Alia mengepalkan tangannya dengan erat, ia tidak bisa membantah ucapan Adrian, lalu Alia memelototkan matanya dalam diam,
Adrian melambaikan tangannya, lalu memberi isyarat pada para Pelayan untuk pergi.
Semua orang membubarkan diri, meninggalkan Adrian dan Alia di Ruang Keluarga Mansion Adrian Denaswara.
"Kamu benar, aku memang hanyalah seorang pengganti dan barang imitasi, kamu dapat menghinaku semaumu, tapi kenapa kamu meminta pada Pelayan untuk menghinaku juga? Apa ini caramu untuk melampiaskan amarahmu?" ucap Alia
Adrian memainkan korek api di tangannya dalam diam, tanpa mengalihkan tatapannya kepada Alia,
"Tadi malam, aku telah memberimu kesempatan untuk menjadi Nyonya muda Denaswara yang sesungguhnya, namun kamu melewatkannya, jadi di mataku, kamu tidak lebih dari seorang Pelayan" ucap Adrian dengan ambigu, membuat Alia terkejut mendengar kata-kata Adrian.
"Kesempatan?.." ucap Alia, ia tidak bisa mempercayai apa yang telah didengarnya
"Sebenarnya, tidak adil jika berkata demikian, setidaknya para Pelayan yang tinggal disini memiliki identitas yang asli, sedangkan kamu.... tidak" ucap Adrian sebelum Alia bisa melanjutkan kalimatnya
"Apa yang kamu inginkan?" ucap Alia
"Kamu bisa tinggal disini sebagai pengganti sampai Alina kembali" ucap Adrian,
Alia kesal mendengar ucapan Adrian ini, namun ia kehilangan keberanian untuk berdebat, ia harus memikirkan nasib BK Corp Group.
"Lalu, bagaimana dengan masalah BK Corp Group?" tanya Alia dengan ragu-ragu sambil menurunkan suaranya
Adrian tidak menanggapinya, lalu ia menelepon dan memerintah sesorang di seberang telepon untuk mentransfer sejumlah uang pada BK Corp. Group.
setelah menutup telepon,
"Apa kamu sudah puas?" ucap Adrian sambil memandan Alia
Alia mengatupkan bibirnya "Karena ini adalah sebuah kesepakatan, jadi aku tidak akan mengucapkan terima kasih" ucap Alia
Adrian mendengus dan menyerahkan ponsel padanya
"Apa maksudmu?" ucap Alia sambil menyipitkan matanya pada Adrian dengan curiga
"Hubungi Bimo Bratakusuma" ucap Adrian,
Alia tetap diam, ia memiliki firasat buruk tentang hal ini, tapi dia tahu betul bahwa dia tidak bisa tidak mematuhi Adrian untuk sekarang ini.
Setelah ragu-ragu sejenak, Alia mengambil ponsel itu dan menghubungi nomor telepon Papinya, Suara seorang Pria yang gembira menggelegar dari ujung telepon yang lain "Ada apa Adrian?" tanya Papi Bimo
Alia menggigit bibirnya dan berkata "Papi, ini aku" ucap Alia
"Alia?" tanya Papi Bimo
"Iya Pi" ucap Alia
"Apa yang terjadi?" tanya Bimo dengan nada suara yang menjadi serius
"Adrian memintaku untuk menelpon Papi..." ucap Alia, yang langsung dipotong oleh Adrian yang ingin merebut ponsel ditangan Alia
"Berikan telepon itu padaku" ucap Adrian sambil mengulurkan tangannya sebagai tanda meminta ponsel itu dari tangan Alia
"Sudah terhubung dengan Ayahku" ucap Alia sambil mengembalikan ponsel itu kepada Adrian
Ketika Adrian mengambil ponsel darinya, ujung jari Adrian menyentuh ujung jari milik Alia, Alia dengan cepat menarik tangannya, seolah-olah ia telah terbakar, begitu juga dengan Adrian,
Adrian merasakan sesuatu yang tidak pernah ia rasakan pada perempuan manapun termasuk pada Alina, rasanya seperti tersengat aliran listrik.
Kemudian ia menyipitkan kedua matanya dan menatap Alia dengan tatapan yang ambigu dan hanya ia sendiri yang mengerti.
