Adrian menggoda Alia saat melihat ekspresi rumit di wajah Alia,
"Sepertinya Putri sulung dari Keluarga Bratakusuma mengalami kesulitan setelah kembali ke Rumah" ucap Adrian, Namun Alia tidak menanggapinya
Adrian tenggelam dalam pikirannya sendiri, lalu Adrian menyalakan sebatang rokok lagi, setelah itu ia menghisap rokok itu, kemudian ia meniupkan asap rokok ke wajah Alia.
Alia tidak bisa menahan batuk, tapi ia berusaha untuk mengecilkan suaranya, karena ruangan itu sangatlah sunyi, tingkah laku Alia yang gugup tiba-tiba menarik perhatian Adrian, kemudian Adrian bangkit dari kursi sambil mengangkat dagu Alia, dengan sebatang rokok yang masih terselip di sela jari-jarinya
"Alia" ucap Adrian kemudian
"Hmm" jawab Alia dengan lembut, Alia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Adrian,
"Karena kamu bersedia menikah denganku, apa kamu juga bersedia melakukan apa pun kewajiban sebagai seorang Istri?" ucap Adrian, Kedua mata Adrian seolah-olah menembus kulit Alia ketika ia berbicara.
Alia sudah berusia 24 Tahun, dan dia tahu dengan jelas apa yang di maksud oleh Adrian, kedua mata Alia jatuh pada jari-jari ramping Adrian yang mencengkeram dagunya, lalu Alia perlahan melepaskan tangannya dan mengambil rokok dari tangan Adrian, kemudian Alia berbalik dan mematikan rokok itu di asbak.
Ketika berbalik ke arah Adrian lagi, Alia membungkuk dan mendekati wajah Adrian sedikit demi sedikit, seolah-olah ia ingin mencium Adrian, namun tiba-tiba Alia berhenti ketika bibir lembutnya berjarak kurang dari satu inci dari bibir Adrian.
Alia masih tidak berani, terutama setelah melihat tatapan penuh nafsu yang terpancar dari kedua mata Adrian, napasnya tercekat di tenggorokannya.
Alia ingin mundur selangkah, tapi sebelum ia sempat melakukannya, Adrian memegang pinggangnya dan menindihnya "Kenapa kamu tidak melanjutkan" tanya Adrian
"Hmm, Aku... aku tidak bisa melakukannya" ucap Alia
"Huh!" Adrian mendengus kesal dengan mengejek, ia melingkarkan lengannya di pinggang Alia, seolah ingin mematahkan tulangnya,
Alia menggigit bibirnya dengan keras dan tidak mengeluarkan suara, tatapan mata Adrian yang penuh badai dan bau tembakau yang samar dari dirinya membuat jantung Alia berdebar,
"Pergilah kamu dari hadapanku" ucap Adrian sambil membungkuk
Setelah mengatakan itu, Adrian melepaskan pinggang Alia, lalu berdiri dan berjalan menuju ke Kamar mandi.
Alia tidak berani untuk tidak mematuhinya, jadi ia berjalan keluar dari dalam Kamar dengan diam, malam ini adalah hari pertamanya di Kediaman seorang Adrian Denaswara, jadi setelah meninggalkan Kamar dan menutup pintu di belakangnya, ia tidak tahu harus pergi ke mana,
Para Pelayan sudah tidur, dan semua lampu telah dimatikan sehingga membuat Mansion ini terlihat gelap dan sedikit menyeramkan.
Alia merasa tersesat, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan, lalu Alia berjongkok di depan pintu Kamar dengan tangan yang melingkari kakinya dan dagu yang menempel di lututnya, Alia tetap berada dalam posisi ini sepanjang malam, detak jantungnya yang gugup membuatnya tidak bisa tidur hingga fajar tiba dan pada akhirnya ia tertidur.
***
Di Pagi hari, ketika Adrian membuka pintu Kamarnya, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah seorang wanita yang berjongkok di lantai, dan masih mengenakan gaun tidur sutra yang sama.
Dalam tidurnya, alisnya menyatu menjadi kerutan, seolah-olah ia sedang mengalami mimpi buruk.
Adrian tanpa ragu mengangkat kakinya, lalu menendang Alia.
