~ CS Bridal Boutique ~
" Mbak Chelsea, ada mas Elgard di luar. Pengen bertemu mbak katanya..." Ucap seorang karyawati butik pada owner tempat ia bekerja. Chelsea membuang napas kasar, jengah. " Bilang saja saya gak ada, Elena!" Jawab Chelsea kembali meneruskan pekerjaannya, mendesain sebuah gaun pengantin. " Elena sudah bilang mbak, tapi mas Elgard nya gak percaya. Dia keukeuh nungguin mbak di depan. Penting katanya." Jelas Elena bingung. Chelsea mendecak, ia merasa tak ingin lagi bertemu Elgard. Apalagi setelah Olivia, istri pria itu mendatanginya dengan maksud melarang agar tidak lagi berhubungan dengan Elgard. Drrt.. Drrt.. Ponsel bergetar lagi. Sejak tadi selalu di hubungi oleh nomor Elgard, namun tak sekalipun ia angkat. Chelsea menggeser tombol merah, tanda tak ingin menerima panggilan telepon Elgard. Elena hanya bisa mengelus dada. Majikannya sedang bertengkar dengan kekasih yang merupakan suami orang. Wajar hubungan mereka tidak pernah berjalan lancar. Mereka berhubungan diam-diam agar tidak di ketahui oleh keluarga besar Elgard, namun terang-terangan di depan istri sah si pria. Sungguh kejam. " Ck!" Chelsea lagi-lagi mendecak. Kesal karena terusik dengan panggilan telepon Elgard yang berkali-kali. Wanita itu berjalan cepat, keluar dari butiknya untuk menemui pria yang sedari tadi ingin bertemu dengannya. Elgard yang berdiri di samping mobil sembari menatap layar ponsel, menoleh ke pintu kaca Butik milik Chelsea~kekasih gelapnya. Senyum lebar tersungging di bibir pria itu. Chelsea akhirnya mau juga keluar menemui dirinya. " Chelsea.." Elgard melangkah cepat menghampiri Chelsea yang menghampirinya dengan raut wajah kesal. " Ada apa lagi kamu nyariin aku, El? Udah jelas kan kalau sekarang kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi! Kamu mau aku di labrak istri kamu itu lagi Ha?" Bentak Chelsea, geram. " Chelsea, sorry.. Ini semua di luar pengawasan aku. Aku juga gak menyangka kalau Olivia berani mendatangi kamu. Aku udah marahin dia. Kamu tenang aja, dia gak akan berani lagi mendatangi kamu, apalagi mengganggu kamu. Percaya sama aku ya, Honey!" Elgard mencoba meyakinkan Chelsea. " Dengar El!! Aku gak terima dengan perlakuan istri kamu itu. Dia bikin aku terlihat seperti seorang pelakor. Padahal dialah yang udah merebut kamu dari aku. Aku sakit hati di perlakukan begitu El.. pokoknya aku gak mau lagi berhubungan sama kamu. Harga diri aku di injak-injak sama istri kamu itu!! Mentang-mentang dia istri sah, dia merasa bisa seenaknya menegurku agar tidak mengganggu suaminya. Aku bukan pelakor!!" Ujar Chelsea berapi-api. " Kamu bukan pelakor, Honey! Olivia lah perusak kebahagiaan kita. Aku juga gak akan tinggal diam dengan tingkah perempuan itu. Di saat yang tepat nanti, aku akan segera menceraikannya. Kamu tenang aja ya..." Elgard memegangi kedua tangan Chelsea, namun di tepis oleh wanita itu. " Kamu mau menceraikannya? Apa semudah itu? Keluarga kamu pasti menentang habis-habisan kemauan kamu itu. Di mata keluarga kamu, perempuan itu yang paling hebat dan menantu luar biasa. Aku gak yakin lamu bisa menceraikannya." Chelsea tak percaya sama sekali pada ucapan Elgard. " Aku gak peduli! Aku gak