia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Gave. Tak butuh waktu lama, suara Gave yang penuh semangat terdengar dari seberang."Laura di sana? Serius? Dia melahirkan?!" seru Gave, suaranya melonjak kegirangan. Terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa, seperti Gave sedang berjalan sambil berputar-putar karena terlalu bahagia."Iya, Laura ada di sini. Bayi kalian lahir dengan selamat," jawab Tristan sambil tersenyum kecil.Dari seberang, suara Gave terdengar gemetar penuh haru. "Aku memang ingin menikahi Laura. Aku sudah mengajukan cuti untuk menyiapkan semuanya. Aku tidak menyangka bayi kami lahir lebih cepat dari prediksi dokter. Aku akan segera ke sana!"Tristan menutup telepon dan menatap Revana dengan tatapan geli. "Nah, kamu dengar sendiri, kan? Semua sudah jelas sekarang."Ketika Gave akhirnya tiba di rumah sakit, suasana menjadi semakin hangat. Dengan wajah penuh kerinduan, ia memeluk Laura erat, mengecup keningnya, lalu mengali

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 132: Dia Kekasih Gave

    Revana akhirnya mengangguk pelan, meskipun hatinya masih penuh dengan keraguan dan luka.Sementara Tristan dan Hendri membantu wanita itu berjalan ke luar rumah, Revana berdiri diam di ambang pintu, menyaksikan mereka dengan campuran emosi yang tak terungkapkan."Revana!! Kenapa kamu diam. Ayo kita ke mobil. Tuntun Laura, cepat." Suara Tristan meninggi pada Revana.Revana mendengkus kesal dan tanpa suara air matanya menetes saat membukakan pintu mobil. Sementara erangan Laura makin membuat suasana begitu menegangkan."Aagh ... Aduh!" tak urung Laura memegang erat tangan Revana menahan rasa sakit tak tertahankan yang sebentar datang lalu reda. Lalu datang lagi sakitnya.Tristan mengemudi. Hendri dan Revana duduk di jok belakang di sisi kiri kanan Laura, sementara Laura merintih dengan wajah pucat.Jeritan Revana memenuhi lorong rumah sakit, bergema seperti sembilu yang menyayat hati Revana.Napasnya memburu, dadanya berdebar, namun bukan karena rasa simpati.Ia duduk di kursi tunggu d

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 131: Membawa Seorang Wanita?

    Revana menatap meja makan dengan rasa puas. Ia merasa seperti ini adalah momen yang tepat.Sebentar lagi Tristan akan pulang, dan mereka akan merayakan ulang tahunnya bersama keluarga kecil mereka. Namun, di balik itu semua, ada sebuah kabar besar yang ingin ia bagi—kabar yang akan mengubah segalanya.Dengan hati yang penuh harapan, Revana duduk di kursi dan menunggu. Waktu terasa berjalan begitu lambat, seakan momen yang diinginkan belum tiba.Tetapi, ia tahu, kejutan ini akan menjadi awal dari babak baru dalam hidup mereka. Sebuah babak yang akan membuat mereka semakin dekat, semakin kuat, dan semakin bahagia.Tak lama kemudian, terdengar suara pintu terbuka, dan langkah kaki Tristan masuk ke dalam rumah. Revana berdiri, matanya bersinar penuh kebahagiaan, siap untuk memberi kejutan yang sudah ia siapkan dengan penuh cinta.Bau kue manis masih tercium di dapur ketika suara pintu depan terbuka. Revana, yang tengah mengatur meja makan, mendongak dengan senyum lebar di wajahnya."Mas T

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 130: Kejutan untuk Suami

    Revana menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. Semua pengorbanan, semua perjuangan yang mereka lakukan, kini membuahkan hasil yang indah.Mereka bukan hanya pasangan, tapi juga sahabat sejati, yang saling mendukung dalam segala hal. Mereka telah melewati masa-masa sulit, dan kini mereka bisa menikmati momen-momen indah ini bersama.Ketika Naira kembali berlari ke arah mereka, wajahnya dipenuhi kegembiraan yang tak terbendung, Revana dan Tristan saling berpandangan, dan senyum lebar pun terukir di wajah mereka.Mereka tahu, kebahagiaan ini adalah hasil dari cinta yang telah tumbuh dalam hati mereka, dari segala perjuangan yang mereka lakukan bersama.Pada saat itulah, Revana merasakan kebahagiaan yang sejati, sebuah kebahagiaan yang tak terduga.Cinta yang dulu hanya dimulai dari keinginan sementara, kini berubah menjadi sebuah ikatan yang tak terpisahkan. Dalam pelukan keluarga kecil mereka, Revana merasa dunia ini penuh dengan kemungkinan yang tak terbatas.Dan dengan suara gelak

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 129: Holiday Time!