Alia membuka kedua matanya dalam sekejap, tanpa sadar, ia melihat sekeliling dan melihat Adrian sedang menatapnya
"Pak... Pak Adrian" ucap Alia, ia tergagap karena merasa terkejut
"Apa kamu tidur di sini sepanjang malam?" tanya Adrian dengan nada suara yang dingin
"Ya" jawab Alia, Adrian mendengus dan mengangkat tangannya untuk memijat pelipisnya
"Ganti bajumu dan turunlah kebawah" ucap Adrian
"Ok" ucap Alia, dengan menganggukkan kepalanya patuh, Alia mencoba untuk bangkit berdiri, namun kakinya mati rasa sehingga ia terjatuh lagi, saat ia jatuh, tanpa sadar ia menjerit.
Adrian yang berdiri di sebelah Alia hanya menatapnya dengan acuh tak acuh, tanpa bergerak sedikitpun untuk membantu Alia sama sekali, bahkan ekspresi wajahnya sama sekali tidak mengalami perubahan.
Akhirnya Alia memaksa dirinya untuk berdiri dan berjalan terhuyung-huyung ke Kamar,
Tadi malam, para Pelayan sudah menyiapkan pakaian untuk ia pakai dan menyimpannya di dalam Kamar tidur utama.
***
Dua puluh menit kemudian, setelah berganti pakaian dan mandi dengan tergesa-gesa, akhirnya Alia turun ke bawah, semua Pelayan didalam Mansion itu menyambutnya dengan hormat saat mereka melewatinya,
"Selamat pagi, Nyonya Muda Denaswara" ucap para Pelayan
Setiap kali Alia mendengar sapaan itu, ia mencuri pandang ke arah Adrian untuk melihat reaksinya, namun Adrian tetap bersikap tenang, dan tidak menunjukkan sedikitpun kegembiraan, kemarahan, atau pun kesedihan.
Beberapa menit kemudian, Adrian meminta Kepala Pelayan untuk memanggil semua Pelayan yang ada di dalam Mansion itu.
Alia memiliki firasat buruk begitu ia mendengar perintahnya, ketika semua Pelayan telah berkumpul di Ruang Keluarga Mansion itu, Adrian melirik Kepala Pelayan yang berdiri disampingnya,
Kepala Pelayan dengan cepat mendekatinya dan membungkuk untuk mendengarkan instruksinya. Sang Kepala Pelayan menatap Alia dengan tatapan bingung setelah menerima perintah dari Adrian.
Memperhatikan tatapan menghina di kedua mata Kepala Pelayan, Alia tanpa sadar menatap Adrian, seolah meminta bantuannya, meski Adrian tidak membuatnya merasa diterima, namun ia adalah satu-satunya orang yang dikenalnya di dalam Mansion ini, dan satu-satunya orang yang bisa ia andalkan.
Adrian menatap tajam ke kejauhan tanpa memandangnya, Kepala Pelayan berjalan di hadapan para Pelayan
"Semuanya, dengarkan Wanita yang berdiri di sebelah Tuan muda Denaswara ini bukanlah Nyonya muda Denaswara, melainkan Nona Alia Bratakusuma yang merupakan Kakak kembar dari Nyonya muda Alina Bratakusuma" ucap Endah si Kepala Pelayan mengumumkan
"Mulai sekarang dia memiliki status yang sama dengan kalian semua, suruh saja dirinya jika kalian membutuhkan bantuan, lagi pula, karena ia tidak lain hanyalah pengganti Nyonya muda Denaswara, jadi kita bisa menyebutnya sebagai barang imitasi mulai sekarang" tutup si Kepala Pelayan
Alia menolehkan tatapannya pada Adrian dengan rasa tidak percaya, Adrian benar-benar kejam, Alia telah hidup selama 24 tahun, tapi ini pertama kalinya ia dipermalukan seperti ini.
"Pak Adrian, Anda sudah benar-benar keterlaluan" ucap Alia dengan raut wajahnya yang suram
"Keterlaluan?" ucap Adrian sambil menatap Alia dengan seringai tipisnya
"Ya, sangat keterlaluan" ucap Alia dengan suara yang tegas dan menegakkan punggungnya untuk berdiri tegak. meski berada di hadapan Pelayan,
"Aku telah berbaik hati untuk membiarkanmu tinggal di sini, apa kamu berharap untuk tinggal secara gratis dan hidup dari kerja keras orang lain?" ucap Adrian dengan dingin
"Aku bisa melakukan pekerjaan yang sama seperti mereka, tapi aku memiliki nama, namaku adalah Alia Bratakusuma, kamu tidak bisa membiarkan mereka menghinaku seperti ini" ucap Alia dengan kesal sambil mengangkat dagunya dengan menantang
"Menghina?" tanya Adrian perlahan, kemudian ia tiba-tiba tersenyum dan bertanya "Bukankah kamu itu memang barang imitasi?"
