Alia masih memegang dokumen itu, dan melihat bagian yang ditandatangani oleh Adrian, tapi lalu dia tersadar lalu menutup dokumen itu dan meletakkannya di hadapan Adrian, kemudian dia bangkit dari tempat duduknya dan berbalik, berniat untuk berjalan menuju mejaNamun, dia sangat kebingungan sampai-sampai dia secara tidak sengaja menabrak sudut meja, dan menyebabkan dirinya kehilangan keseimbangan, untungnya Adrian dengan cepat mengulurkan tangan dan menariknya ke dalam pelukannya"Mengapa kamu terlihat begitu linglung?" ucap Adrian sambil menatap Alia"Aku tidak linglung" ucap Alia mengelak sambil menatap wajah Adrian"Benarkah? lalu mengapa kamu terlihat seperti itu?" ucap Adrian sambil mengangkat alisnya"Lepaskan aku" ucap Alia sambil mendorongnya menjauhAdrian mengangkat bibirnya menjadi senyuman, lalu semakin mempererat genggamannya "Tidak" membuat Alia menjadi kesal mendengar jawaban Adrian sambil memelototinyaTidak bisa dipungkiri, memang kekuatan Pria lebih kuat daripada Wani
Namun akhirnya Alia menarik napas dalam-dalam setelah Adrian benar-benar pergi, matanya tanpa sadar jatuh ke sofa tempat Adrian memeluknya barusan, pada saat itu, dia merasa sangat gugup karena dia dipaksa untuk duduk di atas kakinya untuk waktu yang lama, belum lagi pipinya memanas karena dia bahkan bisa merasakan suhu tubuh Pria itu.Bagaimana mungkin dia tidak merasa linglung ketika dia mengalami situasi seperti itu?Alia memejamkan matanya sambil menggelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan adegan itu dari dalam benaknya agar imajinasinya tidak lepas kendali,Dia mulai bekerja untuk mengalihkan apa yang ada di pikirannya,Lalu ia melihat email dari departemen HRD, email itu berisi mengenai daftar CV dari beberapa kandidat yang harus dia pilih untuk menjadi Asistennya.Manager HRD, juga menanyakan apakah dia lebih suka mempromosikan Karyawan yang sudah bekerja di dalam Perusahaan atau merekrut kandidat baru, ia telah mensortir beberapa CV, baik dari internal maupun eksternal.Ta
Di dalam perjalanan Alia menatap Adrian yang diam sambil terkekeh pada dirinya sendiri, membuat Alia menatapnya dengan bingung"Ada apa?" ucap Alia"Kamu menganggapku sebagai Sopirmu?" ucap Adrian meliriknya sekilas dan mengutarakan pikirannya"Hah? tidak" ucap Alia mengerutkan kening ketika dia menatapnya, Alia tidak mengerti kenapa Adrian berpikir seperti itu"Lalu, mengapa kamu tidak menyapaku? kamu hanya mengencangkan sabuk pengamanmu sebelum memberitahuku bahwa kita bisa pergi sekarang, jika perilaku seperti itu tidak mengartikan bahwa kamu menganggapku sebagai Sopir, lalu apa?" ucap Adrian melanjutkan dengan tenang"Kalau begitu, bagaimana kalau aku yang mengemudikan mobil? jadi kamu tidak akan berpikir bahwa kamu adalah Sopirnya" ucap Alia"Kamu tahu aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu" ucap Alia lagi melihat Adrian tetap diamLalu Alia memandangnya dalam-dalam dan bertanya "Apa yang harus kulakukan untuk membuatmu percaya bahwa aku sama sekali tidak menganggapmu sebaga
