Beranda / Romansa / Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan / Bab 3 - Maaf Tak Bisa Menyentuhmu

Share

Bab 3 - Maaf Tak Bisa Menyentuhmu

Penulis: Mom's Ainun
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-24 16:17:02

"Mas kamu nggak apa-apa, kan?” tanya Andini panik mendengar suara benda terjatuh di dalam kamar mandi, terlebih lagi Alyas tidak menjawab pertanyaannya. 

Andini menengok kanan dan kiri mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk membuka pintu, entah kenapa ia tidak menemukan apapun. Kemudian Andini berlari keluar kamar sambil berteriak minta tolong. 

“Bu …, tolong Mas Alyas!” seru Andini, setelah itu kembali lagi masuk ke dalam kamar. 

Bu Sarah yang sedang berada di meja makan, terhenyak kaget mendengar menantunya berteriak seperti ketakutan. Ia pun berlari takut terjadi sesuatu sambil menarik tangan asisten rumah tangganya untuk ikut. 

“Ayo, Bi!” Seru Bu Sarah.

“Apa aku harus ikut juga, Bu?” 

“Siapa tahu tenaga Bibi bisa membantu.” 

Sesampainya di kamar Alyas, Bu Sarah tampak bingung karena tidak mendengar lagi teriakan menantunya. Ia pun langsung membuka pintu sedikit tanpa mengetuk pintu, kedua bola matanya membulat dan tersenyum simpul. BI Jumasih yang datang belakangan sampai heran. 

“Kenapa Ibu nggak masuk?” tanya Bi Jumasih.

“Sepertinya keadaan di dalam sudah kondusif, sebaiknya kita kembali ke bawah.” Bu Sarah tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan di wajahnya.

“Padahal tadi Neng Andini manggil-manggil kita, loh.” Bi Jumasih heran melihat wajah majikannya berseri-seri. 

“Bibi jangan banyak tanya, kita balik lagi ke bawah!,” imbuh Bu Sarah.

Bu Sarah merasa sangat bahagia melihat kedekatan Andini dan Alyas. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Andini memeluk anaknya dengan erat. 

‘Alhamdulillah ya Allah anak hamba sudah bisa membuka hatinya untuk gadis lain, hamba berharap dengan hadirnya Andini bisa mengobati luka di dalam hatinya.’ Batin Bu Sarah, tersenyum sambil menuruni anak tangga. 

Sementara itu keadaan di dalam kamar, posisi Andini memang sedang memeluk Alyas.

“Lepasin saya!” Seru Alyas mendorong Andini agar melepaskan dekapannya. 

Andini sampai mundur beberapa langkah, gadis berambut panjang itu juga heran dengan dirinya sendiri. ‘Padahal Mas Alyas itu udah jahat banget sama aku, tapi entah kenapa aku merasa takut kalau dia kenapa-napa.’ Andini membatin. 

“Ya maaf, tadi itu aku reflek meluk kamu karena aku merasa lega bisa melihat kamu baik-baik saja, aku pikir …” Andini menjeda ucapannya dan menatap suaminya dengan seksama, mau melanjutkan ucapannya seperti ragu-ragu. 

“Kamu pikir apa?”

“Aku pikir kamu jatuh dan mati.” 

Alyas menggelengkan kepalanya dan melongo. “Apa? mati?” Alyas melototi Andini merasa kesal karena gadis berambut panjang itu, bisa-bisanya kepikiran bahwa dirinya sudah mati. 

Andini yang takut spontan menundukkan kepalanya dan memainkan kuku, “Ya maaf, kalau kamu tersinggung, habisnya kamu nggak jawab-jawab pertanyaan aku. Lagian apa susahnya sih, Jawab pertanyaan aku? aku di sini baik-baik aja Din, kamu nggak usah khawatir. Mas bisa, kan, ngomong kayak gitu!” 

Tidak mau mendengarkan ucapan Andini yang nyerocos tanpa henti, pria tampan itu langsung bersiap untuk berangkat ke kantor. 

***

Beberapa menit kemudian Andini dan Alyas turun dari kamar berjalan perlahan menuruni anak tangga, kemudian duduk di ruang makan yang sudah tersaji makanan dan minuman. Disana juga sudah ada Bu Sarah yang menunggu kedatangan anak semata wayang, juga menantu barunya itu dengan antusias. Wanita tua itu menyambut Andini dengan memeluknya erat. 

