Share

Bab 4 - Andini Menangis

Author: Mom's Ainun
last update Last Updated: 2024-06-24 16:18:28

Setelah membuka pintunya, Andini mengernyitkan dahinya. Perlahan mata terpejam tanpa disadari, melihat suaminya sendiri datang ke hotel membawa wanita lain, dalam keadaan mabuk. Yang lebih menyakitkan hati, wanita itu bukan Bunga, istri pertamanya Alyas. 

“Maksud kamu apa, Mas?” tanya Andini. 

Alyas cuma senyum-senyum aja, kadang dia menoleh ke arah wanita yang ada disampingnya. Kemudian menyingkirkan tubuh Andini dari ambang pintu karena menghalangi jalan. “Minggir…,” katanya. 

“Hei, jangan buat aku marah, ya!” teriak Andini merasa tidak dihargai. 

Wanita yang bersama dengan Alyas adalah Elisa, sahabatnya sejak kecil. Wanita itu mengenakan pakaian terbuka yang layaknya wanita penghibur. Elisa tahu benar sifat dan rahasia Alyas, maka dari itu ia menganggap Andini hanya orang lain. Tanpa meminta persetujuan Andini, dengan percaya dirinya Elisa membaringkan tubuh Alyas di atas kasur.

Andini yang emosional lalu menarik rambut Elisa, “Hei, kamu siapa? Beraninya kamu menyentuh suamiku.” 

Tak mau kalah dari Andini, Elisa menghempaskan tangan Andini dan menunjuk wajahnya, dengan wajah marah dan berapi-api. “Harusnya aku yang nanya, kamu siapa?” 

“Aku istrinya Mas Alyas.” Andini mengusap dada merasa tidak percaya.

Elisa tertawa geli, mendengar kepercayaan dirinya dari Andini. “Heh… kamu hanya istri yang dikontrak oleh Al selama 6 bulan, setelah itu kamu akan diceraikan. Jadi jangan pernah menyombongkan diri di depanku.” 

Deg

Andini benar-benar merasa kecewa, ia menoleh ke arah ranjang di mana suaminya sedang terlentang dalam keadaan setengah sadar. Alyas pernah mengatakan bahwa tidak ada orang lain yang tahu tentang masalah pernikahan kontraknya, tetapi mengapa sekarang ada orang lain yang mengetahuinya. Gadis berambut panjang itu memegang tangannya, rasanya dia ingin sekali memukul wajahnya dengan keras. 

“Sudahlah, jangan menatap kami berdua seperti itu.” Ucap Elisa yang duduk di tepi kasur sambil mengelus wajah Alyas. “Kamu bisa tidur di lantai sambil menyaksikan kemesraan kita berdua.” Elisa kembali tertawa melihat wajah Andini yang berkerut.

Tidak percaya dengan ucapan Elisa, Andini pun berjalan dan membangunkan Alyas. 

“Mas, bangun! Jelaskan siapa wanita ini?” tanya Andini menarik tangan Alyas agar berjauhan dengan Elisa. 

Alyas yang dalam keadaan setengah sadar tersenyum melihat penampilan Andini yang terlihat begitu berbeda dari biasanya, tubuh Andini yang sedikit terbuka di bagian dada membuat penampilannya seketika terpantik. “Kau terlihat sangat berbeda, ternyata Ibu benar-benar telah berhasil membuatmu menjadi seorang wanita yang sangat cantik dan berbeda.” 

Alyas mendekat ke arah Andini sedangkan Andini melangkah mundur dan berhenti di dinding kamar hotel, ia merasa Alyas melakukan hal seperti itu karena kehilangan kesadaran. Wajah keduanya bertatapan begitu dekat, hingga Andini bisa mencium aroma wiski dari mulut yang begitu menyengat. 

“Jangan menyentuhku seperti ini, Mas!” Andini emosional.

“Kamu benar-benar terlihat cantik saat sedang marah,” kata Alyas. 

“Jaga batasanmu, Mas! Aku tidak mau menyentuhmu dalam keadaan mabuk seperti ini.” Andini mendorong Alyas hingga pria berusia 30 tahun itu mundur beberapa langkah saja hingga hampir terjatuh, beruntung ada Elisa di belakangnya hingga Alyas tidak terjatuh. “Aku hanya butuh jawaban siapa wanita penghibur yang kamu bawa ini?” Teriak Andini merasa frustrasi. 

