Raut wajah Adrian menjadi suram, kemudian ia bangkit berdiri dan berjalan ke arah Wanita yang mirip dengan Alina itu,
"Apa itu terasa sakit" tanya Adrian sambil mengangkat dagu Alia dengan jarinya yang panjang
Mungkin karena kelembutan suaranya, air mata seketika langsung mengalir di pipi Alia, seperti pintu air yang telah dibuka, hati Adrian mencelos ketika ia merasakan air mata yang hangat di jari-jarinya
"Lambungku sakit, aku memiliki penyakit lambung kronis" ucap Alia di antara isak tangisnya
Adrian mengangkatnya ke dalam gendongannya,
"Pergi dan panggil Dokter" ucap Adrian kepada Pelayan itu
"Baik, Tuan" sang Pelayan itupun segera pergi
Adrian berjalan ke arah meja makan dengan Alia di dalam gendongannya, dia duduk kembali di kursinya, lalu meletakkan Alia di atas pahanya seperti seorang gadis kecil, setelah menyeka wajah Alia dengan selembar tisu, Adrian mengambil beberapa makanan dengan sendok dan mendekatkannya ke bibirnya
"Makanlah sesuatu" ucap Adrian.
Kedua Pelayan yang berdiri di samping, saling memandang dengan perasaan kaget, semua orang di Mansion itu mengetahui bahwa Adrian terobsesi dengan kebersihan ia mengidap germophobia,
Tidak ada yang diizinkan menyentuh barang-barangnya, dan dua set peralatan makan Adrian adalah produk yang dipesan khusus untuknya, satu set diletakkan di atas meja untuknya, sementara set cadangan lainnya diletakkan di Ruang penyimpanan, dan peralatan itu belum pernah di buka sebelumnya
Alia menatap tak percaya pada makanan di hadapannya, melihat betapa lembutnya Adrian, dia tidak bisa menahan air mata yang keluar dari matanya.
Alia merasa tersentuh hingga ia bahkan lupa untuk membuka mulutnya,
"Makanlah sesuatu, kamu akan merasa lebih baik" ucap Adrian dengan lembut
Mendengar ucapannya, Alia dengan patuh membuka mulutnya dan menatap Pria yang memberinya makan, setelah menelan makanan, lalu Alia mengatakan "Terima kasih, Pak Adrian" dengan tulus
Ketika mendengar Alia mengatakan itu, Adrian menegang dan raut wajahnya tiba-tiba menjadi dingin lagi, itu mengingatkan dirinya bahwa gadis dihadapannya bukanlah Alina, Alina tidak pernah berterima kasih padanya untuk apa pun.
***
"Obati lukanya, jangan sampai meninggalkan bekas luka" ucap Adrian kepada para Pelayan sambil menurunkan Alia ke lantai, kebetulan saat itu Dokterpun telah tiba
"Baik Tuan" ucap Para Pelayan itu berbarengan.
Para Pelayan membersihkan luka Alia dan membantunya untuk mandi, kemudian Dokter meresepkan beberapa obat untuknya, beberapa di antaranya adalah obat untuk dioleskan dan beberapa obat untuk diminum.
Setelah semua ini selesai, Alia berjalan tertatih-tatih ke Ruang makan, dan menatap Adrian dengan tatapan ragu,
"Pak Adrian, Kata Dokter saya harus makan tepat waktu, bolehkah saya makan siang sekarang?" ucap Alia
Raut wajah Adrian masih dingin, tetapi dia menjawab "Duduklah"
"Terima kasih" ucap Alia dengan suara yang lemah lembut
Menyadari bahwa sendok yang ia gunakan untuk makan sebelumnya masih ada di tangan Adrian, Alia mengulurkan tangan dan mengambilnya, sebelumnya ia menjelaskannya dengan malu-malu, "Aku sudah makan menggunakan sendok ini, jadi aku akan menggunakannya dibanding mengotori sendok yang lain"
Para Pelayan terperangah melihat tindakan Alia, namun Alia duduk di ujung meja yang lain dengan bahagia, dan mulai untuk makan, sama sekali tidak menyadari tatapan Pelayan lain yang sedang menghakiminya,
Alia kesulitan untuk makan sendiri, karena rasa sakit di tangannya, meski ia merasa sangat lapar, tapi ia tidak punya pilihan selain makan dengan lambat.