Alia mengepalkan tangannya dengan erat, ia tidak bisa membantah ucapan Adrian, lalu Alia memelototkan matanya dalam diam,Adrian melambaikan tangannya, lalu memberi isyarat pada para Pelayan untuk pergi.Semua orang membubarkan diri, meninggalkan Adrian dan Alia di Ruang Keluarga Mansion Adrian Denaswara."Kamu benar, aku memang hanyalah seorang pengganti dan barang imitasi, kamu dapat menghinaku semaumu, tapi kenapa kamu meminta pada Pelayan untuk menghinaku juga? Apa ini caramu untuk melampiaskan amarahmu?" ucap AliaAdrian memainkan korek api di tangannya dalam diam, tanpa mengalihkan tatapannya kepada Alia,"Tadi malam, aku telah memberimu kesempatan untuk menjadi Nyonya muda Denaswara yang sesungguhnya, namun kamu melewatkannya, jadi di mataku, kamu tidak lebih dari seorang Pelayan" ucap Adrian dengan ambigu, membuat Alia terkejut mendengar kata-kata Adrian."Kesempatan?.." ucap Alia, ia tidak bisa mempercayai apa yang telah didengarnya"Sebenarnya, tidak adil jika berkata demiki
Kepala Pelayan membawanya ke Taman yang ada di Mansion itu,Sebelum si Kepala Pelayan menyuruh Alia untuk merawat tanaman, seorang Pelayan berjalan dengan membawa beberapa Pot Bunga Mawar, kemudian meletakkannya di hadapan Alia, Alia merasa senang ketika ia mengetahui bahwa ia tidak diberi pekerjaan yang terlalu sulit."Bersihkan semua mawar dalam waktu satu jam, dan pastikan semua kelopak, daun, serta batang bersih, sehingga tidak ada debu yang menempel di atasnya" ucap Kepala Pelayan sambil menunjuk ke Pot Bunga ituAlia melihat pemandangan di hadapannya dengan perasaan cemas, Ada sekitar selusin pot bunga mawar, yang membutuhkan waktu setidaknya setengah hari untuk dibersihkan secara menyeluruh, terlebih lagi semua mawar itu memiliki duri.Namun, Kepala Pelayan hanya memberinya waktu satu jam untuk menyelesaikan semua pekerjaan itu, jelas bahwa Kepala Pelayan itu sengaja membuatnya kesulitan.Namun, apa yang bisa ia lakukan? batin Alia, ia tidak memiliki pilihan selain mencoba sece
Raut wajah Adrian menjadi suram, kemudian ia bangkit berdiri dan berjalan ke arah Wanita yang mirip dengan Alina itu,"Apa itu terasa sakit" tanya Adrian sambil mengangkat dagu Alia dengan jarinya yang panjangMungkin karena kelembutan suaranya, air mata seketika langsung mengalir di pipi Alia, seperti pintu air yang telah dibuka, hati Adrian mencelos ketika ia merasakan air mata yang hangat di jari-jarinya"Lambungku sakit, aku memiliki penyakit lambung kronis" ucap Alia di antara isak tangisnyaAdrian mengangkatnya ke dalam gendongannya,"Pergi dan panggil Dokter" ucap Adrian kepada Pelayan itu"Baik, Tuan" sang Pelayan itupun segera pergiAdrian berjalan ke arah meja makan dengan Alia di dalam gendongannya, dia duduk kembali di kursinya, lalu meletakkan Alia di atas pahanya seperti seorang gadis kecil, setelah menyeka wajah Alia dengan selembar tisu, Adrian mengambil beberapa makanan dengan sendok dan mendekatkannya ke bibirnya"Makanlah sesuatu" ucap Adrian.Kedua Pelayan yang ber
Bibir Alia menganga dengan tidak percaya mendengar pertanyaan Adrian, mulutnya terasa sangat kering, ia tidak bermaksud untuk memasang pertanyaan jebakan untuk dirinya sendiri.Tanpa menunggu jawaban, Adrian terus berjalan ke depan. Untuk setiap langkah yang dia ambil ke arahnya, Alia mundur selangkah dengan perasaan cemas.Adrian mengulurkan tangannya saat melihat bagian belakang pinggang Alia yang hendak mengenai meja, lalu ia meraih pinggang ramping Alia sebelum menariknya mendekat, Adrian menundukkan kepalanya sambil menatap Alia"Jawab aku" ucap AdrianAlia hampir tidak bisa bernapas, ia bisa merasakan napas Adrian di dahinya dan membuatnya gemetaran, Alia perlahan mendongak untuk bertemu dengan tatapan mata Adrian, lalu Alia menyadari bahwa jarak di antara mata mereka hanya berjarak beberapa inci.Alia dengan cepat memalingkan wajahnya karena merasa terkejut dengan jarak mereka yang begitu dekat, Adrian memandangnya yang panik tanpa mengedipkan mata,"Aku suka berkomunikasi seca