“Elisa…,” lirih Alyas menatap Elisa yang sedang memegang tubuhnya. 

Elisa tersenyum simpul melihat wajah Alyas begitu dekat. 'Aku satu-satunya wanita yang selalu ada untukmu, Al. Baik itu dulu sebelum ada Bunga dan sekarang setelah Bunga tiada, kamu akan selamanya bergantung padaku.' Elisa membatin. 

“Terima kasih, Sa.” Alyas mencoba berdiri tegak tanpa bantuan dari siapapun, setelah itu menoleh ke arah Andini. “Kamu ingin tahu siapa wanita yang aku bawa ini?” 

"Ya," jawab Andini. 

Kemudian Alyas menoleh ke arah Elisa, ia menatap wajah manisnya itu kemudian mendekat dan mengecup bibir Elisa tepat di hadapan Andini. 

“Kamu benar-benar gila, Mas! Kamu adalah laki-laki brengsek yang pernah aku kenal sepanjang hidup. Dasar bajingan, dasar binatang kau, Mas! A …." Andini berteriak sambil mengacak-acak rambutnya sendiri kemudian melemparkan benda-benda yang ada di atas anak-anak ke arah Alyas dan Elisa. Setelah itu Andini meninggalkan hotel dengan amarah yang membuncah.

Melihat Andini yang marah dan bersedih membuat Alyas merasa bersalah, ia ingin mengejar. Namun, Elisa menahannya. 

“Jangan kejar dia,” ucap Elisa. 

“Tapi aku harus mengejarnya.” 

“Kenapa Al? Sebaiknya kamu tidak usah peduli padanya.” 

“Di luar sedang turun hujan, aku tidak bisa membiarkan dia pergi sendirian, dia orang baru di Jakarta, aku takut dia kesasar dan hilang, jika terjadi sesuatu padanya, aku yang akan di salahkan sama ibu.” 

“Kamu bahkan membiarkanku sendirian di sini?” Elisa benar-benar tidak rela jika pria yang ia sukai sejak kecil mengejar wanita lain meskipun itu istrinya.

“Kamu berada di tempat yang aman, Sa.” jawab Alyas sambil bersiap-siap untuk berangkat. 

“Baiklah, aku akan membiarkanmu pergi asal kamu mau menjawab pertanyaanku dulu.” 

Alyas mendekat ke arah Elisa dan menatapnya, “Pertanyaan apa?” 

“Kenapa baru sekarang kamu menciumku?” 

Alyas tersenyum simpul, “Oh itu, maaf kalau aku udah bikin kamu baper, aki cium bibir kamu agar Andini nggak terlalu berharap aku jadi suaminya. Sehingga saat perceraian nanti tiba dia tidak akan pernah baper seperti keadaan kamu sekarang. Ayolah Sa, aku minta maaf ya! Kamu pasti mengerti.” jelas Alyas, setelah itu meninggalkan Elisa sendiri. 

Elisa memegang tangan, mata berkaca-kaca dan emosional. Dirinya sangat berharap sekali Alyas mempunyai perasaan lebih dari seorang sahabat terhadapnya. Namun, lagi-lagi ia harus menelan pil pahit karena punya perasaan mencintai tanpa dicintai. 

***

Duar…

Mendengar suara petir menyambar di cakrawala, Andini berjalan di bahu jalan dalam keadaan hujan deras, mengenakan gaun yang bagian depannya terbuka. Ia melipat tangannya erat-erat di perutnya karena badannya menggigil kedinginan. Gadis itu benar-benar dibuat hancur oleh seorang pria yang tidak memiliki perasaan seperti Alyas, yang sudah mempermainkan pernikahan anaknya. 

'Ayah, Ibu, bolehkah aku pulang? 'aku merasa sudah tidak mampu lagi menyembunyikan perasaan sakit ini.' Batin Andini menurunkan air mata di bawah derasnya air hujan. 

