Tok! Tok! Tok! Samantha terbangun saat mendengar suara ketukan pada pintu. Mulanya irama ketukan itu terdengar seperti ketukan biasa pada umumnya. Namun kemudian tiba-tiba berubah menjadi ketukan yang jauh lebih keras diiringi suara seseorang di belakangnya. “Samantha! Buka!” Suara tersebut terdengar seperti suara Dante. Samantha pun bergegas turun dari ranjang dan melangkah menuju pintu. “Samantha!” Pria itu kini berteriak. Sebelum membuka pintu, Samantha memutuskan untuk mengintip di lubang intip. Dan sosok Dante yang terlihat mabuk berdiri tepat di depan pintu. Samantha pun membuka pintu kamarnya dan tubuh Dante langsung mendarat di pelukannya. “Kenapa lama sekali?” gumam pria itu. Aroma alkohol menguar kuat di tubuhnya. Samantha berusaha membangunkan Dante dan membawanya masuk ke dalam. Merebahkan pria itu di atas kasur lalu berdiri di samping ranjang dengan kedua tangan melipat di dada. “Kenapa dia semabuk ini?” kata Samantha heran. Dante sangat mabuk hingga tak bisa mem
“Samantha, di luar ada seseorang yang mencarimu.” Nicole berbisik saat Samantha baru saja selesai dengan sesi kedua pemotretan. Samantha mengerutkan kening. Apa mungkin Dante datang mencarinya lagi? Apa yang pria itu inginkan? “Terima kasih. Sekarang orang itu ada di mana?” tanya Samantha. “Dia menunggu di depan. Kamu pergilah, sepertinya sangat penting.” Samantha mengangguk setuju. “Terima kasih, ya. Kalau begitu aku ke depan sebentar,” katanya kemudian melenggang pergi. Samantha melangkah dengan sedikit terburu-buru sebab ia berpikir orang yang datang mencarinya adalah Dante. Samantha hanya tidak menginginkan lebih banyak pasang mata lagi yang menangkap keberadaan pria itu di tempat ini. Namun ternyata dugaan Samantha salah, orang yang datang mencarinya bukanlah Dante. Saat Samantha baru saja tiba di lobi, seorang pria dengan kemeja berwarna abu-abu langsung menyapanya. Sebelumnya Samantha tidak pernah melihat pria itu. Namun dilihat dari senyum di bibirnya, pria berusia empat
Dante mendorong pintu masuk salon dengan sedikit kasar. Api kekecewaan berkobar jelas di mata pria itu saat melihat ibunya duduk dengan begitu santai setelah apa yang dilakukannya pada Samantha. “Aku tidak percaya Ibu bisa begitu santai menikmati perawatan rambut setelah apa yang Ibu lakukan pada Samantha.” Nyonya Adams sontak membuka mata saat suara Dante masuk ke telinganya. Wanita paruh baya itu terlihat cukup terkejut mendapati keberadaan putranya yang tiba-tiba. “Apa gadis itu mengadu padamu?” tanyanya kesal. Dante menghela napas berat. “Aku bertemu dengannya di depan salon dan aku melihat pipinya sangat merah, Bu. Hanya satu kemungkinan yang terjadi, yaitu Ibu menamparnya! Bahkan Travis juga akan berpikir hal yang sama jika dia melihatnya tanpa bertanya langsung pada Samantha,” sahutnya menekankan, “Tapi, sekarang aku sedang tidak ingin bertengkar denganmu. Justru aku datang untuk meminta maaf karena berteriak padamu malam itu.” Dante memberikan sebuket bunga lili putih seba
Ini adalah pertama kalinya Samantha datang ke sebuah restoran mewah dengan mengenakan celana jeans dan kaos polos berwarna putih serta wajah tanpa riasan. Sedari tadi orang-orang menatap gadis itu dengan tatapan aneh. Mereka berpikir bahwa Samantha adalah gadis norak yang tidak tahu cara berbusana. Samantha berjalan mengekori Dante yang memimpin di depan. Sungguh gadis itu merasa sangat malu. Samantha merasa jika dirinya adalah orang aneh yang terjebak di tempat mewah ini. Samantha masih merasa sangat jengkel kepada Dante. Dialah alasan mengapa Samantha berubah menjadi gadis konyol malam ini. ‘Benar-benar menyebalkan! Tidak punya perasaan! T-rex! Drakula!’ Samantha terus mengutuk Dante dalam hatinya sementara pandangannya tak lepas dari pria itu. “Apa yang kamu lakukan dengan berdiri di sana? Kamu tidak ingin duduk?” Dante mengerutkan keningnya saat melihat Samantha berdiri mematung dengan wajah kesal. Lamunan Samantha buyar. Gadis itu segera mendatangi Dante kemudian duduk di seb