"Aku tidak sedang mengatakan omong kosong, asal kamu tahu, aku adalah wanita yang dinikahi oleh Pak Adrian di hadapan penghulu, jika kamu menindasku dan memandang rendah diriku, itu berarti kamu juga memandang rendah Pak Adrian, tidakkah menurutmu dia harus menghukum seorang Pelayan yang memiliki sikap kurang ajar sepertimu?" ucap Alia dengan nada acuh tak acuh sambil melengkungkan bibirnya,Kedua mata Endah membelalak lebar, dia beralih menatap ke arah Adrian, lalu berkata dengan tergagap, "Tu... Tuan...""Minta maaf padanya" ucap Adrian dengan santai tanpa memandang EndahUntuk sesaat, Endah bertanya-tanya apa dia salah dengar, tapi kemudian dia mendengar suara dingin dan tegas itu lagi,"Jangan membuatku mengulang perkataanku sendiri" ucap AdrianMendengar kata-kata ini, Endah membuka dan menutup kedua mulutnya seperti seekor ikan mas, dia menatap majikannya dengan tatapan tidak percaya untuk jeda waktu yang cukup lama sebelum berbalik untuk menatap ke arah Alia lagi, dia dengan en
Adrian memasukkan tangannya ke dalam saku celananya kemudian mengangkat dagunya ke arah Alia, meskipun ia berdiri jauh, namun posturnya masih merendahkan,"Tidak mungkin Alina pergi begitu saja, aku akan memberimu satu kesempatan terakhir untuk mengatakan yang sebenarnya" ucap Adrian menatap tajam AliaAlia mengepalkan tangannya agar tidak gemetar, "Kenapa Adrian tiba-tiba bisa menanyakan hal ini lagi? apa dia menemukan sesuatu? Atau dia baru saja mencapai kejelasan setelah merasa tenang" batin AliaTerganggu oleh diamnya Alia, Adrian berjalan ke arah Alia dengan tatapan mata yang tajam,"Alia, apa yang sedang kamu pikirkan? Apa kamu sedang mencoba menebak reaksiku setelah mendengar kebenaran? Atau kamu bertanya-tanya apa berbohong akan lebih baik untuk nasib keluarga Bratakusuma? Huh?" ucap Adrian dengan kesalAlia tanpa sadar menggelengkan kepalanya,"Tidak, bukan itu," ucap Alia langsung menyangkalSebenarnya, Alia sedang berpikir apakah Adrian sudah sedikit merasa tenang sejak tad
Alia melihat Adrian duduk sendirian dengan dua set peralatan makan di atas meja, begitu dia memasuki Ruang makan, namun Alia tidak berani berjalan ke sana dan duduk sendiriAdrian melirik wanita yang berdiri tidak jauh di belakangnya dari sudut matanya,"Duduk dan Makanlah" ucap Adrian"Oke, terima kasih" ucap Alia menjawab dengan suara yang lemah lembut sambil berjalan mendekat dan duduk bersama dengan Adrian.Suasana makan malam berlangsung dengan tenang dan hanya diselingi oleh suara mengunyah yang lembut, setelah selesai makan malam, Adrian meletakkan peralatan makannya dan bangkit untuk pergi"Pak Adrian" ucap Alia tiba-tiba, Pria itu menghentikan langkahnya, namun tidak membalikkan badannya"Aku.. aku ada janji temu dengan Temanku besok, bolehkah aku keluar untuk menemuinya" tanya Alia dengan gugup"Terserah" jawab Adrian, sambil berjalan keluar dari Ruang makan setelah memberi tanggapan yang sederhana."Pak Adrian menyuruh kami untuk mengatur sebuah Kamar di sebelah Kamar tidur
