Share

Bagian 117

Penulis: Nay Azzikra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-09 11:33:09

Adzan Shubuh sayup terdengar, Anti menggeliat. Terasa erat dekapan tubuh Agung. Dirinya langsung beranjak bangun dan memberishkan diri di kamar mandi.

“Aku bisa melakukan ini ternyata,” gumamnya seorang diri.

Bukan sebuah hal yang mudah untuk ia lakukan. Karena ada sebuah rasa trauma dan membenci diri saat mengingat sesuatu hal yang berhubungan dengan ranjang sepsang suami istri. Malam yang ia anggap menakutkan, telah terlewati dengan penuh kebahagiaan. Bersama Agung, Anti melupakan apa itu rasa malu.

Guyuran air yang dingin yang membasahi seluruh tubuh, tidak ia rasakan, hingga sebuah ketukan dari luar membuyarkan segala yang sedang ia pikirkan dan ia nikmati. Wanita tanpa sehelai benangpun di dalam kamar mandi mematikan kran agar tidak bunyi.

“Siapa?” tanya Anti pada seseorang yang mengetuk pintu.

“Suami kamu.” Suara Agung terdengar dari luar.

“Astaghfirullah!” Anti baru tersadar, hanya ada dia dan Agung di rumah itu. “Iya, kenapa?” tanyanya lagi.

“Buka pintunya!” perintah Agung.

“M
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mom L_Dza
romansa pengantin baru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 118

    “Rambut kamu terlalu panjang. Bolehkah aku memotongnya?” tanya Agung.“Kenapa harus dipotong?” Anti bertanya heran.“Biar kalau keramas cepat kering. Kamu akan mencuci mahkotamu setiap hari karena sekarang kita sudah menikah,” canda Agung membuat Anti tersipu malu.“Aku mau buat teh hangat dulu,” ujar Anti mengalihkan pembicaraan.“Buat apa?” tanya Agung heran.“Ya, buat minum. Masa buat keramas,” sungut Anti. Agung tertawa mendengar istrinya sudah mau melemparkan kalimat candaan.“Gak usah buat minuman. Kita tiduran aja, nanti keramas lagi,” ucapnya manja.“Otaknya kotor melulu,” tukas Anti kesal.Sepasang suami istri itu terus menerus berbincang. Sesekali Anti seperti ngambek karena kata-kata yang diucapkan Agung. Namun, pria itu tetap saja melakukannya. Ia tahu, Anti sebenarnya memiliki rasa trauma. Ia pun sadar, dirinya menjadi bagian dari rasa trauma dan rendah diri itu. Bayangan perilakunya di masa lalu yang suka mengolok-olok ibu kandung Nadia saat bersama, seakan menjadi sebua

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-09
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 119

    “Pelan-pelan makannya, nanti keselek,” ujar Agung memperingatkan Anti.Wanita yang telah resmi menjadi istrinya itu mendongak sebentar dengan menampakkan wajah malu.“Tidak usah malu, aku ini suami kamu. Aku hanya tidak mau kamu tersedak. Kenapa? Lapar, ya? Emang habis kerja apa, sih, kok sampai lapar gitu?” tanya Agung menggoda. Reflek, Anti memukul lengan suaminya. Agung tertawa jahat, lalu terbatuk.“Minumlah!” ucap Anti seraya menyodorkan segelas air putih. “Jangan mengejek orang, atau, kamu kena karmanya seperti saat ini,” lanjutnya seraya mengumpulkan nasi di atas piring.“Rambutnya basah, tadi pagi habis ngapain, sih?” goda Agung setelah batuknya reda.“Oh, aku habis melayani bandot tua. Luar biasa dia, menyiksa aku yang baru genap dua puluh empat jam menjadi istri,” balas Anti kesal. Agung tertawa lagi. Bahagia ia rasa dalam hati, karena wanita yang selalu ia sebut sebagai kanebo kering, kini bisa mencairkan suasana.“Tapi kamu suka, ‘kan sama permainan bandot tua yang kamu ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 120