Adrian menatapnya dengan tenang sebelum meminta seorang Pelayan untuk membawakan peralatan makan cadangannya, kemudian, ia memakan makanannya sendiri.
Setelah makan siang, Alia bangkit berdiri lalu berkata "Aku yang akan mencuci piring"
"Apa tanganmu tidak sakit?' ucap Adrian sambil mengerutkan keningnya
"Tanganku sakit, tetapi jika aku tidak mencuci piring, aku harus melakukan pekerjaan lain yang mungkin akan lebih menyulitkan aku" ucap Alia,
Adrian hanya bisa mendengus mendengar ucapan Alia, dan itu membuat Alia tercengang, ia tidak tahu apa harus melanjutkan atau menunggu.
Untungnya, Adrian segera berbicara lagi "Karena Keluargamu telah diberi waktu dua hari, jadi kamu seharusnya beristirahat dan pulih untuk saat ini, Pada hari ketiga, aku akan mengantarmu kembali ke Rumahmu, saat itu nasibmu akan ditentukan oleh apa Alina akan muncul di hadapanku atau tidak"
Alia menggigit bibirnya dan merasa bingung harus bersikap seperti apa, "Haruskah aku berharap Alina kembali? atau tidak?" pikir Alia, ia mencuri pandang ke arah Adrian yang berwajah tampan namun terlihat dingin dan tidak memiliki ekspresi
Adrian merasa Alia sedang menatapnya, dan itu membuatnya tiba-tiba mendongakkan badannya.
Alia sangat malu ketika Adrian mendongakkan badannya, sehingga ia segera menundukkan kepalanya dan melihat ke sekeliling dengan sesantai mungkin,
Alia tidak tahu bahwa tidak ada tatapan lain selain penghinaan di kedua mata Adrian saat menatapnya.
"Alia, kamu tidak menikah denganku hanya karena Keluarga Bratakusuma, bukan?" tanya Adrian
Jantung Alia berdegup kencang, ia tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Adrian,
"Apa dia sudah mencari tahu kebenarannya?" batin Alia, kemudian tanpa mengkhawatirkan lebih jauh, Alia mendongak dan bertemu dengan tatapan Adrian yang sedang menatapnya
"Tidak peduli apa alasannya, namun sepertinya itu tidak akan mengubah keputusanmu" ucap Alia dengan suara yang datar
"Itu memang benar" ucap Adrian
Alia mengatupkan bibirnya dengan erat, saat mendengarkan ucapan itu, ia berpikir sejenak,
"Pak Adrian, bolehkah aku bertanya bagaimana kamu bisa mengetahui bahwa aku bukanlah Alina?" tanya Alia
"Apa itu penting bagimu?" Adrian mencondongkan tubuh ke depan, dengan siku di atas meja, dan menyipitkan kedua matanya ke arahnya
"Ya, karena aku terlibat di dalamnya" jawab Alia
"Kalian berdua mungkin terlihat sama persis, tapi Alina memiliki tahi lalat coklat di belakang telinganya, sedangkan kamu tidak memilikinya" ucap Adrian sambil mengambil selembar tisu, Adrian menyeka tangannya dengan perlahan
Alia menyadari betapa tajamnya mata Adrian saat mendengar ucapan ini, "Apa itu karena Adrian sangat mencintai Alina, sehingga ia mengingat bahkan tanda terkecil yang ada ditubuh Alina" pikir Alia,
Alia menganggukkan kepalanya sambil menyembunyikan kekecewaan yang dia rasakan,
"Baiklah, Aku mengerti" ucap Alia
Adrian sudah bangkit berdiri saat Alia berbicara, ketika Adrian berjalan melewatinya, ia dengan tajam mengingatkan Alia "Jika Alina tidak muncul di hadapanku dalam waktu dua hari, aku tidak akan duduk dan berbicara denganmu seperti ini"
"Pak Adrian, kamu adalah seorang Pria lajang yang paling memenuhi syarat di seluruh Indonesia dan Asia, kamu tidak kalah dari siapapun, dalam hal bakat, penampilan, dan kekayaanmu, lalu kenapa kamu begitu ingin menikahi seorang wanita yang tidak ingin menikahimu?" ucap Alia dengan berani, tepat ketika Adrian meninggalkan Ruang makan