Rahang Meta ternganga karena merasa kaget, dia langsung berdiri tegak dan menatap kedua mata Alia"Kamu, apa yang sedang kamu bicarakan? Bagaimana kamu bisa menikahi Adrian Denaswara?" tanya Meta"Ceritanya sangat panjang, ayo cari tempat makan terlebih dahulu, jadi kita bisa mengobrol disana" ajak Alia sambil menarik Meta untuk menelusuri jalan."Aku tidak percaya bahwa kamu bisa menyembunyikan berita yang begitu menarik seperti ini dariku!, kamu harus menceritakan semuanya padaku" ucap Meta sambil menatap Alia dengan tatapan tajamAkhirnya, mereka berdua berjalan ke sebuah Restaurant biasa yang sanggup mereka bayar untuk makan disana setelah menghabiskan waktu berjalan di jalan selama beberapa menit, kemudian mereka duduk dengan santai, Alia memberi tahu Meta kisah tentang bagaimana dia bisa menikahi Adrian dari awal hingga akhir, termasuk bagian tentang bertemu dengan Orang Tua kandungnya.Meta dengan patuh mendengarkan seluruh cerita dalam diam sebelum menatap Alia dengan tatapan
Alia mencoba menjelaskan untuk melakukan pembelaan "Maksudku adalah aku akan kembali ke BK Corp dulu untuk membahasnya dengan Papi"Tiba-tiba saja Adrian bangkit dari tempat duduknya, dia berjalan ke arah mejanya dan duduk di kursi kulitnya yang berwarna hitam, Alia bingung ketika melihat reaksinya, butuh beberapa saat bagi Alia untuk memikirkan apa yang harus dia lakukan saat ini, akhirnya dia memutuskan untuk berjalan mendekat ke arah Adrian,"Pak Adrian, kamu..." ucap Alia membuat Adrian yang merasa terganggu memotong ucapannya sebelum dia bisa berbicara lebih"Aku tidak suka ketika kamu memanggilku dengan panggilan seperti itu" ucap Adrian"Adrian" ucap Alia"Lanjutkan" ucap Adrian"Aku ingin mengingatkanmu bahwa Grup Bratakusuma juga merupakan salah satu Perusahaan terbaik di Asia, jika bukan karena krisis yang telah dihadapi oleh Perusahaan, pasti Perusahaan itu juga akan berada di level yang sama dengan Grup Denaswara, jadi kalau kedua perusahaan itu bekerja sama pasti akan men
"Aku mau turun dari pangkuanmu" ucap Alia sambil menunduk "Kenapa?" tanya Adrian, sikapnya yang tenang membuat Alia berani untuk menjawabnya dengan blak-blakkan "Bukankah kita akan membicarakan kerjasama antara Grup Bratakusuma dan Grup Denaswara, jangan lupa aku berada di sini juga karena hal tersebut" "Apa tidak ada yang ingin kamu bicarakan denganku selain urusan pekerjaan" ucap Adrian membuat Alia merasa bingung "Apa yang kamu ingin bicarakan denganku selain pekerjaan?" ucap Alia pada akhirnya sambil menghela napas dalam "Bagaimana kalau kamu memberitahuku apa yang kamu suka dari diriku?" ucap Adrian Alia tidak menyangka pertanyaan sep
"Jangan bersikap terlalu formal padaku, kenapa kamu tidak memanggilku dengan panggilan Adrian saja, atau mungkin sayang, aku lebih suka mendengarnya" ucap Adrian sambil menundukkan kepalanya dan terkekeh, membuat Alia mengatupkan bibirnya dan menghela napas karena merasa tidak berdaya "Aku akan memanggilmu dengan namamu jika kamu ingin mendengarnya, Adrian mari kita bicara tentang pekerjaan sekarang oke?" ucap Alia pada akhirnya "Kenapa kamu tiba-tiba begitu menurut sekarang? kenapa kamu tidak menantangku lagi seperti yang kamu lakukan ketika kamu mencoba untuk membela Andra?" tanya Adrian, membuat Alia langsung terdiam setelah mendengar ucapan Adrian itu "Dia tidak bisa melepaskannya begitu saja kan?" batin Alia, akhirnya
Alia tidak mengatakan apa-apa untuk membalas ucapan Adrian itu, dia tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata, lalu dia melihat ke arah luar melalui jendela mobil, lingkungan di sekitarnya sangat tenang dan sunyi, tapi tetap saja otaknya tidak bisa memproses kata-kata Tiba-tiba Alia merasakan cengkeraman erat ditangannya, dia melihat ke bawah ke arah tangannya dan melihat jari-jari Adrian yang ramping sedang meremas tangannya yang berkulit putih "Tanganmu Indah" ucap Adrian sambil menatap Alia "Apa maksud dari ucapannya itu?" pikir Alia dalam hati, beberapa pertanyaan berkecamuk di benaknya Lalu dia menoleh ke arah Adrian dan akhirnya bertanya "Apa kamu masih ingi