“Selamat pagi, Nak.” 

“Pagi juga, Bu.” Andini membalas pelukan mertuanya itu dengan penuh kasih sayang. Walau berada jauh dari kedua orang tua, Andini tidak merasa kekurangan kasih sayang dari mertuanya.

Bu Sarah membawa Andini dan mendudukkannya di sebelah Alyas. Tidak mau peduli apa yang dilakukan oleh ibunya, Alyas memilih tetap mengunyah sarapannya. 

“Alhamdulillah hari ini Ibu sangat bahagia, pada akhirnya Alyas sudah bisa membukakan hati untuk bisa menikah lagi. Ya walaupun itu ada andil besar dari campur tangan Ibu yang memintanya supaya mencarikan Ibu sambung untuk Alif.” Jelas Bu Sarah menatap Alyas dan Andini. 

Deg 

Jantung Andini seolah berhenti, ‘Ibu sambung?’ batinnya. 

Kemudian Andini memberanikan diri untuk mempertanyakan perihal anak dan istri suaminya. “Emz …, Bu aku mau nanya, boleh?” 

“Tentu boleh, Ibu tidak pernah membedakan anak dan menantu. Kamu berhak bertanya dan jangan pernah sungkan sama Ibu.” Jawab Bu Sarah tersenyum simpul. “Memangnya kamu mau nanya apa?” 

Andini merasa lega punya ibu mertua yang pengertian. “Ngomong-ngomong dimana keberadaan ….” Andini menjeda ucapannya. Ia terkejut mendapati ada suapan makanan yang langsung datang dari tangan Alyas masuk ke dalam mulutnya. 

“Kalau makan jangan banyak bicara,” imbuh Alyas, sedikit melirik pada ibunya yang sedang mengunyah makanan. “Kamu jangan pernah menanyakan apapun sama Ibu, sepengetahuan ibu saya, kamu itu sudah tahu semua tentang saya.” Bisik Alyas. 

Andini memanyunkan bibirnya kesal, “kalau kamu nggak mau aku bertanya sama Ibu, kamu harus kasih tau aku semuanya, jangan buat aku penasaran.” Sambung Andini yang juga berbisik-bisik. 

Melihat sang anak menyuapi istrinya dengan lemah lembut membuat Bu Sarah benar-benar merasa yakin bahwa Andini adalah jodoh terakhir untuk Alyas. 

“Kenapa Ibu senyum-senyum seperti itu?” tanya Alyas heran.

“Ibu itu bahagia, Al. Kamu mendapatkan Andini, dia seorang wanita yang cantik, baik dan juga bisa meluluhkan hati kamu yang sudah beku.” 

Alyas berusaha untuk senyum, padahal sudah muak harus bersandiwara di depan ibunya. “Bu aku mau berangkat ke kantor. Hari ini Ibu akan mengantar Andini ke rumah sakit buat jenguk Alif.” 

“Hari ini biar Ibu saja yang ke rumah sakit.” jawab Bu Sarah.

“Kenapa, Bu? Andini itu, kan, Ibu sambungnya Alif. Sudah seharusnya dia yang jenguk Alif, kan?” 

“Iya, tapi nggak hari ini.” Bu Sarah menjawab sambil sesekali melirik ke arah Andini yang masih malu-malu untuk mengunyah sarapannya. 

“Kenapa, tidak hari ini?” tanya Alyas heran. 

“Karena hari ini Andini akan ke salon untuk perawatan kecantikan, Ibu juga sudah memesan hotel bintang 5 untuk kamu dan Andini menghabiskan malam pertama tanpa ada gangguan. Disana tempatnya sangat mendukung dan romantis, kalian pasti suka.”

Alyas dan Andini sontak terkejut dan saling menatap satu sama lain, mendengar pernyataan dari ibunya itu. 

“Setelah pulang dari rumah sakit ibu akan mengantarkan Andini ke hotel, setelah kamu pulang dari kantor, langsung jalan ke hotel, jangan pulang dulu.” Jelas sang ibu.

“Tapi Bu, hari ini jadwal aku sangat padat.” Alyas beralasan. 