"Kenapa rasanya seperti tersengat listrik, dan ada apa dengan wanita ini, apa dia sangat sensitif dengan sentuhan?" batin Adrian, lalu ia dengan cepat memalingkan wajahnya.
Adrian menyalakan pengeras suara di ponselnya, lalu dengan sopan menyapa "Pak Bimo"
"Adrian, sekarang kamu sudah menikah dengan Alina, jadi sudah waktunya kamu memanggilku dengan panggilan yang sama ketika Alina memanggilku, panggil aku Papi" ucap Papi Bimo, Adrian mencibir dan melirik ke arah Alia
"Jika wanita yang kunikahi benar-benar Alina, tentu saja aku akan menyapamu dengan panggilan itu" ucap Adrian, meski nada bicaranya tidak sopan, dia masih bicara dengan nada acuh tak acuh.
Alia yang mendengar apa yang Adrian ucapkan, langsung membayangkan rasa malu di raut wajah Papinya, tetapi tidak ada yang bisa ia lakukan.
Suara Bimo terdengar melalui pengeras suara ponsel, ketika ia bertanya "Adrian, jadi kamu sudah mengetahuinya?"
"Pak Bimo Bratakusuma, sesuai kesepakatan kita, bagian finance DW Holding telah mentransfer sejumlah uang pada BK Corp" ucap Adrian dengan santai sambil memijat pelipisnya
"Ya, kami sudah menerimanya, meski wanita yang kamu nikahi bukan Alina, namun Alia juga adalah Putri saya, saya harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik" ucap Papi Bimo.
Kedua mata Alia memerah, setelah mendengar ucapan Papinya itu, terutama ketika ia mengingat bagaimana Adrian meminta para Pelayan untuk memanggilnya "barang imitasi" barusan.
"Bukankah Anda juga sudah berkecimpung di dunia bisnis, selama beberapa dekade? Bagaimana bisa kamu begitu naif?" ucap Adrian sambil mencibir di ujung telepon
"Apa maksudmu Adrian?" suara Bimo terdengar gugup,
"Saya akan memberikan dua hari untuk menemukan Alina, dan membawanya kepada saya, kalau tidak, saya tidak bisa menjamin masa depan BK Corp" ucap Adrian dengan santai sambil menyilangkan kakinya dan mengetuk pahanya dengan jari jemarinya yang ramping dan panjang
Setelah itu Adrian langsung memutuskan sambungan telepon tersebut, kemudian Adrian melemparkan ponsel ke meja yang berada di hadapannya dan dengan malas mengangkat kedua matanya untuk menatap Alia
"Kenapa kamu masih berdiri disini?" tanya Adrian
Alia mengatupkan bibirnya dengan erat, berusaha menekan amarah yang dia rasakan,
"Pak Adrian, karena Alina yang memilih untuk kabur dari pernikahan, Papi saya mungkin tidak dapat menemukannya dalam waktu dua hari, saya pikir kamu mengenalnya lebih baik dari saya" ucap Alia
"Apa benar begitu?" ucap Adrian, tertawa datar
"Saya yakin kamu tahu dengan jelas sifatnya" ucap Alia, sambil menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu BK Corp akan mendapatkan masalah" jawab Adrian dengan suara yang tegas.
Alia menatap Adrian, ia tidak bisa berkutik di hadapan Pria yang berwajah tampan dan cukup menawan ini, yang membuat banyak wanita tersipu akan pesonanya.
Namun akhirnya Alia mengumpulkan keberaniannya lalu bertanya "Apa yang ingin kamu lakukan?"
"Aku tidak ingin tidur denganmu" ucap Adrian, dengan bibir melengkung dan membentuk sebuah senyum tipis
Alia merasa jantungnya seperti diremas, ia tidak percaya bahwa Pria yang telah dicintainya selama tujuh belas tahun ini memiliki sikap yang begitu tidak sopan.