"Apa maksudmu? bukankah kamu yang disini bersikap tidak masuk akal?" ucap Alia, membuat Adrian semakin mengencangkan cengkeramannya pada setir, dia merasa bahwa dia tidak punya tempat untuk melampiaskan amarahnya lagi, jadi akhirnya dia hanya diam, dan tidak mengatakan apa-apa lagi pada Alia"Lampu sudah berubah menjadi hijau, ayo kita jalan karena di belakang kamu sudah di klakson orang" ucap Alia mengingatkan sambil merapatkan bibirnyaAdrian tidak menjawab ucapn Alian, namun ia menginjak pedal gasnya dengan perasaan yang masih kesal, dia benar-benar merajuk dan diam sepanjang perjalanan, Adrian mengemudi dalam diam dan berusaha menekan amarahnyaMelihat Adrian yang diam dan mengemudi dengan kesal, Alia hanya bisa menolehkan kepalanya ke arah luar jendela dan mengabaikan Pria yang ada disampingnya itu, mereka berdua sama sekali tidak berbicara sepanjang perjalananTidak lama kemudian, mereka tiba d
"Sebenarnya, aku benar-benar tidak ingin kamu datang" batin Andra, namun dia tidak bisa mengucapkan kata-kata itu dengan lantang padanya, dia berusaha menenangkan dirinya lalu tersenyum pada Adrian "Tentu saja, aku sama sekali tidak keberatan Pak Adrian, sebenarnya merupakan sebuah kehormatan bagiku untuk bisa makan siang denganmu" ucap Andra "Baiklah, terima kasih kalau begitu" ucap Adrian, ia memanfaatkan kesempatan itu untuk duduk di sebelah Alia, membuat ALia menatapnya dan tidak bisa berkata apa-apa "Apa ada masalah? apa kamu tidak bisa mengenaliku?" ucap Adrian menolehkan kepalanya sambil menatap mata Alia Alia masih terdiam sambil menatapnya, dia sama sekali tidak mengatakan
Tepat ketika mereka sudah setengah jalan melakukan Tour keliling Grup Bimantara, ponsel Alia berdering, lalu ia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, dan menemukan bahwa Adrian yang meneleponnya "Maaf Pak Andra, aku harus menjawab telepon ini" ucap Alia sambil menatap Andra "Tidak masalah silahkan" ucap Andra dengan santai, membuat Alia tersenyum sambil meminta maaf lalu berbalik Begitu panggilan tersambung Adrian langsung bertanya "Bagaimana harimu di hari pertamamu bekerja? apa kamu sudah terbiasa bekerja di sana?" Alia merasa sedikit tercengang, dia tidak menyangka Adrian akan menunjukkan perhatiannya padanya "Ya, aku baik-bai
"Begitukah caramu mencium Alina saat kalian masih bersama?" ucap Alia sambil menatap Adrian dan tersenyum ketika memikirkan hal itu, namun membuat Adrian mengangkat alisnya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa Ketika melihat Adrian tidak ingin menjawab pertanyaannya, Alia memaksakan senyum lalu berpamitan "Aku akan pergi bekerja, selamat..." Namun sebelum Alia menyelesaikan ucapannya Adrian memotongnya "Kami belum pernah berciuman" "Apa? Adrian dan Alina belum pernah berciuman? bagaimana mungkin? jika dilihat dari kelembutan ciumannya, mustahil kalau dia tidak pernah mencium Alina, jika demikian, maka dia mungkin telah melatih keterampilan berciumannya dengan gadis lain yang pernah dia kencani di masa lalu" pikir Alia
Alia menundukkan kepalanya, ia menghindar dari tatapan Adrian, di saat bersamaan dia mencoba untuk melepaskan diri dari cengkeraman Adrian, tapi Adrian malah menatapnya tanpa berkedip "Di mana kamu ingin menyentuhku barusan?" ucap Adrian sambil memegang tangan Alia, membuat Alia tercengang mendengar ucapan Adrian "Apa? bagaimana mungkin aku bisa memberitahunya" batin Alia dengan sangat malu "Jika kamu tidak mengatakan apa-apa, maka aku akan membuatmu menyentuh seluruh tubuhku" ucap Adrian Adr