    “Setiap orang yang kenal kamu pasti tahu-la, An, apa yang menimpa dan apa yang kamu inginkan dulu,” sahut Fira. Dari nada dan isi bicaranya, Anti paham kalau Fira masih memendam rasa tidak sukanya.“Terima kasih, kalau masih ingat sesuatu yang aku sendiri sudah lupa,” jawab Anti singkat.“Udah? Gitu aja? Kayak bukan Anti yang dulu,” sahut Fira seraya tersenyum sinis lagi.“Ya, aku inginnya jawab seperti itu. Terus, kamu maunya aku jawab bagaimana?” Pertanyaan balik dari Anti membuat Fira menelan salivanya.Sementara dari tempat duduk yang berbeda, Agung terlihat jengah dengan sikap istri rekan kerjanya terhadap Anti. Namun, dirinya berpikir, alangkah tidak etis apabila menegur secara langsung. Pria itu berharap, suami Fira-lah yang akan melakukannya. Namun, lelaki bernama Aji itu, justru mendukung dalam hati, apa yang dilakukan istrinya. Terlihat jelas dari sorot mata, kalau dia sangat membenci Anti.“Bahagia dengan pernikahannya, Gung?” tanya Aji mengalihkan pembicaraan, sekaligus me

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 121

    "Sombongnya mereka berdua," gerutu Fira seraya berjalan cepat menuju tempat parkir. "Mungkin memang pas mereka ya, Pah, berjodoh. Sama-sama jelek," lanjutnya lagi.Aji tidak menanggapi. Lelaki gagah itu sibuk menetralisir rasa bersalah dan malu atas apa yang istrinya, juga ia lakukan terhadap Agung.Selama ini, dirinya tidak pernah merasa selalu seperti sekarang.Dengan kasar, Fira menjatuhkan tubuh ke kursi mobil yang empuk."Pah, mereka belum punya kendaraan, 'kan? Ya pastilah, si Anti 'kan memang hidupnya terpuruk. Sementara suaminya, dulu menghabiskan uang untuk berfoya-foya. Tidak mungkin sekali mereka bisa membeli kemewahan seperti kita," omdo Fira terus menerus. Sementara sang suami masih saja betah dengan sikap bisunya.Mobil menembus jalanan sore yang cerah. Sepasang suami istri yang belum dikaruniai anak itu larut dalam pikiran masing-masing."Menurut Papa, apa mereka akan langgeng? Kalau Mama si, mikirnya enggak bakalan. Secara sama-sama buruk. Mereka itu sepertinya sok be

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 122

    "Agung sudah menikah dengan wanita murahan yang mengejar-ngejar kamu dulu," ujar Aji pada Feri di suatu siang. "Iya, aku tahu," jawab Feri terdengar enggan. "Menjijikan dia! Tapi, ya, mereka berdua memang sama-sama menjijikkan," celetuk Aji dengan nada penuh hinaan. Feri tirljhat enggan menanggapi. Ia justru memilih mengerjakan tumpukan administrasi di hadapannya. "Kalau dia mengundangmu, apa kamu mau datang?" tanya Aji kembali. "Ya datang sebagai reka kerja." "Bagaimana perasaan kamu melihat wanita itu?" cecar Aji. "Aku tidak pernah punya perasaan apapun sama dia. Apapun yang mereka lakukan saat ini, itu hak mereka. Aku tidak ada kepentingan apapun untuk menghakimi. Buang-buang waktu saja. Lagipula, Agung menjadi berubah setelah mengenal Anti. Dia tidak lagi mempermainkan wanita di luaran sana dan menjadikannya hanya sebagai teman tidur. Ya, itu bagus bukan? Terlepas dahulu Anti bagaimana sama aku, yang penting sekarang sudah tidak. Dan yang terpenting lagi, antara aku dan dia

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 123

    Tinggal beberapa hari di rumah sang suami, membuat Anti ingin mengunjungi rumah aslinya. Setelah bincang-bincang dengan Nadia, wanita itu mengajak anaknya pulang bersama."Tapi, aku masih mau tinggal di rumah Ayah, Bu. Soalnya malas banget sama Mbah aja di rumah. Banyak bicara ini itu, males dengarnya," jawab Nadia.Anti memandang anak gadisnya. Ada rasa tidak enak, ada rasa sedih karena telah membuat suasana hati Nadia tidak nyaman. Sejenak ia berpikir, seandainya tidak menikah, pastilah saat ini masih menjadi tempat ternyaman untuk anak gadis semata wayangnya itu."Maafkan Ibu ya, Nad? Karena telah membuat kamu menjadi tidak nyaman," ujar Anti penuh rasa bersalah."Ibu, bicara apa? Aku tidak merasa seperti itu,""Baiklah, ayo, kita pulang. Ibu akan nyuruh Om Agung buat pulang ke sana,""Jangan, Ibu!" cegah Nadia. Jangan pernah lakukan itu. Ibu, hidupku sudah harus seperti ini. Memiliki orang tua yang tinggal terpisah. Tidak ada yang perlu disesali. Jika kita berdamai dengan takdir y

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-14
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 124