Alia melihat sekeliling interior Restaurant, tapi tidak menjawab pertanyaan Adrian, dia memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan"Aku lapar, bukankah kamu bilang kamu akan mentraktirku makan malam? apa kamu akan membiarkanku makan hanya jika aku jatuh sakit karena kelaparan?" ucap Alia sambil tersenyumSenyum Alia seolah-olah membuyarkan amarah Adrian, tapi ada beberapa kata yang tidak bisa diabaikan, Adrian melirik tangan Alia yang menggenggam tangannya, dan menemukan dia tidak mengenakan cincin kawin.Seorang Wanita yang sudah menikah tanpa cincin kawin di jarinya, membuat Adrian menjadi merasa bersalah melihatnya,Alia mengikuti arah pandangannya dan bertanya, "Apa yang sedang kamu lihat?""Kita sudah menikah, tapi kita tidak punya cincin kawin" ucap Adrian"Itu bukan masalah, aku sama sekali tidak peduli dengan hal-hal seperti itu" ucap Alia sambil mengepalkan jari-jarinya"Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan hal ini padaku?" ucap Alia lagi"Kamu menginginkannya atau tidak" ucap A
"Yah, um... Adrian mentraktirku, jadi cepatlah kesini sekarang" ucap Alia sambil melirik Adrian sebentar lalu ia menutup mulutnya sambil berbisik di telepon "Mungkin kita bisa menanyakan sesuatu tentang Ray kepada Adrian, cepat kesini"Mendengar apa yang Alia katakan Meta langsung heboh "Oke, aku segera ke sana sekarang" ucap MetaSetelah menutup telepon, Alia meletakkan ponselnya di sudut meja, bersamaan dengan Pelayan yang mulai menyajikan hidangan yang mereka pesan, semua hidangan itu tampak sangat mewah dan lezat, menunjukkan bahwa kokinya mengerahkan semua kemampuan terbaiknya,Alia merasa kagum, tapi dia tidak menatap hidangan tersebut terlalu lama untuk menghindari rasa malu, tanpa ia sadari Adrian terus menatap Alia dari tadi lalu dia bertanya "Kamu ingin memesankan makanan untuk Temanmu atau dia pesan sendiri saja nanti?"Setelah berpikir beberapa saat Alia menjawab "Dia bisa memesan sendiri nanti ketika dia datang""Baiklah" ucap Adrian sambil menganggukkan kepalanya dengan
"Tanggalnya belum di konfirmasi" ucap Adrian menjawab dengan cepat"Meta, aku pikir mereka akan mengumumkan hubungan resmi pada hari pertunangan itu, tapi sekarang Ray masih seorang Pria single jadi jangan bersedih dulu, bukan tidak mungkin kalau terjadi sesuatu di antara mereka sebelum pertunangan itu berlangsung yang akan membuat mereka tidak jadi bertunangan bukan?" ucap Alia mencoba untuk membuat Meta tenang"Tapi kejadian apa yang mungkin akan terjadi untuk mengubah kejadian itu" ucap Meta dengan murung"Mungkin hal-hal seperti Putri dari Keluarga Limandara ternyata tidak ingin bertunangan dengannya" ucap Alia, ia tidak menyadari kalau Adrian sudah menatapnya dengan curiga ketika mendengar ucapan Istrinya itu, namun Adrian masih memperlihatkan ekspresi tenangAlia mengumpulkan keberaniannya lalu berbisik di telinga Meta "Sama seperti Alina, jika bukan karena dia melarikan diri, aku juga tidak akan menikah dengan Adrian, bukankah begitu?" ucap Alia sambil menggeserkan badannya set
"Mengapa kamu harus mengkhawatirkan itu? tidak usah terlalu dipikirkan, kalau kamu ingin tahu sesuatu mengenai Ray, kamu bisa bertanya pada Adrian, aku pikir dia..." sebelum Alia bisa menyelesaikan ucapannya Adrian memotong ucapannya sambil menggertakkan giginya dan memanggil "Alia""Habislah aku" pikir Alia sambil mengerutkan keningnya, "Sepertinya dia tidak mau bekerja sama lagi denganku" pikir Alia dalam hatinyaNamun di luar dugaan, kata-kata yang keluar dari mulut Adrian berbeda dari yang dia harapkan, "Turunkan sikumu dari atas meja, makanan Meta sudah datang" ucap Adrian setelah ituNamun Situasinya menyadarkan Alia dan dia menganggukkan kepalanya sebelum dia buru-buru menyesuaikan posisinya, setelah Pelayan meletakkan makanan di atas meja, Alia diam-diam menghela napas lega, dia benar-benar mengira Adrian akan memarahinya,Meta diam-diam memperhatikan interaksi Alia dan Adrian, dan tiba-tiba dia mengerti sesuatu, lalu dia memandang Alia sambil tersenyum, lalu melambaikan tanga