Sejak kecil ia sudah mendapatkan banyak kasih sayang dari ayah dan ibunya, baru kali ini Andini mendapatkan ketidakadilan dalam hidupnya. Andini melihat ada halte bis, ia pun duduk dan mengambil ponsel dari tasnya. Gadis berambut panjang itu berniat akan menghubungi kedua orangtuanya untuk menjemputnya dari rumah Alyas. Namun, pada saat ia hendak menelepon, ponselnya berdering ada panggilan masuk dari sang ayah. 

Andini menarik napas dalam-dalam, mencoba tersenyum dalam tangisannya. 

“Halo assalamualaikum, Nak?” tanya sang ayah. 

“Waalaikumsalam, Ayah. Ada apa? "Tumben malam-malam belum tidur." 

“Ayah cuma mau ngasih tahu sama kamu, sekarang rumah udah balik lagi atas nama Ayah. Ibu kamu sudah bisa tidur nyenyak karena tidak memikirkan hutang ke bank lagi, semua ini berkat kamu, Nak! Terima kasih karena sudah menerima jodohnya.” Jelas sang ayah dengan suara yang bergetar. 

Andini kembali berderai air mata, satu sisi ia sangat senang mendengar kebahagiaan orang tuanya. Di sisi lain, ada sesuatu dalam hati yang menggairahkan yang ingin Ia ungkapkan. 

'Apa jadinya kalau Ayah dan Ibu tahu, apa yang terjadi pada diriku ini?' Batin Andini menggigit bibir bawahnya agar tak terdengar sedang menangis. 

“Nak, kamu baik-baik saja, kan? Kamu bahagia menikah dengan Pak Alyas, kan?” 

“Mas Alyas memperlakukan aku seperti ratu, Ayah tenang saja! yang penting sekarang menjaga Ibu dengan baik, jangan sampai sakitnya kambuh lagi. Maaf aku tidak bisa mengurus Ibu lagi.” 

“Insyaallah, Nak.” 

“Ya udah kalau gitu, Andini dulu yang tutup telponnya, Mas Alyas udah manggil aku.” 

“Iya Nak, Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.” Andini menutup ponselnya kemudian tangisannya pecah di tengah hujan yang semakin deras. Ia kemudian mengelus-elus dada, agar sedikit lebih tenang. 

Menit kemudian..

Tid ...

Suara klakson mobil mengejutkan Andini, berharap itu adalah Alyas yang datang dan ingin meminta maaf. Andini terus menundukkan wajahnya, menunggu balasan baik dari pria tersebut. 

Seorang pria turun dari mobil dan membuka payung berwarna kuning, pria itu datang langsung memasang jas di tubuh Andini juga memayunginya. “Apa yang kamu lakukan di sini, Andini?” katanya.

Sontak wajah Andini terhenyak karena suara pria itu bukanlah suara suami, melainkan suara pria lain. Ia pun mendongakkan wajahnya sambil menganga. 

“Haidar….” 

Haidar tersenyum menatap Andini, “iya ini aku, Haidar,” imbuhnya. 

Sementara itu di tempat lain yang tidak begitu jauh dari posisi Andini, tampak ada mobil Mercedes Benz berwarna hitam berhenti di bahu jalan. Di dalamnya ada seorang pria yang tak lain adalah Alyas, pria itu duduk di depan stir mobil dengan tangan kiri memegang botol minuman keras. Melihat Andini dan pria lain tampak begitu akrab membuat Alyas merasa kesal hingga botol yang dipegangnya hancur, seketikad hingga darah menetes dari telapak tangan tanpa jeda. 

'Apa yang terjadi pada diriku, kenapa aku merasa kesal melihat Andini bersama pria lain?' batinnya. 