    Mendengar mantan istri bercakap sedemikian mesra, Tohir menekuk wajah."Yang ditunggu orangnya. Bukan oleh-olehnya," ucap Anti lagi.Ia yang berada di ruang tengah tidak sadar, kau ayah Nadia tengah menguping."Eh, Mas. Kok belum pergi? Maaf, maksudnya, aku kira sudah menyusul Nadia." Selesai telepon, Anti yang kembali ke ruang tamu kaget, melihat pria yang dulu pernah menjalin mahligai rumah tangga bersama, masih tinggal di sana."Kamu bilang tadi aku suruh menunggu. Ya aku menunggu di sini," jawab Tohir."Iyakah aku bilang begitu?" Anti terlihat bingung."Iya.""Oh, iya, mungkin tadi aku tidak sadar. Tapi maaf, Mas Tohir menunggu di sini untuk apa, ya?" Anti bertanya bingung. Ia lalu duduk, mengambil kursi di hadapan pria yang hari itu terlihat klimis."Itu, anu, apa namanya, aku tadi pengin duduk aja karena capek berdiri." Jawaban dari Tohir membuat Anti semakin bingung."Eh, iya, di sepeda motor gak bisa duduk-kah?" Pertanyaan konyol meluncur begitu saja."Em, anu, capek kalau dud

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-14
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 125

    Anti menyambut kepulangan sang suami dengan wajah yang bahagia. Tiga hari adalah waktu yang sangat lama bagi sepasang pengantin itu."Kamu merindukanku?" tanya Agung saat sudah berada dalam kamar."Menurut anda?" tanya Anti balik."Sesekali jangan suka melempar tanya kalau ditanya. Jawablah dengan jawaban yang pasti!" gerutu Agung.Anti mendekati pria yang telah dah menjadi pendamping hidupnya itu. Ia menatap dengan tatapan penuh godaan. "Jangan bertanya sama aku tentang hal-hal seperti itu! Aku tidak suka menjawab sesuatu yang membuat aku malu setelahnya. Cukuplah, kamu melihat sorot mata aku. Maka jawabannya akan kamu temukan di sana," ucapnya seraya merapikan kerah kaus yang dipakai Agung.Tangan Anti langsung dipegang erat oleh suaminya itu. Hingga gerakannya terhenti."Lalu, dengan apa aku harus melihat kemesraan kamu sama aku?" tanya Agung seraya menatap satu wajah Anti yang sudah dirias sempurna."Aku berdandan, untuk siapa? Aku memakai daster seperti saat ini, apa itu tidak cu

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-14

Bab terbaru

  • Istri Lima Belas Ribu   Ending

    Part 11 POV Dania (Ending) Lelah hati tatkala harus menghadapi banyak hal. Akhirnya aku menyerah pada keadaan. Aku tidak akan memaksakan takdir apapun sekarang. Selalu bertemu dengan orang-orang yang membuat hati ini sakit hati, membuatku semakin sadar kalau hanya keluarga Laura saja yang baik padaku. Melihat penghianatan Nindi dan juga sikap Cika yang masih dingin dan membenciku, membuat hati ini sudah memutuskan. Aku akan menghilang dari hidup orang-orang yang mengenalku. Untuk apa mempedulikan Cika yang sangat membenciku? Baginya, Ines adalah ibunya. Setelah Nindi keluar dari rumah, Laura menelpon malam-malam dan menangis. Ia mengatakan kalau pacarnya ternyata selingkuh dan dia seorang diri. Laura menanyakan perkembangan hubunganku dengan Cika, dan aku menjawab apa adanya. “Cika tidak akan pernah bisa menerimaku. Itu kenyataannya,” jawabku sudah pasrah dengan keadaan. “Dania, aku minta maaf, bisakah kamu kembali kesini? Hidup bersamaku dan aku menarik semua ucapanku kemarin,” p

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 10

    Part 10Tiga hari tinggal bersama, dia tetap masih diam. Makananku tetap disiapkan, tetapi menunggu aku keluar untuk makan sendiri. Dia sama sekali tidak seperti dulu yang memanggilku, menyiapkan baju ganti dan segala keperluanku. Akhirnya, pagi ini kuberanikan diri untuk mengajaknya berbicara.“Apa aku akan diusir seperti Nindi?” tanyaku pelan. Dia yang lagi-lagi berkutat dengan laptop--mengangkat wajah.“Pilihlah mana dari milikku yang akan kamu ambil, Cika! Sisanya, bila kamu tidak mau, maka akan kujual. Kamu bisa gunakan untuk keperluan hidupmu. Itu jika kamu mau,” jawabnya tanpa ekspresi ramah.Aku memainkan jari jemariku. Bingung hendak menjawab apa. Ponselnya berdering dan dia langsung mengangkatnya. Aku masih berdiri mendengarkan dia berbicara dengan orang yang kukira ada di luar negeri.Meski sudah lama tidak pernah belajar bahasa asing lagi, tetapi aku tahu apa arti dari ucapan yang disampaikan seseorang dari seberang telepon sana. Speaker ponsel yang dihidupkan membuatku bi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 9

