Share

5. Pria Kejam

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2024-02-04 17:39:37

Samantha sedikit merenung memikirkan bahwa kurang dari tiga minggu lagi dia akan menikah. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pernikahan. Hal itu jelas impian bagi setiap wanita yang jatuh cinta pada pasangannya sehingga ingin menghabiskan seluruh hidupnya bersama orang itu. Namun dalam kasus Samantha, pernikahan justru bagaikan sesuatu yang akan menawan hidupnya.

Samantha tidak mengenal Dante. Sedikit pun tidak. Tetapi dia akan menghabiskan satu tahun penuhnya untuk menjadi istri kontrak pria itu.

Entah dosa apa yang telah Samantha lakukan di masa lalu hingga harus terjebak dalam situasi rumit dan konyol seperti pernikahan kontrak. Samantha hanya berusaha untuk berlapang dada menerima semua hal itu. Jika saja bukan demi Elnathan Rayne, Samantha tidak akan bertindak sejauh ini.

“Hey, memikirkan apa?” Nicole menyikut Samantha dengan lengannya.

“Bukan apa-apa. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu.” Samantha berusaha tersenyum meski terlihat jelas senyumnya begitu canggung.

“Memikirkan soal Elnathan dan rumah? Aku hanya ingin memberi tahumu satu hal, pintu apartemenku selalu terbuka untukmu, Samantha.”

Samantha tersenyum hangat. Kali ini senyumnya tidak terlihat canggung lagi. “Sekali lagi terima kasih. Tapi sekarang aku dan adikku tinggal di salah satu apartemen milik Jere. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan soal itu lagi.”

“Syukurlah. Aku sangat lega mendengarnya. Lalu bagaimana soal mobil yang dihancurkan Elnathan? Apa kamu sudah ….”

“Kamu juga tidak perlu khawatir soal itu. Aku hampir menyelesaikan permasalahan tersebut dan Elnathan tidak akan dipenjara.”

Nicole mengangguk paham. Meski ia sangat ingin bertanya lebih detail, tetapi ia urungkan karena takut membuat Samantha merasa tidak nyaman. Bagaimanapun Nicole menyadari jika mereka berdua tidak begitu dekat, Samantha hanya akan menganggap Nicole adalah wanita yang senang ikut campur jika sampai bertanya lagi.

“Samantha, di depan ada seorang pria mencarimu.” July datang menghampiri.

Kening Samantha sedikit berkerut. “Siapa?” tanyanya bingung. Apa mungkin Jeremiah—sahabatnya itu? Tetapi sejauh ini Jeremiah tidak pernah mendatanginya di tempat kerja.

“Aku juga tidak tahu karena dia tidak memberi tahu namanya. Tapi dia adalah pria tinggi yang sangat seksi.”

Samantha semakin dibuat bingung dengan penjabaran July tentang seorang pria yang datang mencarinya itu. Samantha pun memutuskan untuk beranjak menghampiri daripada mati karena penasaran.

Sepanjang langkahnya Samantha dibuat cukup gugup. Entah mengapa otaknya tiba-tiba berasumsi jika pria itu adalah Dante. Ya, hanya pria itu yang bisa Samantha pikirkan saat mendengar kata seksi. Dante memiliki wajah yang begitu tampan dan rahang tegas yang membuatnya terlihat seksi.

Saat kedua matanya menangkap punggung lebar seorang pria yang berdiri membelakanginya. Samantha mengerang dalam hati sebab dugaannya sama sekali tidak salah. Orang yang datang mencarinya benar-benar Dante Adams.

“Tuan Adams,” panggil Samantha dengan pelan dan Dante langsung berbalik hingga membuat keduanya saling berhadapan.

“Bukankah sudah kukatakan padamu untuk meluangkan waktumu hari ini? Apa yang kamu lakukan sampai tidak menjawab satu pun panggilan teleponku? Kamu membuatku datang ke mari di tengah jadwalku yang sangat padat!” cecar Dante. Pria itu merasa sangat kesal.