Setelah mengucapkan ucapan itu, Adrian bangkit berdiri dari sofa, dan melambaikan tangannya ke Kepala Pelayan yang berdiri tidak jauh darinya
"Bawa dia keluar" ucap Adrian
"Baik Tuan" ucap Kepala Pelayan itu, sambil menoleh ke arah Alia,
"Hei, si barang imitasi, ayo pergi" ucap Kepala Pelayan itu sambil membentak Alia
Alia merasa sangat terhina, sehingga air matanya mengalir di wajahnya, namun, dia menolak memberi kesempatan pada Adrian untuk melihatnya menangis.
Alia mengikuti Kepala Pelayan berjalan keluar, sambil menggertakkan giginya dan menahan air matanya
Kepala Pelayan membawanya ke Taman yang ada di Mansion itu,Sebelum si Kepala Pelayan menyuruh Alia untuk merawat tanaman, seorang Pelayan berjalan dengan membawa beberapa Pot Bunga Mawar, kemudian meletakkannya di hadapan Alia, Alia merasa senang ketika ia mengetahui bahwa ia tidak diberi pekerjaan yang terlalu sulit."Bersihkan semua mawar dalam waktu satu jam, dan pastikan semua kelopak, daun, serta batang bersih, sehingga tidak ada debu yang menempel di atasnya" ucap Kepala Pelayan sambil menunjuk ke Pot Bunga ituAlia melihat pemandangan di hadapannya dengan perasaan cemas, Ada sekitar selusin pot bunga mawar, yang membutuhkan waktu setidaknya setengah hari untuk dibersihkan secara menyeluruh, terlebih lagi semua mawar itu memiliki duri.Namun, Kepala Pelayan hanya memberinya waktu satu jam untuk menyelesaikan semua pekerjaan itu, jelas bahwa Kepala Pelayan itu sengaja membuatnya kesulitan.Namun, apa yang bisa ia lakukan? batin Alia, ia tidak memiliki pilihan selain mencoba sece
Raut wajah Adrian menjadi suram, kemudian ia bangkit berdiri dan berjalan ke arah Wanita yang mirip dengan Alina itu,"Apa itu terasa sakit" tanya Adrian sambil mengangkat dagu Alia dengan jarinya yang panjangMungkin karena kelembutan suaranya, air mata seketika langsung mengalir di pipi Alia, seperti pintu air yang telah dibuka, hati Adrian mencelos ketika ia merasakan air mata yang hangat di jari-jarinya"Lambungku sakit, aku memiliki penyakit lambung kronis" ucap Alia di antara isak tangisnyaAdrian mengangkatnya ke dalam gendongannya,"Pergi dan panggil Dokter" ucap Adrian kepada Pelayan itu"Baik, Tuan" sang Pelayan itupun segera pergiAdrian berjalan ke arah meja makan dengan Alia di dalam gendongannya, dia duduk kembali di kursinya, lalu meletakkan Alia di atas pahanya seperti seorang gadis kecil, setelah menyeka wajah Alia dengan selembar tisu, Adrian mengambil beberapa makanan dengan sendok dan mendekatkannya ke bibirnya"Makanlah sesuatu" ucap Adrian.Kedua Pelayan yang ber
Bibir Alia menganga dengan tidak percaya mendengar pertanyaan Adrian, mulutnya terasa sangat kering, ia tidak bermaksud untuk memasang pertanyaan jebakan untuk dirinya sendiri.Tanpa menunggu jawaban, Adrian terus berjalan ke depan. Untuk setiap langkah yang dia ambil ke arahnya, Alia mundur selangkah dengan perasaan cemas.Adrian mengulurkan tangannya saat melihat bagian belakang pinggang Alia yang hendak mengenai meja, lalu ia meraih pinggang ramping Alia sebelum menariknya mendekat, Adrian menundukkan kepalanya sambil menatap Alia"Jawab aku" ucap AdrianAlia hampir tidak bisa bernapas, ia bisa merasakan napas Adrian di dahinya dan membuatnya gemetaran, Alia perlahan mendongak untuk bertemu dengan tatapan mata Adrian, lalu Alia menyadari bahwa jarak di antara mata mereka hanya berjarak beberapa inci.Alia dengan cepat memalingkan wajahnya karena merasa terkejut dengan jarak mereka yang begitu dekat, Adrian memandangnya yang panik tanpa mengedipkan mata,"Aku suka berkomunikasi seca