Adrian tiba-tiba berhenti saat mendengar ucapan Alia, tapi dia tidak berbalik, tanpa diketahui oleh Alia, kedua matanya berkilat tidak senang,
"Seorang wanita yang tidak ingin menikah denganku? Huh!" Adrian mengejek dirinya sendiri
Ketegangan menyelimuti seisi ruangan itu karena perdebatan Adrian dan Alia,
Setelah lima detik, Adrian berbalik dan menatap Alia, tatapan matanya kembali terlihat acuh tak acuh seperti biasanya,
"Kenapa? karena sejak aku lahir, aku selalu mendapatkan semua yang kuinginkan, tidak peduli apa, hal-hal yang kuinginkan akan menjadi milikku" ucap Adrian dengan seringai di wajahnya
Alia merasa terkejut, ia yang tidak pernah memiliki kepercayaan diri yang besar selama ini, jadi ia tidak bisa menerima atau memahami tekad kuat yang ada dalam diri Adrian.
Bulu matanya bergetar, saat Alia berjuang untuk menemukan kata-kata untuk diucapkan, Adrian mengambil dua langkah ke depan, dan mengubah topik pembicaraan
"Tapi..."
Alia melangkah mundur, karena merasa takut dengan sikap Adrian
"Apa..., apa yang salah?" tanya Alia dengan suara yang gemetar
"Alina tidak mau menikah denganku, apa kamu mengatakan bahwa kamu adalah orang yang bersedia menikah denganku?" tanya Adrian, dan pertanyaannya menusuk Alia dengan tatapan matanya yang tajam
Bibir Alia menganga dengan tidak percaya mendengar pertanyaan Adrian, mulutnya terasa sangat kering, ia tidak bermaksud untuk memasang pertanyaan jebakan untuk dirinya sendiri.Tanpa menunggu jawaban, Adrian terus berjalan ke depan. Untuk setiap langkah yang dia ambil ke arahnya, Alia mundur selangkah dengan perasaan cemas.Adrian mengulurkan tangannya saat melihat bagian belakang pinggang Alia yang hendak mengenai meja, lalu ia meraih pinggang ramping Alia sebelum menariknya mendekat, Adrian menundukkan kepalanya sambil menatap Alia"Jawab aku" ucap AdrianAlia hampir tidak bisa bernapas, ia bisa merasakan napas Adrian di dahinya dan membuatnya gemetaran, Alia perlahan mendongak untuk bertemu dengan tatapan mata Adrian, lalu Alia menyadari bahwa jarak di antara mata mereka hanya berjarak beberapa inci.Alia dengan cepat memalingkan wajahnya karena merasa terkejut dengan jarak mereka yang begitu dekat, Adrian memandangnya yang panik tanpa mengedipkan mata,"Aku suka berkomunikasi seca
"Aku tidak sedang mengatakan omong kosong, asal kamu tahu, aku adalah wanita yang dinikahi oleh Pak Adrian di hadapan penghulu, jika kamu menindasku dan memandang rendah diriku, itu berarti kamu juga memandang rendah Pak Adrian, tidakkah menurutmu dia harus menghukum seorang Pelayan yang memiliki sikap kurang ajar sepertimu?" ucap Alia dengan nada acuh tak acuh sambil melengkungkan bibirnya,Kedua mata Endah membelalak lebar, dia beralih menatap ke arah Adrian, lalu berkata dengan tergagap, "Tu... Tuan...""Minta maaf padanya" ucap Adrian dengan santai tanpa memandang EndahUntuk sesaat, Endah bertanya-tanya apa dia salah dengar, tapi kemudian dia mendengar suara dingin dan tegas itu lagi,"Jangan membuatku mengulang perkataanku sendiri" ucap AdrianMendengar kata-kata ini, Endah membuka dan menutup kedua mulutnya seperti seekor ikan mas, dia menatap majikannya dengan tatapan tidak percaya untuk jeda waktu yang cukup lama sebelum berbalik untuk menatap ke arah Alia lagi, dia dengan en