“Maafkan aku, Tuan Adams. Tadi aku sedang pemotretan dan tidak memeriksa ponselku sama sekali. Aku—”

“Sudahlah, tidak usah memberi penjelasan. Sekarang kemas barangmu karena kita harus pergi memilih gaun pengantin. Kutunggu kamu di mobilku.” Dante bergegas pergi sebelum Samantha sempat membuka suara untuk menjawab.

Samantha menyemburkan napas berat sementara matanya berkeliling memeriksa area sekitar. Ia hanya tidak percaya Dante menyebutkan ‘gaun pengantin’ dengan begitu jelas. Beruntung tidak ada satu orang pun di sekitar sehingga membuat Samantha merasa sangat lega.

“Aku tidak percaya dia menyebut kata-kata itu dengan jelas. Dia yang menyuruhku merahasiakan hal ini, tetapi dia sendiri terkesan seperti tidak peduli.” Samantha menggeleng heran.

Detik berikutnya Samantha membuka langkah kembali ke studio untuk mengambil beberapa barang miliknya. Setibanya di sana ia disambut oleh Nicole yang bertanya siapakah yang datang mencarinya tadi.

“Dia pria pemilik mobil. Dia datang ke mari karena suatu hal,” kata Samantha pada Nicole. Ia mulai merasa tidak nyaman sebab Nicole terus bertanya.

“Apa dia menyuruhmu untuk segera membayar ganti rugi?” tanya Nicole lagi.

“Tidak.”

“Lalu untuk apa dia datang?”

Samantha menyemburkan napas berat melalui mulutnya. Ia sungguh lelah menghadapi pertanyaan Nicole yang tak ada habisnya. “Kamu tidak perlu tahu, Nicole. Aku tidak berkewajiban memberi tahu masalahku padamu, ‘kan? Dan bisakah kamu berhenti menanyaiku macam-macam? Aku merasa tidak nyaman.”

Nicole bergumam pelan. “Maafkan aku, Samantha. Aku tidak bermaksud membuatmu tidak nyaman.”

“Aku tahu. Sekarang aku akan pulang. Jaga dirimu,” ucap Samantha kemudian bergegas meninggalkan Nicole.

Samantha memutuskan untuk sedikit berlari agar cepat tiba di tempat parkir. Ia sudah membuat Dante merasa kesal karena tidak menjawab panggilan teleponnya, ia tidak ingin menambah rasa kesal pria itu karena tidak cukup bergegas.

Tin! Tin!

Dante memberi isyarat kepada Samantha dengan membunyikan klakson mobilnya. Sehingga wanita itu dapat mengetahui di mobil mana sebenarnya Dante berada.

“Maaf membuatmu menunggu.” Samantha melontarkan kalimat tersebut saat dirinya baru saja duduk di kursi penumpang di samping Dante.

“Apakah kamu memang seperti ini?” Dante bertanya tanpa menoleh ke samping. Matanya fokus menyorot jalanan di depan.

“Apa maksudmu, Tuan Adams?” Samantha kebingungan. Ia tidak tahu ke mana sebenarnya topik pembicaraan Dante mengarah.

“Kamu selalu meminta maaf. Apa kamu memang mudah meminta maaf atau bagaimana?” Bagi Dante yang sangat jarang mengucapkan kalimat tersebut, tentu membuatnya merasa aneh. “Kamu bahkan meminta maaf demi sesuatu yang jelas bukan kesalahanmu.”

Dante masih ingat dengan jelas saat Samantha meminta maaf untuk mewakilkan adiknya. Bagi seorang kakak yang juga mempunyai adik, Dante tidak pernah bertindak demikian. Mengapa ia harus repot-repot meminta maaf sementara yang salah adalah adiknya? Dante jelas tidak mau!