“Ibu akan menelpon asisten pribadi kamu untuk menghandle semua urusan kamu di kantor, Ibu hanya ingin Andini mendapatkan haknya sebagai seorang istri. Jangan pernah membantah Ibu, Nak! Lagi pula permintaan Ibu nggak aneh-aneh, kan?” 

Hufs …

Al menarik napas dalam-dalam, “oke Bu, aku akan usahakan datang ke hotel, tapi nanti setelah aku menyelesaikan pekerjaanku di kantor.” 

“Terimakasih atas kepatuhannya, jangan terlalu malam ke hotelnya!” seru sang Ibu.

“Iya.” 

Kemudian Alyas berpamitan dengan mencium tangan Ibu Sarah, “assalamualaikum.” 

“Wa'alaikumsalam, jangan lupa pamit sama istri kamu!” 

Al melirik Andini yang berdiri di samping ibunya, langkahnya seketika berhenti untuk sejenak berpikir. ‘Apa iya aku harus melakukan ini? kalau tidak, apa Ibu akan curiga?’

“Cepat pamitannya, ini sudah siang!” seru sang ibu.

Tidak mau ibunya curiga, Al mendekat ke arah Andini. Ia tampak ragu untuk melakukan ritual pagi seperti sebelumnya. Sudah menjadi kebiasaan Alyas sebelum berangkat kerja, dirinya pasti akan mengecup kening sang istri kemudian dibalas dengan sang istri mencium tangannya. Namun, ia tidak menyangka bahwa hari ini harus mengecup kening wanita lain selain Bunga istri pertamanya. 

Dret …

Ponsel Alyas bergetar, pria itu tersenyum simpul karena punya alasan untuk segera berangkat ke kantor. 

“Maaf Bu, Andini.” Alyas menoleh ke arah ibi dan istrinya. “Aku berangkat dulu, dah.” 

Bu Sarah melambaikan tangan, Andini spontan ikut-ikutan. 

‘Eh ini tangan kenapa refleks begini, ya?’ Batin Andini menurunkan kembali tangannya. 

***

Waktu berjalan dengan cepat, tidak terasa sudah pukul 11 malam. Posisi Andini sudah berada di dalam hotel menunggu kedatangan suaminya. Gadis itu mengenakan gaun berwarna hitam terbuka pilihan mertuanya, pakaian indah itu tampak kontras dengan kulit putihnya yang mulus dan terawat. Gadis itu sudah standby di hotel dari jam 8 malam, ia menghabiskan waktu dengan menonton televisi dan ponsel. 

Merasa bosan dengan ponselnya, Andini pun berdiri dan menatap dirinya dalam cermin. ‘Percuma kamu dandan secantik ini.’ Gumamnya. 

Pikirannya seketika teringat dengan pesan Alyas yang membuatnya benar-benar merasa tidak punya harga diri lagi.

“Jangan menunggu saya, kamu tidur saja di hotel itu sendiri. Besok pagi akan saya jemput.” Ucap Alyas lewat pesan suara. 

‘Udah tau kalau dia nggak bakal datang, tapi kenapa kamu masih tetap nungguin dia?’ Gumam Andini bertanya kepada dirinya sendiri, mata indahnya kini nampak berlinang mengingat nasib buruknya. 

Tok … tok … tok …

Suara ketukan pintu membuat Andini terhenyak kaget, ‘Siapa itu? apa jangan-jangan itu Mas Alyas, apa dia berubah pikiran?’ Andini mengusap pipinya yang basah kemudian melangkahkan kaki menuju ambang pintu. 

Ceklek …

Andini membuka pintu, wajahnya berseri dengan manik mata yang berbinar penuh kebahagiaan, dalam hatinya yakin bahwa Alyas pasti tidak tega membiarkan dirinya sendiri di dalam hotel. Namun, setelah membuka pintu, raut wajah A

ndini berubah drastis menjadi kecut sekali. Ia menggelengkan kepala disertai air mata yang berjatuhan tanpa henti. 

