Home / Romansa / Istri Tawanan CEO Arogan / 2. Aku Ingin Kamu Menikah Denganku

Share

2. Aku Ingin Kamu Menikah Denganku

“Pria ini adalah—”

“Aku minta maaf atas nama adikku.” Belum sempat petugas memperkenalkan pria itu, Samantha langsung menyela sambil sedikit membungkukkan badannya dan meminta maaf dengan tulus.

“Oh, sepertinya kamu salah paham. Aku bukan pemilik mobil, jadi kamu tidak perlu meminta maaf kepadaku.” Pria itu berusaha meluruskan. “Kurasa kamu harus duduk untuk mendengar penjelasan tentang permasalahan ini serta melihat buktinya.”

Mereka pun duduk di kursi yang disediakan. Samantha serius mendengarkan penjelasan serta melihat bukti berupa rekaman video di mana Elnathan, adiknya, melakukan aksi anarkis.

Yang membuat Samantha tidak habis pikir adalah alasan kenapa adiknya melakukan tindakan tidak terpuji tersebut hanya karena seorang wanita mempekerjakannya. Dan kemudian membawanya pada nasib buruk sebab salah menerima informasi dan berujung merusak mobil orang lain.

Tepat sebelum video rekaman berakhir, pria bermata biru memberi isyarat pada petugas yang duduk di balik meja kerja agar meninggalkannya berdua dengan Samantha Rayne.

“Perkenalkan, aku Jasper Williams. Aku di sini mewakilkan atasanku selaku pemilik mobil yang dirusak oleh adikmu,” ujar pria itu memperkenalkan diri.

Samantha menyambut uluran tangan Jasper untuk bersalaman. “Samantha Rayne,” sahutnya lirih.

“Uhm. Jadi, Nona Rayne, bagaimana kamu akan menangani permasalahan ini? Sejujurnya atasanku bersikeras ingin membawa masalah ini ke jalur hukum,” kata Jasper. Tentu saja tidak! Kalimat itu hanya sebuah gertakan.

“Apa? Bisakah dia tidak melakukan itu? Aku tidak bisa membiarkan adikku dipenjara.” Samantha terlihat panik. Ia tidak bisa membiarkan adik satu-satunya itu mendekam di dalam penjara. Samantha sudah berjanji akan menjaga adiknya bagaimanapun juga.

Jasper bergumam panjang. “Aku di sini hanya mewakilkannya. Semuanya bergantung pada keputusan atasanku. Atau mungkin kamu bisa menemuinya dan mencoba berbicara dengannya untuk bernegosiasi?”

Jasper meraih kartu nama di dalam saku jas miliknya, kemudian memberikannya pada Samantha. “Ini kartu namaku.”

Samantha memandang sejenak kartu nama Jasper sebelum akhirnya memasukkan kartu nama tersebut ke dalam tasnya. “Jadi, ke mana aku harus menemui atasanmu itu?” tanyanya.

“Oh, benar. Namanya Dante Adams. Kamu bisa menemuinya di LUX Holding, dia bekerja di sana.”

Dante Adams dan LUX Holding. Samantha sudah memasukkan kedua hal itu ke dalam kepalanya.

“Baik, terima kasih. Lalu, apakah aku bisa menemuinya sekarang?” tanyanya. Samantha ingin masalah ini segera beres agar adiknya bisa bebas.

Jasper menggelengkan kepala. Sedetik kemudian kedua sudut bibirnya tersungging ke atas hingga membuat kedua matanya sedikit menyipit. “Sayangnya tidak, Nona Rayne. Sekarang dia sedang dalam perjalanan bisnis, mungkin kamu bisa menemuinya lusa setelah jam makan siang.”

“Benarkah? Lalu adikku bagaimana? Apa dia akan ditahan hingga aku bisa bernegosiasi dengan atasanmu itu?”

***

Dua hari kemudian, Samantha datang ke LUX Holding untuk menemui Dante Adams, si pemilik mobil. Besar harapannya bahwa pria itu mau bernegosiasi sehingga Elnathan tidak perlu mendekam di penjara.

“Halo, apa ada yang bisa dibantu?” sapa Sage, resepsionis yang sedang bertugas hari ini.

“Uhm, halo. Bisakah aku bertemu dengan Tuan Dante Adams?” kata Samantha dengan sedikit gugup.

“Apa Anda sudah membuat janji?” tanya Sage dan Samantha menjawab dengan menggelengkan kepala. “Sayang sekali, tidak ada yang bisa bertemu dengan Tuan Dante jika belum membuat janji.”

“Kalau begitu, bagaimana dengan Tuan Jasper Williams? Apa aku bisa bertemu dengannya tanpa membuat janji terlebih dahulu?” Samantha mencoba peruntungannya.

“Tidak. Kamu juga tidak bisa menemuinya tanpa membuat janji.”

“Tapi, sebenarnya Tuan Jasper yang menyarankanku untuk datang kemari hari ini. Tolong, bisakah kamu memanggilnya untukku? Katakan Samantha Rayne ada di sini.”

Sage menghela napas kasar dan sedetik kemudian kepalanya menggeleng sebagai jawaban.

Samantha pun langsung teringat dengan kartu nama yang Jasper berikan padanya saat mereka di kantor polisi. Dengan sedikit tergesa Samantha membuka tas miliknya lalu mencari kartu nama milik Jasper. Wanita itu merasa sangat lega sebab kartu nama tersebut masih ada di sana.

Tepat di depan Sage, Samantha mengetikkan nomor telepon Jasper lalu menghubunginya. Panggilan pertama diabaikan. Panggilan kedua juga diabaikan. Namun Samantha beruntung sebab ia berhasil pada panggilan ketiga.