“Entahlah. Awalnya aku hanya tidak ingin masalah membesar jika membalas dengan argumen. Kupikir aku bisa meminimalisir masalah dengan meminta maaf. Dan akhirnya menjadi kebiasaan.”

Bagi seseorang yang sudah terlanjur dibuat lelah dengan kerasnya kehidupan, Samantha tidak ingin membuang tenaganya lebih banyak lagi dengan berargumen. Tetapi bukan berarti ia akan diam saja ketika ditindas.

Dante tersenyum miring. “Pemikiran yang bodoh,” cicitnya pelan.

“Ya? Kamu bilang apa?” Samantha tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang telah diucapkan Dante. Dilihat dari bagaimana pria itu tersenyum miring, Samantha cukup yakin jika Dante mungkin mencacinya.

“Bukan apa-apa. Tapi Nona Rayne, dengan pemikiranmu itu orang-orang akan sangat mudah menindasmu. Mungkin awalnya mereka akan berpikir kamu adalah wanita yang hangat dan baik. Tapi pada akhirnya mereka juga akan menyakitimu tanpa merasa bersalah.”

Seperti yang dilakukan Dante sekarang. Pria itu telah menindas Samantha tanpa wanita itu sadari. Dan seperti yang dikatakannya barusan, ia juga tidak merasa bersalah telah menyeret Samantha dalam kebohongan yang telah ia ciptakan. Sungguh pria yang kejam.

Related chapters

  • Istri Tawanan CEO Arogan   6. Berita Mengejutkan dari Dante

    Malam ini Dante memutuskan untuk pulang lebih awal dan makan malam bersama keluarganya. Dante merasa ini adalah waktu yang tepat untuk memberi tahu orang tuanya tentang rencana pernikahannya dengan Samantha. Sekarang, pria itu duduk di ruang makan bersama ibu, ayah, serta adiknya. Di seberang Dante, Nyonya Adams sama sekali tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya saat melihat putranya itu duduk di meja makan malam ini. Biasanya Dante selalu beralasan jika ibunya menyuruh untuk pulang lebih awal agar bisa makan malam bersama. Tetapi malam ini pria itu duduk dan menikmati makan malamnya dengan tenang. Tidak ada perasaan curiga sedikitpun di benak Nyonya Adams mengapa putranya itu mau duduk makan bersama. Ia hanya kelewat senang hingga tak memikirkan apapun. Dante meletakkan sendok makannya di atas piring. Kemudian menatap ibu dan ayahnya secara bergantian. Dante sudah siap untuk mengumumkan rencana pernikahannya dengan wanita pilihannya. “Sebenarnya, aku ikut makan malam hari ini

    Last Updated : 2024-02-22
  • Istri Tawanan CEO Arogan   7. Cincin Pernikahan

    Saat ini Samantha dan Dante sedang duduk di dalam sebuah ruangan khusus bersama dua orang staf yang menjelaskan dengan detail perihal cincin yang direkomendasikan. Samantha tidak tahu jika di dunia ini ada hal-hal semacam ini. Saat Dante menyuruhnya datang ke mari untuk memilih cincin pernikahan, Samantha mengira mereka akan memilihnya di counter depan. Samantha tahu, Dante adalah pria kaya raya. Tetapi Samantha sama sekali tidak menduga jika pria itu akan begitu totalitas seperti sekarang. Padahal Dante bisa saja memberikan sebuah cincin yang sederhana mengingat pernikahan mereka hanya sebatas kontrak. “Aku tidak tahu harus memilih cincin yang mana. Bagaimana menurutmu?” Samantha menatap Dante yang duduk di sampingnya. Semua cincin yang direkomendasikan begitu berkilau. Samantha berani bertaruh jika cincin-cincin tersebut memiliki harga yang sangat fantastis. Ia tidak memiliki keberanian untuk memilih. “Jangan menanyaiku. Jika ada cincin yang kamu suka, langsung katakan saja pada

    Last Updated : 2024-02-23
  • Istri Tawanan CEO Arogan   8. Jangan Mengusik Wanitaku!