To be continued 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Senja_Khoir
ada apa lagi itu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 4 - Andini Menangis

    Setelah membuka pintunya, Andini mengernyitkan dahinya. Perlahan mata terpejam tanpa disadari, melihat suaminya sendiri datang ke hotel membawa wanita lain, dalam keadaan mabuk. Yang lebih menyakitkan hati, wanita itu bukan Bunga, istri pertamanya Alyas. “Maksud kamu apa, Mas?” tanya Andini. Alyas cuma senyum-senyum aja, kadang dia menoleh ke arah wanita yang ada disampingnya. Kemudian menyingkirkan tubuh Andini dari ambang pintu karena menghalangi jalan. “Minggir…,” katanya. “Hei, jangan buat aku marah, ya!” teriak Andini merasa tidak dihargai. Wanita yang bersama dengan Alyas adalah Elisa, sahabatnya sejak kecil. Wanita itu mengenakan pakaian terbuka yang layaknya wanita penghibur. Elisa tahu benar sifat dan rahasia Alyas, maka dari itu ia menganggap Andini hanya orang lain. Tanpa meminta persetujuan Andini, dengan percaya dirinya Elisa membaringkan tubuh Alyas di atas kasur.Andini yang emosional lalu menarik rambut Elisa, “Hei, kamu siapa? Beraninya kamu menyentuh suamiku.” Ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 5 - Cemburu

    "Haidar …” ucap Andini.“Iya aku Haidar.” Tanpa meminta persetujuan dari gadis itu, Haidar memeluk Andini. “Kamu apa kabar? sudah lama aku ingin sekali bertemu sama kamu, tapi aku nggak punya waktu. Aku tidak menyangka bisa bertemu sama kamu di sini.” Andini berontak kemudian sedikit mendorong Haidar agar ia bisa lepas dari pelukannya, “aku baik-baik saja.” “Ngomong-ngomong kamu kenapa ada di sini? bukannya kata ibu kamu, kamu itu udah nikah.” Haidar penasaran. “Iya, aku memang sudah menikah,” imbuhnya. “Lah terus dimana suami kamu? kenapa suami kamu membiarkan kamu ujan-ujanan di jam malam seperti ini? Atau jangan-jangan suami kamu tidak memperlakukanmu dengan baik? kamu menikah karena dijodohkan, sama Bapak kamu?’’ Haidar bertanya-tanya kemudian menajamkan pandangannya di area mata Andini. “Sebagai sahabat kamu dari kecil aku sudah tahu kondisi wajah kamu seperti ini itu pasti habis nangis, iya kan?” “Enggak, kok!” Andini berusaha sebaik mungkin agar sahabatnya itu tidak curiga

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 6 - Berusaha Menjadi Yang Terbaik

    Andini benar-benar terkejut mendengar perintah dari Alyas. “Ngapain kamu nyuruh aku buka pakaian? dasar otak mesum. Tadi kamu sudah mencium bibir Elisa, entah apa yang biasa kalian lakukan hingga mau-maunya bersentuhan walau tidak punya ikatan pernikahan.” Ucap Andini sambil menutup dadanya dengan kedua tangan. Alyas terkekeh kemudian mendekatkan wajahnya dengan Andini. “Jangan geer dan juga jangan suka buruk sangka, lagipula saya juga nggak mau nyentuh kamu. Buka pakaianmu di kursi bagian belakang mobil sekarang juga! di sana ada banyak pakaian. Gantilah pakaianmu yang basah itu, nanti kalau kamu sakit, Ibu bisa nyalahin saya.” Andini membulatkan kedua matanya, ia tidak menyangka bahwa Alyas cukup perhatian juga. “Jangan pernah berpikir macam-macam! saya melakukan semua ini karena Ibu.”“Iya …, iya, lagian siapa juga yang geer.” Sambung Andini sambil membuka pintu mobil dan berpindah tempat ke belakang, walau masih kesal dengan tingkah Alyas ketika bersama wanita lain, ia berusah

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-04
  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 7 - Terbangun di atas ranjang yang sama