Adrian memasukkan tangannya ke dalam saku celananya kemudian mengangkat dagunya ke arah Alia, meskipun ia berdiri jauh, namun posturnya masih merendahkan,"Tidak mungkin Alina pergi begitu saja, aku akan memberimu satu kesempatan terakhir untuk mengatakan yang sebenarnya" ucap Adrian menatap tajam AliaAlia mengepalkan tangannya agar tidak gemetar, "Kenapa Adrian tiba-tiba bisa menanyakan hal ini lagi? apa dia menemukan sesuatu? Atau dia baru saja mencapai kejelasan setelah merasa tenang" batin AliaTerganggu oleh diamnya Alia, Adrian berjalan ke arah Alia dengan tatapan mata yang tajam,"Alia, apa yang sedang kamu pikirkan? Apa kamu sedang mencoba menebak reaksiku setelah mendengar kebenaran? Atau kamu bertanya-tanya apa berbohong akan lebih baik untuk nasib keluarga Bratakusuma? Huh?" ucap Adrian dengan kesalAlia tanpa sadar menggelengkan kepalanya,"Tidak, bukan itu," ucap Alia langsung menyangkalSebenarnya, Alia sedang berpikir apakah Adrian sudah sedikit merasa tenang sejak tad
Alia melihat Adrian duduk sendirian dengan dua set peralatan makan di atas meja, begitu dia memasuki Ruang makan, namun Alia tidak berani berjalan ke sana dan duduk sendiriAdrian melirik wanita yang berdiri tidak jauh di belakangnya dari sudut matanya,"Duduk dan Makanlah" ucap Adrian"Oke, terima kasih" ucap Alia menjawab dengan suara yang lemah lembut sambil berjalan mendekat dan duduk bersama dengan Adrian.Suasana makan malam berlangsung dengan tenang dan hanya diselingi oleh suara mengunyah yang lembut, setelah selesai makan malam, Adrian meletakkan peralatan makannya dan bangkit untuk pergi"Pak Adrian" ucap Alia tiba-tiba, Pria itu menghentikan langkahnya, namun tidak membalikkan badannya"Aku.. aku ada janji temu dengan Temanku besok, bolehkah aku keluar untuk menemuinya" tanya Alia dengan gugup"Terserah" jawab Adrian, sambil berjalan keluar dari Ruang makan setelah memberi tanggapan yang sederhana."Pak Adrian menyuruh kami untuk mengatur sebuah Kamar di sebelah Kamar tidur
Rahang Meta ternganga karena merasa kaget, dia langsung berdiri tegak dan menatap kedua mata Alia"Kamu, apa yang sedang kamu bicarakan? Bagaimana kamu bisa menikahi Adrian Denaswara?" tanya Meta"Ceritanya sangat panjang, ayo cari tempat makan terlebih dahulu, jadi kita bisa mengobrol disana" ajak Alia sambil menarik Meta untuk menelusuri jalan."Aku tidak percaya bahwa kamu bisa menyembunyikan berita yang begitu menarik seperti ini dariku!, kamu harus menceritakan semuanya padaku" ucap Meta sambil menatap Alia dengan tatapan tajamAkhirnya, mereka berdua berjalan ke sebuah Restaurant biasa yang sanggup mereka bayar untuk makan disana setelah menghabiskan waktu berjalan di jalan selama beberapa menit, kemudian mereka duduk dengan santai, Alia memberi tahu Meta kisah tentang bagaimana dia bisa menikahi Adrian dari awal hingga akhir, termasuk bagian tentang bertemu dengan Orang Tua kandungnya.Meta dengan patuh mendengarkan seluruh cerita dalam diam sebelum menatap Alia dengan tatapan