    Dante dan Samantha saling bergandengan tangan saat berjalan keluar dari restoran. Dante sengaja melakukan hal tersebut tepat di depan gadis berambut panjang yang mengekori mereka hingga ke mobil. “Maafkan aku, Clara. Tapi aku tidak berniat untuk membawamu di dalam mobilku. Aku hanya ingin berduaan dengan Samantha.” Dante berujar pada Clara. Clara Johnson. Putri kedua dari keluarga Johnson. Gadis yang selama ini begitu diimpikan oleh Nyonya Adams untuk menjadi istri Dante. Seluruh wajah Clara berubah menjadi merah saat melihat Dante memperlakukan Samantha seolah pria itu sangat mencintainya. Sekujur tubuhnya sampai bergetar kala Dante memberikan ciuman singkat di pipi Samantha sebelum akhirnya membantu gadis itu menutup pintu mobil. Clara benar-benar dibakar api cemburu. “Dante …,” panggil Clara, namun Dante mengabaikannya dan langsung masuk ke mobil. Dante bergegas menginjak pedal gas untuk melajukan mobilnya. Sementara di sampingnya, Samantha sempat menoleh ke belakang untuk mena

    Last Updated : 2024-02-24
  • Istri Tawanan CEO Arogan   9. Aku Ingin Kamu Pindah!

    Mobil Dante berhenti tepat di depan pintu masuk gedung apartemen Secret Garden. Sebagaimana yang ia tahu, bangunan tersebut adalah salah satu hunian mewah di kota ini. Dante cukup terkejut sebab Samantha punya cukup uang untuk tinggal di sana. “Aku tidak menduga bahwa kamu tinggal di tempat mewah seperti ini. Mengingat kamu pernah mengatakan bahwa kamu adalah wanita yang miskin. Aku tidak tahu orang miskin zaman sekarang tinggal di apartemen mewah seperti Secret Garden.” Samantha sedikit meringis mendengar ucapan Dante tersebut. “Itu adalah apartemen milik Jere, aku hanya menempatinya untuk sementara waktu.” “Jere?” Kening Dante berkerut. Samantha bergumam pelan. “Jeremiah Sinclair, sahabatku,” sahutnya. “Aku mungkin akan menjadi gelandangan jika sahabatku itu tidak menolong.” Kedua mata Samantha tiba-tiba terasa panas. Gadis itu merasa sedih saat mengingat beberapa hal telah menimpanya dalam beberapa waktu terakhir “Sebenarnya aku tiba-tiba diusir dari rumah yang aku sewa. Pa

    Last Updated : 2024-02-24
  • Istri Tawanan CEO Arogan   10. Ketegangan di Dalam Lift

    Saat ini Samantha dan Dante sedang dalam perjalanan pulang setelah mengunjungi vendor kue pernikahan. Samantha sudah memilih kue sekaligus dekorasinya. Gadis itu memilih lemon cake sebagai kue pernikahan mereka nantinya. “Ke mana aku harus mengantarmu?” Dante menatap Samantha yang duduk di samping. “Ke hotel,” sahut Samantha singkat. Gadis itu nampak meringis sambil memegangi perutnya. “Ada apa denganmu? Apa kamu kelaparan lagi?” tegur Dante. Dilihatnya jika sekarang gadis yang duduk di sampingnya itu semakin meringis menahan sakit. Samantha menggelengkan kepalanya dengan pelan. Terlihat jelas jika sekarang dahinya dipenuhi oleh buliran keringat. Membuat Dante yang melihat itu merasa cemas lalu memutuskan untuk menepikan mobilnya ke sisi jalan. “Hey, ada apa denganmu?” Dante melepaskan sabuk pengamannya. Memeriksa Samantha yang kini tertunduk lesu. “Sebenarnya hari ini adalah hari pertamaku datang bulan. Perutku rasanya sakit sekali, Dante.” Samantha sampai meremas perutnya sendi

