Home / Romansa / Istri Tawanan CEO Arogan / 4. Kesepakatan Kontrak

Share

4. Kesepakatan Kontrak

Dante terus mengetukkan jari tangannya sementara kedua matanya menatap pintu ruangan dengan gelisah. Jam makan siangnya telah berakhir dua puluh menit yang lalu tetapi Samantha masih belum menampakkan batang hidungnya.

“Apa dia berubah pikiran? Sudah dua puluh menit berlalu tapi dia masih belum datang.” Dante bergumam menatap Jasper.

“Dia tidak berubah pikiran, Dante. Hanya saja kamu tiba-tiba merubah jam makan siangmu. Sebelumnya dia bertanya padaku pukul berapa seharusnya dia datang dan aku menyarankannya sesuai dengan jadwal makan siangmu biasanya. Jadi, bukan salahnya karena masih belum datang sekarang.”

“Lalu maksudmu ini salahku?”

“Aku bukan menyalahkanmu, aku hanya memberimu jawaban atas kemungkinan mengapa Nona Rayne belum juga datang. Lagi pula di luar sedang hujan. Dia pasti kesulitan mendapat taksi.”

Dante menatap Jasper dengan sedikit heran. “Kenapa kamu memanggilnya dengan formal begitu? tanyanya.

“Memangnya kenapa? Aku hanya … tunggu sebentar, ponselku bergetar.” Dengan cepat Jasper merogoh saku celana untuk mengambil ponselnya. “Ini Nona Rayne,” lanjutnya kemudian menggeser tombol berwarna hijau untuk menerima panggilan telepon dari Samantha lalu menekan tombol speaker agar Dante juga bisa mendengar.

“Halo, Tuan Williams. Maaf meneleponmu, tapi bisakah kamu menghampiriku di depan gedung? Aku kehujanan dan basah kuyup, jadi petugas keamanan mengusirku.”

“Baiklah, aku akan menghampirimu.”

“Sekali lagi aku minta maaf, Tuan Williams. Maaf karena aku terus merepotkanmu,” ucap Samantha sebelum mengakhiri panggilan telepon.

Jasper mendengus sebal sementara tangannya dengan cekatan memasukkan ponselnya ke dalam saku. “Ada apa dengan orang-orang ini? Mereka sangat merepotkan sampai harus membuatku turun menjemput wanita itu,” ucapnya kemudian beranjak menuju pintu. Kemarin Sage si resepsionis, sekarang petugas keamanan. Jasper benar-benar dibuat kesal.

Dante hanya tertawa kecil melihat Jasper yang menggerutu di sepanjang langkahnya. “Berhentilah menggerutu. Aku akan menaikkan gajimu mulai bulan depan!” teriaknya dan Jasper langsung berbalik dengan seulas senyum lebar hingga menampilkan deretan giginya.

Jasper sudah sangat membantunya. Jadi, tentu saja menaikkan gaji pria itu adalah suatu keharusan bagi Dante. Bagaimanapun Jasper berperan besar dalam rencana ini.

Sepuluh menit kemudian terdengar suara ketukan pada pintu ruangan Dante. Disusul oleh suara Jasper yang mempersilakan Samantha untuk masuk terlebih dahulu.

Dante menatap Samantha yang melangkah masuk dengan selimut yang membalut tubuhnya. Rambutnya basah. Gadis itu terlihat menggigil kedinginan.

“Jam makan siangku sudah lama berakhir. Tapi melihatmu datang dengan menerjang hujan hingga menggigil seperti ini, aku akan berbaik hati memberimu kesempatan.” Dante membuka suara.

Sungguh kalimat sambutan yang sama sekali tidak Samantha harapkan untuk ia dengar. Tetapi gadis itu tetap berterima kasih dan memberikan senyuman manisnya untuk Dante. Setidaknya ia masih beruntung sebab Dante tidak mempermasalahkan keterlambatannya datang ke mari.

“Silakan, Nona Rayne,” kata Dante mempersilakan Samantha untuk duduk tepat di seberangnya.

Samantha melepaskan selimut yang membalut tubuhnya sebelum akhirnya duduk di seberang Dante. Samantha hanya merasa ia akan dianggap tidak sopan jika mempertahankan selimut tersebut meski ia harus menggigil kedinginan sebagai gantinya.

“Jangan lepaskan jika hal itu akan membuatmu mati kedinginan.”

Samantha terdiam sementara otaknya dipaksa untuk memikirkan maksud di balik ucapan Dante. Apakah pria itu sedang menyindirnya atau bagaimana?

Entah mengapa Samantha terus berpikir bahwa Dante adalah pria yang kejam. Ia terus menganggap serius dan beranggapan jika semua ucapan Dante memiliki makna khusus. Meski sebenarnya pria itu hanya berbicara santai, Samantha tidak bisa melihat Dante dalam sudut pandang itu.