"Aku baru saja mendorongmu menjauh, apa kamu tidak mengerti apa artinya tindakan itu?" ucap Alia sambil mengangkat alisnya kembali, meniru nada malas Adrian dan tersenyum membuat Adrian terkekeh melihat tingkahnya"Apa yang kamu tertawakan? bisakah kamu menjelaskannya padaku agar aku bisa mengerti? dengan cara ini aku bisa tahu lebih banyak tentang Suamiku" ucap Alia dengan nada sarkastik sambil menatap Adrian"Berhentilah berpura-pura bodoh" ucap Adrian sambil menyipitkan matanya"Aku tidak berpura-pura bodoh, bagaimana kamu bisa menuduhku dengan kata-kata seperti itu" ucap Alia, ia sama sekali tidak merasa malu dengan kepura-puraannya walaupun dia merasa jijik dengan tindakannya ini, itu karena dia berpikir bahwa metode ini mungkin yang paling efektif untuk menghadapi Adrian, dan caranya yang mencoba untuk mengendalikannya"Kamu tahu, apa yang kamu lakukan sekarang sangat tidak bijaksana untukmu" ucap Adrian dengan nada peringatan sambil terkekehAlia mengangkat alisnya dan bertanya
"Baiklah, ayo kita makan terlebih dahulu" ucap Adrian dengan lembut, ia tidak ingin lagi membahas hal itu lebih jauh karena temperamennya juga sedang baikSetelah mengatakan ini, dia berjalan ke tempat duduk di seberang Alia, lalu setelah duduk di meja makan ia mengambil peralatan makannya dan mulai menyantap makanannyaNamun, Alia hanya menundukkan kepalanya dan tidak mengambil peralatan makan, Adrian memandangnya dan bertanya dengan ringan "Mengapa kamu tidak makan? apa kamu masih marah padaku?""Tidak, aku tidak berani marah padamu" ucap Alia tersenyum pahitAdrian mengangkat alisnya dan bertanya "Ada sesuatu yang tidak berani kamu lakukan?"Alia diam-diam menggertakkan giginya, saat mendengar kata-kata itu, dia tetap diam karena dia sama sekali tidak ingin melanjutkan untuk membahas tentang hal ini lebih lanjutAdrian tersenyum ketika dia bisa menebak bahwa Alia sedang mengeluh tentang dirinya di dalam benaknya, mekipun begitu dia bersikap lebih sabar dari biasanya"Makan dulu mak
Tidak! Alia benar-benar tidak mengerti dan dia tidak akan berpura-pura untuk mengertiSemua orang bisa mengatakan hal yang sama dengan yang baru saja Adrian katakan tanpa memiliki maksud apapun,"Alia, aku yakin kalau itu bukan rencanamu, ayo kita makan oke? dan bisakah kamu mencoba untuk menahan amarahmu?" ucap Adrian ketika dia melihat Alia yang masih tetap diamNamun Alia sama sekali tidak berencana untuk makan, tetapi Adrian mengambil peralatan makan yang ada di atas meja dan memaksa tangannya untuk memegang peralatan makan tersebut"Jangan marah seperti itu, oke" ucap Adrian sambil memegang dagu Alia untuk memaksa Alia agar menatap matanyaAlia mengatupkan bibirnya dan menatapnya dengan raut tanpa emosi di wajahnya,"Adrian, menurutmu aku ini apa?" ucap Alia sambil tersenyum sinis"Tentu saja kamu adalah Istriku, apa ada masalah tentang itu" ucap Adrian, membuat Alia menghela napas berat"Pernahkah kamu mempercayaiku? bahkan hanya sedikit saja? apa kamu pernah memikirkan perasaan