    Last Updated : 2024-02-25
  • Istri Tawanan CEO Arogan   11. Pertemuan Pertama yang Kacau

    Jantung Samantha berdetak dua kali lebih cepat saat mereka baru saja tiba di kediaman keluarga Adams. Entah mengapa ia merasa sangat gugup. Hubungannya dengan Dante hanyalah sebatas kontrak, maka seharusnya Samantha tidak perlu segugup ini, bukan? “Kenapa tanganmu sangat dingin?” bisik Dante saat pria itu memutuskan untuk menggenggam tangan Samantha. “Entahlah. Aku tiba-tiba merasa gugup. Apa orang tuamu menakutkan?” Samantha terlihat gelisah. Dante tersenyum miring. “Tidak cukup menakutkan untuk membuatku menjadi anak yang patuh,” sahutnya. Samantha meringis pelan. Lalu kemudian gadis itu terlihat memaksakan diri untuk tersenyum. Benar-benar sebuah jawaban yang konyol dari Dante. Hal pertama yang Samantha lihat saat memasuki kediaman keluarga Adams adalah sebuah foto keluarga yang begitu besar terpampang di ruang tamu. “Benar-benar besar,” gumamnya takjub. “Apanya?” Kening Dante berkerut. “Foto keluarga kalian. Itu sangat besar.” Samantha menjelaskan, sedetik kemudian gadis itu

    Last Updated : 2024-02-26
  • Istri Tawanan CEO Arogan   12. Drunken Dante

    Tok! Tok! Tok! Samantha terbangun saat mendengar suara ketukan pada pintu. Mulanya irama ketukan itu terdengar seperti ketukan biasa pada umumnya. Namun kemudian tiba-tiba berubah menjadi ketukan yang jauh lebih keras diiringi suara seseorang di belakangnya. “Samantha! Buka!” Suara tersebut terdengar seperti suara Dante. Samantha pun bergegas turun dari ranjang dan melangkah menuju pintu. “Samantha!” Pria itu kini berteriak. Sebelum membuka pintu, Samantha memutuskan untuk mengintip di lubang intip. Dan sosok Dante yang terlihat mabuk berdiri tepat di depan pintu. Samantha pun membuka pintu kamarnya dan tubuh Dante langsung mendarat di pelukannya. “Kenapa lama sekali?” gumam pria itu. Aroma alkohol menguar kuat di tubuhnya. Samantha berusaha membangunkan Dante dan membawanya masuk ke dalam. Merebahkan pria itu di atas kasur lalu berdiri di samping ranjang dengan kedua tangan melipat di dada. “Kenapa dia semabuk ini?” kata Samantha heran. Dante sangat mabuk hingga tak bisa mem

    Last Updated : 2024-02-26
  • Istri Tawanan CEO Arogan   13. Tenanglah, Dante ....

    “Samantha, di luar ada seseorang yang mencarimu.” Nicole berbisik saat Samantha baru saja selesai dengan sesi kedua pemotretan. Samantha mengerutkan kening. Apa mungkin Dante datang mencarinya lagi? Apa yang pria itu inginkan? “Terima kasih. Sekarang orang itu ada di mana?” tanya Samantha. “Dia menunggu di depan. Kamu pergilah, sepertinya sangat penting.” Samantha mengangguk setuju. “Terima kasih, ya. Kalau begitu aku ke depan sebentar,” katanya kemudian melenggang pergi. Samantha melangkah dengan sedikit terburu-buru sebab ia berpikir orang yang datang mencarinya adalah Dante. Samantha hanya tidak menginginkan lebih banyak pasang mata lagi yang menangkap keberadaan pria itu di tempat ini. Namun ternyata dugaan Samantha salah, orang yang datang mencarinya bukanlah Dante. Saat Samantha baru saja tiba di lobi, seorang pria dengan kemeja berwarna abu-abu langsung menyapanya. Sebelumnya Samantha tidak pernah melihat pria itu. Namun dilihat dari senyum di bibirnya, pria berusia empat

