MUSIM CINTA DI SEOUL 2 adalah lanjutan novel dari BIDIKAN CINTA UNTUK KIM DAE JUNG. Warning 18+ "Tak ku pedulikan seberapa banyak aku menyesap lara, yang aku tahu bersamamu suatu kewajiban dari Tuhan. " Tak ada pernikahan yang sempurna, tak lepas dari ujian serta badai mengintai. Anna, Dae Jung,dan Dae Song, masih memerankan kisah cinta reinkarnasi pahlawan Korea, Hang Baek Hyeon dan Yama, gadis muslim Indonesia. Di tahun ke-5 setelah Dae Jung koma, harapan mulai mengikis pada Anna. Kedua anak kembar yang terlahir tanpa sambutan ayah mulai lelah bertanya, kenapa ayahnya hanya berbaring lelap di atas ranjang. Cinta Dae Song pada adik iparnya makin menyeruak, begitu banyak perempuan datang menawari tubuh dan cinta, namun hanya adik iparnya yang ia cintai, Anna. Sosok inspirasi kehidupan korain bak musim semi di Pulau Jeju. Lalu siapakah sosok gadis bercadar yang tinggal di Seoul Central Mosque? sangat misterius, hingga berani menyendukan mata pada Dae Song yang atheis, sedangkan cinta turun ranjang siap ia lakoni pada Anna. Jangan lupa pada pria berhati lembut yang mualaf karena Anna, dia Jun Hyun. Senantiasa menanti Anna di sudut yang sama, sisi yang tak pernah lagi ia ungkap selain memandangi Anna dalam endapan matanya. Tetapi ternyata ada sosok roh yang berkeliaran di rumah Korain, itu Kim Dae Jung. Berusaha bangkit dari alam bawa sadarnya ingin membuat Anna percaya dia akan kembali sadar lagi. "Anna, aku ada disini, aku akan kembali bersama kalian." Ikuti kisah dramatis mereka dalam season 2 ini.
View MoreLima tahun kemudian di Pyoengchamdong, Kota Seoul.
Anak laki-laki itu melemparkan sepatunya. Dia menunjukkan kemarahannya. Mengamuk karena ibunya memaksa ke Seoul Central Mosque.
"A-aku tidak ingin ke mosque!" Bentak Haneul pada ibunya.Bocah berusia lima tahun itu malah berlari ke kamar. Meninggalkan ibu dan saudari kembarnya. Melihat anaknya tantrum, Anna berusaha sabar. Dia mengikuti Haneul kembali kamar. "Haneul, ibu tidak suka kamu seperti ini, Micha sudah menunggumu, ayo bangun," ujar Anna pada putranya."Tidak mau .." rengek Haneul."Kenapa? hari ini kamu ada les mengaji.""Mereka mengejekku, dia bilang ayahku robot," papar Haneul yang sering mendapat ejekan dari teman-temannya perihal ayahnya koma sekian lama.Anna menghela nafas. Lakon ini setiap pagi harus ia jalani, membujuk anaknya agar tidak mendengar ocehan temannya tentang Dae Jung. Sejak tragedi penembakan itu, suaminya memang tak kunjung sadarkan diri. Tetap saja terbaring koma karena paru-paru yang belum stabil."Ayah akan sadar kembali. Ini hanya butuh waktu, Nak.""Kapan? aku tidak pernah melihat ayah bangun," tangkas Haneul. Anna lelah beradu mulut bila bersama Haneul. Anak itu memang mewarisi kepintaran Kim Dae Jung."Kalau begitu, ibu kirim kamu ke Indonesia tinggal bersama nenek Nuri disana, mau?" gertak Anna.Tangisan Haneul kian menggelegar. Saat itu ada Dae Song yang melintas, melihat adegan ibu dan anak yang penuh drama. Kembaran Dae Jung itu masuk ke kamar lalu menggendong keponakannya."Pahlawan korain kenapa menangis? kau tidak bisa jadi direktur nanti," pungkas Dae Song menenangkan Haneul.Haneul mengusap lelehan air matanya. Emosi putra Dae Jung itu seketika ciut. Dia paling takut pada pamannya. Raut wajah ketegasan seringkali di layangkan Dae Song untuk kedua anak kembar Dae Jung. Cara itu ia lakukan agar keduanya tak selalu memberontak pada Anna."Ibu tunggu di kamar ayah, pamitlah sebelum kita pergi," ujar Anna keluar kamar menuju ke ruang perawatan suaminya. Dae Song menyusul seraya menggendong Haneul. Di ruang perawatan Dae Jung, ada Micha saudari kembar Haneul juga Bu Nas sudah menunggu mereka. Dae