    Andini tidak sengaja melihat ada Alyas di ambang pintu, sontak ia tersenyum. Dirinya sudah tidak sabar ingin melihat sosok ayah yang baik dari seorang Alyas. Namun, prediksinya salah total karena Alyas tidak masuk ke dalam kamar melainkan berbalik badan dan pergi meninggalkan kamar ibunya. ‘Heh … dasar manusia aneh,’ gumam Andini. “Mas …!” panggil Andini. “Loh memangnya ada Ada Al disini?” tanya Bu Sarah, tengok kanan dan kiri tetapi tidak melihat siapapun masuk ke dalam kamarnya. “Ada Bu. Barusan aku lihat Mas Al ada di dekat pintu. seharusnya kan, dia masuk ke kamar ini, setelah itu menyambut anaknya dengan bahagia. Kenapa Mas Al tidak melakukan hal yang sesederhana itu?” Bu Sarah menganggukkan kepalanya, ‘Alyas tidak akan berani mendekati Alif, sungguh malang sekali nasib anak dan cucuku ini ya Allah, persatukanlah mereka secepatnya.’“Bu …, kenapa ibu malah melamun?” Andini mengusap lembut tangan mertuanya. Bu Sarah tersenyum, kemudian menatap Andini. “Maaf barusan Ibu kepiki

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 8 - Tumbuh Benih Cinta

    “Memangnya kenapa sih, Mas? kalau kita berhubungan suami istri?” tanya Andini menatap tajam wajah suaminya itu. “Saya cuma tidak mau berbuat banyak dosa, jika kita berhubungan suami istri ditakutkan kamu hamil, sedangkan kita akan bercerai 6 bulan lagi. Please katakan yang sejujurnya Jangan menambah beban pikiran saya!” Alyas melipat kedua tangan di hadapan Andini. Deg …Andini seketika terdiam, ia beranjak pergi ke kamar mandi untuk bersiap memulai tugas barunya sebagai ibu pengganti. Sedangkan Alyas diam terpaku melihat gadis itu tidak menjawab pertanyaannya. “Hei … apa salahnya sih, jika saya mempertanyakan kejujuran kamu, Ndin.” “Kenapa kau malah diam?” Andini tetap berjalan menuju kamar mandi tanpa memperdulikan suaminya. “Terserah kamu mau anggap diamku ini apa, capek aku ngejelasinnya.” “Oh berarti memang tidak terjadi apa-apa, ya! syukurlah kalau begitu.” Sambung Alyas merasa lega. Tiba di dalam kamar mandi, Andini langsung menekan tombol shower, ia memejamkan mata di b

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-06
  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 9 - Elisa di buat kesal

    Elisa merasa darahnya seolah mendidih di saat melihat Andini yang sudah memegang cake coklat, dengan lilin yang menyala di atasnya. “Selamat ulang tahun … selamat ulang tahun … selamat ulang tahun Mas Alyas selamat ulang tahun …!” Andini menyanyikan lagu itu dengan perasaan suka cita. Alyas yang baru saja keluar dari pintu kamar mandi, sontak kaget melihat gadis kecil yang ada di hadapannya menyanyikan lagu dengan begitu ceria. Ada perasaan haru dan juga bahagia karena masih ada orang yang mengingat hari kelahirannya. ‘Ngomong-ngomong tahu dari mana kalau hari ini hari ulang tahunku,’ batinnya.“Sekarang tiup lilinnya dan sebelum itu berdoalah terlebih dahulu!” seru Andini. Alyas langsung menutup mata kemudian berdo’a dalam hati. ‘Berikanlah kebahagiaan dimanapun Bunga berada, berikanlah hamba kesabaran menjalani hidup dunia ini tanpa dirinya.’ Andini terus saja senyum-senyum melihat suaminya sedang berdoa di dalam hatinya, ia yang sedang memegang cake coklat itu terpesona dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-09
  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 10 - Alyas Mulai suka

    Alyas menerima paper bag yang diberikan oleh Andini, “Terimakasih …” ucapanya. Kemudian masuk kedalam mobil bersama dengan Elisa lalu pergi meninggalkan rumah. Andini tersenyum simpul melambaikan tangan, senyuman indah itu terlihat jelas oleh Alyas dari kaca spion. Entah terkena angin apa pria tampan itu juga ikut tersenyum melihat itu. “Kamu kenapa senyum-senyum seperti itu, Al?” tanya Elisa yang berada di samping Alyas. “Andini gadis yang sangat baik, walaupun saya telah menzalimi dia, menyeret dia dalam kehidupan saya yang hancur ini, sedikitpun dia tidak mengeluh dan juga tidak mengatakan semua ini kepada kedua orang tuanya ataupun kepada ibu saya.” Jelas Alyas.Elisa menyeringai lebar, “Kamu jangan terlalu fokus kepada Andini, biarkan dia fokus untuk merawat Alif dengan baik. Kamu jangan baper dengan perhatian-perhatian dia, lagi pula dia melakukan semua itu hanya karena balas budi, uang yang sudah kamu berikan kepada kedua orang tuanya itu totalnya sangat besar, nggak mungkin