mencintainya. Aku muak dan tersiksa hidup bersamanya. Aku benar-benar ingin menceraikannya, Chelsea! Aku pengen menikahi kamu, menjadikan kamu istriku." Jelas Elgard, sorot mata penuh keseriusan. Chelsea diam. Elgard terlihat tidak main-main. Ia juga tahu jika pria itu tidak mencintai Olivia sama sekali. Elgard terpaksa menikah karena perjodohan dari orang tuanya, membuat Elgard tersiksa menjalani hari-harinya dan tetap menjalin hubungan dengannya yang juga masih sangat mencintai pria tampan itu. Hubungan mereka di sembunyikan dari keluarga besar Elgard. Namun Olivia terlanjur tahu dan Elgard tak mempermasalahkan hal tersebut. Bagi Elgard, lebih baik Olivia tahu. Bisa menyakiti perasaan Olivia adalah suatu kesenangan dan kepuasan tersendiri baginya karena Olivia hanyalah orang yang ia anggap sudah menghancurkan hidupnya sehingga tak bisa menikahi Chelsea satu-satunya wanita yang ia cintai. " Honey... Kamu nggak marah lagi kan? Kamu percaya kan kalau aku akan memperjuangkan hubungan kita ini? Elgard mencoba mendekati Chelsea, memegang kedua pundak wanita itu. " Sampai kapan? Sampai berapa lama aku akan menunggu kamu untuk menceraikan Olivia? Aku ingin kepastian, El..." Desak Chelsea, tak sabar ingin memiliki Elgard menjadi miliknya seorang. " Bersabarlah sedikit lagi aja, Honey! Aku juga udah gak tahan lagi hidup bersama Olivia. Aku benci padanya. Dia perempuan yang pintar mengambil hati orang tuaku, licik dan munafik sehingga keluargaku makin tidak suka padamu karena kehadirannya. Amu pastikan dia pergi dalam hidupku gak lama lagi. Percayalah... " Elgard mencoba meyakinkan Chelsea. " Tapi kamu gak tertarik sedikit pun terhadapnya, kan? Kamu gak pernah sama sekali menyentuhnya? Dia cantik!" Chelsea gelisah. Khawatir hati Elgard tak bertahan pada kebenciannya terhadap Olivia. Takut pria itu jatuh cinta pada istrinya yang bisa saja sewaktu-waktu terjadi. " Mustahil aku tertarik padanya. Aku benci padanya dan jijik, aku tidak sudi menyentuhnya!" Ujar Elgard menegaskan. Kebenciannya pada Olivia sudah begitu besar pikirnya. Chelsea tersenyum, lega. Sampai kapan pun ia akan membuat Elgard tak bisa jatuh cinta pada Olivia. Cukup hanya pada dirinya seorang. " Nah begitu dong... Aku paling suka kalau kamu tersenyum. Senyuman kamu selalu bisa mengalihkan duniaku." Elgard langsung memeluk tubuh Chelsea, gemas pada wanita cantik bak model itu. Chelsea tersenyum riang. Membalas pelukan Elgard. Tak marah lagi. Toh Elgard berjanji akan segera menyelesaikan urusannya dengan Olivia. Akan segera menikahinya setelah menceraikan wanita itu. " Aku rindu kamu!" Bisik Elgard di telinga Chelsea. Chelsea menatap Elgard dengan ekspresi menggoda. Tersenyum paham. " Ayo!" Ajaknya, menarik tangan Elgard masuk ke dalam butik. Elgard tertawa sumringah, mengikuti langkah Chelsea dari belakang. Keduanya masuk ke dalam butik dengan wajah berseri-seri. " Elena, kamu jaga butik dulu ya!" Titah Chelsea pada Elena yang sedang merapikan gaun-gaun pengantin di manekin. " Baik mbak..." Jawab Elena agak terkejut. Majikan dan kekasihnya yang sudah beristri itu sudah baikan saja. Cepat sekali. Chelsea dan Elgard naik ke lantai atas, sembari bergelut manja. Elgard