"Aku tidak sedang mengatakan omong kosong, asal kamu tahu, aku adalah wanita yang dinikahi oleh Pak Adrian di hadapan penghulu, jika kamu menindasku dan memandang rendah diriku, itu berarti kamu juga memandang rendah Pak Adrian, tidakkah menurutmu dia harus menghukum seorang Pelayan yang memiliki sikap kurang ajar sepertimu?" ucap Alia dengan nada acuh tak acuh sambil melengkungkan bibirnya,Kedua mata Endah membelalak lebar, dia beralih menatap ke arah Adrian, lalu berkata dengan tergagap, "Tu... Tuan...""Minta maaf padanya" ucap Adrian dengan santai tanpa memandang EndahUntuk sesaat, Endah bertanya-tanya apa dia salah dengar, tapi kemudian dia mendengar suara dingin dan tegas itu lagi,"Jangan membuatku mengulang perkataanku sendiri" ucap AdrianMendengar kata-kata ini, Endah membuka dan menutup kedua mulutnya seperti seekor ikan mas, dia menatap majikannya dengan tatapan tidak percaya untuk jeda waktu yang cukup lama sebelum berbalik untuk menatap ke arah Alia lagi, dia dengan en
Adrian memasukkan tangannya ke dalam saku celananya kemudian mengangkat dagunya ke arah Alia, meskipun ia berdiri jauh, namun posturnya masih merendahkan,"Tidak mungkin Alina pergi begitu saja, aku akan memberimu satu kesempatan terakhir untuk mengatakan yang sebenarnya" ucap Adrian menatap tajam AliaAlia mengepalkan tangannya agar tidak gemetar, "Kenapa Adrian tiba-tiba bisa menanyakan hal ini lagi? apa dia menemukan sesuatu? Atau dia baru saja mencapai kejelasan setelah merasa tenang" batin AliaTerganggu oleh diamnya Alia, Adrian berjalan ke arah Alia dengan tatapan mata yang tajam,"Alia, apa yang sedang kamu pikirkan? Apa kamu sedang mencoba menebak reaksiku setelah mendengar kebenaran? Atau kamu bertanya-tanya apa berbohong akan lebih baik untuk nasib keluarga Bratakusuma? Huh?" ucap Adrian dengan kesalAlia tanpa sadar menggelengkan kepalanya,"Tidak, bukan itu," ucap Alia langsung menyangkalSebenarnya, Alia sedang berpikir apakah Adrian sudah sedikit merasa tenang sejak tad
Alia melihat Adrian duduk sendirian dengan dua set peralatan makan di atas meja, begitu dia memasuki Ruang makan, namun Alia tidak berani berjalan ke sana dan duduk sendiriAdrian melirik wanita yang berdiri tidak jauh di belakangnya dari sudut matanya,"Duduk dan Makanlah" ucap Adrian"Oke, terima kasih" ucap Alia menjawab dengan suara yang lemah lembut sambil berjalan mendekat dan duduk bersama dengan Adrian.Suasana makan malam berlangsung dengan tenang dan hanya diselingi oleh suara mengunyah yang lembut, setelah selesai makan malam, Adrian meletakkan peralatan makannya dan bangkit untuk pergi"Pak Adrian" ucap Alia tiba-tiba, Pria itu menghentikan langkahnya, namun tidak membalikkan badannya"Aku.. aku ada janji temu dengan Temanku besok, bolehkah aku keluar untuk menemuinya" tanya Alia dengan gugup"Terserah" jawab Adrian, sambil berjalan keluar dari Ruang makan setelah memberi tanggapan yang sederhana."Pak Adrian menyuruh kami untuk mengatur sebuah Kamar di sebelah Kamar tidur
