“APA? Menikah denganmu?”
Samantha merasa jika Dante adalah pria bajingan yang sedang mempermainkannya. Bagaimana bisa pria itu menginginkan hal tidak masuk akal seperti pernikahan pada pertemuan pertama mereka? Tidakkah Dante tahu apa yang dia bicarakan sekarang?“Lebih tepatnya menikah kontrak denganku. Aku ingin kamu menjadi istri kontrakku selama satu tahun. Jika kamu melakukannya, aku tidak hanya melupakan masalah adikmu yang merusak mobil seharga delapan belas juta dollar itu. Tapi aku juga akan memberimu satu juta dollar jika kinerjamu memuaskan.”“Tapi, kenapa?” Samantha tidak mengerti, kenapa Dante mengajaknya menikah kontrak?“Aku mempunyai alasanku sendiri dan kamu tidak perlu tahu hal itu. Tapi, semua kembali pada keputusanmu sendiri. Jika kamu merasa keberatan, kamu hanya harus mengganti rugi atau aku akan menyeret adikmu ke penjara.”Astaga Ya Tuhan. Kenapa pria ini memberi Samantha pilihan yang begitu sulit? Tetapi bukankah menikah kontrak selama satu tahun sedikit lebih baik daripada adiknya harus mendekam di penjara?“Apa yang harus kulakukan jika seandainya menerima tawaranmu itu? Apa aku juga harus memenuhi kepuasan seksualmu dan sebagainya?”Samantha ingin memastikan tugas apa saja yang harus ia lakukan saat menjadi istri kontrak seorang Dante Adams. Rasanya tidak adil jika ia harus kehilangan kesuciannya pada seorang pria yang tidak ia cintai meski sebelumnya ia berbicara omong kosong tentang melakukan apapun untuk Dante.“Tentu tidak. Aku membutuhkanmu untuk beberapa hal, tapi tidak dengan itu.” Dante menjawab dengan yakin.“Bagaimana kamu bisa seyakin itu? Apa yang akan kamu lakukan untuk meyakinkanku bahwa kamu tidak akan mengambil kesempatan? Jujur saja, aku tidak ingin rugi.”Dante tersenyum sinis. Menatap Samantha yang tiba-tiba berubah menjadi lebih percaya diri dari sebelumnya. “Tapi Nona Rayne. Bicara soal rugi, orang yang sebenarnya rugi di sini adalah aku,” ucapnya.“Aku tahu, Tuan Adams. Tapi aku—”“Pokoknya kamu tidak perlu khawatir aku akan melakukan hal tidak senonoh padamu. Jika kamu setuju menerima tawaranku, aku akan memasukkan hal tersebut ke dalam kontrak. Jadi kamu tidak perlu takut.”Entah mengapa Dante mendadak sedikit kesal. Baru kali ini ada seorang wanita yang secara tidak langsung menolak dirinya. Biasanya para wanita akan memohon agar Dante menyentuhnya, tapi tidak dengan Samantha Rayne.Samantha bergumam pelan. Ia terus memainkan bibirnya dengan menggigit lembut permukaan nan ranum itu. Membuat Dante secara tak sadar meneguk salivanya dengan sedikit payah hingga menaik turunkan jakunnya.“Baiklah kalau begitu. Aku rasa tidak ada pilihan lain bagiku selain menerima tawaranmu, Tuan Adams.”Itulah yang Jasper maksud saat merancang rencana ini dengan matang. Membuat Samantha berada di titik tidak mempunyai pilihan sama sekali selain menerima tawaran Dante. Jujur saja Jasper merasa sangat bangga pada dirinya sendiri, meski ia harus menempatkan orang lain pada posisi yang sulit.“Keputusan yang bagus. Kita akan membahas detailnya besok setelah jam makan siang. Jika kamu datang terlambat, maka aku akan menganggap kamu menolak tawaranku.”Samantha memaksakan kedua sudut bibirnya untuk tersungging ke atas. Entah sudah berapa kali totalnya ia memaksakan diri untuk tersenyum hari ini. “Kalau begitu, aku permisi. Sampai jumpa besok, Tuan Adams. Dan selamat siang.”“Sampai jumpa, Nona Rayne. Aku tidak akan mengantar.”Samantha masih mempertahankan senyum di bibirnya dan menganggukkan kepala pada Jasper yang juga ikut beranjak. “Tidak perlu mengantarku, Tuan Williams,” ucapnya kemudian melangkah keluar dari ruangan Dante.Sepeninggal Samantha, Jasper langsung memosisikan diri di sofa tempat Samantha duduk sebelumnya. “Kurasa dia sangat gugup tadi. Sofanya terasa cukup panas,” celetuknya.Dante hanya merespon dengan menggelengkan kepala. Pria itu masih duduk di posisinya tetapi kakinya sudah tidak disilang lagi. “Dia bilang tidak ingin rugi. Apa maksudnya? Apa dia masih perawan atau bagaimana?” Dante yakin seratus persen jika konteks yang dimaksud Samantha tadi adalah tentang itu.