Share

Bagian 122

Penulis: Nay Azzikra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-12 08:36:04
"Agung sudah menikah dengan wanita murahan yang mengejar-ngejar kamu dulu," ujar Aji pada Feri di suatu siang.

"Iya, aku tahu," jawab Feri terdengar enggan.

"Menjijikan dia! Tapi, ya, mereka berdua memang sama-sama menjijikkan," celetuk Aji dengan nada penuh hinaan.

Feri tirljhat enggan menanggapi. Ia justru memilih mengerjakan tumpukan administrasi di hadapannya.

"Kalau dia mengundangmu, apa kamu mau datang?" tanya Aji kembali.

"Ya datang sebagai reka kerja."

"Bagaimana perasaan kamu melihat wanita itu?" cecar Aji.

"Aku tidak pernah punya perasaan apapun sama dia. Apapun yang mereka lakukan saat ini, itu hak mereka. Aku tidak ada kepentingan apapun untuk menghakimi. Buang-buang waktu saja. Lagipula, Agung menjadi berubah setelah mengenal Anti. Dia tidak lagi mempermainkan wanita di luaran sana dan menjadikannya hanya sebagai teman tidur. Ya, itu bagus bukan? Terlepas dahulu Anti bagaimana sama aku, yang penting sekarang sudah tidak. Dan yang terpenting lagi, antara aku dan dia
Nay Azzikra

Hai semuanya! Season Anti, tinggal empat bab lagi tamat, ya? Mak Thor sedih. karena cerita ini ini gak masuk dalam peringkat gem di aplikasi GN yang baru. padahal, di aplikasi GN yang lama, selalu di bagian atas. posisi kedua saat ini. itu yang membuat saya tidak semangat uplous. Tapi, akan saya selesaikan season ini. Season empat bercerita tentang hidup Aira. Akan saya upliud jika cerita ini sudah masuk di peringkat gem yang aplikasi baru.

| 3
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (22)
goodnovel comment avatar
Agung Damarwati
ceritanya menarik,jadi penasaran terus dibuatnya.........
goodnovel comment avatar
Udiah Syahida
cerita iyan sama rani dong thor penasaran
goodnovel comment avatar
Iyan Yuniar
iyah btl aq stuju jgn ber seasons2...mnding d pisah...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 123

    Tinggal beberapa hari di rumah sang suami, membuat Anti ingin mengunjungi rumah aslinya. Setelah bincang-bincang dengan Nadia, wanita itu mengajak anaknya pulang bersama."Tapi, aku masih mau tinggal di rumah Ayah, Bu. Soalnya malas banget sama Mbah aja di rumah. Banyak bicara ini itu, males dengarnya," jawab Nadia.Anti memandang anak gadisnya. Ada rasa tidak enak, ada rasa sedih karena telah membuat suasana hati Nadia tidak nyaman. Sejenak ia berpikir, seandainya tidak menikah, pastilah saat ini masih menjadi tempat ternyaman untuk anak gadis semata wayangnya itu."Maafkan Ibu ya, Nad? Karena telah membuat kamu menjadi tidak nyaman," ujar Anti penuh rasa bersalah."Ibu, bicara apa? Aku tidak merasa seperti itu,""Baiklah, ayo, kita pulang. Ibu akan nyuruh Om Agung buat pulang ke sana,""Jangan, Ibu!" cegah Nadia. Jangan pernah lakukan itu. Ibu, hidupku sudah harus seperti ini. Memiliki orang tua yang tinggal terpisah. Tidak ada yang perlu disesali. Jika kita berdamai dengan takdir y

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-14
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 124