Rahang Meta ternganga karena merasa kaget, dia langsung berdiri tegak dan menatap kedua mata Alia"Kamu, apa yang sedang kamu bicarakan? Bagaimana kamu bisa menikahi Adrian Denaswara?" tanya Meta"Ceritanya sangat panjang, ayo cari tempat makan terlebih dahulu, jadi kita bisa mengobrol disana" ajak Alia sambil menarik Meta untuk menelusuri jalan."Aku tidak percaya bahwa kamu bisa menyembunyikan berita yang begitu menarik seperti ini dariku!, kamu harus menceritakan semuanya padaku" ucap Meta sambil menatap Alia dengan tatapan tajamAkhirnya, mereka berdua berjalan ke sebuah Restaurant biasa yang sanggup mereka bayar untuk makan disana setelah menghabiskan waktu berjalan di jalan selama beberapa menit, kemudian mereka duduk dengan santai, Alia memberi tahu Meta kisah tentang bagaimana dia bisa menikahi Adrian dari awal hingga akhir, termasuk bagian tentang bertemu dengan Orang Tua kandungnya.Meta dengan patuh mendengarkan seluruh cerita dalam diam sebelum menatap Alia dengan tatapan
Alia melihat Adrian berdiri tidak jauh darinya begitu dia berbalik, dan Adrian sedang menatapnya dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan di raut wajah Adrian, kedua mata Adrian yang tajam menusuk ke dalam diri Alia, seolah mencoba untuk membaca apa yang ada dalam pikirannya.Alia tanpa sadar mempererat genggamannya pada ponselnya, dia mengambil napas dalam-dalam lalu berjalan ke arah Adrian dan berpura-pura untuk bersikap tenang,"Pak Adrian, sudah berapa lama Anda berdiri di sini?" tanya Alia"Apa aku perlu memberitahumu?" ucap Adrian dengan sedikit mengangkat alisnya"Menguping pembicaraan orang lain bukanlah kebiasaan yang baik Pak Adrian" ucap Alia dengan lemah lembut"Bagaimana kamu tahu bahwa aku sedang menguping?" ucap Adrian sambil mencibir, kemudian ia maju selangkah dengan senyum sarkastiknyaSenyum sinis di wajah Adrian membuat Alia tiba-tiba menyadari bahwa Pria itu telah menatapnya dengan ejekan dan penuh penghinaan di matanya seperti sejak Adrian mengetahui bahwa dia
Alia mengerutkan keningnya ketika mendengar ucapan Adrian, dia tidak menyangka bahwa Adrian akan mengucapkan kata-kata seperti itu, benar-benar memalukan, apa dia tidak sedikitpun merasa malu ketika menanyakan pertanyaan seperti itu pada orang lain, pikir Alia "Alia adalah Temanku, aku hanya mengkhawatirkannya sebagai Teman, bagaimana kamu bisa mengajukan pertanyaan seperti itu padaku Pak Adrian" ucap Andra tidak kehilangan ketenangannya seperti Pria sejati, ia mengucapkannya sambil tersenyum "Syukurlah Andra tidak menjawab kalau dia mencintaiku" pikir Alia dalam hati dengan lega "Kalau begitu Alia tidak membutuhkan perhatian dan bantuanmu maupun juga perlindungan darimu Pak Andra, karena aku yang akan memenuhi tanggung jaw
Alia berjalan ke luar gerbang Mansion, lalu ia menuju stasiun MRT, sekitar 30 menit kemudian ia sudah sampai di stasiun MRT di dekat Gedung Denaswara, lalu ia berjalan menuju ke arah Gedung Denaswara, sedangkan Adrian saat ini masih berada di jalan, karena pagi ini seperti biasa lalu lintas cukup padat.Ketika ia baru saja sampai di depan gerbang Grup Denaswara, ia melihat sebuah Bentley hitam yang diparkir di dekat Lobby, di deretan parkir VIP, setelah Alia berada di dekat mobil Andra, pintu Bentley itu terbuka dan kaki ramping Pria itu keluar,Alia menghentikan langkahnya tanpa dia sadari, lalu ia mengatupkan bibirnya ketika Andra berjalan menghampirinya, mereka berdua berdiri berhadap-hadapan,"Hai Alia, aku tidak bisa menghubungimu, ada masalah apa?" ucap Andra dengan menatap lekat Alia sambil tersenyum"Aku minta maaf atas hal tersebut And" ucap Alia"Ada masalah apa?" tanya Andra lagi sambil menganggukkan kepalanya"Aku tidak sengaja kehilangan nomor ponselmu" ucap Alia"Alia ak