Alia melihat Adrian berdiri tidak jauh darinya begitu dia berbalik, dan Adrian sedang menatapnya dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan di raut wajah Adrian, kedua mata Adrian yang tajam menusuk ke dalam diri Alia, seolah mencoba untuk membaca apa yang ada dalam pikirannya.Alia tanpa sadar mempererat genggamannya pada ponselnya, dia mengambil napas dalam-dalam lalu berjalan ke arah Adrian dan berpura-pura untuk bersikap tenang,"Pak Adrian, sudah berapa lama Anda berdiri di sini?" tanya Alia"Apa aku perlu memberitahumu?" ucap Adrian dengan sedikit mengangkat alisnya"Menguping pembicaraan orang lain bukanlah kebiasaan yang baik Pak Adrian" ucap Alia dengan lemah lembut"Bagaimana kamu tahu bahwa aku sedang menguping?" ucap Adrian sambil mencibir, kemudian ia maju selangkah dengan senyum sarkastiknyaSenyum sinis di wajah Adrian membuat Alia tiba-tiba menyadari bahwa Pria itu telah menatapnya dengan ejekan dan penuh penghinaan di matanya seperti sejak Adrian mengetahui bahwa dia
Malam itu, Adrian dan Alia duduk berhadapan di meja makan, kali ini Adrian tidak mengatakan apa-apa untuk mempermalukan Alia, dan dia hanya menyantap makanannya dalam diam.Adrian adalah orang yang makan dengan cepat, ketika dia sudah selesai makan malam kemudian ia berdiri,"Ekhem" Adrian berdeham untuk mendapatkan perhatian Alia yang tampak sedang melamun sambil mengaduk makanan yang ada di piringnya"Menurutmu, apakah Alina akan kembali besok?" tanya Adrian sambil menatap Alia,Alia mengencangkan cengkeramannya pada sendok yang ada di tangannya, dia ingin tetap diam, tapi Alia menyadari bahwa Pria ini memiliki banyak cara untuk membuatnya berbicara, jadi dia hanya menjawab dengan satu kata "Tidak""Jika dia tidak akan kembali, maka bawa KTP-mu dan datang ke Kantor Urusan Agama bersamaku untuk membuat Akta Nikah" ucap AdrianAlia tersentak kaget, kemudian mendongakkan kepalanya"Apa.. apa maksud dari ucapanmu barusan?" Alia menjawab dengan tergagap, jantungnya berpacu dengan kencang
Setelah Asisten Adrian yang bernama Joni masuk bersama dengan penghulu, Adrian yang duduk di sofa berhadapan dengan Bimo mengulurkan tangannya kapada Bimo Bratakusuma untuk bersalaman, Bimo langsung menyambut uluran tangan Adrian itu namun ia masih tidak mengerti dengan apa yang dilakukan oleh Adrian"Om Bimo, mulai saat ini, saya kembalikan Alina Bratakusuma binti Bimo Bratakusuma kepada Anda, saya talak Alina Bratakusuma dengan sadar sesadar-sadarnya" ucap Adrian, kemudian ia meminta penghulu untuk maju sambil melepaskan tangannya, dan berbicara lagiBimo Bratakusuma dan Istrinya termasuk Alia kaget dengan apa yang dilakukan oleh Adrian, apa maksud Adrian untuk mentalak Alina seperti ini, apakah ia sudah membatalkan pernikahannya dengan Alina, dan jika itu benar berarti pernikahan antara Keluarga Denaswara dan Bratukusuma menjadi batal, yang berarti dia juga harus mengembalikan dana yang sudah ditransfer oleh Perusahaan Adrian pikir Bimo dan IstrinyaSampai kemudian, Adrian berbicar