"Jadi... Anda harus mendengarnya sendiri dari Pak Adrian" ucap MarniAlia tidak mengerti kenapa Marni tidak bisa menceritakan apa yang terjadi meskipun dia tepat berada di hadapannya, Alia menganggukkan kepalanya "Baiklah aku akan masuk"Setelah Marni menyingkir dari hadapannya, Alia langsung berjalan masuk ke dalam menuju Ruang keluarga, yang ternyata di sana Adrian sudah duduk di sofa dengan wajah suram, lalu Alia berjalan mendekat ke hadapan Adrian"Apa kamu sedang menungguku?" tanya Alia"Apa kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku?" ucap Adrian sambil menatap mata Alia, membuat Alia merasa bingung mendengar ucapan AdrianAlia merasa tidak menyembunyikan apapun selain tentang kesepakatannya dengan Mertuanya untuk memiliki bayi pikir Alia dalam hati"Apa itu?" ucap Alia sambil menatap Adrian"Apa kamu tidak tahu?" ucap Adrian"Menurutku aku tidak menyembunyikan apapun darimu" ucap Alia membuat Adrian bangkit dari sofa dan mendekat ke arah Alia,"Kudengar kamu tidak berhubungan ba
Endah mengambil beberapa langkah maju mendekati Alia, dia memamerkan seringai di wajahnya "Alia, kamu pasti bersenang-senang sejak aku meninggalkan Mansion AW kan?"Alia melipat kedua tangannya dengan tatapan acuh tak acuh "Kamu berpikir terlalu tinggi terhadap dirimu sendiri, aku tidak pernah memiliki waktu yang buruk bahkan ketika kamu berada di Mansion AW"Alia masih mengenakan setelan kerjanya, dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada, Alia tampak seperti Bos, jelas sekali bahwa dia terlihat jauh lebih menakutkan dibanding Endah yang sedang mengenakan pakaian kasualEndah memelototinya "Beraninya kamu menghasut Pak Adrian untuk memecatku? atas dasar apa kamu bertindak seperti itu?" ucapnya membuat Alia memutar matanya"Itu sama sekali tidak penting, yang lebih penting adalah mengapa kamu masih berani berdiri di hadapanku ketika kamu sudah dipecat? apa yang memberimu begitu banyak keberanian?" ucap Alia"Alia, aku tidak akan membiarkan hal ini berlalu begitu saja, aku di sin
Alia mendengar desahan sedih Fira, setelah dia selesai berbicara "Alia, apa kamu menyalahkan Ibu karena tidak mengirimmu kembali lebih cepat?"Alia mengerutkan keningnya dan membalas dengan tidak setuju "Bu, apa yang sedang Ibu bicarakan? Ibu adalah orang yang membesarkanku dan memperlakukanku dengan sangat baik sepanjang hidupku, aku bahkan tidak bisa cukup berterima kasih untuk semua itu, jadi bagaimana mungkin aku menyalahkan Ibu untuk itu?"Fira merasa lega ketika mendengar kata-kata yang Alia ucapkan "Terima kasih karena sudah berpikir seperti itu, Ibu tahu bahwa kamu adalah Anak yang baik""Baiklah Bu, aku harus pergi bekerja dulu, kalau tidak aku akan terlambat, aku akan kembali dan bertemu dengan kalian secepatnya" ucap Alia"Ingatlah untuk membawa Suamimu bersamamu nanti, kamu juga ingin bertemu dengan Pria yang menjadi Suamimu itu" ucap Fira mengingatkan dengan penuh semangat"Oke, aku akan mencoba" ucap Alia terkekeh mendengarnya, dia belum menemukan cara untuk membawa masa
Alia melihat nama yang ada di layar ponselnya itu, lalu dia mengangkatnya "Maria"Maria adalah Putri kandung dari Orang tua angkatnya, dia berusia dua tahun lebih muda dari Alia, bisa dikatakan mereka tumbuh besar bersamaNamun Alia tidak pernah benar-benar di terima olehnya, Alia tidak pernah memiliki hubungan yang baik dengan Saudaranya, hubungannya dengan Maria tidak pernah baik sama halnya dengan Alina, oleh karena itu dia benar-benar terkejut ketika melihat Maria meneleponnyaBegitu panggilan itu tersambung, suara Maria terdengar dari ujung telepon yang lain "Alia, kamu sekarang bahagia di Keluarga Bratakusuma kan? saking senangnya sampai-sampai kamu telah melupakan orang-orang yang membesarkanmu? kenapa lama sekali tidak pulang ke Rumah?"Alia membuka pintu dan keluar dari mobil sambil memegang ponsel di telinganya, dia berjalan menuju lift dan berkata dengan acuh tak acuh "Maria, kamu bahkan tidak pernah menyukaiku, jadi kenapa kamu meneleponku?""Alia, apa kamu ingin mengabaik