    Last Updated : 2024-02-27

Latest chapter

  • Istri Tawanan CEO Arogan   151. Makan Malam Bersama

    Malam harinya, Dante dan Samantha datang ke kediaman keluarga Adams untuk memenuhi undangan makan malam Margareth. Meski sebenarnya Dante merasa tidak berminat—Dante masih curiga pada sikap ibunya yang berubah secara mendadak. Namun pria itu tidak bisa menolak keinginan Samantha yang tampak antusias ingin datang. "Ayolah, Honey. Jangan pasang wajah seperti itu. Tersenyumlah.” Samantha merengek ketika melihat ekspresi Dante yang terlihat kaku. Dante menghela napas pelan, kemudian berusaha menyunggingkan kedua sudut bibirnya ke atas. Meski jelas sekali Dante tampak terpaksa, tetapi Samantha tidak ingin berargumen. Setidaknya Dante masih bersedia datang dan saat ini pria itu sedang tersenyum. Orang pertama yang menyambut kedatangan mereka tentu saja Jennifer Adams. Wanita berambut pirang itu terlihat antusias dengan menghamburkan diri memeluk Samantha. “Rasanya sepi tidak ada kalian di rumah ini. Bagaimana kehidupan pernikahan di kediaman sendiri? Pasti sangat menyenangkan, bukan? Kal

  • Istri Tawanan CEO Arogan   150. Kejutan Pagi Hari

    Setelah sepakat untuk memulai kembali hubungan mereka, satu minggu kemudian Dante lantas mengajak Samantha untuk keluar dari kediaman keluarga Adams. Keduanya pindah ke griya tawang yang Dante beli beberapa bulan lalu. Tidak ada yang ingin Dante lakukan selain ingin terus bersama dan menghabiskan waktunya dengan istrinya yang cantik itu. Sebenarnya Dante ingin langsung mengajak Samantha pindah ke griya tawang setelah ia membelinya. Namun ada beberapa ketidakyakinan tersirat di dalam hatinya kala itu. Tetapi kali ini Dante sangat yakin untuk melakukannya dan ia bersumpah tidak akan melepaskan Samantha dari hidupnya. Saat ini Dante masih terlelap di atas tempat tidur mereka yang berukuran king size itu. Dan ketika sinar mentari yang memaksa masuk di celah jendela tak sengaja mengenai kelopak matanya, Dante menggeliat sebentar lalu membuka mata. Ditengoknya ke samping kiri dan ia tidak menemukan Samantha di sana. “Honey …,” seru Dante dengan suara parau. “Hey, di mana kamu?” Karena ti

  • Istri Tawanan CEO Arogan   149. Akhir Sebuah Cerita

    Dante memutuskan untuk mengantar Samantha pulang ke kediamannya alih-alih mengajak gadis itu ke kediaman keluarga Adams. Satu alasan yang Dante pikirkan adalah karena ingin Samantha menenangkan diri dan beristirahat dengan nyaman tanpa ada yang menganggu. Hingga saat ini gadis itu masih tampak syok dan begitu sedih karena insiden penculikan yang didalangi oleh sahabatnya sendiri.Samantha tak banyak berbicara. Dante juga tak banyak melontarkan pertanyaan pada gadis itu. Sekarang keduanya sedang berpelukan di atas ranjang dengan berbalutkan keheningan.“Aku tidak mengerti mengapa Jere melakukan hal semacam itu. Untuk apa dia menculikku?” Samantha keheranan. Keheningan yang semula membalut ruangan tersebut langsung pecah ketika pertanyaan tersebut terlontar dari mulut gadis itu.Dante meneguk saliva dengan sedikit payah. Sejujurnya Dante sudah mengetahui jika keluarga Sinclair telah jatuh bangkrut. Dan alasan Jeremiah menculik Samantha adalah karena pria itu memerlukan banyak uang.Dant