    Mendengar mantan istri bercakap sedemikian mesra, Tohir menekuk wajah."Yang ditunggu orangnya. Bukan oleh-olehnya," ucap Anti lagi.Ia yang berada di ruang tengah tidak sadar, kau ayah Nadia tengah menguping."Eh, Mas. Kok belum pergi? Maaf, maksudnya, aku kira sudah menyusul Nadia." Selesai telepon, Anti yang kembali ke ruang tamu kaget, melihat pria yang dulu pernah menjalin mahligai rumah tangga bersama, masih tinggal di sana."Kamu bilang tadi aku suruh menunggu. Ya aku menunggu di sini," jawab Tohir."Iyakah aku bilang begitu?" Anti terlihat bingung."Iya.""Oh, iya, mungkin tadi aku tidak sadar. Tapi maaf, Mas Tohir menunggu di sini untuk apa, ya?" Anti bertanya bingung. Ia lalu duduk, mengambil kursi di hadapan pria yang hari itu terlihat klimis."Itu, anu, apa namanya, aku tadi pengin duduk aja karena capek berdiri." Jawaban dari Tohir membuat Anti semakin bingung."Eh, iya, di sepeda motor gak bisa duduk-kah?" Pertanyaan konyol meluncur begitu saja."Em, anu, capek kalau dud

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-14
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 125

    Anti menyambut kepulangan sang suami dengan wajah yang bahagia. Tiga hari adalah waktu yang sangat lama bagi sepasang pengantin itu."Kamu merindukanku?" tanya Agung saat sudah berada dalam kamar."Menurut anda?" tanya Anti balik."Sesekali jangan suka melempar tanya kalau ditanya. Jawablah dengan jawaban yang pasti!" gerutu Agung.Anti mendekati pria yang telah dah menjadi pendamping hidupnya itu. Ia menatap dengan tatapan penuh godaan. "Jangan bertanya sama aku tentang hal-hal seperti itu! Aku tidak suka menjawab sesuatu yang membuat aku malu setelahnya. Cukuplah, kamu melihat sorot mata aku. Maka jawabannya akan kamu temukan di sana," ucapnya seraya merapikan kerah kaus yang dipakai Agung.Tangan Anti langsung dipegang erat oleh suaminya itu. Hingga gerakannya terhenti."Lalu, dengan apa aku harus melihat kemesraan kamu sama aku?" tanya Agung seraya menatap satu wajah Anti yang sudah dirias sempurna."Aku berdandan, untuk siapa? Aku memakai daster seperti saat ini, apa itu tidak cu

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-14
  • Istri Lima Belas Ribu   ENDING

    Tak ketinggalan, Erina pun hadir bersama Tohir. Akan tetapi, Anti yang sadar mantan suaminya masih memendam rasa terhadapnya, memilih irit bicara. Hanya Agung yang banyak bertanya jawab dengan ayah kandung Nadia itu. Anti belum menceritakan apapun tentang sikap Tohir. Ia sangat menjaga perasaan pria yang kini menjadi pendamping hidup. Baginya, cukup dirinya saja yang tahu, apa yang sebenarnya terjadi. Pukul satu siang, tamu sudah pulang termasuk Tohir dan Erina. Hanya beberapa yang datang belakangan yang masih terlihat. Itupun tidak ada sepuluh orang. Acara memang digelar sedari pagi, untuk menghindari hujan yang bisanya turun selepas Zuhur. Namun, di tempat itu, masih berlalu lalang beberapa orang yang disewa untuk membantu mempersiapkan konsumsi. Sementara Nadia, ia meminta ijin untuk tidur karena lelah. Sepasang suami istri itu beristirahat untuk menunaikan sholat. Setelah itu, Anti dikagetkan dengan kedatangan tamu yang tidak ia undang. Salah tingkah, itu yang terlihat dari sik

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-14
  • Istri Lima Belas Ribu   SEASON 4