    Pantai itu tampak indah dengan pasir putih yang membentang luas, dipadu dengan air laut yang berkilauan di bawah sinar matahari.Ombak datang bergulung-gulung, menghantam bibir pantai, menciptakan suara gemuruh yang menenangkan.Di tengah pemandangan yang menakjubkan itu, Tristan, dengan wajah lelah, berlari mengejar seorang gadis kecil yang tak kenal lelah, Naira.Matanya yang penuh kegembiraan dan keceriaan, tak bisa berhenti berlari di sepanjang garis pantai, membiarkan pasir menempel pada kaki telanjang kecilnya."Naira! Jangan lari ke sana, sayang!" seru Tristan dengan napas terengah-engah, mencoba mengejar anaknya yang semakin menjauh.Namun Naira justru tertawa riang, melangkah lebih cepat, seolah menikmati kebebasannya yang tidak terbatas.Dengan senyum penuh ceria, dia menoleh sebentar untuk melihat ayahnya, seolah mengatakan, "Kejar aku, Papi!" Lalu, tanpa peringatan, dia berlari lagi, menari-nari di tepi laut, membiarkan ombak menerjang kakinya yang mungil.Tristan tersenyu

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 128: Party for You

    Pesta itu meriah. Lampu-lampu indah berpendar di seluruh sudut ballroom yang luas, menciptakan atmosfer magis yang terasa seperti sebuah dunia terpisah.Para tamu berdiri, berbincang, dan tertawa, sementara musik lembut mengalun dari panggung, menambah kehangatan suasana.Di tengah keramaian itu, Tristan berdiri di depan mikrofon, mengenakan jas hitam yang sempurna, dengan senyum yang penuh kasih sayang untuk satu orang yang paling ia cintai di dunia ini—Revana.“Selamat malam semuanya,” suara Tristan menggema, menyentuh hati setiap orang yang mendengarnya Anggukan tamu undangan menjawab sapa Tristan. “Terima kasih telah hadir di acara spesial kami malam ini. Hari ini, aku dan Revana merayakan dua tahun yang penuh kebahagiaan, dan aku ingin berbagi sedikit cerita dengan kalian semua.”Revana berdiri di sampingnya, wajahnya terlihat begitu cantik dengan gaun merah yang berkilau, rambut panjangnya yang tertata rapi menambah pesona.Matanya memandang Tristan penuh cinta, seolah tidak p

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 127: Permintaan Maaf Michael

    Ruangan kantor terasa hening. Hanya suara jam dinding yang berdetak lembut menemani dua pria itu. Michael duduk di kursi di hadapan Tristan, wajahnya tertunduk dalam, menahan air mata yang sudah menggenang sejak tadi.Tristan baru saja menceritakan detail kejadian yang menimpa Mami karen ulah Alfrod. Sehingga Mami akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir.Michael tahu tidak ada kebohongan di sana. Semua yang dikisahkan Tristan mendukung bukti yang ia temukan.Sementara itu, Tristan bersandar di kursinya, menatap adiknya dengan tatapan yang sulit diartikan—campuran kasih sayang dan rasa prihatin. Mengenang masa lalu itu begitu pahit dan nyeri bagi mereka berdua.“Michael, semua rasa ingin tahumu sudah terjawab. Bukti kuat sudah kamu dapatkan,” suara Tristan memecah keheningan. Lembut tapi tegas, seperti pelukan yang menenangkan.“Ada yang ingin kuberitahukan padamu. Sesuatu yang selama ini kupendam dan ingin kamu lakukan.”Michael mengangkat wajahnya perlahan, mata merahnya bertem

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 126: Penyesalan Michael

    Satu bulan telah berlalu sejak insiden penembakan di kantor Tristan. Kehidupan perlahan kembali seperti biasa.Luka di tubuhnya memang sudah sembuh, tapi Tristan tahu, luka di hatinya dan keluarganya butuh waktu lebih lama untuk pulih.Bagaimanapun Alfrod adalah keluarga dan kini semua berakhir seperti ini. Tristan kadang tidak percaya ini akhir persaudaraan mereka. Kadang rasa sedih sebagai satu dalam ikatan saudara masih saja ada.Pagi itu, suasana di kantor terlihat tenang. Tristan duduk di balik meja kerjanya, menandatangani beberapa dokumen penting.Cahaya matahari menyelinap melalui jendela besar di belakangnya, menciptakan siluet yang menonjolkan ketegasan wajahnya.Pintu ruangannya terbuka perlahan. Michael melangkah masuk dengan ragu-ragu, membawa dua cangkir kopi. "Kupikir kamu butuh ini," katanya pelan, menaruh salah satu cangkir di meja Tristan.Tristan mendongak, tersenyum kecil. “Terima kasih. Duduklah. Apa kabarmu Michae

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 125: Jangan Lakukan itu lagi

    Tristan tersenyum penuh kemenangan. Dengan hati-hati, ia meraih bayi kecil itu dan meletakkannya di pelukan.Naira menggeliat kecil sebelum kembali tertidur dengan damai. Perasaan hangat menyelimuti dada Tristan. "Aku merindukanmu, Sayang," bisiknya lembut. "Bayiku yang cantik dan manis."Revana tersenyum melihat pemandangan itu, meski ia tetap mengawasi dengan cermat. “Aku akan membuatkan sup untukmu. Jangan coba-coba bergerak dari sini.”“Baiklah. Aku tidak akan pergi ke tempat gym, Sayang.” Tristan menjawab dengan nada bercanda, membuat Revana mendengus kecil sebelum pergi ke dapur.Saat Revana sibuk di dapur, Tristan duduk di tempat tidur sambil berbicara pelan dengan Naira. “Kamu tahu, Nak? Papi akan memastikan dunia ini aman untukmu. Apa pun yang terjadi, kamu tidak perlu takut.”Pintu depan terdengar diketuk, dan beberapa saat kemudian Gave muncul di ambang pintu kamar. "Aku boleh masuk?"&ldq

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status