menggelitiki pinggang Chelsea membuat wanita itu cekikikan kegelian. Elena menatap miris. Lagi-lagi harus menyaksikan Chelsea dan Elgard naik ke kamar atas, apalagi jika bukan memadu kasih sepuasnya. Bahkan hingga malam mereka tidak keluar dari kamar tersebut. Bagaiman sepasang pengantin baru yang tak tahu waktu untuk melepaskan perasaan yang menggebu-gebu. ' Astagfirullah... Mas Elgard itu tega sekali terhadap istrinya... Padahal istrinya cantik, Sholihah dan wanita baik-baik. Bagaimana bisa di mengkhianati iatrinya sendiri dengan terus berselingkuh dengan mbak Chelsea. Tidak pantas! ' Elena mengurut dada, merasa miris dengan apa yang Elgard lakukan. Begitu pun dengan Chelsea yang sanggup menjadi kekasih gelap seorang pria beristri. Namun, ia hanya bisa diam. Tak dapat komentar apa-apa. Dirinya hanya seorang karyawati biasa. Jika banyak bicara, bisa saja di pecat nantinya. Ia masih membutuhkan pekerjaan. Brakk!! Pintu kamar terbuka saat di dobrak dari luar. Elgard dan Chelsea terkejut bukan main. " ELGARDD!!!" Erang seorang pria di depan pintu saat tadi melihat Elgard di kamar bersama wanita lain dalam keadaan tidak pantas. Matanya nyalang seolah memercikkan api yang bisa membakar apa saja yang ia tatap. " Papa?" Elgard panik. Ayahnya tiba-tiba datang memergokinya di dalam kamar bersama wanita yang bukan istrinya, yaitu kekasih gelapnya. Elgard menutupi tubuh bagian bawahnya dengan kemeja yang ia pakai tadi, kemudian bergegas memunguti celananya yang berserakan di lantai. Sedangkan Chelsea menutupi tubuhnya sebatas dada dengan selimut. Malu dan takut. " Jadi kamu masih berhubungan dengan perempuan ini!!!" Teriak Haris murka, Ayah dari Elgard. Ada dua orang bodyguardnya yang mendampingi. " Pa, ini.... Sebenarnya..." Elgard tergugup. Haris sudah memergokinya sekamar dengan Chelsea yang sejak dulu tak di sukai ayahnya itu. " Jadi seperti ini kelakuanmu di belakangku! Baik. Seperti kesepakatan sebelumnya, kalau kamu masih juga berhubungan dengan perempuan ini, maka kamu akan kehilangan hak untuk menjadi penerus perusahaan keluarga Nugroho!" Elgard terperanjat, dirinya di coret sebagai penerus keluarga besarnya?Chelsea tak kalah terkejut. Bagaimana bisa Elgard kehilangan haknya sebagai putra tunggal Nugroho hanya kedapatan masih berhubungan dengannya? " Pa, tunggu pa. Ini gak adil buat aku! Bagaimana bisa papa melakukan itu, aku ini anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga kita. Aku yang paling berhak menjadi penerus papa..." Protes Elgard mendekati posisi berdiri Haris di depan pintu yang menatapnya nyalang dan geram. " Tidak peduli kamu putra tunggalku! Karena kamu sudah merusak kepercayaanku, maka aku pun tidak segan-segan melakukan apa yang aku katakan di awal yaitu kamu tidak akan mendapatkan apa-apa kalau kamu masih berhubungan dengan perempuan itu!!" Bentak Haris. Tak buang waktu, ayah Elgard itu keluar dari kamar tersebut di ikuti para bodyguardnya. Tak sudi berlama-lama melihat pemandangan yang mengotori mata dan memalukan yang putranya perbuat. " Pa, tunggu pa.." Elgard yang baru selesai memasang resleting celananya dengan bertelanjang dada, berlari mengejar Haris yang me