Sebenarnya tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membersihkan Kamar Alia, karena pada dasarnya Kamarnya sudah bersih, jadi Endah hanya perlu mengosongkan tempat sampah di dalam Kamar dan Kamar MandiNamun Endah menemukan kemeja milik Adrian di tempat sampah yang ada di dalam kamar mandi, dia mengenali kemeja itu dengan sangat baik, bahkan dia juga tahu harga dari kemeja itu, karena itu adalah kemeja khusus yang di buat oleh designer terkenal untuk Adrian, harganya sangat mahal"Berani sekali Alia membuangnya begitu saja" pikir Endah di dalam hatinyaEndah menatap kemeja itu dengan tatapan tidak percaya selama beberapa detik, lalu ia langsung memutuskan untuk memberitahukan kepada Adrian, ia bertemu dengan Alia di luar kamar tapi sengaja tidak menyapanya, Alia juga malas untuk berbicara dengan Endah ia langsung masuk ke dalam Kamar tanpa menyapa AliaSetelah turun, Endah menyerahkan kantong sampah itu pada Pelayan lain, lalu ia menghampiri Adrian yang sedang duduk di sofa dengan waja
Alia menghentikan langkahnya selama beberapa detik ketika mendengar ucapan itu, lalu dia berjalan meninggalkan ruang makan tanpa memberikan tanggapan apapunAdrian berdiri lalu melangkah dengan cepat untuk mengejarnya sambil mengerutkan keningnya, lalu ia meraih pergelangan tangan Alia kemudian membalikkan tubuh Alia dengan keras, ia merasa kesal karena Alia tidak menggubrisnya sama sekali,"Apa kamu bodoh?" ucap Adrian"Lepaskan aku" ucap Alia dengan rasa jijik yang terlihat di matanya ketika tatapannya melihat pada tangan besar Adrian yang mencengkeram dirinya"Kenapa?" ucap Adrian sambil terus memegang tangan Alia dan menatapnya tajam"Kubilang lepaskan aku" ucap Alia mengulangi apa yang dia katakan tanpa menatap matanya"Jika kamu berpikir aku akan menuruti perintahmu, maka aku pasti sudah mendengarkanmu tadi malam" ucap Adrian dengan tertawa kecil sambil mencondongkan tubuhnya ke dekat telinga AliaAlia menggertakkan gigi dan menahan diri untuk tidak mengatakan apa-apa, sebenarny
Keesokkan harinya, Adrian bangun dengan Alia masih berada di dalam pelukannya, dia lalu menarik tangannya dari tubuh Alia, melihat tindakannya sendiri ini ia jadi berpikir kenapa dia sampai tidak bisa tidur sampai akhirnya ia memeluk Alia.Adrian memijat pelipisnya lalu turun dari Tempat tidurnya, sebenarnya Alia sudah terbangun ketika Adrian menarik tangannya, tetapi dia memilih untuk menutup matanya rapat-rapat, hal terakhir yang dia inginkan adalah berbicara dengan AdrianApa yang terjadi kemarin malam terlalu berat untuknya, itu menunjukkan bahwa Adrian tidak menghormatinya, namun setelah dipikir-pikir lagi itu adalah kesempatannya untuk hamil, senyum pahit terlukis di wajah Alia, ada sesuatu yang sangat ironis jika melihat seluruh situasi yang sedang terjadi ini,Sebenarnya hari dimana Adrian memperkosanya juga adalah hari keberuntungannya, karena bagaimanapun juga jika dia hamil maka dia akan bisa memenuhi keinginan Bastian dan Rina untuk melahirkan keturunan untuk Keluarga Dena
"Aku berjanji tidak akan melakukan hal seperti itu lagi" ucap Alia dengan sungguh-sungguh"Apa kamu yakin?" ucap Adrian sambil memandang Alia acuh tak acuh"Ya, aku yakin" ucap AliaAdrian memberinya senyum mengejek, lalu dia mencondongkan tubuh ke depan, mengambil gelas dari atas meja, lalu menjatuhkannya ke lantai, sepertinya gelas itu terlalu panas, sehingga dia tidak kuat memegangnya,Namun mendengar bunyi pecahan gelas itu jatuh membuat Alia menjadi sangat ketakutan, sehingga dia berteriak begitu kencang, dia mengira bahwa Adrian akan melemparkan gelas itu ke arahnya, ketika dia melihat pecahan kaca di lantai, Alia menundukkan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnyaKedua tangannya sudah mengepal dengan kencang, ternyata Adrian tidak sedang marah dan ingin menyerangnya dengan gelas itu, tapi karena gelas itu terjatuh,Alia merasa sangat ketakuttan, ia tidak akan berani lagi untuk melakukan hal yang ia lakukan tadi di Kantor lagi di kemudian hari"Tidak ada seorangpun yang beran