Alia berpikir di dalam hati "Tidak mungkin dia menyukaiku, dia mungkin menikah denganku dan berhubungan intim layaknya Suami Istri pada umumnya, tapi semua itu tidak bisa mengubah fakta bahwa orang yang dia cintai adalah Alina, apalagi Alina adalah Adik kandungku, aku tidak bisa bersikap tidak tahu malu dengan mencuri seorang Pria darinya"Alia meletakkan tangan di mulut Adrian untuk menghentikannya,Ya, mereka berciuman, tapi Alia jarang melakukannya dan bahkan tidak tahu bagaimana melanjutkannya, setelah bibir merahnya menekan bibir Adrian dia tidak melanjutkan lebih jauhBeberapa detik kemudian, Alia memalingkan wajahnya dari Suaminya dan berkata dengan suara yang hampir tidak terdengar "Adrian, aku ingin bangun"Namun Adrian mengabaikan permintaannya, sebaliknya dia menolehkan kepala Alia ke arahnya dan membungkam bibir merah yang ingin dia miliki lagi, Alia menciumnya dengan sangat lembut, seolah-olah memberinya kesempatan untuk menanggapinya, tentu saja Alia mencoba untuk menang
"Aku baru saja mendorongmu menjauh, apa kamu tidak mengerti apa artinya tindakan itu?" ucap Alia sambil mengangkat alisnya kembali, meniru nada malas Adrian dan tersenyum membuat Adrian terkekeh melihat tingkahnya"Apa yang kamu tertawakan? bisakah kamu menjelaskannya padaku agar aku bisa mengerti? dengan cara ini aku bisa tahu lebih banyak tentang Suamiku" ucap Alia dengan nada sarkastik sambil menatap Adrian"Berhentilah berpura-pura bodoh" ucap Adrian sambil menyipitkan matanya"Aku tidak berpura-pura bodoh, bagaimana kamu bisa menuduhku dengan kata-kata seperti itu" ucap Alia, ia sama sekali tidak merasa malu dengan kepura-puraannya walaupun dia merasa jijik dengan tindakannya ini, itu karena dia berpikir bahwa metode ini mungkin yang paling efektif untuk menghadapi Adrian, dan caranya yang mencoba untuk mengendalikannya"Kamu tahu, apa yang kamu lakukan sekarang sangat tidak bijaksana untukmu" ucap Adrian dengan nada peringatan sambil terkekehAlia mengangkat alisnya dan bertanya
"Mengapa kamu harus mengkhawatirkan itu? tidak usah terlalu dipikirkan, kalau kamu ingin tahu sesuatu mengenai Ray, kamu bisa bertanya pada Adrian, aku pikir dia..." sebelum Alia bisa menyelesaikan ucapannya Adrian memotong ucapannya sambil menggertakkan giginya dan memanggil "Alia""Habislah aku" pikir Alia sambil mengerutkan keningnya, "Sepertinya dia tidak mau bekerja sama lagi denganku" pikir Alia dalam hatinyaNamun di luar dugaan, kata-kata yang keluar dari mulut Adrian berbeda dari yang dia harapkan, "Turunkan sikumu dari atas meja, makanan Meta sudah datang" ucap Adrian setelah ituNamun Situasinya menyadarkan Alia dan dia menganggukkan kepalanya sebelum dia buru-buru menyesuaikan posisinya, setelah Pelayan meletakkan makanan di atas meja, Alia diam-diam menghela napas lega, dia benar-benar mengira Adrian akan memarahinya,Meta diam-diam memperhatikan interaksi Alia dan Adrian, dan tiba-tiba dia mengerti sesuatu, lalu dia memandang Alia sambil tersenyum, lalu melambaikan tanga