    SEASON 4 Rintik hujan membasahi tanah yang semula kering. Bau yang khas menguar bagi siapapun insan yang menghirup udara. Tak terkecuali Aira. Gadis kecil yang kini telah berusia delapan tahun itu, kini berdiri di depan jendela. Sesekali, mata lentiknya menatap sesosok wanita yang tengah bermain di bawah derasnya air yang turun dari langit. Aira sesekali menyeka air mata yang jatuh ke pipi. Meski terlihat tegar saat menghadapi berbagai macam bulian, ia tetaplah seorang anak yang membutuhkan kasih sayang. Telah lama ditinggal kakek dan neneknya, dirinya hanya tinggal bersama Iyan yang setiap hari harus mencari uang demi kelangsungan hidup mereka bertiga, dan juga bersama Rani, sang ibu yang sudah kehilangan akal sehatnya. "Aira! Ayo, sini! Kita main bersama," ajak Rani pada anaknya. Ua lalu memutar-mutar badan layaknya orang yang tengah menari. "Ayo, Aira! Kita bermain bersama," ujarnya lagi. Seperti itulah Rani saat ini. Meskipun sudah mau menyapa Aira, tetap saja, ia masih menj

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-17
  • Istri Lima Belas Ribu   Season 4 bagian 2

    "Cari pembantu? 'Kan Ayah butuhnya seorang istri bukan hanya pembantu saja, Aira," bujuk Nusri memberikan pengertian. "Itu berarti, Ayah akan memiliki istri dua, Mbah?" tanya Aira lagi. "Iya, lha Ibu kamu masih sakit seperti itu. Kasihan Kalau ayah kamu kalau tidak ada pendamping hidupnya." Aira terdiam. Ibunya telah lama gila. Ditambah kerasnya kehidupan yang ia jalani setelah itu, membuatn lupa, indahnya kebersamaan dengan sosok yang pernah melahirkannya itu. Ia hanya tahu, kalau Rani adalah istri Iyan, sekaligus wanita yang pernah mengandungnya. Bahkan, Aira lupa kasih sayang darinya itu seperti apa. "Terserah kalian, Mbah," jawab Aira singkat. Ia lalu beranjak dari tempat duduknya, duduk menyendiri di teras rumah. Tatapan Aira menatap sekerumunan anak-anak yang tengah bermain. Bahkan, Aira juga lupa. Seperti apa rasanya bermain bersama kawan-kawan. Warga sekitar lingkungan rumahnya sudah terlanjur mengucilkan, sehingga ia terbiasa hidup dalam kesendirian. * "Bagaimana, Iya

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-18
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 3

    "Aira, kamu sedang melihat apa?" tanya Iyan pada putri kesayangan yang tengah menggoyangkan kakinya di teras. Tatapannya tertuju pada segerombolan anak yang tengah bermain petak umpet di halaman rumah tetangga yang berjarak dua puluh meter dari tempatnya duduk.Iyan bukan tanpa sebab bertanya demikian. Ia tahu, Aira tengah melihat apa. Namun, itu adalah kata pembuka untuk topik yang akan ia bahas."Kapan aku hidup seperti mereka, Ayah? Kenapa mereka menjauhi aku dan tidak mau berteman denganku? Apa karena aku anak orang gila?" Pertanyaan dari anak semata wayangnya membuat hati Iyan terasa dihantam palu.Agak lama dirinya terdiam. Sulit untuk mengatakan apa yang ada dalam hati, karena sebenarnya, ia pun sangat membenci warga sekitar yang mengucilkan anaknya sejak dulu."Mereka selalu bilang, dulu aku anak nakal. Dulu aku seperti tuan putri, apa benar, Ayah? Aku lupa semuanya. Yang aku ingat, Mbah pergi ke Jakarta meninggalkan aku dan aku harus mengurus hidupku sendiri. Kapan aku nakal,

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-19
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 4