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10
  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Kelicikan Elisa

    Acara di rumah Alyas nampak begitu indah dan mewah, Andini sendiri yang mendekornya dibantu dengan Para asisten rumah tangga dan juga wedding organizer. Selain acara ulang tahun, Bu Sarah ingin melihat Alyas dan Andini bersanding di pelaminan karena saat Andini dan Alyas menikah, tidak menghadirinya. “Hari ini adalah hari dimana kamu akan dikenal oleh karyawan Alyas, kamu harus dandan layaknya pengantin.” Ucap Bu Sarah memegang bahu menantunya itu sambil menatap cermin. Andini yang sudah cantik mengenakan gaun putih serta hiasan, membuatnya seperti bidadari turun dari kayangan. “Aku seharusnya mengurus Alif, Bu. Kenapa Ibu malah menghiasku seperti ini?” “Dengar Sayang! Malam ini semua teman-teman Alyas akan datang, kamu harus tampil dan memberikan kesan yang baik bagi mereka. Urusan Alif biar Ibu yang jagain sama si Bibi.” Andini memeluk mertuanya, “Bu, jarang-jarang ada seorang menantu mendapatkan sosok mertua seperti ibu. Terima kasih atas pengertiannya, perhatiannya dan juga ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18

Bab terbaru

  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 24

    Andini bangun dari tidurnya dan kaget melihat keadaan sekitar sudah gelap, ia pun terbangun sambil meringis kesakitan akibat luka duri yang melukai telapak tangannya. Beruntung saat itu bulan sedang memancarkan cahaya purnama nya, sehingga ia bisa sedikit melihat area sekitar yang menyeramkan. Gadis berambut panjang itu, mencoba melangkahkan kaki sambil menggenggam pistol yang ia bawa dari gedung kosong tadi. ‘Semoga saja aku bisa menemukan jalan pulang, semoga saja ada kapal yang lewat. Aku harus ke tepi pantai, bukan berdiam diri di bawah pohon begini. Udah kayak Kunti aja.’ Batinnya sambil mendongakkan wajahnya untuk melihat pohon besar yang ada di atasnya. Seketika bulu kuduknya berdiri, di iringi munculnya suara burung hantu. Andini mengusap punduk nya perlahan agar rasa takutnya berkurang kemudian berjalan, tetapi baru saja hendak melangkahkan kaki, ia mendengar suara seorang pria sambil menyorotkan lampu senternya. Tidak mau ambil resiko, Andini pun bersembunyi dibalik pohon

  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 23

    Andini berjalan dengan sangat cepat, berharap setelah membuka pintu ia akan menemukan jalan untuk kembali pulang. Namun, setelah membuka pintu, matanya terbelalak melihat sesuatu yang sama sekali tidak terbayangkan oleh dirinya. Bukan jalan raya ataupun rumah warga, yang Andini lihat hanya ada lautan yang sangat luas.‘Ya Allah …, ada apa lagi ini?’ tanya Andini dalam hati, sambil mengelus dada. “Ha …” Terdengar suara pria tertawa dari lantai atas, seketika Andini menoleh ke arah itu sambil mengepalkan tangan. “Percuma saja kamu kabur, di luar nggak ada angkot, nggak ada bis ataupun angkot. Kecuali kamu punya teman putri duyung dan bisa bawa kamu keluar dari pulau ini. Ha …” Ucap pria bertopeng sambil tertawa bersama dengan kelima pria lainnya. “Kamu juga harus tahu, di sekitar gedung ini ada mangrove, di sana ada banyak binatang buas yang mungkin akan menyukaimu. Sudahlah jangan keluar, kamu lebih aman di tempat ini, bersama kami.” “Aku lebih baik tinggal di luar sana sendirian,