Alia melihat ke sekeliling,"Aku tidak sedang melakukan apa-apa, ya sudah kalau begitu, karena kamu sedang bersama dengan Pacarmu, maka jangan buang waktumu untuk berbicara denganku, sampai jumpa bye" ucap Alia sambil berbisik"Tidak, dimana kamu sekarang? aku bisa mendengar suaramu bergema, kedengarannya kamu seperti berada di ruangan kosong" ucap Meta"Aku sedang duduk di tangga" ucap Alia"Apa yang sedang kamu lakukan di tangga" ucap Meta"Aku sudah menyinggung Adrian, jadi aku sedang bersembunyi di sini" ucap Alia dengan terus terang"Yah, suaramu terdengar menyedihkan" ucap Meta sambil menghela napas"Yah, tapi aku tidak merasa sedih" ucap Alia dengan nada sarkastik, Meta mengabaikan komentarnya, mereka berbincang-bincang beberapa menit, sampai akhirnya mereka menyudahkan percakapan merekaTidak terasa sudah 10 menit Alia berada di tangga darurat, sampai akhirnya dia mendengar ada bunyi suara langkah kaki para Security, lalu Alia dengan cepat berjalan menuju lift lalu dia memasuk
Adrian masih mempertahankan posturnya tapi kedua tangannya sudah mengepal hingga buku-buku jarinya memutih, Alia menyadari ini dan jantungnya mulai berdetak lebih cepat, ia menyadari bahwa dia terlalu banyak bicara,Pada akhirnya ia membalikkan badannya, lalu mengambil ponsel dan tas tangannya, kemudian dia berjalan keluar dari ruangan Adrian,"Jika kamu berani keluar dari pintu ini, aku akan memastikan kamu akan menderita" ucap Adrian melihat Alia berjalan menuju ke arah pintuAlia sedikit memperlambat langkahnya ketika mendengar ucapan Adrian, tapi pada akhirnya Alia tetap memilih untuk pergi, dia tidak akan menganggap serius ancaman dari Adrian, ia tetap keluar dari ruangan Adrian dengan membanting pintu hingga tertutup kembaliAdrian melirik dokumen-dokumen yang berceceran di mejanya yang tadi dilempar oleh Alia, terlihat beberapa ide yang dituliskan oleh Alia, lalu ia mengambil dokumen itu dan melihat ide dan beberapa hal penting yang ditandai oleh Alia, ide yang ia tulis sangat
Alia sebenarnya bukan tipe gadis yang selalu menuruti perintah orang lain, namun sejak ia menikah dengan Adrian, dia terpaksa harus menuruti semua perkataan Adrian karena Pria itu selalu mengancamnya untuk mengikuti kemauannya.Akhirnya Alia menggelengkan kepalanya, ia tidak bisa menuruti permintaan Adrian ini, "Tidak, aku tidak bisa selalu harus mendengarkan perintah Adrian" pikir Alia dalam hatiAdrian melihat dari sikap Alia bahwa wanita itu tidak berniat untuk memberikan ponselnya, terlihat dari sikapnya yang tetap melanjutkan pekerjaannya dengan membaca dokumen yang ada di tangannya."Alia, apa kamu tidak mendengarku?" ucap Adrian bertanya padanya, namun Alia tetap mengabaikannya, walaupun ia menyadari bahwa sikapnya ini akan membuat Adrian menjadi sangat marah"Alia Bratakusuma" ucap Adrian dengan sangat kesal, namun Alia tetap tidak melirik ke arah Adrian, ia tahu bahwa Adrian sangat marah, tapi kali ini ia tidak akan memenuhi keinginan Pria itu lagi, "Biarkan saja dia marah! t