    "Mbak, boleh minta nomer teleponnya?" tanya Iyan pada Maya suatu siang saat keduanya bertemu di tempat biasa."Buat apa, Mas?" tanya Maya bingung."Ya buat menjalin komunikasi. Buat curhat kalau kita butuh tempat curhat," jawab Iyan."Ok," jawab Maya tanpa keberatan.Keduanya semakin akrab setelah bertukar nomer telepon. Seringkali saling berkirim pesan hingga larut malam. Dan kedekatan mereka berdua memberikan sebuah warna baru bagi hidup Iyan yang terlanjur hampa.*"Rani, ayo, makan," ajak Iyan suatu siang."Makan? Iya harus makan. Kita harus makan supaya sehat dan kuat. Kuat untuk menari-nari dalam indahnya pagi. Ah iya, Mas aku harus makan. Biar sehat," jawab Rani asal seperti biasanya. "Aira! Ayo makan. Kita harus makan yang banyak agar gendut. Gendut dan sehat dan kuat. Hihihihihi," lanjut Rani lagi.Iyan menghela napas panjang. Dia lalu memilih meninggalkan sang istri yang masih berbicara tidak jelas.'Akankah seperti ini selamanya? Aku lelah, Rani. Lelah menunggu kamu sembuh

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-19

Bab terbaru

  • Istri Lima Belas Ribu   Ending

    Part 11 POV Dania (Ending) Lelah hati tatkala harus menghadapi banyak hal. Akhirnya aku menyerah pada keadaan. Aku tidak akan memaksakan takdir apapun sekarang. Selalu bertemu dengan orang-orang yang membuat hati ini sakit hati, membuatku semakin sadar kalau hanya keluarga Laura saja yang baik padaku. Melihat penghianatan Nindi dan juga sikap Cika yang masih dingin dan membenciku, membuat hati ini sudah memutuskan. Aku akan menghilang dari hidup orang-orang yang mengenalku. Untuk apa mempedulikan Cika yang sangat membenciku? Baginya, Ines adalah ibunya. Setelah Nindi keluar dari rumah, Laura menelpon malam-malam dan menangis. Ia mengatakan kalau pacarnya ternyata selingkuh dan dia seorang diri. Laura menanyakan perkembangan hubunganku dengan Cika, dan aku menjawab apa adanya. “Cika tidak akan pernah bisa menerimaku. Itu kenyataannya,” jawabku sudah pasrah dengan keadaan. “Dania, aku minta maaf, bisakah kamu kembali kesini? Hidup bersamaku dan aku menarik semua ucapanku kemarin,” p

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 10

    Part 10Tiga hari tinggal bersama, dia tetap masih diam. Makananku tetap disiapkan, tetapi menunggu aku keluar untuk makan sendiri. Dia sama sekali tidak seperti dulu yang memanggilku, menyiapkan baju ganti dan segala keperluanku. Akhirnya, pagi ini kuberanikan diri untuk mengajaknya berbicara.“Apa aku akan diusir seperti Nindi?” tanyaku pelan. Dia yang lagi-lagi berkutat dengan laptop--mengangkat wajah.“Pilihlah mana dari milikku yang akan kamu ambil, Cika! Sisanya, bila kamu tidak mau, maka akan kujual. Kamu bisa gunakan untuk keperluan hidupmu. Itu jika kamu mau,” jawabnya tanpa ekspresi ramah.Aku memainkan jari jemariku. Bingung hendak menjawab apa. Ponselnya berdering dan dia langsung mengangkatnya. Aku masih berdiri mendengarkan dia berbicara dengan orang yang kukira ada di luar negeri.Meski sudah lama tidak pernah belajar bahasa asing lagi, tetapi aku tahu apa arti dari ucapan yang disampaikan seseorang dari seberang telepon sana. Speaker ponsel yang dihidupkan membuatku bi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 9

    Part 9“Mbak Dania, aku minta maaf, Mbak, aku akui memang salah dan aku akan meminta dia untuk keluar dari rumah Mbak Dania asalkan Mbak Dania masih mengizinkan aku untuk tetap di sini. Aku akan menjaga Cika, Mbak, aku janji,” kata Nindi sambil bersimpuh dan memegang kaki dia.“Aku sudah tidak butuh siapapun lagi, Nindi. Aku akan membiarkan orang-orang yang hanya memanfaatkanku dan juga orang-orang yang tidak menyukaiku untuk pergi dari hidupku. Aku tidak akan memaksakan takdir bahagia bersamaku, jadi, kamu tidak perlu bersimpuh meminta, karena aku sudah akan menghapusmu dari daftar orang-orang yang kukenal,” jawab dia santai.Seketika aku memandang wajah cantik itu. Ada sebuah perasaan terluka di sana. Jika dia benar-benar tidak mau lagi mengurusku, maka, siapa yang akan mengurusku lagi? Tiba-tiba saja ketakutan besar menguasai hati.Wajah itu, dia tidak mau melihat padaku. Padahal, aku berharap itu.Nindi masih bersimpuh sambil menangis.“Dimana mobilku, Nindi?” tanya dia datar.“Ee