Jung tetap sama seperti lima tahun yang lalu, hanya bisa terlelap dalam koma."Ayah, Haneul dan Micha mau pamit dulu mengaji, anak-anak kita mendoakan kamu," tutur Anna seraya mengusap tangan suaminya.Micha dan Haneul menyalami lalu mencium pipi ayahnya. " Ayah, cepat bagun," lirih Micha. Anna menarik nafas, menahan mata yang mulai sembab lagi. Tak ingin kedua anaknya melihat kerapuhan itu. Namun di sisi kanan, Dae Song menilik mimik wajah Anna. Ya, dia pun ikut merasakan kesedihan.Mereka semua segera turun menuju ke mobil. Meninggal Dae Jung dengan dua dokter dan lima perawat khusus untuk mengawasi.Kedua mobil ferrari itu menuju ke Hannamdong. Setiba di Sentral Mesjid Seoul, Anna dan Bu Nas turun mengantar sepasang anak kembar itu naik ke lantai dua mesjid. Dae Song hanya menunggu di luar, di lantai bawah mesjid, dari kantor federal muslim, ada sosok wanita bercadar memandanginya dari jauh. Lekat tanpa bergerak. Tatapan mata wanita itu sangat tajam di batasi oleh cadar hitam.Dae Song menyerngit. Merasa aneh. "Kenapa ninja memandangiku seperti itu?" gumamnya.Wanita bercadar itu masih memandanginya penuh misteri. Ada sesuatu ia pikirkan melihat wajah tampan pria kembar identik itu. Dae Song membuang pandangan. Dia pikir, mungkin saja wanita ini terpesona melihat ketampanannya. Bukankah itu seringkali jadi sihir pada setiap kaum hawa melihatnya, batin Dae Song.Anna sudah turun ke bawah. Dia dan Dae Song hari ini akan ke Kota Inchaeon, ada perjalanan bisnis korain group yang harus Anna hadiri sebagai istri presdir utama, Kim Dae Jung."Anna, kau kenal dengan ninja itu?" tanya Dae Song mengarah ke wanita bercadar yang tak henti menatapnya.Anna memalingkan wajah ke wanita yang di maksud Dae Song. Bertahun-tahun di Seoul, juga sebagai donatur mesjid megah di Itaewon itu, dia tak pernah mengenal wanita bercadar. "Jangan bilang dia ninja, Kak. Itu cara dia menutup aurat. Mungkin dia karyawan baru di kantor federal," sahut Anna. Dae Song memang masih atheis, belum tertarik memeluk agama manapun. Rentetan peristiwa menimpa korain belum bisa menghijrahkan anak Rifasya Salim itu.Keduanya masuk ke mobil. Menuju kantor utama korain menjemput Minzi, sekertaris Dae Song. *********Setelah berbagai rapat dengan beberapa kolega, korain group merasa lega, mereka di bantu lagi oleh salah satu investor asing. Semenjak Dae Jung koma, korain group mengalami pasang surut, entah karena Dae Song dan Ji Yeong yang kurang tepat mengurus atau mungkin hoki itu hanya di berikan pada Dae Jung semata.Di kamar hotel, Dae Song dan Anna memahami label penurunan korain. Tidak lama berselang, ada Minzi datang membawa dua gelas minuman segar. Sekertaris seksi Dae Song terhenyak melihat kehadiran Anna. Istri Dae Jung itu memang sempat pamit untuk segera kembali ke Seoul, tapi di urungkan karena banyak yang harus ia ketahui dari rapat tadi.Minzi mematung di tempat. Tak ingin melanjutkan rencana busuknya. Hari ini dia berniat menjebak Dae Song untuk menikmati perjalanan bisnis mereka. Minzi ingin Dae Song lumpuh dalam dekapannya, karena selama ini kembaran Dae Jung itu selalu cuek dan dingin."Minzi, berikan minuman itu, kami haus," ujar Dae Song.Minzi membelalakkan mata. Tangannya gemetar. Minuman itu bukan jus biasa. Melainkan obat pembangkit nafsu juga sekaligus memabukkan."Kamu kenapa diam? bawa kemari," pinta Dae Song setengah membentak.Tak ada pilihan lain. Minzi meletakkan minuman iu di atas meja. Di berikan pada Anna dan juga Dae Song. Anna melempar senyum ramah pada gadis berdarah manado itu."Terima kasih, Minzi," ucapnya"Kau keluar, ini yang harus kamu belikan untuk Haneul dan Micha," Dae Song memberikan catatan