  • Istri Tawanan CEO Arogan   148. This Love

    Dante tiba di Panti Asuhan Mida empat jam setelah menerima informasi lokasi dari Jeremiah. Seperti yang pria itu inginkan, Dante datang seorang diri dengan membawa dua buah tas berukuran besar. Dante berjalan sambil mengamati area sekitar, kewaspadaan memenuhi diri pria itu.“Cih! Dasar berengsek. Dia pasti memilih tempat ini setelah menyurvei berkali-kali,” geram Dante.Lokasi yang dipilih Jeremiah sangat jauh dari keramaian. Dante bahkan harus menyetir selama berjam-jam agar tiba di tempat ini. Panti asuhan ini seperti bangunan terbengkalai yang sudah lama ditinggalkan, tidak akan ada yang datang menolong meski seseorang berteriak dengan lantang di tempat ini.Dante terus berjalan hingga akhirnya ia tiba di depan sebuah bangunan tempat Samantha disandera. Dengan kemarahan yang berkobar di dalam dirinya, Dante menendang pintu di depannya itu dan bergegas masuk ke dalam.“Samantha!” teriak pria itu ketika melihat wanita pujaannya tepat di depan mata.Tepat di depannya, Samantha duduk

  • Istri Tawanan CEO Arogan   147. Malapetaka

    Keesokan malamnya, Dante kembali mampir ke area kediaman Samantha seperti yang biasa ia lakukan. Namun ada yang aneh kali ini, kediaman gadis itu tampak gelap gulita. Dante sudah berada di sana selama sepuluh menit dan tak ada tanda-tanda keberadaan Samantha di sana. “Apa mungkin dia belum pulang?” gumam Dante curiga. Dante ingat Jennifer memberi tahunya bahwa hari ini Samantha pulang lebih awal. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Lalu, ke mana perginya gadis itu? Setelah bergulat dengan beberapa macam dugaan, Dante memutuskan untuk turun dari mobil dan memeriksa langsung gadis itu di kediamannya. Dante mengetuk pintu hingga beberapa kali sambil memanggil nama Samantha. Namun tidak ada jawaban sama sekali dari gadis itu. Dante semakin gelisah. Dengan cekatan salah satu tangannya meraih ponsel dan menghubungi seseorang dari daftar kontak. Tapi lagi-lagi Dante harus melontarkan sumpah serapah sebab panggilannya tidak berhasil tersambung. “Sial!” umpat Dante kesal. S

  • Istri Tawanan CEO Arogan   146. Aku Akan Membawanya Kembali

    Masa kini …. Setelah semua kekacauan yang terjadi, Dante memutuskan untuk mengembalikan rumah yang sempat ia rampas dari Samantha dulu dan memberikan hak milik pada gadis itu. Setiap hari sebelum dan setelah pulang bekerja Dante selalu menyempatkan diri untuk mampir. Tentu saja ia hanya bisa berdiri dari kejauhan dan mengawasi gadis itu sambil berharap keajaiban. Samantha masih tidak bersedia—atau bahkan sudah tidak sudi—untuk bertemu dengannya. Dante sadar tidak ada yang bisa ia lakukan untuk membela diri sekarang. Ia jelas salah dan sekarang ia harus menerima hukumannya. Memikirkan perjanjian mereka akan berakhir dalam beberapa bulan jelas menambah ketakutan di hati Dante. Sebelumnya ia dengan percaya diri dapat mempertahankan Samantha di sisinya. Namun keadaan menjadi terbalik dalam sehari, sekarang Dante tidak yakin ia akan berhasil melakukannya. “Samantha, maafkan aku,” gumam Dante pelan. Tatapan matanya sama sekali tak lepas dari jendela kamar Samantha yang lampunya masih men