“Entahlah. Tapi, mungkin saja. Laporan dari penyelidikan latar belakangnya menyatakan jika dia tidak pernah berkencan.” Jasper menyandarkan punggungnya. “Tapi kenapa kamu memikirkan hal itu? Jangan bilang kamu merasa terganggu hanya karena ucapannya itu.”“Aku juga tidak berkencan, tapi bukan berarti aku masih perjaka. Hal yang sama juga pasti berlaku untuknya. Aku hanya tidak terima dia memandangku seperti itu, bagaimana bisa seseorang merasa rugi karena disentuh olehku?” Dante menggeram.“Ayolah, Dante. Untuk apa memikirkan hal itu? Seharusnya sekarang kamu merasa senang karena wanita itu sudah masuk ke dalam perangkap.” Jasper mengingatkan poin penting yang terjadi hari ini.“Kamu benar. Aku pasti kehilangan pikiranku tadi, makanya merasa kesal. Astaga!” Dante menyemburkan napas kasar.“Jadi sekarang bagaimana? Apa kamu ingin aku mengurus pernikahan kalian dan sebagainya? Atau kamu akan mengurusnya sendiri bersama dengan Nona Rayne?”Dante menatap Jasper yang duduk di seberang dengan wajah masam. “Apa maksudmu? Kenapa aku harus melakukannya bersama wanita itu?” tanyanya tak senang.“Yah, kupikir kamu mungkin saja ingin sedikit mengenalnya. Kamu tidak tahu apapun tentangnya. Dan dia pun sama, tidak tahu apapun tentangmu. Menurutku tidak ada salahnya untuk menyiapkan pernikahan bersama, hitung-hitung sekalian kencan.”“Kamu pikir aku punya waktu untuk itu?” ucap Dante kemudian menghela napas berat. Jika ia punya cukup waktu untuk berkencan, ia sudah melakukannya sejak dulu kemudian menikah dengan wanita pujaannya itu. Bukannya menikah kontrak dengan seorang wanita asing yang tidak dikenalnya sama sekali.“Kamu bukannya tidak punya waktu, Dante. Kamu hanya tidak mau.”Sebenarnya Dante bisa saja berkencan seperti yang dilakukan oleh pria dewasa normal biasanya. Tetapi pria itu selalu berlindung di balik ‘kesibukan’ dan menolak untuk memiliki hubungan dengan lawan jenisnya. Sebenarnya Jasper sendiri tidak mengerti dengan isi pikiran Dante. Pikirannya begitu rumit dan berbelit.“Aku hanya memberi saran. Bagaimana kalian akan berakting seolah saling mencintai di depan orang tuamu nanti jika pengetahuan tentang satu sama lain saja tidak ada? Kamu tidak bisa mengenal Samantha Rayne hanya dengan membaca laporan tentangnya, Dante.”Dante memutuskan untuk beranjak dari duduknya dan melangkah menuju jendela untuk menatap pemandangan di luar sana. Diceramahi Jasper seperti ini benar-benar membuat Dante merasa jengkel. Tapi yang dikatakan sahabat sekaligus tangan kanannya itu ada benarnya juga.“Aku akan mengajaknya untuk menyiapkan beberapa hal. Seperti gaun pengantin, cincin pernikahan, dan kue. Hanya tiga hal itu saja, sisanya kuserahkan padamu.”Jasper tersenyum lebar saat mendengar Keputusan Dante. “Oke. Lalu tentang kontrak, apa ada hal yang ingin kamu tambahkan lagi di dalamnya sebelum pertemuan besok?”“Aku ingin kamu menambahkan bahwa pihak B harus mematuhi semua peraturan dan ucapan pihak A tanpa terkecuali. Serta pihak B harus bersedia melakukan kontak fisik seperti berpegangan tangan, berpelukan, atau berciuman jika terjadi situasi mendesak.”Dante terus mengetukkan jari tangannya sementara kedua matanya menatap pintu ruangan dengan gelisah. Jam makan siangnya telah berakhir dua puluh menit yang lalu tetapi Samantha masih belum menampakkan batang hidungnya. “Apa dia berubah pikiran? Sudah dua puluh menit berlalu tapi dia masih belum datang.” Dante bergumam menatap Jasper. “Dia tidak berubah pikiran, Dante. Hanya saja kamu tiba-tiba merubah jam makan siangmu. Sebelumnya