    Part 9“Mbak Dania, aku minta maaf, Mbak, aku akui memang salah dan aku akan meminta dia untuk keluar dari rumah Mbak Dania asalkan Mbak Dania masih mengizinkan aku untuk tetap di sini. Aku akan menjaga Cika, Mbak, aku janji,” kata Nindi sambil bersimpuh dan memegang kaki dia.“Aku sudah tidak butuh siapapun lagi, Nindi. Aku akan membiarkan orang-orang yang hanya memanfaatkanku dan juga orang-orang yang tidak menyukaiku untuk pergi dari hidupku. Aku tidak akan memaksakan takdir bahagia bersamaku, jadi, kamu tidak perlu bersimpuh meminta, karena aku sudah akan menghapusmu dari daftar orang-orang yang kukenal,” jawab dia santai.Seketika aku memandang wajah cantik itu. Ada sebuah perasaan terluka di sana. Jika dia benar-benar tidak mau lagi mengurusku, maka, siapa yang akan mengurusku lagi? Tiba-tiba saja ketakutan besar menguasai hati.Wajah itu, dia tidak mau melihat padaku. Padahal, aku berharap itu.Nindi masih bersimpuh sambil menangis.“Dimana mobilku, Nindi?” tanya dia datar.“Ee

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 8

    Part 8POV CikaAku memilih masuk dan duduk di atas hamparan pasir meski terik matahari terasa sangat menyengat di kulit. Benar-benar bingung hendak minta tolong dan mengadu pada siapa, maka kuputuskan untuk menangis seorang diri.“Ya Allah, kirimkan bantuan untukku. Ya Allah, ampuni aku jika aku selama ini nakal dan banyak dosa. Ya Allah, aku janji, jika aku mendapatkan pertolongan untuk masalahku ini, aku akan kembali sholat seperti saat di pondok dulu. Jika ada orang yang menolongku, maka aku akan menjadikannya sahabat,” ucapku sambil menangis.Lama aku berada dalam posisi ini, hingga leher terasa pegal, lalu aku mengangkat kepala. Saat menoleh, ternyata ada seseorang yang duduk di sebelahku dan dia melakukan hal yang sama.Menatapku.Deg.Jantungku berpacu lebih cepat tatkala mendengar orang itu memanggil namaku. Dia sosok yang kurindu, tetapi juga kubenci.“Kenapa kamu berpanas-panasan sendirian di sini?” ucapnya sambil berteriak.Aku diam, enggan menjawab. Teringat olehku Nindi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 7

    Part 7POV DaniaAku menatap tubuh Nyonya dan Tuan yang terbujur kaku di rumah sakit dengan darah bersimbah di sekujur tubuh mereka–dengan hati yang sangat hancur.Baru sebentar kembali bekerja bersama mereka yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri, tetapi harus merasakan sakitnya kehilangan. Nyonya dan Tuan tewas dalam kecelakaan tunggal. Mobil yang mereka tumpangi menabrak sebuah pohon dan nyawa mereka langsung hilang di tempat itu juga.Tak tahu lagi harus berusaha tegar seperti apa. Karena mereka berdua adalah keluarga yang kumiliki saat ini dan kenapa takdir selalu tidak berpihak padaku?Mayat Nyonya dan Tuan dimakamkan dua hari kemudian setelah berbagai prosesi keagamaan mereka berdua berlangsung. Kini, saat semua pelayat pergi, aku hanya berdua saja dengan anak semata wayang Nyonya yang berusia dua puluh tahun.“Aku akan melanjutkan kuliah di negara sebelah. Kamu jika masih mau di sini, maka harus mencari pekerjaan lain. Karena aku sudah tidak bisa membayarmu. Rumahku aka