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 8

    Part 8POV CikaAku memilih masuk dan duduk di atas hamparan pasir meski terik matahari terasa sangat menyengat di kulit. Benar-benar bingung hendak minta tolong dan mengadu pada siapa, maka kuputuskan untuk menangis seorang diri.“Ya Allah, kirimkan bantuan untukku. Ya Allah, ampuni aku jika aku selama ini nakal dan banyak dosa. Ya Allah, aku janji, jika aku mendapatkan pertolongan untuk masalahku ini, aku akan kembali sholat seperti saat di pondok dulu. Jika ada orang yang menolongku, maka aku akan menjadikannya sahabat,” ucapku sambil menangis.Lama aku berada dalam posisi ini, hingga leher terasa pegal, lalu aku mengangkat kepala. Saat menoleh, ternyata ada seseorang yang duduk di sebelahku dan dia melakukan hal yang sama.Menatapku.Deg.Jantungku berpacu lebih cepat tatkala mendengar orang itu memanggil namaku. Dia sosok yang kurindu, tetapi juga kubenci.“Kenapa kamu berpanas-panasan sendirian di sini?” ucapnya sambil berteriak.Aku diam, enggan menjawab. Teringat olehku Nindi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 7

    Part 7POV DaniaAku menatap tubuh Nyonya dan Tuan yang terbujur kaku di rumah sakit dengan darah bersimbah di sekujur tubuh mereka–dengan hati yang sangat hancur.Baru sebentar kembali bekerja bersama mereka yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri, tetapi harus merasakan sakitnya kehilangan. Nyonya dan Tuan tewas dalam kecelakaan tunggal. Mobil yang mereka tumpangi menabrak sebuah pohon dan nyawa mereka langsung hilang di tempat itu juga.Tak tahu lagi harus berusaha tegar seperti apa. Karena mereka berdua adalah keluarga yang kumiliki saat ini dan kenapa takdir selalu tidak berpihak padaku?Mayat Nyonya dan Tuan dimakamkan dua hari kemudian setelah berbagai prosesi keagamaan mereka berdua berlangsung. Kini, saat semua pelayat pergi, aku hanya berdua saja dengan anak semata wayang Nyonya yang berusia dua puluh tahun.“Aku akan melanjutkan kuliah di negara sebelah. Kamu jika masih mau di sini, maka harus mencari pekerjaan lain. Karena aku sudah tidak bisa membayarmu. Rumahku aka

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 6

    Part 6POV CIKAAku menatap rumah besar itu, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Meski keberadaanku tidak diakui di sini, tetapi nyatanya, belasan tahun diriku hidup di sana.Walaupun tanpa kenangan indah, tetapi aku bisa melakukan apapun di rumah itu. Kini, aku harus melangkah pergi untuk yang terakhir kalinya. Hati benar-benar sadar, jika memang diri ini tiada lagi diharapkan oleh mereka. Kehadiranku di rumah itu hanya untuk mengukir kisah sedih.Hari ini aku pergi dengan naik taksi. Pulangnya, memilih berjalan menyusuri jalanan komplek perumahan elit yang semuanya memiliki pagar yang tinggi. Sengaja memilih berjalan kaki, hanya sekadar ingin menikmati rasa yang sangat menyesakkan dalam dada ini. Rencananya, nanti akan pulang dengan naik bus. Di dekat gerbang perumahan ini ada sebuah halte.Langkah kaki ini berjalan lambat. Aku sadar kini aku sudah benar-benar sendiri, dan sebentar lagi, bisa saja harus tiba-tiba hidup dengan sosok yangtidak kukenal sama sekali. Aku Cika, harus ber