Bersambung 

Related chapters

  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 5 - Cemburu

    "Haidar …” ucap Andini.“Iya aku Haidar.” Tanpa meminta persetujuan dari gadis itu, Haidar memeluk Andini. “Kamu apa kabar? sudah lama aku ingin sekali bertemu sama kamu, tapi aku nggak punya waktu. Aku tidak menyangka bisa bertemu sama kamu di sini.” Andini berontak kemudian sedikit mendorong Haidar agar ia bisa lepas dari pelukannya, “aku baik-baik saja.” “Ngomong-ngomong kamu kenapa ada di sini? bukannya kata ibu kamu, kamu itu udah nikah.” Haidar penasaran. “Iya, aku memang sudah menikah,” imbuhnya. “Lah terus dimana suami kamu? kenapa suami kamu membiarkan kamu ujan-ujanan di jam malam seperti ini? Atau jangan-jangan suami kamu tidak memperlakukanmu dengan baik? kamu menikah karena dijodohkan, sama Bapak kamu?’’ Haidar bertanya-tanya kemudian menajamkan pandangannya di area mata Andini. “Sebagai sahabat kamu dari kecil aku sudah tahu kondisi wajah kamu seperti ini itu pasti habis nangis, iya kan?” “Enggak, kok!” Andini berusaha sebaik mungkin agar sahabatnya itu tidak curiga

    Last Updated : 2024-06-24
  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 6 - Berusaha Menjadi Yang Terbaik

    Andini benar-benar terkejut mendengar perintah dari Alyas. “Ngapain kamu nyuruh aku buka pakaian? dasar otak mesum. Tadi kamu sudah mencium bibir Elisa, entah apa yang biasa kalian lakukan hingga mau-maunya bersentuhan walau tidak punya ikatan pernikahan.” Ucap Andini sambil menutup dadanya dengan kedua tangan. Alyas terkekeh kemudian mendekatkan wajahnya dengan Andini. “Jangan geer dan juga jangan suka buruk sangka, lagipula saya juga nggak mau nyentuh kamu. Buka pakaianmu di kursi bagian belakang mobil sekarang juga! di sana ada banyak pakaian. Gantilah pakaianmu yang basah itu, nanti kalau kamu sakit, Ibu bisa nyalahin saya.” Andini membulatkan kedua matanya, ia tidak menyangka bahwa Alyas cukup perhatian juga. “Jangan pernah berpikir macam-macam! saya melakukan semua ini karena Ibu.”“Iya …, iya, lagian siapa juga yang geer.” Sambung Andini sambil membuka pintu mobil dan berpindah tempat ke belakang, walau masih kesal dengan tingkah Alyas ketika bersama wanita lain, ia berusah

    Last Updated : 2024-07-04
  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 7 - Terbangun di atas ranjang yang sama

    Andini tidak sengaja melihat ada Alyas di ambang pintu, sontak ia tersenyum. Dirinya sudah tidak sabar ingin melihat sosok ayah yang baik dari seorang Alyas. Namun, prediksinya salah total karena Alyas tidak masuk ke dalam kamar melainkan berbalik badan dan pergi meninggalkan kamar ibunya. ‘Heh … dasar manusia aneh,’ gumam Andini. “Mas …!” panggil Andini. “Loh memangnya ada Ada Al disini?” tanya Bu Sarah, tengok kanan dan kiri tetapi tidak melihat siapapun masuk ke dalam kamarnya. “Ada Bu. Barusan aku lihat Mas Al ada di dekat pintu. seharusnya kan, dia masuk ke kamar ini, setelah itu menyambut anaknya dengan bahagia. Kenapa Mas Al tidak melakukan hal yang sesederhana itu?” Bu Sarah menganggukkan kepalanya, ‘Alyas tidak akan berani mendekati Alif, sungguh malang sekali nasib anak dan cucuku ini ya Allah, persatukanlah mereka secepatnya.’“Bu …, kenapa ibu malah melamun?” Andini mengusap lembut tangan mertuanya. Bu Sarah tersenyum, kemudian menatap Andini. “Maaf barusan Ibu kepiki

    Last Updated : 2024-07-05
  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 8 - Tumbuh Benih Cinta

    “Memangnya kenapa sih, Mas? kalau kita berhubungan suami istri?” tanya Andini menatap tajam wajah suaminya itu. “Saya cuma tidak mau berbuat banyak dosa, jika kita berhubungan suami istri ditakutkan kamu hamil, sedangkan kita akan bercerai 6 bulan lagi. Please katakan yang sejujurnya Jangan menambah beban pikiran saya!” Alyas melipat kedua tangan di hadapan Andini. Deg …Andini seketika terdiam, ia beranjak pergi ke kamar mandi untuk bersiap memulai tugas barunya sebagai ibu pengganti. Sedangkan Alyas diam terpaku melihat gadis itu tidak menjawab pertanyaannya. “Hei … apa salahnya sih, jika saya mempertanyakan kejujuran kamu, Ndin.” “Kenapa kau malah diam?” Andini tetap berjalan menuju kamar mandi tanpa memperdulikan suaminya. “Terserah kamu mau anggap diamku ini apa, capek aku ngejelasinnya.” “Oh berarti memang tidak terjadi apa-apa, ya! syukurlah kalau begitu.” Sambung Alyas merasa lega. Tiba di dalam kamar mandi, Andini langsung menekan tombol shower, ia memejamkan mata di b