dia bertanya padaku pukul berapa seharusnya dia datang dan aku menyarankannya sesuai dengan jadwal makan siangmu biasanya. Jadi, bukan salahnya karena masih belum datang sekarang.” “Lalu maksudmu ini salahku?” “Aku bukan menyalahkanmu, aku hanya memberimu jawaban atas kemungkinan mengapa Nona Rayne belum juga datang. Lagi pula di luar sedang hujan. Dia pasti kesulitan mendapat taksi.” Dante menatap Jasper dengan sedikit heran. “Kenapa kamu memanggilnya dengan formal begitu? tanyanya. “Memangnya kenapa? Aku hanya … tunggu sebentar, ponselku bergetar.” De
Samantha sedikit merenung memikirkan bahwa kurang dari tiga minggu lagi dia akan menikah. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pernikahan. Hal itu jelas impian bagi setiap wanita yang jatuh cinta pada pasangannya sehingga ingin menghabiskan seluruh hidupnya bersama orang itu. Namun dalam kasus Samantha, pernikahan justru bagaikan sesuatu yang akan menawan hidupnya. Samantha tidak mengenal Dante. Sedikit pun tidak. Tetapi dia akan menghabiskan satu tahun penuhnya untuk menjadi istri kontrak pria itu. Entah dosa apa yang telah Samantha lakukan di masa lalu hingga harus terjebak dalam situasi rumit dan konyol seperti pernikahan kontrak. Samantha hanya berusaha untuk berlapang dada menerima semua hal itu. Jika saja bukan demi Elnathan Rayne, Samantha tidak akan bertindak sejauh ini. “Hey, memikirkan apa?” Nicole menyikut Samantha dengan lengannya. “Bukan apa-apa. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu.” Samantha berusaha tersenyum meski terlihat jelas senyumnya begitu canggung. “Memiki
Malam ini Dante memutuskan untuk pulang lebih awal dan makan malam bersama keluarganya. Dante merasa ini adalah waktu yang tepat untuk memberi tahu orang tuanya tentang rencana pernikahannya dengan Samantha. Sekarang, pria itu duduk di ruang makan bersama ibu, ayah, serta adiknya. Di seberang Dante, Nyonya Adams sama sekali tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya saat melihat putranya itu duduk di meja makan malam ini. Biasanya Dante selalu beralasan jika ibunya menyuruh untuk pulang lebih awal agar bisa makan malam bersama. Tetapi malam ini pria itu duduk dan menikmati makan malamnya dengan tenang. Tidak ada perasaan curiga sedikitpun di benak Nyonya Adams mengapa putranya itu mau duduk makan bersama. Ia hanya kelewat senang hingga tak memikirkan apapun. Dante meletakkan sendok makannya di atas piring. Kemudian menatap ibu dan ayahnya secara bergantian. Dante sudah siap untuk mengumumkan rencana pernikahannya dengan wanita pilihannya. “Sebenarnya, aku ikut makan malam hari ini
Saat ini Samantha dan Dante sedang duduk di dalam sebuah ruangan khusus bersama dua orang staf yang menjelaskan dengan detail perihal cincin yang direkomendasikan. Samantha tidak tahu jika di dunia ini ada hal-hal semacam ini. Saat Dante menyuruhnya datang ke mari untuk memilih cincin pernikahan, Samantha mengira mereka akan memilihnya di counter depan. Samantha tahu, Dante adalah pria kaya raya. Tetapi Samantha sama sekali tidak menduga jika pria itu akan begitu totalitas seperti sekarang. Padahal Dante bisa saja memberikan sebuah cincin yang sederhana mengingat pernikahan mereka hanya sebatas kontrak. “Aku tidak tahu harus memilih cincin yang mana. Bagaimana menurutmu?” Samantha menatap Dante yang duduk di sampingnya. Semua cincin yang direkomendasikan begitu berkilau. Samantha berani bertaruh jika cincin-cincin tersebut memiliki harga yang sangat fantastis. Ia tidak memiliki keberanian untuk memilih. “Jangan menanyaiku. Jika ada cincin yang kamu suka, langsung katakan saja pada