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 5

    Part 5Sebuah ketukan di luar pintu kamar membuat Cika beranjak dari tempat tidurnya. Ia yang sudah setengah mengantuk terpaksa bangun untuk menemui orang yang sudah pasti itu Nindi. Dengan memicingkan mata, Cika menatap perempuan yang masih lajang itu yang sudah siap dengan koper besar.“Mbak Nindi mau pergi?” Seketika mata Cika yang semula setengah mengantuk terbuka sempurna.“Iya,” jawab Nindi singkat dan ragu.Napas Cika mulai narik turun. Antara takut dan kaget.“Mbak Nindi, aku sama siapa di sini?” tanya Cika mulai menampakkan ketakutannya.“Sudah saatnya kamu belajar hidup mandiri , Cika. Tidak mungkin aku akan terus bersama dengan kamu. Ibu kamu saja sudah pergi. Dan keluarga kamu saja sudah tidak memperdulikan keberadaanmu lagi. Masa aku yang bukan siapa-siapa kamu harus bertahan di sini? Aku punya impian untuk menikah, aku punya keluarga yang harus aku rawat. Jadi, aku akan pergi sekarang dan mulai saat ini, kamu hidup di sini sendiri,” jelas Cika.“Mbak Nindi, tidak bisakah

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 4

    Part 4 Cika merasa sangat kesepian dengan hidup yang dijalani saat ini. Bingung karena setiap hari yang dilakukan hanyalah makan dan tidur saja. Hendak keluar untuk sekadar mencari kesenangan bersama teman-temannya pun susah dilakukan karena rumah yang ditempatinya saat ini cukup jauh dengan rumah kawan semasa ia sekolah. Bermain ponsel juga membuat kepalanya pusing. Nindi juga lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Jika malam minggu tiba, gadis yang sudah dewasa itu akan keluar bersama dengan sang kekasih dan pulang jika sudah dini hari saat Cika sudah terlelap dalam mimpi. Dua bulan sudah dilalui Cika hidup seorang diri di rumah besar peninggalan Dania. Di suatu pagi, Cika yang baru saja bangun menemui Nindi yang tengah sarapan pagi. Dengan langkah berat dan kepala tertunduk berjalan pelan menghampiri Nindi yang sedang sarapan. “Kenapa?” tanya Nindi saat Cika sudah sampai di hadapannya. “Pembantu yang katanya mau datang itu, apa tidak ada kabarnya?” tanya Cika ragu. Sikap ke

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 3

    Part 3Langit mulai gelap. Tidak ada bintang satupun di sana. Aku mulai menoleh ke kanan dan kiri mencari sebuah tumpangan yang bisa membawaku pulang. Entah pulang kemana. Dalam keadaan bimbang, aku membuka ponsel. Ternyata Rindi menelpon banyak ke nomorku. Ia juga berkirim pesan. Aku membukanya, tetapi hanya di bagian akhir yang kubaca.[Kamu kemana saja?][Kenapa belum pulang?][Cika, balas pesanku!][Cika, kamu kemana? Cepat pulang]Aku takut, tetapi tidak mungkin aku mengatakan kalau saat ini sedang di bandara. Akhirnya, aku memilih mencari taksi dengan berjalan keluar bandara. Tidak ada tempat lagi untuk pulang selain rumah Dania dan aku berharap Rindi sedang menungguku di sana. Aku sangat takut.Seketika bernapas lega saat kulihat Rindi tengah menungguku dengan cemas. “Dari mana saja kamu?” tanyanya cemas dengan wajah marah.Kali ini aku tidak akan melawannya. Dia satu-satunya orang yang masih peduli berada di sisiku. Aku diam sambil memainkan ujung kuku.“Cika, kamu dari mana?”

DMCA.com Protection Status