daftar oleh-oleh untuk ponakannya.Minzi keluar dengan perasaan gusar. Dia sudah menebak hal yang akan terjadi selanjutnya pada Anna dan Dae Song. Dosis obatnya terlalu tinggi, salah satu gelas itu ada yang melebihi dosis, sasaran Minzi gelas itu di berikan kepada Dae Song, tetapi malah di teguk oleh Anna sampai habis. Dae Song menyusul pula menenggak setengah dari gelasnya. Setelah itu, keduanya melanjutkan lagi mengamati layar laptop. Beberapa menit berselang, Anna merasa tubuhnya panas. Pelembab ruangan yang begitu dingin bak tak berefek. Anna mengusap kaki dan lengannya, cara agar mentralkan hawa panas itu.Pikirannya tak karuan, dia sudah mabuk karena obat itu. Matanya menyipit, dia mulai berimajiansi. Melihat Dae Song seperti Dae Jung tersenyum kepadanya. Tatapannya penuh hasrat pada kakak iparnya.Dae Song pun merasa demikian, di bawah sana mulai berdiri tegak. Namun dia belum mabuk seperti Anna. Hanya sedikit pusing."Aneh ..aku kenapa ini," gumam Dae Song menjepit sendiri kepunyaanya agar bisa terkontrol.Dia memalingkan wajah ke Anna. Tatapan adik iparnya itu menggoda. Dae Song tak bisa menampik, cintanya pada Anna masih sama seperti dulu, tak ada yang berubah. Meski dia tahu, memiliki Anna hal yang tabuh baginya.Mata Anna berkaca-kaca membayangkan senyuman Dae Jung. Dia begitu rindu pada suaminya. Lima tahun dia tak pernah lagi di lempari senyuman itu. Anna kian mendekat ke Dae Song. "Aku merindukanmu .." lirihnya pada Dae Song.Dae Song menatap lekat perempuan yang selalu mengusik jiwanya. Dia menelan saliva dengan kasar. Keduanya kian mendekatkan wajah. Akal kedua insan itu tak jernih lagi. Keruh tak bermanusiawi. Obat pembangkit Minzi memang mujarab. Dae Song merasa ini khayalan yang acap kali ia lakukan sebelum tidur, memadu cinta bersama sosok Yama di abad-21 itu."Aku mencintaimu .." ucap Dae Song."Aku mencintaimu juga .."balas Anna pada bayangan Dae Jung.Di detik kemudian, kedua pasang bibir itu saling berpangutan. Anna memangku pada Dae Song.Dae Song dan anak buahnya menuju tempat tinggal Rini, dengan bantuan manajer di perusahaanya, Dae Song dapat mengetahui tempat tinggal Rini yang sebenarnya. Selama ini Rini hanya mencantumkan alamat kontrakannya menjadi riwayat pribadi untuk kantornya. Setiba di gang yang sulit di akses oleh kendaraan roda empat, salah seorang anak buah Dae Song keluar dari mobil untuk mencari cara, tetapi tak ada jalan lain selain jalan yang di depan mereka."Tidak ada jalan lain, Tuan. Hanya ini akses satu-satunya," ucapnya."Kalau begitu kita jalan kaki saja, kata kamu kamu rumahnya sudah tidak jauh lagi 'kan?""Iya Tuan, hanya jarak seratus meter lagi.""Kalau begitu kita turun, kita jalan kaki saja," usul Dae Song yang keluar dari mobilnya.Anak buahnya mengelilingi Dae Song agar tuan mereka tetap terjaga. Masyarakat disekitar gang itu mulai grasak-grusuk, mereka terheran dengan kedatangan pria yang amat menonjol sebagai bos besar. Dae Song dan anak buahnya tetap berjalan, tidak menanggapi sapaa
Di Indonesia, Dae Song masih setia menunggu hasil pemeriksaan dari dokter, Zura mulai membaik secra kesehatan, namun secara psikis butuh waktu yang panjang untuk menerima kenyataan bahwa dia telah kehilangan kesuciannya secara sadis. Zura bahkan seringkali terpikirkan untuk mengakhiri hidupnya, Dae Song yang selalu diliputi rasa bersalah, selalu saja Dae Song menyudutkan diirnya dengan peristiwa yang menimpa Zura. Dae Ssong tetap disamping Zura, memberi dukungan moril,selain itu Zura juga tidak memiliki keluarga lagi di Indonesia.Dae Song menganggap dirinya sebagai kakak bagi Zura saat ini . "Kamu akan baik-baik saja, Zura.. Ada aku disini," ucap Dae Song menenangkan Zura."Aku sudah tidak berharga lagi, aku suda hina.." Zura tetap mencaci-maki dirinya sendiri."Tidak begitu, Zura.Kamu tetap berharga, kok. Zura yang dulu dan yang sekarang tetaplah sama, tidak ada yang berubah, kesucian seperti itu hanya kiasan sema