    Last Updated : 2024-07-06
  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 9 - Elisa di buat kesal

    Elisa merasa darahnya seolah mendidih di saat melihat Andini yang sudah memegang cake coklat, dengan lilin yang menyala di atasnya. “Selamat ulang tahun … selamat ulang tahun … selamat ulang tahun Mas Alyas selamat ulang tahun …!” Andini menyanyikan lagu itu dengan perasaan suka cita. Alyas yang baru saja keluar dari pintu kamar mandi, sontak kaget melihat gadis kecil yang ada di hadapannya menyanyikan lagu dengan begitu ceria. Ada perasaan haru dan juga bahagia karena masih ada orang yang mengingat hari kelahirannya. ‘Ngomong-ngomong tahu dari mana kalau hari ini hari ulang tahunku,’ batinnya.“Sekarang tiup lilinnya dan sebelum itu berdoalah terlebih dahulu!” seru Andini. Alyas langsung menutup mata kemudian berdo’a dalam hati. ‘Berikanlah kebahagiaan dimanapun Bunga berada, berikanlah hamba kesabaran menjalani hidup dunia ini tanpa dirinya.’ Andini terus saja senyum-senyum melihat suaminya sedang berdoa di dalam hatinya, ia yang sedang memegang cake coklat itu terpesona dengan

    Last Updated : 2024-07-09
  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 10 - Alyas Mulai suka

    Alyas menerima paper bag yang diberikan oleh Andini, “Terimakasih …” ucapanya. Kemudian masuk kedalam mobil bersama dengan Elisa lalu pergi meninggalkan rumah. Andini tersenyum simpul melambaikan tangan, senyuman indah itu terlihat jelas oleh Alyas dari kaca spion. Entah terkena angin apa pria tampan itu juga ikut tersenyum melihat itu. “Kamu kenapa senyum-senyum seperti itu, Al?” tanya Elisa yang berada di samping Alyas. “Andini gadis yang sangat baik, walaupun saya telah menzalimi dia, menyeret dia dalam kehidupan saya yang hancur ini, sedikitpun dia tidak mengeluh dan juga tidak mengatakan semua ini kepada kedua orang tuanya ataupun kepada ibu saya.” Jelas Alyas.Elisa menyeringai lebar, “Kamu jangan terlalu fokus kepada Andini, biarkan dia fokus untuk merawat Alif dengan baik. Kamu jangan baper dengan perhatian-perhatian dia, lagi pula dia melakukan semua itu hanya karena balas budi, uang yang sudah kamu berikan kepada kedua orang tuanya itu totalnya sangat besar, nggak mungkin

    Last Updated : 2024-07-10
  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Kelicikan Elisa

    Acara di rumah Alyas nampak begitu indah dan mewah, Andini sendiri yang mendekornya dibantu dengan Para asisten rumah tangga dan juga wedding organizer. Selain acara ulang tahun, Bu Sarah ingin melihat Alyas dan Andini bersanding di pelaminan karena saat Andini dan Alyas menikah, tidak menghadirinya. “Hari ini adalah hari dimana kamu akan dikenal oleh karyawan Alyas, kamu harus dandan layaknya pengantin.” Ucap Bu Sarah memegang bahu menantunya itu sambil menatap cermin. Andini yang sudah cantik mengenakan gaun putih serta hiasan, membuatnya seperti bidadari turun dari kayangan. “Aku seharusnya mengurus Alif, Bu. Kenapa Ibu malah menghiasku seperti ini?” “Dengar Sayang! Malam ini semua teman-teman Alyas akan datang, kamu harus tampil dan memberikan kesan yang baik bagi mereka. Urusan Alif biar Ibu yang jagain sama si Bibi.” Andini memeluk mertuanya, “Bu, jarang-jarang ada seorang menantu mendapatkan sosok mertua seperti ibu. Terima kasih atas pengertiannya, perhatiannya dan juga ka