~ Pukul 23.00 wib ~ ' Jadi dia sering tidur dengan wanita itu? ' Olivia tersenyum sinis dengan hati yang geram. Sebuah pesan masuk di ponsel yang ia pegang, menginformasikan apa yang terjadi hari ini dari seorang informan bayaran yang ia tugaskan untuk mencari tahu apa saja yang di lakukan Elgard di luar sana. Olivia menatap tajam layar ponsel yang menampilkan rekaman video Elgard sedang berpelukan dengan Chelsea di butik wanita itu. Pria itu masuk ke dalam butik di gandeng Chelsea dengan mesra dan tak keluar dari tempat itu hingga sore tadi. Sudah jelas apa saja yang mereka lakukan selama ini. Tak ada batasan. Wajahnya merah padam oleh amarah yang memuncak.' Aku benar-benar tak bisa mentolerir lagi apa yang kamu perbuat, Elgard! ' ujarnya dengan suara parau, seraya mengepalkan kedua telapak tangan hingga mengeluarkan suara berdecit. ' Kamu kira apa pernikahan ini? Sandiwara? Aku sudah berusaha mempertahankan rumah tangga kita, tapi kamu malah semakin keterlaluan! ' napasnya te
" Kamu istriku! Apa salahnya aku meminta hakku?! Kamu berlagak suci dengan memakai kerudung, tapi menolak keinginan suami. Percuma kamu berjilbab! Perempuan sok suci! Buka saja hijab kamu itu! Istri durhaka.." " Hah!" Olivia tergelak sinis." Apa hubungannya dengan jilbab yang aku pakai? Aku menolak karena kamu tidak bersih. Pulang-pulang ingin meminta hak dengan alasan istri tidak boleh menolak keinginan suami? Istri durhaka? Cih! Kamu tidak pantas bicara seperti itu padaku. Kamu itu sudah berzina dengan wanita lain dan aku menolak kamu dengan alasan yang syar'i karena aku takut terkena penyakit gara-gara perbuatan kamu di luar sana. Dan tak ada dosa bagiku! Aku bukan istri durhaka, aku hanya menjaga diriku! Paham kamu!" Sentak Olivia, ia lebih tahu apa yang ia lakukan. Elgard berdiri, merasa kesal. Ternyata istrinya bukan wanita lemah yang bisa ia intimidasi terus-terusan. Olivia berjalan menuju pintu kamar. Namun sebelumnya, ia menoleh ke belakang pada Elgard yang belum rela i
" Lupakan ucapanku dulu. Sekarang duduk disini. Kita sarapan bersama." Elgard berbicara dengan nada lebih lembut. " Kita? Sayangnya aku cuma pengen sarapan sendiri. Maaf, sekarang aku yang gak sudi berdekatan dengan kamu, Tuan Elgard Mario Nugroho." Olivia menunjukkan senyum mencibir, kembali melanjutkan langkahnya. Ia akan menyelesaikan sarapan pagi ini di kamar tamu yang ditempatinya semalam. Elgard tak habis akal, ia berjalan cepat menghadang langkah Olivia dan mengambil nampan berisi sarapan yang dibawa wanita itu. Olivia terkejut." Kamu apa-apaan?!" Sentaknya kesal. " Ini sarapanku!" Jawab Elgard membawa makanan tersebut ke atas meja, bersiap untuk menyantapnya. " Kamu...!" Olivia speechless, Elgard merampas makanan miliknya. " Kamu itu udah tau punya suami, kenapa cuma membuat sarapan untuk satu orang? Ya udah, ini berarti untukku sebagai kepala keluarga yang harus dilayani di rumah ini. Kamu bikin lagi yang baru untuk kamu sana!" Elgard dengan tanpa rasa bersalah, l