Usai dari kebun binatang, mereka tidak langsung pulang ke rumah, sejenak Dae Jung mengajak Anna dan kedua anaknya mampir di restoran milik sahabatnya. Micha dan Haneul begitu bersemangat memasuki restoran milik sahabat Ayahnya."Hati-hati sayang, nanti kamu tersandung," ujar Anna.Dae Jung melirik ke Anna yang sedang membawa beban berat bayi dalam perutnya."Seharusnya kalimat itu ditujukan padamu, berhati-hatilah, kamu sedang membawa tanggungjawab," timpal Dae Jung. Ia cemburu, tapi bagaimanapun bayi di dalam kandungan Anna adalah keponakannya, yang ia sayangi seperti Micha dan Haneul.Anna tergugah, dia menyunggingkan senyuman lebar karena ucapan Dae Jung persis ucapan Dae Song sewaktu mengandung si kembar, yang pada kala itu Dae Jung terbaring koma."Kau telah melewati masa ngidammu?" Tanya Dae Jung."Ia, sepertinya," sahut Anna.Dae Jung mengangguk-anggukkan kepalanya, dia berlalu menghampiri sahabatnya yang pemilik restoran Jepang itu. Anna duduk bersama si kembar, Micha yang bah
Mereka sudah tiba di kebun binatang, Dae Jung sudah menyiapkan kamera untuk mengambil setiap momen Anna dan si kembarnya. Dae Jung berjalan disamping Anna yang sedang mengontrol anak-anaknya. Dae Jung dan Anna mengunci mulutnya masing-masing, liburan kali ini amat berbeda dari keluarga kawan-kawan Haneul dan Micha yang lain. Kedua orangtuanya malah kaku, bak seseorang yang baru saja saling kenal."Ayah, Ibu, lihat sana," teriak Micha menunjuk ke arah monyet yang bergelantungan.Anna berlari kecil ke arah kedua anaknya, takut jika anak-anaknya lepas kontrol dari guru yang mengawasi saat itu. Sementara Dae Jung berjalan tenang dibelakang sana, pikirannya tetap saja berkecamuk, dia berharap jika situasi itu segera berubah, bukan hanya sekedar sandiwara didepan kedua anaknya, melainkan mereka adalah keluarga utuh yang lengkap."Dia kenapa memilih berjalan di belakang?" Gumam Anna yang bingung melihat tingkah Dae Jung.Karena tak mampu mengawasi si kembar sendirian, Anna bergegas menghampi
"Saya akan jelaskan secara detail di kantor polisi, kita tidak bisa bicara disini, Pak Dae Song diharapkan sore ini ke kantor, setelah urusannya telah selesai," ucap salah seorang petinggi di kepolisian di kota itu."Baiklah, Pak. Saya sedang menyelesaikan masalah dengan kolegaku juga siang ini, mohon bantuannya agar masalah ini cepat selesai," sahut Dae Song.Dae Song dan polisi keluar dari ruangan dokter, dia berpisah jalan dengan pihak berwajib itu ketika menyusuri lorong rumah sakit, sesaat Dae Song ke depan ruangan ICU tempat Zura melakukan perawatan lanjutan sebelum dipindahkan ke ruangan pemulihan. Pria itu menatap pintu ruangan ICU dengan hembusan nafas lega, sedikit demi sedikit dia mengontrol masalah mental Zura yang hancur karena pemerkosaan."Tuan, mobil sudah siap, mari kita berangkat sekarang," ucap salah satu pengawalnya.Dae Song mengangguk, dia berjalan keluar dari rumah sakit itu di dampingi kelima bodyguardnya, para awak media tetap saja menunggu pernyataan Dae Song