Sebenarnya kata-kata Adrian sebelumnya sangat ambigu, tetapi nada suaranya terdengar serius setelah dia mengatakan kalimat terakhirnya, jadi akhirnya Alia otomatis mengabaikan kata-katanya di awal kalimat lalu menjawab "Oke"Adrian merasa senang mendengar tanggapan Alia, lalu ia mengatakan "Aku akan mengatur Sopir untuk mengantarmu ke BK Corp" "Tidak perlu terima kasih, aku bisa pergi sendiri" ucap Alia membuat Adrian mengangkat alisnya"Aku sudah meminta seseorang untuk mengantar mobilmu kembali ke Grup Bratakusuma sejak kamu ada di sini, yang berarti kamu harus naik taksi, apa perbedaan antara Sopir Taksi dan Sopirku yang akan mengantarmu kembali?" tanya Adrian"Tentu saja ada perbedaannya, jika kamu mengatur seseorang untuk mengantarku kembali bukankah itu berarti bahwa aku berutang budi padamu?" ucap Alia, namun Alia tidak mengatakannya dengan lantang, namun Alia akhirnya berpikir selama beberapa detik, dan akhirnya menganggukkan kepalanya setuju untuk diantar oleh Sopir Adrian "
Alia mencoba menjelaskan untuk melakukan pembelaan "Maksudku adalah aku akan kembali ke BK Corp dulu untuk membahasnya dengan Papi"Tiba-tiba saja Adrian bangkit dari tempat duduknya, dia berjalan ke arah mejanya dan duduk di kursi kulitnya yang berwarna hitam, Alia bingung ketika melihat reaksinya, butuh beberapa saat bagi Alia untuk memikirkan apa yang harus dia lakukan saat ini, akhirnya dia memutuskan untuk berjalan mendekat ke arah Adrian,"Pak Adrian, kamu..." ucap Alia membuat Adrian yang merasa terganggu memotong ucapannya sebelum dia bisa berbicara lebih"Aku tidak suka ketika kamu memanggilku dengan panggilan seperti itu" ucap Adrian"Adrian" ucap Alia"Lanjutkan" ucap Adrian"Aku ingin mengingatkanmu bahwa Grup Bratakusuma juga merupakan salah satu Perusahaan terbaik di Asia, jika bukan karena krisis yang telah dihadapi oleh Perusahaan, pasti Perusahaan itu juga akan berada di level yang sama dengan Grup Denaswara, jadi kalau kedua perusahaan itu bekerja sama pasti akan men
"Aku mau turun dari pangkuanmu" ucap Alia sambil menunduk "Kenapa?" tanya Adrian, sikapnya yang tenang membuat Alia berani untuk menjawabnya dengan blak-blakkan "Bukankah kita akan membicarakan kerjasama antara Grup Bratakusuma dan Grup Denaswara, jangan lupa aku berada di sini juga karena hal tersebut" "Apa tidak ada yang ingin kamu bicarakan denganku selain urusan pekerjaan" ucap Adrian membuat Alia merasa bingung "Apa yang kamu ingin bicarakan denganku selain pekerjaan?" ucap Alia pada akhirnya sambil menghela napas dalam "Bagaimana kalau kamu memberitahuku apa yang kamu suka dari diriku?" ucap Adrian Alia tidak menyangka pertanyaan sep
"Jangan bersikap terlalu formal padaku, kenapa kamu tidak memanggilku dengan panggilan Adrian saja, atau mungkin sayang, aku lebih suka mendengarnya" ucap Adrian sambil menundukkan kepalanya dan terkekeh, membuat Alia mengatupkan bibirnya dan menghela napas karena merasa tidak berdaya "Aku akan memanggilmu dengan namamu jika kamu ingin mendengarnya, Adrian mari kita bicara tentang pekerjaan sekarang oke?" ucap Alia pada akhirnya "Kenapa kamu tiba-tiba begitu menurut sekarang? kenapa kamu tidak menantangku lagi seperti yang kamu lakukan ketika kamu mencoba untuk membela Andra?" tanya Adrian, membuat Alia langsung terdiam setelah mendengar ucapan Adrian itu "Dia tidak bisa melepaskannya begitu saja kan?" batin Alia, akhirnya
Alia tidak mengatakan apa-apa untuk membalas ucapan Adrian itu, dia tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata, lalu dia melihat ke arah luar melalui jendela mobil, lingkungan di sekitarnya sangat tenang dan sunyi, tapi tetap saja otaknya tidak bisa memproses kata-kata Tiba-tiba Alia merasakan cengkeraman erat ditangannya, dia melihat ke bawah ke arah tangannya dan melihat jari-jari Adrian yang ramping sedang meremas tangannya yang berkulit putih "Tanganmu Indah" ucap Adrian sambil menatap Alia "Apa maksud dari ucapannya itu?" pikir Alia dalam hati, beberapa pertanyaan berkecamuk di benaknya Lalu dia menoleh ke arah Adrian dan akhirnya bertanya "Apa kamu masih ingi