Mobil Olivia melaju pelan memasuki halaman rumah yang luas dan terawat dengan baik, di apit oleh pepohonan hijau, juga semak bunga yang rapi. Sebuah rumah mewah berdiri megah di tengah-tengahnya, menampilkan arsitektur yang anggun dan elegan. Dinding putih yang bersih dan jendela kaca besar yang menghiasi rumah, menciptakan kesan mewah namun klasik. Di bagian depan rumah, terdapat air mancur yang airnya jatuh ke kolam dengan gemercik lembut, menambah suasana tenang di lingkungan tersebut. Olivia masih duduk di dalam mobil dan mengamati rumah itu lekat-lekat. Terlihat jelas bahwa rumah tersebut di rawat baik, dengan lantai marmer yang mengkilap dan patung-patung marmernya yang artistik. Pintu utama rumah terbuat dari kayu jati berkualitas tinggi dengan ukiran yang detail dan indah, menambah kesan kemewahan pada rumah. Namun, di balik kemegahannya, Olivia merasakan sebuah keperihan yang mendalam setiap mengingat di rumah itulah dulu ia dan ibunya~Amanda begitu bahagia bersama-sama
Helen benar-benar geram akan keberanian Olivia melawannya. " Anak tidak tau diri! Mentang-mentang kamu udah jadi menantu keluarga Nugroho, kamu merasa hebat ya?? Kamu lupa? Kami yang udah membesarkan kamu dengan baik sampai kamu jadi seperti sekarang. Kami juga yang udah menjodohkan kamu dengan laki-laki terhormat, dari keluarga terpandang. Itu semua supaya kamu bisa memiliki kehidupan yang bahagia. Kamu itu kacang lupa kulitnya!" Helen menunjuk-nunjuk wajah Olivia dengan jari telunjuknya, meminta putri tirinya itu agar tahu diri. " Aku? Aku dibesarkan dengan baik dan dijodohkan dengan laki-laki terhormat, demi kebahagiaanku?? Wow!" Olivia tergelak, sinis. Ia bertepuk tangan atas ucapan Helen. " Aku lihat dan dengar dengan mata kepalaku sendiri, aku dijodohkan demi keuntungan kalian semata. Kalian gak pernah sama sekali memikirkan kebahagiaanku. Yang ada, kalian cuma ingin memanfaatkanku!" Sentak Olivia, muak. " Kalian lupa? Aku hidup menderita di rumahku sendiri? Ini rumah ibu
" Dan itu kamu lakukan saat Elgard sudah menjadi suamiku. Kamu mendatanginya ke kantor dengan alasan kamu adalah iparnya. Kamu mulai menggodanya dengan tubuh yang kamu punya. Tapi sayang, Elgard menolak mentah-mentah. Dia jijik melihat kamu. Dia maunya cuma tubuh Chelsea, bukan kamu yang merupakan teman baik kekasihnya. Entah kenapa Elgard gak memberitahu kekasihnya kalau kamu sudah melakukan perbuatan memalukan itu? Mungkin Elgard gak pernah tertarik membahas tentang kamu. Dia cuma menganggap kamu seperti kebanyakan perempuan di luar sana yang mencoba menggodanya." Ucapan Olivia berhasil membuat wajah Angel merah padam, antara menahan malu dan marah karena dipermalukan. " Diam Lo!" Bentaknya pada Olivia yang menatapnya tanpa ekspresi. " Angel, apa itu benar? Kamu datang ke kantor Elgard untuk menggodanya? Itu memalukan Angel!!" Helen begitu malu, tak menyangka putri kebanggaannya bisa berbuat serendah itu. " Jangan percaya Ma! Perempuan binal ini sedang memfitnah aku..." "