    Last Updated : 2024-07-18
  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Sentuhan Pertama

    Tamu undangan perlahan mulai datang, Andini dengan ramah menyambut mereka secara sukacita, senyuman indah di bibirnya mampu membuat semua tamu undangan membicarakan Andini yang dianggap beruntung menjadi istri dari seorang CEO muda, mapan dan juga tampan. “Perkenalkan kami dari bagian administrasi, kami datang berdasarkan undangan dari Pak Alyas. Senang bisa bertemu dengan Bu Andini yang ternyata masih muda, ya!” Ucap salah seorang karyawan yang datang. “Terima kasih atas kedatangan kalian, saya mengucapkan banyak terima kasih, silahkan makan makanan yang dihidangkan.” Jawab Andini dengan senyuman yang terukir indah. Waktu menunjukkan pukul 10.00 malam, Alyas tidak juga kunjung datang. Andini berulang kali menghubungi ponsel milik suaminya itu, tapi malah tidak aktif. Melihat menantunya yang gelisah, Bu Sarah mendekat dan mengusap punggungnya. “Ada apa?” tanya Bu Sarah menenangkan. “Bu, ponselnya Mas Alyas nggak aktif-aktif. Aku jadi khawatir, ini juga udah malam, para tamu pasti

    Last Updated : 2024-07-19

Latest chapter

  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 24

    Andini bangun dari tidurnya dan kaget melihat keadaan sekitar sudah gelap, ia pun terbangun sambil meringis kesakitan akibat luka duri yang melukai telapak tangannya. Beruntung saat itu bulan sedang memancarkan cahaya purnama nya, sehingga ia bisa sedikit melihat area sekitar yang menyeramkan. Gadis berambut panjang itu, mencoba melangkahkan kaki sambil menggenggam pistol yang ia bawa dari gedung kosong tadi. ‘Semoga saja aku bisa menemukan jalan pulang, semoga saja ada kapal yang lewat. Aku harus ke tepi pantai, bukan berdiam diri di bawah pohon begini. Udah kayak Kunti aja.’ Batinnya sambil mendongakkan wajahnya untuk melihat pohon besar yang ada di atasnya. Seketika bulu kuduknya berdiri, di iringi munculnya suara burung hantu. Andini mengusap punduk nya perlahan agar rasa takutnya berkurang kemudian berjalan, tetapi baru saja hendak melangkahkan kaki, ia mendengar suara seorang pria sambil menyorotkan lampu senternya. Tidak mau ambil resiko, Andini pun bersembunyi dibalik pohon

  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 23

    Andini berjalan dengan sangat cepat, berharap setelah membuka pintu ia akan menemukan jalan untuk kembali pulang. Namun, setelah membuka pintu, matanya terbelalak melihat sesuatu yang sama sekali tidak terbayangkan oleh dirinya. Bukan jalan raya ataupun rumah warga, yang Andini lihat hanya ada lautan yang sangat luas.‘Ya Allah …, ada apa lagi ini?’ tanya Andini dalam hati, sambil mengelus dada. “Ha …” Terdengar suara pria tertawa dari lantai atas, seketika Andini menoleh ke arah itu sambil mengepalkan tangan. “Percuma saja kamu kabur, di luar nggak ada angkot, nggak ada bis ataupun angkot. Kecuali kamu punya teman putri duyung dan bisa bawa kamu keluar dari pulau ini. Ha …” Ucap pria bertopeng sambil tertawa bersama dengan kelima pria lainnya. “Kamu juga harus tahu, di sekitar gedung ini ada mangrove, di sana ada banyak binatang buas yang mungkin akan menyukaimu. Sudahlah jangan keluar, kamu lebih aman di tempat ini, bersama kami.” “Aku lebih baik tinggal di luar sana sendirian,