“Tidak. Aku baik-baik saja dengan ini.” Samantha berusaha meyakinkan. Seolah ia dapat mengatasi rasa dingin yang terus menusuk kulitnya hingga menembus ke tulang.

Dante mengangguk pelan. “Kalau begitu aku akan memulai pembicaraan soal kesepakatan kita. Jasper sudah membantuku untuk membuat kontraknya, baca dan pahami itu dengan baik. Jika ada hal yang membuatmu keberatan, bicarakan sekarang atau tidak sama sekali,” ucapnya. Dagunya menunjuk pada lembar kontrak yang tergeletak di atas meja, mengisyaratkan Samantha untuk membacanya.

Samantha meraih lembar kontrak tersebut kemudian membacanya dengan seksama. Sejujurnya Samantha sudah bertekad akan menerima saja semua syarat yang akan diberikan Dante kepadanya. Hanya satu hal yang ingin ia pastikan saat membaca kontrak tersebut, yaitu apakah Dante akan menepati janjinya soal memuaskan seksual pria itu.

Dan Samantha dibuat sangat lega sebab Dante telah menyebutkan persoalan itu dengan sangat jelas di dalam kontrak. Bahwa Samantha tidak berkewajiban untuk memuaskan hasrat seksual Dante selama pernikahan kontrak tersebut berlangsung. Dante benar-benar menepati janjinya.

“Aku sudah membaca dan memahami poin-poin yang tertuang di dalamnya. Meski aku merasa sedikit keberatan dengan poin terakhir yang menyebutkan bahwa kita harus berciuman jika terjadi situasi mendesak, tetapi aku akan tetap menerimanya. Tentu saja kita harus melakukan beberapa hal yang meyakinkan agar pihak tertentu percaya bahwa kita adalah pasangan yang menikah karena cinta.”

Dante tersenyum puas mendengar ucapan Samantha yang terdengar cerdas. Tidak salah ia memilih gadis itu untuk menjadi istri kontraknya. Samantha tahu persis bagaimana perannya.

“Kamu memang wanita yang pintar! Jadi, kuanggap kamu menyetujui semua poin yang kutetapkan. Aku berencana menggelar pernikahan ini akhir bulan nanti. Luangkan waktumu besok, kita perlu mengurus beberapa hal untuk pesta pernikahan.”

Kedua mata Samantha hampir melotot. Cukup syok dengan pemberitahuan Dante tentang pesta pernikahan yang akan digelar akhir bulan nanti. “Apa? Akhir bulan ini? Itu artinya kurang dari tiga minggu lagi,” ujarnya.

“Kenapa memangnya?” Dante menatap dengan wajah datar.

“Tidak, aku hanya tidak menduganya. Kupikir setidaknya pernikahan itu digelar dua bulan lagi.”

“Apa? Dua bulan? Itu sangat konyol! Aku ingin masalah ini segera beres. Aku sudah cukup bersabar selama ini, jadi aku tidak bisa menunggu sampai dua bulan lagi.”

“Masalah?” Samantha menyipitkan mata.

“Kamu tidak perlu tahu. Yang harus kamu lakukan hanyalah menjadi istri kontrakku dan mengikuti semua peraturan. Jangan banyak bertanya apalagi membantah!”

Tidak ada alasan bagi Dante untuk memberi tahu Samantha alasan mengapa ia melakukan hal seperti pernikahan kontrak. Hubungan mereka sama sekali tidak membuat posisi Samantha berada dalam seseorang yang mempunyai kendali. Kesepakatan ini sepenuhnya hanya menguntungkan Dante semata.

“Baiklah, Tuan Adams. Aku mengerti.”

“Sekarang tandatangani perjanjian itu dan simpan milikmu dengan benar. Aku hanya mengingatkan, rahasiakan hal ini dari siapapun termasuk keluargamu. Jika sampai ada yang mengetahui dan kesepakatan ini bocor, aku akan menganggap kamu melanggar kesepakatan dan siap-siap untuk mengganti rugi.”

“Itu tidak adil. Bagaimana jika seandainya kesepakatan ini bocor bukan karena kesalahanku? Karena bisa saja kesepakatan ini bocor dari pihak kalian.”

Samantha menolak. Ia merasa ucapan Dante sangat tidak masuk akal. Kesepakatan ini terjadi di antara dua pihak, bagaimana bisa hanya dirinya yang disalahkan? Benar-benar tidak adil!

“Aku berani menjamin. Jika kesepakatan ini sampai bocor, itu jelas bukan karena salahku. Hanya kita bertiga yang tahu dan aku bisa menjamin Jasper tidak akan membocorkan hal sepenting ini pada siapapun.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status