“Halo, Tuan Williams. Ini aku, Samantha Rayne,” ucap Samantha saat panggilannya bersama Jasper berhasil tersambung.

“Oh maafkan aku, Nona Rayne. Tadi aku sedang rapat. Ada apa kamu menghubungiku?” sahut Jasper langsung pada intinya. Pria itu tersenyum melirik Dante yang duduk di sebelahnya.

“Bukan masalah, Tuan Williams. Sebenarnya sekarang aku berada di lobi LUX Holding. Aku meminta resepsionis untuk bertemu denganmu, tapi dia bilang tidak bisa.” Samantha menatap Sage yang berdiri di balik counter.

“Benarkah? Kalau begitu tolong tunggu di sana, aku akan turun menjemputmu.”

Tak lama kemudian, Jasper akhirnya datang. Samantha dibawa ke sebuah ruangan eksekutif di lantai atas.

Hal pertama yang Samantha lihat saat kedua kakinya memasuki ruangan Dante adalah punggung pria itu. Tanpa Samantha sadari jika ia sampai meneguk salivanya dengan susah payah. Bahkan melihat punggung Dante saja sudah membuatnya merasa terintimidasi.

“Nona Rayne ada di sini.” Jasper mengumumkan kedatangan Samantha dan Dante langsung berbalik menghadap mereka.

Sepersekian detik lamanya kedua mata Samantha dan Dante saling menatap satu sama lain. Jika saja mereka bertemu pada situasi yang memungkinkan, mungkin Samantha akan terpesona terhadap pria bernama Dante itu.

“Kudengar kamu ingin bertemu denganku. Ada apa?” Dante melangkah menuju sofa kemudian memosisikan dirinya di sana. Duduk bersandar dengan kaki bersilang, menatap Samantha yang masih bertahan di atas pijakannya. “Tidak ingin duduk, Nona Rayne?”

Jasper mengulurkan tangan kanannya sebagai isyarat bahwa Samantha bisa duduk di seberang Dante. Dan wanita itupun setuju lalu memosisikan dirinya di sana.

“Aku akan langsung saja. Aku datang ke mari untuk bernegosiasi denganmu, Tuan Adams.”

Dante masih mempertahankan wajah datarnya. Jelas sekali ia adalah pria yang angkuh, dilihat dari bagaimana cara ia menatap Samantha seolah wanita itu bukan siapa-siapa.

“Bernegosiasi, hmm, itu menarik.” Dante tersenyum miring. “Tapi, Nona Rayne. Aku tidak tertarik. Mobil itu adalah mobil kesayanganku dan adikmu dengan beraninya merusak sesuatu yang aku sayangi.”

Sekujur tubuh Samantha seketika merinding mendengar kalimat yang baru saja Dante ucapkan dengan begitu percaya diri. Gawat. Ini benar-benar gawat.

“Sungguh aku meminta maaf atas namanya. Tapi, Tuan Adams, bisakah kamu tidak memasukkan adikku ke penjara? Aku akan mengganti semua kerugiannya. Please.”

Kedua mata Samantha sampai bergetar. Memikirkan Elnathan akan mendekam di balik jeruji benar-benar suatu pukulan yang teramat keras baginya. Itu artinya ia sudah gagal memenuhi janji yang ia buat dengan mendiang ibunya.

Lagi-lagi Dante tersenyum miring. “Apa kamu tahu berapa harga mobil itu, Nona Rayne? Aku cukup terkesan mendengar kamu akan mengganti semua kerugian, tetapi aku meragukan hal itu,” tukasnya lalu memberi isyarat kepada Jasper untuk memberi tahu Samantha berapa harga mobil kesayangannya itu.

“Nona Rayne, harga mobil yang dirusak oleh adikmu adalah delapan belas juta dollar.”

Kedua mata Samantha sontak membulat dan nyawanya seakan ingin keluar dari raganya saat mendengar angka yang fantastis itu. Elnathan adalah orang gila yang merusak mobil semahal itu hanya demi uang yang tidak seberapa.

Samantha berusaha menyembunyikan kegugupannya meski hal itu sia-sia. Dante dan Jasper dapat melihat dengan jelas jika wanita itu tidak baik-baik saja.

“Kamu benar, Tuan Adams. Aku tidak bisa mengganti rugi karena sejujurnya aku adalah Wanita miskin. Tapi sebagai gantinya aku akan melakukan apapun untukmu.”

Ini adalah bentuk dari keputusasaan Samantha. Bahkan jika Dante menginginkan hidupnya, Samantha akan merelakannya.

“Apa kamu yakin, Nona Rayne?” Dante bertanya dengan mata berbinar.

Samantha mengangguk pelan. Meski ada keraguan di dalam hatinya, tetapi ia benar-benar tidak punya pilihan.

“Bagaimana jika aku ingin kamu melayaniku di atas ranjang? Apa kamu akan tetap melakukannya?”

“Kenapa tidak? Aku akan melakukannya jika hal itu dapat membuatmu puas dan melupakan masalah yang ditimbulkan adikku,” sahut Samantha bergetar.

Dante hampir tertawa melihat sikap sok berani Samantha. “Tapi aku tidak tertarik dengan hal itu, Nona Rayne,” ujarnya.

Samantha merasa sangat lega. Namun belum lama perasaan lega itu menyelimuti hatinya, kalimat selanjutnya yang keluar dari mulut Dante membuat Samantha sampai membulatkan mata.

“Aku ingin kamu menikah denganku, Nona Rayne.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status