Mobil Olivia keluar dari pintu gerbang kediaman Abian dengan melaju kencang. Elgard yang baru saja tiba di kediaman Ayah mertuanya itu, cukup heran melihat mobil istrinya pergi, kemana Olivia kali ini? Sebenarnya saat berasa di kantor tadi, pikiran Elgard tak tenang. Firasatnya mengatakan jika Olivia bisa saja benar-benar pergi dari rumah mereka, mengingat istrinya itu mengatakan tetap pada pendiriannya yaitu bercerai. Elgard yang mulai kepikiran, tak pikir panjang lagi, segera meninggalkan pekerjaannya di kantor untuk kembali pulang ke rumah. Jangan sampai Olivia benar-benar pergi. Ia tak mau permasalahan rumah tangganya menyebabkan dirinya jadi kehilangan tujuannya yaitu menjadi penerus Nugroho sebagai Presiden Direktur di perusahaan keluarga mereka. Saat tiba di rumah, benar saja. Olivia sudah tidak ada lagi. Ia berlari menuju kamar, membuka lemari pakaian, sudah tak ada lagi pakaian-pakaian Olivia di dalamnya. Meja rias juga kosong dari perlengkapan wajah dan skinc
Mobil Amanda tiba di PT. LV-RAWLESS ENERGY. Vincent membantu membukakan pintunya, mempersilahkan sang Nyonya turun. “Ibu ada beberapa jadwal rapat sampai sore. Kamu bisa pulang saja dulu Vincent, temani Adnan bermain ya,” Ucap Amanda setelah turun dari mobil. “Terimakasih, Bu,” Vincent menatap Amanda melangkah pergi bersama para staff perusahaan yang dari tadi telah menunggu Pimpinan sebenarnya PT. LV-RAWLESS itu di depan lobbi. la buang napas kasar. Sejak tadi rasanya begitu tegang dan sesak. Hatinya tak tenang. Jika pengkhianat seperti Margaretha dan Helen diperlakukan seperti tadi, bagaimana dengan dirinya dan Nia nanti? Mereka masih aman karena belum ketahuan telah mengkhianati kepercayaan sang Nyonya. Jika sampai ketahuan, bisa habis mereka berdua, terutama Nia yang sangat ia khawatirkan. Drrt... Ponsel Vincent tiba-tiba bergetar saat dirinya sedang larut dalam kekhawatiran. la terkejut, cepat-cepat menerima panggilan masuk tersebut. “Ini siapa?” Lirihnya dengan mengernyi
“Tunggu! Apa maksudnya ini? Aku mau diapakan Manda!!” pekik Margaretha, histeris dengan tubuh bergetar hebat. “Kamu maling! Hukuman untuk maling ada pada tangannya!” Jawab Amanda menegaskan. “Kamu kejam!!!” Teriak Margaretha, tak mau. “Aku memang kejam! Dan bukan hanya tangan, tetapi sedikit demi sedikit bagian tubuh lainnya juga akan mendapat perlakuan yang sama setiap harinya!” Amanda berwajah bengis, menyeramkan. “Mandaaa... Jangan lakukan itu...” Margaretha menjerit-jerit, ketakutan. “Lakukan di sini, sekarang juga. Biar wanita pengkhianat itu bisa melihat langsung!” Tunjuk Amanda pada Helen yang menggigil. “Baik, Bu!” dua wanita penjaga menarik kasar Margaretha, mendudukkannya di kursi dengan mengikat masing-masing pergelangan tangannya di pegangan kursi. Margaretha berteriak, meraung-raung, histeris saat pembalasan Amanda disegerakan. Amanda tersenyum sinis, dirinya begitu puas bisa memberikan pelajaran pada istri Laksmana ini atas apa yang telah dilakukannya. Tatapanny
“Ada apa, Pa?” Elgard terheran melihat Haris Nugroho tiba-tiba mendatanginya ke ruang wakil Presiden direktur. “Kamu dari mana? Kenapa baru ada jam segini di kantor,” Haris Nugroho mendengus kesal. “Dari rumah sakit. Tadi nemani Chelsea cek kandungan.” “Hah, dia lagi!” Haris Nugroho selalu muak jika sudah mendengar nama menantunya itu. Elgard menatap sang Ayah. Haris Nugroho memang tak peduli sedikit pun pada calon bayinya di kandungan Chelsea. Tak pernah menanyakan keadaannya. “Tadi Papa datang ke rumah Paman Abraham Rawless untuk berkunjung sekaligus kembali menjalin hubungan baik dengan keluarga Rawless.” Ungkap Haris Nugroho to the point. “Benarkah? Kenapa Papa gak ajak Elgard?” Elgard seketika excited. “Papa aja habis disemprot karena gak menjaga Olivia dengan baik. Apalagi kamu yang udah nyia-nyiain cucunya. Bisa mati kamu!” Elgard terhenyak, benar juga. “Seharusnya kita dan keluarga Rawless adalah dua gabungan keluarga besar yang luar biasa. Tetapi gara-gara kamu, kita