Dante dan Samantha saling bergandengan tangan saat berjalan keluar dari restoran. Dante sengaja melakukan hal tersebut tepat di depan gadis berambut panjang yang mengekori mereka hingga ke mobil. “Maafkan aku, Clara. Tapi aku tidak berniat untuk membawamu di dalam mobilku. Aku hanya ingin berduaan dengan Samantha.” Dante berujar pada Clara. Clara Johnson. Putri kedua dari keluarga Johnson. Gadis yang selama ini begitu diimpikan oleh Nyonya Adams untuk menjadi istri Dante. Seluruh wajah Clara berubah menjadi merah saat melihat Dante memperlakukan Samantha seolah pria itu sangat mencintainya. Sekujur tubuhnya sampai bergetar kala Dante memberikan ciuman singkat di pipi Samantha sebelum akhirnya membantu gadis itu menutup pintu mobil. Clara benar-benar dibakar api cemburu. “Dante …,” panggil Clara, namun Dante mengabaikannya dan langsung masuk ke mobil. Dante bergegas menginjak pedal gas untuk melajukan mobilnya. Sementara di sampingnya, Samantha sempat menoleh ke belakang untuk mena
Mobil Dante berhenti tepat di depan pintu masuk gedung apartemen Secret Garden. Sebagaimana yang ia tahu, bangunan tersebut adalah salah satu hunian mewah di kota ini. Dante cukup terkejut sebab Samantha punya cukup uang untuk tinggal di sana. “Aku tidak menduga bahwa kamu tinggal di tempat mewah seperti ini. Mengingat kamu pernah mengatakan bahwa kamu adalah wanita yang miskin. Aku tidak tahu orang miskin zaman sekarang tinggal di apartemen mewah seperti Secret Garden.” Samantha sedikit meringis mendengar ucapan Dante tersebut. “Itu adalah apartemen milik Jere, aku hanya menempatinya untuk sementara waktu.” “Jere?” Kening Dante berkerut. Samantha bergumam pelan. “Jeremiah Sinclair, sahabatku,” sahutnya. “Aku mungkin akan menjadi gelandangan jika sahabatku itu tidak menolong.” Kedua mata Samantha tiba-tiba terasa panas. Gadis itu merasa sedih saat mengingat beberapa hal telah menimpanya dalam beberapa waktu terakhir “Sebenarnya aku tiba-tiba diusir dari rumah yang aku sewa. Pa
Saat ini Samantha dan Dante sedang dalam perjalanan pulang setelah mengunjungi vendor kue pernikahan. Samantha sudah memilih kue sekaligus dekorasinya. Gadis itu memilih lemon cake sebagai kue pernikahan mereka nantinya. “Ke mana aku harus mengantarmu?” Dante menatap Samantha yang duduk di samping. “Ke hotel,” sahut Samantha singkat. Gadis itu nampak meringis sambil memegangi perutnya. “Ada apa denganmu? Apa kamu kelaparan lagi?” tegur Dante. Dilihatnya jika sekarang gadis yang duduk di sampingnya itu semakin meringis menahan sakit. Samantha menggelengkan kepalanya dengan pelan. Terlihat jelas jika sekarang dahinya dipenuhi oleh buliran keringat. Membuat Dante yang melihat itu merasa cemas lalu memutuskan untuk menepikan mobilnya ke sisi jalan. “Hey, ada apa denganmu?” Dante melepaskan sabuk pengamannya. Memeriksa Samantha yang kini tertunduk lesu. “Sebenarnya hari ini adalah hari pertamaku datang bulan. Perutku rasanya sakit sekali, Dante.” Samantha sampai meremas perutnya sendi
Jantung Samantha berdetak dua kali lebih cepat saat mereka baru saja tiba di kediaman keluarga Adams. Entah mengapa ia merasa sangat gugup. Hubungannya dengan Dante hanyalah sebatas kontrak, maka seharusnya Samantha tidak perlu segugup ini, bukan? “Kenapa tanganmu sangat dingin?” bisik Dante saat pria itu memutuskan untuk menggenggam tangan Samantha. “Entahlah. Aku tiba-tiba merasa gugup. Apa orang tuamu menakutkan?” Samantha terlihat gelisah. Dante tersenyum miring. “Tidak cukup menakutkan untuk membuatku menjadi anak yang patuh,” sahutnya. Samantha meringis pelan. Lalu kemudian gadis itu terlihat memaksakan diri untuk tersenyum. Benar-benar sebuah jawaban yang konyol dari Dante. Hal pertama yang Samantha lihat saat memasuki kediaman keluarga Adams adalah sebuah foto keluarga yang begitu besar terpampang di ruang tamu. “Benar-benar besar,” gumamnya takjub. “Apanya?” Kening Dante berkerut. “Foto keluarga kalian. Itu sangat besar.” Samantha menjelaskan, sedetik kemudian gadis itu