  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 22

    Alyas yang sedang mengendarai mobil, lantas memasang headset bluetooth di telinganya, kemudian ia menghubungi seseorang dengan sangat serius. “Halo,” sapa Alyas.“Iya hallo, ada apa Pak?” “Ada hal yang sangat penting, harus kita bicarakan.” “Oke, Pak saya on the way ke tempat Bapak.”“Tidak perlu, saya akan ke tempat kamu.” Kemudian Alyas menutup ponsel dan menginjak pedal gas dengan cepat. ‘Tunggu aku Andini,’ batinnya benar-benar merasa khawatir. *Sementara itu, Andini berada di tempat yang sangat menyeramkan. Suasananya tampak sepi dan jauh dari keramaian.Sebelum sampai di tempat itu, Andini sudah menjadi target seseorang sejak keluar dari rumah besar Alyas. Dari mulai naik grab hingga sampai ke kampus, menunggunya keluar sampai berjam-jam. Semuanya ada lima orang pria bertubuh tegap tinggi dengan satu orang yang memakai topeng. Saat itu, Andini keluar dari kampus sambil menatap layar ponselnya. Dan memang selama di kampus, ia sengaja tidak mengaktifkan ponselnya supaya tid

  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 20

    Melihat keakraban antara Alyas dan Andini membuat Elisa tersenyum, tapi tidak dengan hatinya. Dadanya terasa sesak ingin sekali ia memaki dan juga meneriaki Andini, demi Citra baiknya di depan Alyas dan Bu Sarah ia memendam perasaan kesalnya itu diam-diam. ‘Si Andini sekarang tingkahnya makin nyebelin aja, belum tau aja dia, kalau aku orang yang nggak suka ngeliat cewek senyum sama Al.’ Elisa membatin. “Kalau kalian memang mau pergi, kenapa nggak bareng aja?” tanya Bu Sarah. Alyas spontan menoleh ke arah Andini yang sedang mengunyah sarapannya, ‘Aku sih mau-mau aja nganterin dia, Bu. Tapi aku takut salah ngomong, salah tingkah, makin hari aku takut tidak bisa mengendalikan perasaanku dan keceplosan.’ Batinnya. Andini melirik Alyas, yang ternyata sedang menatapnya. Ia pun tersenyum simpul merasa kisah kasih cintanya didukung oleh sang mertua. ‘Aku sih nunggu banget Mas Alyas nawarin berangkat bareng, tapi apa iya dia mau?’ hatinya terus berbicara. “Maaf Bu, Alyas tidak bisa mengan

  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 20

    Elisa kembali ke dalam kamar dengan wajah yang merah penuh amarah, ia pun melempar makanan yang telah dibawa oleh BI Jumasih. Gadis cantik berdarah dingin itu kemudian mengambil pecahan dari piring itu dan menggoreskannya sedikit ke telapak tangan, kemudian darah menetes di lantai secara perlahan. Elisa pun tersenyum membayangkan Andini dengan segala macam pikiran buruk dalam benaknya. ‘Tunggu pembalasan dariku, lihat saja dalam kurun waktu beberapa hari aku akan membuat kamu menyesal karena terus saja mendekati Alyasku, sahabatku, cintaku juga calon suamiku.’ Elisa membatin kemudian tertawa lepas.Sementara itu Alyas dan Andini kembali ke kamar setelah menidurkan Alif, Andini bisa melihat betapa bahagia tersirat begitu jelas di wajah suaminya. Andini memberikan tubuhnya di atas ranjang, sedangkan Alyas di atas sofa. “Gimana perasaan kamu, Mas?” tanya Andini dari balik selimut. Alyas menoleh ke arah ranjang, iya menggelengkan kepalanya melihat Andini yang berada di dalam selimut. T

  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 19

    Melanjutkan Bab 17 di mana Andini merasa sedih di saat mengetahui bahwa Elisa akan tinggal di rumahnya. ‘Ya Allah, bantu aku untuk menyelesaikan masalah ini. Aku tidak mau tinggal di rumah di mana di rumah ini ada wanita lain yang bukan muhrimnya suami hamba sendiri. Aku bukan orang baik, aku bukan orang yang ahli dalam ilmu agama tapi aku tahu batasan-batasan itu. Dan aku juga punya alasan lain daripada itu, iya aku merasa cemburu.’ Batin Andini mengusap air matanya yang menetes. Ceklek …Terdengar suara pintu terbuka, Andini tidak mau menoleh dan tetap menatap cermin yang ada di hadapannya.“Emz … maaf kalau saya membuat kamu sakit hati. Elisa sekarang ini sedang sakit, Saya harap kamu bisa mengerti.” Jelas Alyas, melihat keadaan istrinya yang sedang bersedih di depan meja rias. “Berbuatlah sesuka hati kamu, Mas! Lagi pula walaupun aku melarang, kamu tidak akan pernah menyetujuinya, kan? aku ini cuma istri kontrak, istri yang tidak diinginkan, istri yang tidak punya power, istri