“Sudah tau di mana Oliv?” Amanda bertanya, namun tatapannya tetap fokus pada tangannya yang menandatangani beberapa berkas di atas meja kerjanya. Vincent diam sejenak, sedang mengatur kata-kata yang tepat untuk disampaikan. Nyonya majikannya masih diliputi amarah yang besar. “Belum, Bu. Pak Jefri tidak pernah pergi ke suatu tempat yang diduga sebagai kediaman baru Pak Barra. Kami sudah mengawasi kemana pun dia pergi. Dia hanya ke UD Entertainment, lalu pulang ke rumah Tuan Rawless. Penthouse Pak Barra pun kosong setelah orang kita menyelidiki ke sana. Dan Pak Barra tidak ke Kantor sehingga kita tidak bisa mengikuti kemana dia pulang. Kami kehilangan jejaknya,” Jelas Vincent, hati-hati. Aura Amanda begitu dingin, membuat suasana di dalam ruang kerja wanita itu tegang mencekam. Amanda mengepal kuat jari jemarinya, tengah menahan amarah. “Dia pintar sekali. Putriku pasti disekap di suatu tempat. Aku tidak tau bagaimana keadaan Oliv sekarang di tengah kehamilan mudanya. Barra memisahka
“Jadi sekarang Dokter rajin memperdalam ilmu agama?” Tanya Barra serius.“Ya. Saya kan imam untuk istri dan anak-anak saya, jadi saya harus bisa memimpin mereka dengan cara selalu upgrade diri dengan ilmu agama yang luas,” Jelas Dokter Andrew.“Kalau Dokter punya waktu, bisa ajak saya sekalian ikut belajar ke ustadz-nya Dokter,” Barra berinisiatif. Ucapan dokter di hadapannya ini, membuka pikirannya tentang seorang pemimpin dalam rumah tangga yang harus berilmu.“Tentu, dengan senang hati. InsyaAllah saya kabari kapan ada kajian rutin dengan ustadz ya,” Dokter Andrew menyambut denganantusias.Barra benar-benar puas. Baru ini ia menemukan teman yang asik diajak mengobrol dan berbagi cerita.“Nah, itu istri saya,” Dokter Andrew menunjuk ke arah seorang wanita anggun berhijab yang sedang menyapa Olivia dengan ramah. ltu Dokter Anita, istrinya.Keduanya mendekati para istri, ikut bergabung.“Udah selesai praktek polinya, Sayang?” Tanya Dokter Andrew pada sang istri.“Udah, Mas. Sekarang
Barra kembali mendekati Dokter Andrew, sedang Olivia duduk dengan dijaga bodyguard yang siaga. “Bagaimana kabar Dokter? anda terlihat luar biasa,” Ungkapnya. “Alhamdulillah, namanya juga udah berkeluarga, udah ada istri yang menemani dan mengurus semua kebutuhan saya. Ditambah sudah punya dua orang jagoan. Hati jadi selalu senang, hidup penuh semangat,” Dokter Andrew berseri-seri. “Jadi anak anda sudah dua, keduanya laki-laki?” Barra lagi-lagi takjub. “Ya, Muhammad Azzam Daniel, dan Muhammad Izzam Daniel. Dua jagoan kebanggaan saya!” Dokter Andrew begitu bangga. Anak-anaknya adalah cucu kebanggaan Sultan Daniel. “Hem, luar biasa. Berapa umur mereka sekarang?” Barra cukup antusias sebagai seorang calon ayah, dirinya ikut senang mendengar kebahagiaan Dokter Andrew. Akan merasakan hal seperti itu juga tak lama lagi. “Alhamdulillah sekarang Azzam sudah tujuh tahun. Sudah SD kelas satu. Kalau Izzam, masih tiga tahun. Lagi lucu-lucunya,” Dokter Andrew begitu bangga menceritakan ke