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 6

    Part 6POV CIKAAku menatap rumah besar itu, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Meski keberadaanku tidak diakui di sini, tetapi nyatanya, belasan tahun diriku hidup di sana.Walaupun tanpa kenangan indah, tetapi aku bisa melakukan apapun di rumah itu. Kini, aku harus melangkah pergi untuk yang terakhir kalinya. Hati benar-benar sadar, jika memang diri ini tiada lagi diharapkan oleh mereka. Kehadiranku di rumah itu hanya untuk mengukir kisah sedih.Hari ini aku pergi dengan naik taksi. Pulangnya, memilih berjalan menyusuri jalanan komplek perumahan elit yang semuanya memiliki pagar yang tinggi. Sengaja memilih berjalan kaki, hanya sekadar ingin menikmati rasa yang sangat menyesakkan dalam dada ini. Rencananya, nanti akan pulang dengan naik bus. Di dekat gerbang perumahan ini ada sebuah halte.Langkah kaki ini berjalan lambat. Aku sadar kini aku sudah benar-benar sendiri, dan sebentar lagi, bisa saja harus tiba-tiba hidup dengan sosok yangtidak kukenal sama sekali. Aku Cika, harus ber

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 5

    Part 5Sebuah ketukan di luar pintu kamar membuat Cika beranjak dari tempat tidurnya. Ia yang sudah setengah mengantuk terpaksa bangun untuk menemui orang yang sudah pasti itu Nindi. Dengan memicingkan mata, Cika menatap perempuan yang masih lajang itu yang sudah siap dengan koper besar.“Mbak Nindi mau pergi?” Seketika mata Cika yang semula setengah mengantuk terbuka sempurna.“Iya,” jawab Nindi singkat dan ragu.Napas Cika mulai narik turun. Antara takut dan kaget.“Mbak Nindi, aku sama siapa di sini?” tanya Cika mulai menampakkan ketakutannya.“Sudah saatnya kamu belajar hidup mandiri , Cika. Tidak mungkin aku akan terus bersama dengan kamu. Ibu kamu saja sudah pergi. Dan keluarga kamu saja sudah tidak memperdulikan keberadaanmu lagi. Masa aku yang bukan siapa-siapa kamu harus bertahan di sini? Aku punya impian untuk menikah, aku punya keluarga yang harus aku rawat. Jadi, aku akan pergi sekarang dan mulai saat ini, kamu hidup di sini sendiri,” jelas Cika.“Mbak Nindi, tidak bisakah

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 4

    Part 4 Cika merasa sangat kesepian dengan hidup yang dijalani saat ini. Bingung karena setiap hari yang dilakukan hanyalah makan dan tidur saja. Hendak keluar untuk sekadar mencari kesenangan bersama teman-temannya pun susah dilakukan karena rumah yang ditempatinya saat ini cukup jauh dengan rumah kawan semasa ia sekolah. Bermain ponsel juga membuat kepalanya pusing. Nindi juga lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Jika malam minggu tiba, gadis yang sudah dewasa itu akan keluar bersama dengan sang kekasih dan pulang jika sudah dini hari saat Cika sudah terlelap dalam mimpi. Dua bulan sudah dilalui Cika hidup seorang diri di rumah besar peninggalan Dania. Di suatu pagi, Cika yang baru saja bangun menemui Nindi yang tengah sarapan pagi. Dengan langkah berat dan kepala tertunduk berjalan pelan menghampiri Nindi yang sedang sarapan. “Kenapa?” tanya Nindi saat Cika sudah sampai di hadapannya. “Pembantu yang katanya mau datang itu, apa tidak ada kabarnya?” tanya Cika ragu. Sikap ke

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 3

    Part 3Langit mulai gelap. Tidak ada bintang satupun di sana. Aku mulai menoleh ke kanan dan kiri mencari sebuah tumpangan yang bisa membawaku pulang. Entah pulang kemana. Dalam keadaan bimbang, aku membuka ponsel. Ternyata Rindi menelpon banyak ke nomorku. Ia juga berkirim pesan. Aku membukanya, tetapi hanya di bagian akhir yang kubaca.[Kamu kemana saja?][Kenapa belum pulang?][Cika, balas pesanku!][Cika, kamu kemana? Cepat pulang]Aku takut, tetapi tidak mungkin aku mengatakan kalau saat ini sedang di bandara. Akhirnya, aku memilih mencari taksi dengan berjalan keluar bandara. Tidak ada tempat lagi untuk pulang selain rumah Dania dan aku berharap Rindi sedang menungguku di sana. Aku sangat takut.Seketika bernapas lega saat kulihat Rindi tengah menungguku dengan cemas. “Dari mana saja kamu?” tanyanya cemas dengan wajah marah.Kali ini aku tidak akan melawannya. Dia satu-satunya orang yang masih peduli berada di sisiku. Aku diam sambil memainkan ujung kuku.“Cika, kamu dari mana?”

DMCA.com Protection Status