  • Istri Tawanan CEO Arogan   145. Gadis Miskin yang Menyayangi Adiknya

    Beberapa hari setelah acara peragaan busana ....Dante membaca dengan serius laporan pemeriksaan latar belakang yang ia terima dari Jasper. Tidak ada satu baris kalimat pun yang lolos dari kedua mata Dante. Pria itu membaca semuanya tanpa terkecuali.“Jadi namanya Samantha Rayne,” ucap Dante seraya mengetuk-ngetuk meja dengan jari tangannya.“Nama yang indah. Tidak salah orang tuanya memberi nama Samantha, selaras dengan wajahnya yang juga indah.” Jasper menjawab dengan santai.Dante hanya tersenyum tipis saat mendengar jawaban Jasper. Kedua matanya masih sibuk memindai baris kata yang tertuang di dalam laporan hingga sebuah kalimat berhasil membuatnya tersenyum lega. Sebuah kalimat yang menyatakan jika Samantha Rayne adalah seorang gadis lajang.“Oke, kurasa mudah untukmu membuatnya terlibat denganku. Kamu bisa menjadikan adiknya sebagai umpan.” Dante menutup laporan latar belakang Samantha kemudian memasukkannya ke dalam laci meja kerjanya.“Aku sudah memikirkannya. Ini akan menjadi

  • Istri Tawanan CEO Arogan   144. Flashback

    Acara peragaan busana Jennifer Adams. Beberapa bulan yang lalu ….“Aku sudah menemukan calon pengantinku.” Kalimat itu meluncur dengan mudah dari mulut Dante.“Benarkah? Apa aku mengenalnya?” Jasper hampir tidak percaya saat mendengar kalimat itu dari Dante.“Tidak, kamu tidak mengenalnya. Bahkan aku pun tidak,” Dante menjawab tanpa menatap Jasper yang duduk menganga di sampingnya, “tapi kita akan segera mengenalnya,” lanjutnya kemudian menunjuk seorang gadis yang berdiri di depan mereka dengan dagunya.Jasper sontak mengarahkan matanya ke arah di mana dagu Dante menunjuk. Meski tidak terlalu yakin apakah gadis dengan balutan gaun pengantin itu adalah yang Dante maksud, Jasper hanya mengeluarkan satu kalimat. “Mengapa dia?” tanyanya.“Entahlah. Aku hanya merasa dia akan mudah dihadapi.” Bahkan Dante sendiri tidak terlalu yakin mengapa ia memilih gadis itu sebagai calon pengantinnya. Hanya saja instingnya mengatakan jika semuanya akan berjalan dengan mudah jika memilih gadis itu.Dante

  • Istri Tawanan CEO Arogan   143. Bajingan Sejati

    Dante tidak dapat mempertahankan Samantha meski ia telah memohon pada gadis itu berkali-kali. Sekarang Dante harus menerima kenyataan jika Samantha telah membencinya. Gadis itu tidak ingin melihatnya lagi.“Aku tahu ini adalah hukuman. Tapi rasanya sangat menyakitkan untuk menerima kenyataan bahwa Samantha telah membenciku. Dia tidak ingin melihatku lagi, Jasper.” Dante memijat pelipisnya kemudian mendesah kasar.Di seberangnya, Jasper yang sedari tadi hanya diam menyimak ikut mendesah. “Aku minta maaf karena situasinya menjadi kacau seperti ini, Dante,” kata pria itu terdengar menyesal. Seolah kekacauan ini terjadi karena ulahnya.Dante menggelengkan kepala. “Ini bukan salahmu. Jelas sekali bukan salahmu, kawan,” sahutnya dengan suara lemah.Tidak ada alasan bagi Dante untuk menyalahkan Jasper. Dante bukan seorang pemuda berusia enam belas tahun lagi. Usianya sebentar lagi akan menginjak angka tiga puluh tujuh, tentu saja Dante tidak akan bersikap kekanakan untuk menjadikan Jasper se

DMCA.com Protection Status