Dante masih tak habis pikir mengapa Samantha bersikeras agar mereka segera pergi dari restoran. Padahal Dante ingin membuat wanita dengan gaun hitam bertekuk lutut meminta maaf. Wanita kurang ajar seperti itu harus diberi pelajaran! Sementara di sampingnya, Samantha terus berulah tanpa memedulikan Dante yang sedari tadi terus menggerutu di balik kemudi. Mulai dari mengatai Dante macam-macam. Hingga melayangkan cubitan gemas di pipi pria itu. Merasa terganggu? Tentu tidak. Dante justru merasa jika Samantha sangat menggemaskan. “Kamu adalah drakula yang menakutkan. Aku takut melihatmu!” Samantha berusaha menyembunyikan wajahnya di balik telapak tangan. Sedetik kemudian gadis itu meregangkan jari tangannya untuk mengintip Dante yang duduk di balik kemudi. Dante yang melihat hal tersebut hanya bisa tertawa geli. Samantha benar-benar sangat menggemaskan saat sedang mabuk. “Jangan pernah mabuk di depan pria lain!” ucapnya dengan nada memerintah. Samantha sontak menggelengkan kepala. Lal
Samantha pikir ia hanya harus menghadapi Nyonya Adams saat memutuskan untuk menikah kontrak dengan Dante. Tak disangka ternyata ia juga harus berhadapan dengan Clara yang tergila-gila pada pria itu. Saat ia baru saja kembali setelah berlari pagi, Samantha tak sengaja bertatapan dengan Clara yang sedang duduk di lobi hotel. Gadis itu berteriak memanggil nama Samantha. Menarik perhatian beberapa pengunjung untuk menatap ke arahnya. Dan di sinilah mereka berada sekarang. Duduk berhadapan di sebuah kafe dekat hotel dengan pandangan mematikan yang diberikan Clara untuknya. Namun Samantha sama sekali tidak merasa terintimidasi, gadis itu justru terlihat sangat santai. “Kurasa kamu sudah tahu mengapa aku datang menemuimu.” Clara membuka topik obrolan. Samantha menganggukkan kepala. Ya, tentu ia tahu. “Kamu memintaku untuk meninggalkan Dante,” sahutnya tersenyum. “Seharusnya kamu menyadari posisimu sejak awal. Hanya aku satu-satunya gadis yang pantas menikahi Dante! Mengapa kamu sangat ti
Kurang dari enam jam video rekaman yang memperlihatkan aksi anarkis yang dilakukan oleh Clara terhadap Samantha menjadi viral. Sejak tadi ponsel Samantha terus berdering karena panggilan masuk dari Jeremiah. Serta beberapa pesan singkat yang dikirim oleh rekan kerjanya. Semuanya bertanya apakah Samantha baik-baik saja. Namun Samantha sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun termasuk Jeremiah. Maka dari itu ia memilih untuk mengabaikan semua panggilan telepon dan pesan singkat tersebut. Samantha bahkan mematikan ponselnya sebab Jeremiah terus menghubunginya. Sebenarnya bukan tanpa alasan mengapa Samantha melakukan hal tersebut. Ia hanya merasa lelah dan perlu istirahat. Samantha hanya ingin ketenangan sebab sekarang ia merasa kacau. Ada banyak luka cakaran di wajah serta leher Samantha dan hal itu membuatnya merasa sangat sedih. Bagaimana dia akan bekerja dengan semua luka di wajahnya itu? Pikirannya benar-benar kalut sekarang. Tok! Tok! Tok! “Samantha! Buka!” Suara Dante terd
Jika ada seseorang yang merasa sangat marah setelah melihat video penyerangan Clara terhadap Samantha selain Dante Adams, maka Jeremiah Sinclair lah orangnya. Pria berambut ikal itu sangat marah dan hampir menggila sebab Samantha tak menjawab satupun panggilan teleponnya. Lima belas menit yang lalu Jeremiah mendapat pesan balasan dari Samantha. Gadis itu memberi tahu Jeremiah untuk tidak khawatir dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Namun Jeremiah tidak percaya hal itu sampai ia melihat sendiri dengan kedua matanya! Setelah mendapat izin dari Dante, Samantha mengajak Jeremiah untuk bertemu di salah satu kafe yang sering mereka kunjungi. Komunikasi tatap muka terasa lebih praktis daripada saling membalas pesan singkat. Samantha yakin jika Jeremiah akan mempunyai banyak pertanyaan untuk ditanyakan. “Kamu benar-benar membuatku menggila, Samantha! Kenapa kamu mematikan ponselmu?! Kupikir terjadi sesuatu yang lebih buruk padamu.” Jeremiah mendesah berat. Sungguh ia tidak percaya Saman