  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 18

    POV Alyas saat pertama kali bertemu Andini.Aku menikah dengan Andini iya memang karena perintah dari Ibuku awalnya, tetapi ada hal lain yang membuatku yakin jika dia adalah wanita yang baik yang bisa menjadi Ibu pengganti untuk Alif. Di suatu hari aku sedang melihat proyek perumahan yang akan di bangun oleh perusahaanku di sekitaran kampung Andini kala itu, aku sedang berada dalam mobil memainkan ponsel. Tiba-tiba mobil berhenti dan aku pun tertegun, kemudian menegur sopir. “Pak ada apa?” tanyaku.“Pak di depan ada jalannya sangat rusak, Pak Alyas yakin mau tetap dalam mobil? kalau memang mau kita terobos aja gimana?” Aku menatap jalanan yang ada di depan, yang kulihat bukanlah jalan, melainkan tanah merah yang bercampur dengan air hujan. “Itu bukan jalan Pak, tapi itu lumpur. Ya sudah kalau begitu saya mau turun saja, kita jalan kaki aja.” Aku membuka pintu mobil dan mengganti sepatu pantofel mahalku dengan …“Ini sendal jepitnya, Pak!” kata supirku yang menyodorkan sandal jepit

  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 17

    “Beneran kamu nggak cemburu melihat aku dekat sama Haidar?” tanya Andini sambil melihat benda di kursi belakang. “Enggak lah, ngapain saya cemburu sama Haidar, dia itu bukan siapa-siapa kamu, kan? Aku cuma kamu mau selama menjadi istri saya jangan pernah membuat nama baik saya menjadi buruk di hadapan orang lain. Nanti, kalau kontrak pernikahan kita sudah selesai, kamu baru boleh dekat dengan siapapun yang kamu mau.” Jelas Alyas. “Okelah, tapi kalau kamu memang nggak cemburu melihat kedekatan aku sama Haidar, lantas yang ada di kursi belakang itu apa?” Alyas menoleh ke arah belakang, terdapat buket bunga mawar merah yang jauh lebih besar dari yang diberikannya kepada Elisa. Karena mobil sedang ada di bahu jalan, Andini pun penasaran hingga membuka pintu mobil untuk mengecek apa yang berada di kursi belakang mobil itu. “Hei kamu mau kemana?” tanya Al heran. “Aku melihat sebenarnya buket bunga itu untuk siapa, kamu kan tadi udah ngasih bunga buat Elisa terus itu yang di belakang bua

  • Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan    Bab 16

    Alyas keluar dari kamar rawat inap Elisa, pria berusia 30 tahun itu keluar sambil mendorong Elisa untuk memberikan kabar mengejutkan untuk Andini. Di tengah area rumah sakit, Alyas memberikan buket bunga berwarna merah muda untuk memberikan support kepada sahabatnya itu agar semangat untuk menjalani kehidupan selanjutnya. Dokter yang memeriksa keadaan Elisa mengatakan jika gadis itu sedang tidak baik-baik saja, selain luka akibat kecelakaan yang mengakibatkan luka-luka di sekujur tubuh dan wajahnya, Elisa juga ternyata punya penyakit yang sangat parah. “Buket bunga ini melambangkan wajah kamu yang sekarang sedang memerah.” Ucap Alyas menatap Elisa yang sedang memegang bunga pemberian darinya, tampak begitu bahagia. “Ini beneran buat aku, Al?” Elisa juga menatap Alyas dari kursi roda. “Iya itu buat kamu, apa kamu baru tau kalau aku orangnya romantis seperti ini?” “Terima kasih …,” Elisa tersenyum beberapa menit, kemudian berubah menjadi kecut dan menyedihkan. “Kenapa tiba-tiba waja

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status