  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 22

    Alyas yang sedang mengendarai mobil, lantas memasang headset bluetooth di telinganya, kemudian ia menghubungi seseorang dengan sangat serius. “Halo,” sapa Alyas.“Iya hallo, ada apa Pak?” “Ada hal yang sangat penting, harus kita bicarakan.” “Oke, Pak saya on the way ke tempat Bapak.”“Tidak perlu, saya akan ke tempat kamu.” Kemudian Alyas menutup ponsel dan menginjak pedal gas dengan cepat. ‘Tunggu aku Andini,’ batinnya benar-benar merasa khawatir. *Sementara itu, Andini berada di tempat yang sangat menyeramkan. Suasananya tampak sepi dan jauh dari keramaian.Sebelum sampai di tempat itu, Andini sudah menjadi target seseorang sejak keluar dari rumah besar Alyas. Dari mulai naik grab hingga sampai ke kampus, menunggunya keluar sampai berjam-jam. Semuanya ada lima orang pria bertubuh tegap tinggi dengan satu orang yang memakai topeng. Saat itu, Andini keluar dari kampus sambil menatap layar ponselnya. Dan memang selama di kampus, ia sengaja tidak mengaktifkan ponselnya supaya tid

  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 20

    Melihat keakraban antara Alyas dan Andini membuat Elisa tersenyum, tapi tidak dengan hatinya. Dadanya terasa sesak ingin sekali ia memaki dan juga meneriaki Andini, demi Citra baiknya di depan Alyas dan Bu Sarah ia memendam perasaan kesalnya itu diam-diam. ‘Si Andini sekarang tingkahnya makin nyebelin aja, belum tau aja dia, kalau aku orang yang nggak suka ngeliat cewek senyum sama Al.’ Elisa membatin. “Kalau kalian memang mau pergi, kenapa nggak bareng aja?” tanya Bu Sarah. Alyas spontan menoleh ke arah Andini yang sedang mengunyah sarapannya, ‘Aku sih mau-mau aja nganterin dia, Bu. Tapi aku takut salah ngomong, salah tingkah, makin hari aku takut tidak bisa mengendalikan perasaanku dan keceplosan.’ Batinnya. Andini melirik Alyas, yang ternyata sedang menatapnya. Ia pun tersenyum simpul merasa kisah kasih cintanya didukung oleh sang mertua. ‘Aku sih nunggu banget Mas Alyas nawarin berangkat bareng, tapi apa iya dia mau?’ hatinya terus berbicara. “Maaf Bu, Alyas tidak bisa mengan

  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 20

    Elisa kembali ke dalam kamar dengan wajah yang merah penuh amarah, ia pun melempar makanan yang telah dibawa oleh BI Jumasih. Gadis cantik berdarah dingin itu kemudian mengambil pecahan dari piring itu dan menggoreskannya sedikit ke telapak tangan, kemudian darah menetes di lantai secara perlahan. Elisa pun tersenyum membayangkan Andini dengan segala macam pikiran buruk dalam benaknya. ‘Tunggu pembalasan dariku, lihat saja dalam kurun waktu beberapa hari aku akan membuat kamu menyesal karena terus saja mendekati Alyasku, sahabatku, cintaku juga calon suamiku.’ Elisa membatin kemudian tertawa lepas.Sementara itu Alyas dan Andini kembali ke kamar setelah menidurkan Alif, Andini bisa melihat betapa bahagia tersirat begitu jelas di wajah suaminya. Andini memberikan tubuhnya di atas ranjang, sedangkan Alyas di atas sofa. “Gimana perasaan kamu, Mas?” tanya Andini dari balik selimut. Alyas menoleh ke arah ranjang, iya menggelengkan kepalanya melihat Andini yang berada di dalam selimut. T

  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 19

    Melanjutkan Bab 17 di mana Andini merasa sedih di saat mengetahui bahwa Elisa akan tinggal di rumahnya. ‘Ya Allah, bantu aku untuk menyelesaikan masalah ini. Aku tidak mau tinggal di rumah di mana di rumah ini ada wanita lain yang bukan muhrimnya suami hamba sendiri. Aku bukan orang baik, aku bukan orang yang ahli dalam ilmu agama tapi aku tahu batasan-batasan itu. Dan aku juga punya alasan lain daripada itu, iya aku merasa cemburu.’ Batin Andini mengusap air matanya yang menetes. Ceklek …Terdengar suara pintu terbuka, Andini tidak mau menoleh dan tetap menatap cermin yang ada di hadapannya.“Emz … maaf kalau saya membuat kamu sakit hati. Elisa sekarang ini sedang sakit, Saya harap kamu bisa mengerti.” Jelas Alyas, melihat keadaan istrinya yang sedang bersedih di depan meja rias. “Berbuatlah sesuka hati kamu, Mas! Lagi pula walaupun aku melarang, kamu tidak akan pernah menyetujuinya, kan? aku ini cuma istri kontrak, istri yang tidak diinginkan, istri yang tidak punya power, istri