"Apa maksudmu? bukankah kamu yang disini bersikap tidak masuk akal?" ucap Alia, membuat Adrian semakin mengencangkan cengkeramannya pada setir, dia merasa bahwa dia tidak punya tempat untuk melampiaskan amarahnya lagi, jadi akhirnya dia hanya diam, dan tidak mengatakan apa-apa lagi pada Alia"Lampu sudah berubah menjadi hijau, ayo kita jalan karena di belakang kamu sudah di klakson orang" ucap Alia mengingatkan sambil merapatkan bibirnyaAdrian tidak menjawab ucapn Alian, namun ia menginjak pedal gasnya dengan perasaan yang masih kesal, dia benar-benar merajuk dan diam sepanjang perjalanan, Adrian mengemudi dalam diam dan berusaha menekan amarahnyaMelihat Adrian yang diam dan mengemudi dengan kesal, Alia hanya bisa menolehkan kepalanya ke arah luar jendela dan mengabaikan Pria yang ada disampingnya itu, mereka berdua sama sekali tidak berbicara sepanjang perjalananTidak lama kemudian, mereka tiba d
"Sebenarnya, aku benar-benar tidak ingin kamu datang" batin Andra, namun dia tidak bisa mengucapkan kata-kata itu dengan lantang padanya, dia berusaha menenangkan dirinya lalu tersenyum pada Adrian "Tentu saja, aku sama sekali tidak keberatan Pak Adrian, sebenarnya merupakan sebuah kehormatan bagiku untuk bisa makan siang denganmu" ucap Andra "Baiklah, terima kasih kalau begitu" ucap Adrian, ia memanfaatkan kesempatan itu untuk duduk di sebelah Alia, membuat ALia menatapnya dan tidak bisa berkata apa-apa "Apa ada masalah? apa kamu tidak bisa mengenaliku?" ucap Adrian menolehkan kepalanya sambil menatap mata Alia Alia masih terdiam sambil menatapnya, dia sama sekali tidak mengatakan
Tepat ketika mereka sudah setengah jalan melakukan Tour keliling Grup Bimantara, ponsel Alia berdering, lalu ia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, dan menemukan bahwa Adrian yang meneleponnya "Maaf Pak Andra, aku harus menjawab telepon ini" ucap Alia sambil menatap Andra "Tidak masalah silahkan" ucap Andra dengan santai, membuat Alia tersenyum sambil meminta maaf lalu berbalik Begitu panggilan tersambung Adrian langsung bertanya "Bagaimana harimu di hari pertamamu bekerja? apa kamu sudah terbiasa bekerja di sana?" Alia merasa sedikit tercengang, dia tidak menyangka Adrian akan menunjukkan perhatiannya padanya "Ya, aku baik-bai
"Begitukah caramu mencium Alina saat kalian masih bersama?" ucap Alia sambil menatap Adrian dan tersenyum ketika memikirkan hal itu, namun membuat Adrian mengangkat alisnya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa Ketika melihat Adrian tidak ingin menjawab pertanyaannya, Alia memaksakan senyum lalu berpamitan "Aku akan pergi bekerja, selamat..." Namun sebelum Alia menyelesaikan ucapannya Adrian memotongnya "Kami belum pernah berciuman" "Apa? Adrian dan Alina belum pernah berciuman? bagaimana mungkin? jika dilihat dari kelembutan ciumannya, mustahil kalau dia tidak pernah mencium Alina, jika demikian, maka dia mungkin telah melatih keterampilan berciumannya dengan gadis lain yang pernah dia kencani di masa lalu" pikir Alia