“Sebenarnya berhubungan suami istri juga memberikan manfaat. Ada yang namanya Hormon Oksitosin yang dilepaskan secara alami saat berhubungan intim, dimana dapat merangsang ikatan dan keintiman yang baik antara ibu hamil dan suami. Lebih tepatnya mempererat bonding selama kehamilan.” Tambah Dokter Anita Iagi, semakin membuat Barra bersemangat. ‘Harus dengan cara yang tepat, hem.’ Gumamnya dalam hati. la lirik Olivia yang masih mengobrol dengan Dokter Anita, senyum samar terbit di wajahnya yang biasanya selalu tampak datar. ‘Bersiaplah, Sayang!’ Barra membatin, sudah tak sabar untuk segera menagih jatah dari istrinya itu. Terlebih Olivia belum sempat ia beri pelajaran yang tak terlupakan karena telah pergi meninggalkan dirinya selama satu bulan lebih. Hari ini istri cantiknya itu tak akan bisa lepas lagi. °°° “Duh, Mas, foto USG-nya diliatin mulu...” Goda Olivia mengulum senyum. Barra sejak keluar dari ruang Dokter tadi, seakan tak mau berhenti menatapi gambar janin dari print-an
~ROYAL HOSPITAL~ Mobil mewah berwarna hitam yang membawa Barra dan Olivia, melaju pelan hingga berhenti tepat di depan rumah sakit. Di belakangnya, beberapa mobil bodyguard telah lebih dulu parkir dan membentuk formasi ketat. Barra dan Olivia turun dari mobil, diiringi oleh tatapan tajam para bodyguard yang siap mengawal mereka. “Tuan, Nyonya, kami akan mendampingi Anda selama berada di rumah sakit,” Ujar salah satu bodyguard dengan sikap hormat. “Ya, dua tiga orang saja yang ikut masuk. Selebihnya tetap siaga di luar. Kita juga tidak boleh menimbulkan ketidaknyamanan pengunjung rumah sakit lainnya,” Titah Barra. “Baik, Tuan!” Ketua bodyguard tersebut menginstruksikan pada rekannya yang lain untuk melakukan apa yang diperintahkan sang Bos. Olivia menoleh ke Barra, heran dengan kehadiran penjaga yang begitu banyak. “Mas, apa ini? Kenapa banyak penjaga? Apa ada bahaya?” Tanyanya, wajahnya tampak cemas. Barra menatap Olivia dengan tatapan lembut, lalu menggenggam tangan i
Ketika hendak menuju mobil, Barra mendengar suara lembut seorang wanita yang sangat ia kenal dari arah samping rumah. Itu Olivia-nya. Barra langsung mengikuti kemana arah suara tersebut. Ternyata Olivia sedang berada di taman, mengagumi bunga-bunga yang baru saja mekar. Barra terpaku menatap istrinya yang tak menyadari kehadirannya. Hampir saja jantungnya lepas karena sudah overthinking duluan akan ditinggalkan lagi. la jadi parno sendiri. Ditambah nyawanya belum terkumpul sepenuhnya, semakin membuatnya panik tak jelas. Wajah Barra seketika begitu lega melihat Olivia, meski jantungnya masih terus berdetak cepat. Tak buang waktu, ia berlari menghampiri posisi Olivia, membuat Olivia akhirnya menyadari kedatangan suaminya. Hug! “Olivia!” Ucap Barra memeluk tubuh istrinya itu erat-erat. Olivia terkejut, suaminya datang-datang langsung memeluk, tak sadar jika saat ini tubuhnya tak menggunakan apapun kecuali dalaman boxer. “Kenapa keluar rumah tidak bilang-bilang? Saya khawatir,” Un