  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 18

    POV Alyas saat pertama kali bertemu Andini.Aku menikah dengan Andini iya memang karena perintah dari Ibuku awalnya, tetapi ada hal lain yang membuatku yakin jika dia adalah wanita yang baik yang bisa menjadi Ibu pengganti untuk Alif. Di suatu hari aku sedang melihat proyek perumahan yang akan di bangun oleh perusahaanku di sekitaran kampung Andini kala itu, aku sedang berada dalam mobil memainkan ponsel. Tiba-tiba mobil berhenti dan aku pun tertegun, kemudian menegur sopir. “Pak ada apa?” tanyaku.“Pak di depan ada jalannya sangat rusak, Pak Alyas yakin mau tetap dalam mobil? kalau memang mau kita terobos aja gimana?” Aku menatap jalanan yang ada di depan, yang kulihat bukanlah jalan, melainkan tanah merah yang bercampur dengan air hujan. “Itu bukan jalan Pak, tapi itu lumpur. Ya sudah kalau begitu saya mau turun saja, kita jalan kaki aja.” Aku membuka pintu mobil dan mengganti sepatu pantofel mahalku dengan …“Ini sendal jepitnya, Pak!” kata supirku yang menyodorkan sandal jepit

  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 17

    “Beneran kamu nggak cemburu melihat aku dekat sama Haidar?” tanya Andini sambil melihat benda di kursi belakang. “Enggak lah, ngapain saya cemburu sama Haidar, dia itu bukan siapa-siapa kamu, kan? Aku cuma kamu mau selama menjadi istri saya jangan pernah membuat nama baik saya menjadi buruk di hadapan orang lain. Nanti, kalau kontrak pernikahan kita sudah selesai, kamu baru boleh dekat dengan siapapun yang kamu mau.” Jelas Alyas. “Okelah, tapi kalau kamu memang nggak cemburu melihat kedekatan aku sama Haidar, lantas yang ada di kursi belakang itu apa?” Alyas menoleh ke arah belakang, terdapat buket bunga mawar merah yang jauh lebih besar dari yang diberikannya kepada Elisa. Karena mobil sedang ada di bahu jalan, Andini pun penasaran hingga membuka pintu mobil untuk mengecek apa yang berada di kursi belakang mobil itu. “Hei kamu mau kemana?” tanya Al heran. “Aku melihat sebenarnya buket bunga itu untuk siapa, kamu kan tadi udah ngasih bunga buat Elisa terus itu yang di belakang bua

  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 16

    Alyas keluar dari kamar rawat inap Elisa, pria berusia 30 tahun itu keluar sambil mendorong Elisa untuk memberikan kabar mengejutkan untuk Andini. Di tengah area rumah sakit, Alyas memberikan buket bunga berwarna merah muda untuk memberikan support kepada sahabatnya itu agar semangat untuk menjalani kehidupan selanjutnya. Dokter yang memeriksa keadaan Elisa mengatakan jika gadis itu sedang tidak baik-baik saja, selain luka akibat kecelakaan yang mengakibatkan luka-luka di sekujur tubuh dan wajahnya, Elisa juga ternyata punya penyakit yang sangat parah. “Buket bunga ini melambangkan wajah kamu yang sekarang sedang memerah.” Ucap Alyas menatap Elisa yang sedang memegang bunga pemberian darinya, tampak begitu bahagia. “Ini beneran buat aku, Al?” Elisa juga menatap Alyas dari kursi roda. “Iya itu buat kamu, apa kamu baru tau kalau aku orangnya romantis seperti ini?” “Terima kasih …,” Elisa tersenyum beberapa menit, kemudian berubah menjadi kecut dan menyedihkan. “Kenapa tiba-tiba waja

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status