Dae Song tercengang dengan penuturan Zura, dia tidak menyadari betapa pedulinya Zura terhadapnya walaupun hubungan mereka hanya sebatas sekretaris dan bos semata."Seharusnya kau tidak perlu peduli seperti itu, jika aku tahu, aku akan melarang mu,," ucap Dae Song.Zura tersenyum sinis, dia menghardik dirinya sendiri dalam hati, memang tidak seharusnya ia menuangkan perhatian lebihnya kepada Dae Song, pria yang sudah beristri. "Aku memang bodoh, karena kebodohanku, aku dihukum seperti ini, aku bodoh karena mengikuti perasaanku," gumamnya.Dae Song menelisik kalimat Zura, dia tidak mengerti makna dari ucapan sekretarisnya itu."Maksud kamu apa, Zura?""Tinggalkan aku sendiri, Pak. Aku bisa mengurus diriku sendiri, pergilah mengurus urusanmu, dan keluargamu," kata Zura tanpa menoleh ke Dae Song.Dae Song tetap ingin bertahan di ruangan rawat Zura, dia tidak ingin meninggalkan Zura yang sudah menjadi tanggungjawabnya, dia yang mengajak Zura untuk dinas ke Indonesia, Dae Song juga tahu Zu
Siang itu Dae Song dikejutkan oleh ketukan keras dari pintu kamarnya, dia yang kelelahan tak menyadari dia telah kesiangan, salat subuh pun terlewat olehnya. Dae Song membangunkan diri seraya mengerjapkan matanya."Hmm, tunggu," ujarnya pada seseorang yang mengetuk pintu.Setelah mencuci wajahnya, Dae Song beranjak membuka pintu, ternyata seseorang yang membangunkannya adalah Pak Ben, sopir pribadinya. "Maaf Tuan, ada berita dari rumah sakit, Zura katanya sudah siuman," ucap Pak Ben.Mata Dae Song yang tadinya menahan kantuk seketika nahterbelalak."Yang benar, Pak Ben?!""Saya juga kurang tahu, Tuan. ini hanya informasi dari bodyguard Tuan katanya dari pihak rumah sakit memberitahukan mereka, Tuan Dae Song diminta untuk ke rumah sakit," jelas pria berkulit sawo matang itu."Baik, tunggu saya dibawah Pak Ben, saya akan bergegas ke rumah sakit, mau mandi dulu," kata Dae Song.Tapan membuang waktu, Dae Song segera mandi, dia hanya memakai kaos oblong hitam dan jaket agar terlihat lebih
"Lupakan, aku tidak bisa diwawancarai saat ini," sergahnya.Pihak kepolisian yang turun tangan melayani wartawan, manager Dae Song ikut mendampingi, mereka menjelaskan rentetan peristiwa itu namun tidak secara gamblang mengungkapkan bahwa korban telah diperkosa. Dae Song tetap meminta kepada pihak kepolisian agar kehormatan Zura tetap terjaga."Kalian tetap disini, aku akan kembali ke rumah, jika penyelidikan pihak kepolisian suatu selesai, kalian boleh pulang," ucap Dae Song kepada managernya.Dae Song menuju ke mobilnya, disetiap langkahnya selalu saja berhasil dipotret oleh wartawan. Dae Song bahkan ngedumel didalam hati karena sikap wartawan yang kurang sopan."Sepertinya lebih enak hidup di Seoul jika seperti ini," gerutunya ketika berhasil masuk ke mobil.Sopirnya melajukan mobil, menerobos kerumunan wartawan yang seakan mencegat kepergian Dae Song. Pak Ben, sengaja membunyikan klakson berkali-kali. Dengan bantuan polisi, mobil yang tumpangi Dae Song dan kedua mobil pengawalnya
Dae Song menatap Rini penuh curiga, bukan menuduh karyawannya itu berbuat jahat kepada Zura, tetapi gelagat Rini menujukkan ketidaknyamanan ketika rekna lainnya menanyakan tentang Zura."Apakah kau pernah keluar bersama Zura diluar jam kerja?" Tanya Dae Song lagi."Ti-tidak pernah, Pak." Rini. tetap lada jawaban yang sama.Salah seorang rekan lainnya tak Terima, " Ini anak pelupa, aku pernah lihat dia bersama Zura di toko souvenir sana, sekali doang sih, Pak."Rini menundukkan kepala, dia tidak berani menyanggah pengakuan temannya. Dae Song tak berniat menanyakan tentang Zura."Baiklah, kalian lanjutkan makan kalian, aku ingin kembali mengecek keadaan Zura," ucap Dae Song.Dae Song mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar makanan dan minuman para karyawannya."Jika ada yang ingin menambah makanan, silahkan," ujarnya.Dae Song memilih bubar dari perundingan bersama karyawannya, dia kembali menyusuri lorong rumah sakit. Namun dia terhenti ketika mendapatkan jalan persimpangan. Dae Song
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments