Chelsea tak kalah terkejut. Bagaimana bisa Elgard kehilangan haknya sebagai putra tunggal Nugroho hanya kedapatan masih berhubungan dengannya?
" Pa, tunggu pa. Ini gak adil buat aku! Bagaimana bisa papa melakukan itu, aku ini anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga kita. Aku yang paling berhak menjadi penerus papa..." Protes Elgard mendekati posisi berdiri Haris di depan pintu yang menatapnya nyalang dan geram. " Tidak peduli kamu putra tunggalku! Karena kamu sudah merusak kepercayaanku, maka aku pun tidak segan-segan melakukan apa yang aku katakan di awal yaitu kamu tidak akan mendapatkan apa-apa kalau kamu masih berhubungan dengan perempuan itu!!" Bentak Haris. Tak buang waktu, ayah Elgard itu keluar dari kamar tersebut di ikuti para bodyguardnya. Tak sudi berlama-lama melihat pemandangan yang mengotori mata dan memalukan yang putranya perbuat. " Pa, tunggu pa.." Elgard yang baru selesai memasang resleting celananya dengan bertelanjang dada, berlari mengejar Haris yang menuruni anak tangga. " Pa, aku bisa jelaskan ini semua!" Elgard menghadang kepergian Haris, sontak menghentikan langkah ayahnya tersebut. " Apa yang mau kamu jelaskan Elgard? Sudah jelas semuanya, kamu berselingkuh di belakang istrimu dengan wanita yang dulu adalah mantan pacar kamu. Kamu keterlaluan! Memalukan! " Haris merasa mual menatap leher hingga dada Elgard yang di penuhi kissmark dari Chelsea. " Tapi pa, Elgard gak bisa mencintai Olivia! Hati Elgard cuma untuk Chelsea. Papa yang maksa Elgard buat nikahin perempuan yang gak Elgard kenal sama sekali, di saat Elgard sedang menjalin hubungan dengan Chelsea. Ini gak adil buat Elgard kalau sampai papa mencoret Elgard sebagai penerus perusahaan keluarga. Papa tega namanya!" Elgard mencoba membela diri. " Cih! Gak perlu kamu menyalahkan papa yang memaksa kamu menikahi Olivia. Sejak dulu papa sudah menentang hubungan kamu dengan pacar kamu itu. Perempuan itu gak pantas masuk ke dalam keluarga kita!" " Olivia juga gak pantas jadi istri Elgard, pa! Dia gak bisa sedikit pun membuat Elgard jatuh cinta sama dia. Elgard makin muak melihat dia!" Sentak Elgard, tak suka Chelsea di rendahkan. " Oh ya? Bukan Olivia yang gak bisa membuatmu jatuh cinta kepadanya, tapi gara-gara wanita jalang itu ada di hidup kamu, makanya kamu gak pernah bisa sedikit pun melihat kelebihan istri kamu. Jangan sampai kamu menyesal kehilangan dia, Elgard!!" Haris benar-benar kecewa pada putranya. " Chelsea bukan jalang! Olivia lah wanita perusak hubungan orang!" Elgard menatap tajam Haris, tak suka kekasih gelapnya di hina. Haris tersenyum miring. Putranya memang sudah membuat darahnya mendidih. Tak merasa bersalah sedikitpun. " Papa kecewa berat sama kamu, Elgard! Tidak pernah ada sejarah dalam keluarga Nugroho yang namanya perselingkuhan sampai perzinaan seperti yang kamu lakukan ini. Papa akan menindak tegas kamu, jangan pikir papa cuma menggertak." Haris melanjutkan langkahnya. Elgard ketar-ketir, ayahnya itu tak sedang main-main dengan ancamannya. " Pa, pa.. maafkan Elgard pa! Elgard salah, tolong jangan lakukan itu. Elgard gak berhubungan lagi dengan Chelsea. Elgard janji! Tapi tolong jangan coret Elgard dari pewaris papa!" Elgard bermohon, takut di miskinkan oleh ayahnya. " Kamu pikir semudah itu? Dengar Elgard, papa gak akan mencoret kamu dari ahli waris Nugroho asal kamu bisa mempertahankan rumah tangga kamu dengan Olivia. Tapi, kalau sampai perbuatan menjijikan kamu ini membuat Olivia menuntut cerai, jangan salahkan ancaman papa tadi akan berlaku untuk kamu! Ingat, kamu masih punya saudari perempuan, papa bisa mengangkat kakakmu menjadi pimpinan perusahaan keluarga!" Haris mempertegas ucapannya. Elgard terdiam. Ia tetap harus menjalankan pernikahannya dengan wanita yang sudah menjadi istrinya itu. Jika sudah begitu, kapan ia bisa segera menceraikan Olivia? Chelsea bisa pergi meninggalkannya jika terlalu lama menunggu. " Satu lagi! Kalau masih kedapatan kamu menjalin hubungan dengan perempuan itu, maka kamu akan benar-benar kehilangan semuanya, Elgard! Papa gak bisa kamu kecoh lagi seperti yang selama ini kamu lakukan. Camkan itu!" Haris pergi meninggalkan Elgard yang mematung, berpikir keras akan ucapan ayahnya barusan. Prangg!! Elgard terkejut bukan main. Jendela-jendela serta pintu kaca butik Chelsea di hancurkan oleh dua orang bodyguard ayahnya. Papan namanya pun tak luput dari kerusakan tersebut, semua orang di luar menatap ngeri atas apa yang terjadi. Beberapa karyawan Chelsea ketakutan hingga menjauh. " Pa, hentikan!!" Elgard berteriak, tak menduga sang ayah akan setega itu hingga merusak butik kekasihnya. " Katakan sama perempuan itu! Ini baru peringatan. Kalau dia masih juga mendekati dan menggoda kamu, maka bukan cuma usahanya yang hancur, tapi juga hidupnya yang akan aku hancurkan. Aku tidak main-main dengan ucapanku ini!" Haris masuk ke dalam mobilnya, hingga mobil pun pergi meninggalkan butik khusus gaun pernikahan milik Chelsea. Elgard terdiam seribu bahasa. Semua hancur berantakan, bahkan hampir mengenai gaun-gaun indah yang terpajang di butik tersebut. Hasil desain wanita yang sangat ia cintai. " Tidaaakk! Apa-apaan ini!!" Chelsea yang baru turun dari lantai atas, berteriak histeris melihat kehancuran yang terjadi. " Chelsea, aku bisa jelasin!" Elgard berusaha menenangkan Chelsea. " Papa kamu jahat! Kenapa dia harus melakukan ini? Butikku gak ada urusan dengan permasalahan kita, kenapa dia rusak??" Pekik Chelsea. Ia melihat semua gaun yang terpajang. " Gaun pernikahan pesanan klienku?? Aaarrhh...!!" Chelsea semakin histeris melihat gaun pesanan orang yang sudah ia selesaikan ikut rusak. " Maafkan aku Chelsea, papaku marah besar makanya melakukan ini. Katanya ini baru ancaman, tapi kalau dia melihat kita bersama lagi, dia akan menghancurkan kamu sekalian!" Elgard menjelaskan. " Brengsekk!! Kamu harusnya bisa melindungi aku, kenapa kamu biarkan dia melakukan ini. Gak berguna kamu, Elgard!!" Chelsea menangis, sakit hati. " Aku juga gak menyangka orang-orang papaku melakukan ini... Percayalah, aku justru sangat ingin melindungi kamu." Elgard memegang kedua pundak Chelsea yang menangis. " Melindungi apa! Butikku aja di rusak. Kamu diam! Sialan!" Chelsea memukul-mukul dada Elgard, geram. " Apa yang papa kamu bilang tadi? Aku dengar dia mengancam mencoret kamu dari ahli warisnya? Ayah macam apa itu? Egois!" Umpat Chelsea. " Chelsea, please.." Elgard merasa lelah. " Lalu, kamu mau bagaimana? Apa kamu benar-benar ingin ninggalin aku? " Gak! Aku gak mau pisah dari kamu! Aku cintanya cuma sama kamu dan aku maunya kamu yang jadi istri aku, Chelsea.." " Terus? Kamu gak dengar? Papa kamu itu nyuruh kamu jangan lagi berhubungan sama aku.." " Aku tau. Tapi aku nggak akan benar-benar melepaskan kamu, itu cuma untuk sementara sampai aku bisa mendapat kepercayaan papa lagi untuk menggantikan posisinya di perusahaan!" Jelas Elgard. " Maksudnya? " Chelsea mencerna ucapan Elgard. " Kita akan berpura-pura udah gak punya hubungan lagi setelah ini. Semua kita lakukan untuk membuat keluargaku percaya dan aku gak bisa menceraikan Olivia untuk sementara waktu ini. Aku harap kamu mau bekerja sama dan menunggu sedikit lagi aja." Pinta Elgard serius. " El, jadi aku harus menunggu lagi kamu menceraikan Olivia dan nikahi aku? Aku gak sanggup, El..." Chelsea menggeleng, dadanya sesak. " Chelsea, ini demi aku gak kehilangan hak aku sebagai penerus papaku. Kamu harus bisa menunggu. Ini demi kita juga, baby..." Elgard menangkup pipi kekasihnya dengan kedua telapak tangannya, ingin wanita itu memberi kepercayaan dan waktu untuknya. " Aku gak yakin bisa menunggu lebih lama lagi. Mending kamu fokus aja sama pernikahan kamu dan menjadi penerus papa kamu itu. Aku cari laki-laki lain aja yang serius dan mau memperjuangkan aku!" " CHELSEA!!!" Elgard berang, ia tak rela ada pria lain yang merebut Chelsea-nya. " Aku tersiksa dengan hubungan ini.. aku capek! Kamu gak capek harus ngumpet terus dari keluarga Nugroho? Sampai kapan begini???" Chelsea menangis, sakit hati. Elgard memeluk tubuh Chelsea, tak tahan melihat air mata wanita itu. " Maafkan aku Chelsea... Aku gak punya pilihan lainnya. Aku lakukan ini demi kita nanti hidup bersama dan finansial kita terjaga. Aku gak mau di coret dari pewarisnya papaku. Aku gak mau hidup bersama kamu dalam kemiskinan, sehingga kamu menderita serba kekurangan. Tolong mengerti, please.." Elgard bermohon. Chelsea terdiam. Bagaimana pun juga jika mereka memaksakan hubungan saat ini, pasti akan berdampak buruk pada kehidupan Elgard yang selama ini bergelimang harta dan menjabat sebagai wakil presdir di perusahaan keluarga Nugroho. " Kamu mau kan bersabar sebentar lagi aja? Aku janji, setelah aku di angkat menggantikan posisi presdir, aku akan menceraikan Olivia dan langsung menikahi kamu." Elgard memberi janji yang sangat meyakinkan. " Baiklah. Aku akan tunggu kamu! Jadi apa yang akan kita lakukan untuk sementara ini? Pura-pura udah gak ada hubungan lagi?" Tanya Chelsea dengan nada suara resah. " Ya, Honey. Cuma untuk sementara waktu. Kita akan berpura-pura sudah putus." Elgard membelai rambut Chelsea penuh cinta. " Ok! Tapi janji, kamu tetap setia sama aku, kan? Jangan pernah jatuh cinta sama istri kamu itu." " Ah, aku gak mungkin bisa jatuh cinta sama dia. Aku malah semakin ilfeel padanya. Jangan sebut-sebut dia lagi." Elgard jengah. " Ya, aku paham. Tapi kamu janji akan mengganti rugi kehancuran ini kan? Ini benar-benar hancur. Gaun pengantin pesanan klien aku juga rusak. Aku nggak bisa mengganti kerugiannya. Ini mahal..." Keluh Chelsea, menatap ke sekitar yang berantakan. " Aku akan ganti rugi, kamu jangan khawatir ya." Elgard tersenyum. Ia dekap tubuh kekasih gelapnya itu, perasaannya masih galau. Di satu sisi tak ingin berpisah sementara waktu dengan Chelsea. Namun harus, demi membuat keluarganya percaya jika mereka sudah tak berhubungan lagi. Ia berencana akan mempertahankan pernikahannya dengan Olivia sampai jabatan sebagai Presiden Direktur resmi di serahkan padanya. Olivia bukan masalah besar baginya karena wanita itu tak akan mungkin meminta cerai. Ada ayah Olivia dengan kondisi kesehatan kurang baik, dan mesti wanita itu jaga pikirannya dari hal-hal yang bisa memberikan tekanan berat contohnya seperti sebuah perceraian.~ Pukul 23.00 wib ~ ' Jadi dia sering tidur dengan wanita itu? ' Olivia tersenyum sinis dengan hati yang geram. Sebuah pesan masuk di ponsel yang ia pegang, menginformasikan apa yang terjadi hari ini dari seorang informan bayaran yang ia tugaskan untuk mencari tahu apa saja yang di lakukan Elgard di luar sana. Olivia menatap tajam layar ponsel yang menampilkan rekaman video Elgard sedang berpelukan dengan Chelsea di butik wanita itu. Pria itu masuk ke dalam butik di gandeng Chelsea dengan mesra dan tak keluar dari tempat itu hingga sore tadi. Sudah jelas apa saja yang mereka lakukan selama ini. Tak ada batasan. Wajahnya merah padam oleh amarah yang memuncak.' Aku benar-benar tak bisa mentolerir lagi apa yang kamu perbuat, Elgard! ' ujarnya dengan suara parau, seraya mengepalkan kedua telapak tangan hingga mengeluarkan suara berdecit. ' Kamu kira apa pernikahan ini? Sandiwara? Aku sudah berusaha mempertahankan rumah tangga kita, tapi kamu malah semakin keterlaluan! ' napasnya te
" Kamu istriku! Apa salahnya aku meminta hakku?! Kamu berlagak suci dengan memakai kerudung, tapi menolak keinginan suami. Percuma kamu berjilbab! Perempuan sok suci! Buka saja hijab kamu itu! Istri durhaka.." " Hah!" Olivia tergelak sinis." Apa hubungannya dengan jilbab yang aku pakai? Aku menolak karena kamu tidak bersih. Pulang-pulang ingin meminta hak dengan alasan istri tidak boleh menolak keinginan suami? Istri durhaka? Cih! Kamu tidak pantas bicara seperti itu padaku. Kamu itu sudah berzina dengan wanita lain dan aku menolak kamu dengan alasan yang syar'i karena aku takut terkena penyakit gara-gara perbuatan kamu di luar sana. Dan tak ada dosa bagiku! Aku bukan istri durhaka, aku hanya menjaga diriku! Paham kamu!" Sentak Olivia, ia lebih tahu apa yang ia lakukan. Elgard berdiri, merasa kesal. Ternyata istrinya bukan wanita lemah yang bisa ia intimidasi terus-terusan. Olivia berjalan menuju pintu kamar. Namun sebelumnya, ia menoleh ke belakang pada Elgard yang belum rela i
" Lupakan ucapanku dulu. Sekarang duduk disini. Kita sarapan bersama." Elgard berbicara dengan nada lebih lembut. " Kita? Sayangnya aku cuma pengen sarapan sendiri. Maaf, sekarang aku yang gak sudi berdekatan dengan kamu, Tuan Elgard Mario Nugroho." Olivia menunjukkan senyum mencibir, kembali melanjutkan langkahnya. Ia akan menyelesaikan sarapan pagi ini di kamar tamu yang ditempatinya semalam. Elgard tak habis akal, ia berjalan cepat menghadang langkah Olivia dan mengambil nampan berisi sarapan yang dibawa wanita itu. Olivia terkejut." Kamu apa-apaan?!" Sentaknya kesal. " Ini sarapanku!" Jawab Elgard membawa makanan tersebut ke atas meja, bersiap untuk menyantapnya. " Kamu...!" Olivia speechless, Elgard merampas makanan miliknya. " Kamu itu udah tau punya suami, kenapa cuma membuat sarapan untuk satu orang? Ya udah, ini berarti untukku sebagai kepala keluarga yang harus dilayani di rumah ini. Kamu bikin lagi yang baru untuk kamu sana!" Elgard dengan tanpa rasa bersalah, l
Mobil Olivia melaju pelan memasuki halaman rumah yang luas dan terawat dengan baik, di apit oleh pepohonan hijau, juga semak bunga yang rapi. Sebuah rumah mewah berdiri megah di tengah-tengahnya, menampilkan arsitektur yang anggun dan elegan. Dinding putih yang bersih dan jendela kaca besar yang menghiasi rumah, menciptakan kesan mewah namun klasik. Di bagian depan rumah, terdapat air mancur yang airnya jatuh ke kolam dengan gemercik lembut, menambah suasana tenang di lingkungan tersebut. Olivia masih duduk di dalam mobil dan mengamati rumah itu lekat-lekat. Terlihat jelas bahwa rumah tersebut di rawat baik, dengan lantai marmer yang mengkilap dan patung-patung marmernya yang artistik. Pintu utama rumah terbuat dari kayu jati berkualitas tinggi dengan ukiran yang detail dan indah, menambah kesan kemewahan pada rumah. Namun, di balik kemegahannya, Olivia merasakan sebuah keperihan yang mendalam setiap mengingat di rumah itulah dulu ia dan ibunya~Amanda begitu bahagia bersama-sama
Helen benar-benar geram akan keberanian Olivia melawannya. " Anak tidak tau diri! Mentang-mentang kamu udah jadi menantu keluarga Nugroho, kamu merasa hebat ya?? Kamu lupa? Kami yang udah membesarkan kamu dengan baik sampai kamu jadi seperti sekarang. Kami juga yang udah menjodohkan kamu dengan laki-laki terhormat, dari keluarga terpandang. Itu semua supaya kamu bisa memiliki kehidupan yang bahagia. Kamu itu kacang lupa kulitnya!" Helen menunjuk-nunjuk wajah Olivia dengan jari telunjuknya, meminta putri tirinya itu agar tahu diri. " Aku? Aku dibesarkan dengan baik dan dijodohkan dengan laki-laki terhormat, demi kebahagiaanku?? Wow!" Olivia tergelak, sinis. Ia bertepuk tangan atas ucapan Helen. " Aku lihat dan dengar dengan mata kepalaku sendiri, aku dijodohkan demi keuntungan kalian semata. Kalian gak pernah sama sekali memikirkan kebahagiaanku. Yang ada, kalian cuma ingin memanfaatkanku!" Sentak Olivia, muak. " Kalian lupa? Aku hidup menderita di rumahku sendiri? Ini rumah ibu
" Dan itu kamu lakukan saat Elgard sudah menjadi suamiku. Kamu mendatanginya ke kantor dengan alasan kamu adalah iparnya. Kamu mulai menggodanya dengan tubuh yang kamu punya. Tapi sayang, Elgard menolak mentah-mentah. Dia jijik melihat kamu. Dia maunya cuma tubuh Chelsea, bukan kamu yang merupakan teman baik kekasihnya. Entah kenapa Elgard gak memberitahu kekasihnya kalau kamu sudah melakukan perbuatan memalukan itu? Mungkin Elgard gak pernah tertarik membahas tentang kamu. Dia cuma menganggap kamu seperti kebanyakan perempuan di luar sana yang mencoba menggodanya." Ucapan Olivia berhasil membuat wajah Angel merah padam, antara menahan malu dan marah karena dipermalukan. " Diam Lo!" Bentaknya pada Olivia yang menatapnya tanpa ekspresi. " Angel, apa itu benar? Kamu datang ke kantor Elgard untuk menggodanya? Itu memalukan Angel!!" Helen begitu malu, tak menyangka putri kebanggaannya bisa berbuat serendah itu. " Jangan percaya Ma! Perempuan binal ini sedang memfitnah aku..." "
Mobil Olivia keluar dari pintu gerbang kediaman Abian dengan melaju kencang. Elgard yang baru saja tiba di kediaman Ayah mertuanya itu, cukup heran melihat mobil istrinya pergi, kemana Olivia kali ini? Sebenarnya saat berasa di kantor tadi, pikiran Elgard tak tenang. Firasatnya mengatakan jika Olivia bisa saja benar-benar pergi dari rumah mereka, mengingat istrinya itu mengatakan tetap pada pendiriannya yaitu bercerai. Elgard yang mulai kepikiran, tak pikir panjang lagi, segera meninggalkan pekerjaannya di kantor untuk kembali pulang ke rumah. Jangan sampai Olivia benar-benar pergi. Ia tak mau permasalahan rumah tangganya menyebabkan dirinya jadi kehilangan tujuannya yaitu menjadi penerus Nugroho sebagai Presiden Direktur di perusahaan keluarga mereka. Saat tiba di rumah, benar saja. Olivia sudah tidak ada lagi. Ia berlari menuju kamar, membuka lemari pakaian, sudah tak ada lagi pakaian-pakaian Olivia di dalamnya. Meja rias juga kosong dari perlengkapan wajah dan skinc
Olivia tersenyum miris, tak menggubris penolakan Elgard yang takut kehilangan haknya sebagai putra satu-satunya Haris Nugroho jika sampai bercerai darinya sebelum mendapatkan tujuan pria itu. "Aku udah minta pengacaraku mengurus gugatan cerai untuk kamu. Aku cuma pengen prosesnya di percepat! Aku cuma mau secepatnya pergi dari kehidupan kamu Elgard!" "Itu gak akan terjadi! Aku akan mempersulit semuanya! Jangan coba-coba melawan seorang Elgard Mario Nugroho!" Elgard menatap tajam pada Olivia. "Kamu itu terlalu polos, El... Kamu pikir kamu akan benar-benar di coret dari pewaris Papa kamu kalau aku minta cerai??" Olivia tersenyum mencibir. "Maksud kamu?" Elgard tak mengerti. "Kamu adalah satu-satunya penerus Papa Haris. Walaupun ada kakak perempuan kamu, tapi yang bisa meneruskan perusahaan keluarga Nugroho itu cuma kamu!" Jelas Olivia, membuat Elgard terdiam beberapa saat. " Kenapa aku bisa mengatakan seperti ini? Sebab aku juga baru tau tadi, bahwa ternyata Ayah kamu ngotot
Pukul, 19.00 wib_“Aah... Seru banget tadi filmnya.” Clarissa kegirangan, puas.“Nona suka film horor?” Jefri mengernyitkan dahi, cukup heran saat Clarissa memilih untuk menonton film horor tadi.Saat ini mereka baru saja keluar dari bioskop, berada di depan gedung. Keduanya berencana akan melanjutkan kencan romantis mereka untuk mencari kulineran malam.“Aku gak suka horor. Tapi mumpung nonton sama Ayang, aku mau!”“Kenapa?” Jefri masih tak mengerti.“Karena kalau pas lagi ada jump scare-nya, aku bisa meluk Ayang waktu kaget kayak tadi. Romantis kan? Hihihi...” kekeh Clarissa, itu alasannya.Jefri seketika tertawa, lucu sekali tingkah wanita yang sedang bersamanya ini. Alasan Clarissa di luar ekspektasinya.“Nona sudah lapar? Kita cari makan sekarang ya. Tunggu saja di sini. Saya ambil motor kita dulu.” Jefri meminta Clarissa untuk duduk di bangku panjang yang ada di sana. Clarissa tak perlu ikut berjalan ke parkiran, cukup tunggu saja dirinya menjemput.“Ayang, sebentar.” Clarissa d
Jefri tiba juga di depan Nugroho Group dengan sepeda motornya.Tampak dari pintu keluar, Clarissa melangkah cepat menghampirinya dengan senyum mengembang.“Ayaaang...” Seru Clarissa excited, bahagia Jefri telah datang menjemput setelah beberapa lama menunggu. la raih tangan Jefri seperti biasanya, menyalami pria yang ia anggap sebagai calon suaminya dengan mencium takzim punggung tangan pria itu.Jefri yang telah membuka kaca helm, mengedarkan pandangan ke sekeliling, tak ada yang melihat mereka dalam keadaan Clarissa menyalaminya dengan romantis seperti barusan.“Ayang kok nervous terus sih tiap aku salami,” kekeh Clarissa, Jefri selalu berwajah gugup tiap dirinya salami.“Bukan apa-apa, Nona. Cuma memastikan tidak ada yang melihat.”“Emang kenapa kalau ada yang lihat? Ayang malu?” goda Clarissa, menggemaskan sekali wajah kekasihnya ini.“Hanya menjaga tatakrama saja. Jangan sampai ada yang berpikir, orang zaman sekarang bukan suami istri, tetapi bertingkah melebihi pasangan suami i
Keesokan harinya,“Azalea ditusvk?” Barra terkejut mendengar informasi yang baru saja Jefri sampaikan.“Ya, Pak. Orang yang kita bayar untuk mengawasinya di sana, memberitahu kalau Azalea ditemukan di kamar mandi dalam keadaan perutnya ditusvk orang. Dan Margaretha beserta teman-temannya diduga sebagai pelaku atas kejadian itu,” jelas Jefri serius.“Apa benar Margaretha berani melakukannya? Bukankah itu perbuatan bodoh mengingat dia adalah musuh bebuyutan Azalea yang kalau melakukan tindakan seperti itu, pasti akan langsung ketahuan. Aku tidak percaya Margaretha pelakunya!” Barra mengusap-usap dagunya sambil mengerutkan alis mencerna kejadian tersebut.“Benar, Pak. Dari penjelasan orang bayaran kita, mustahil Margaretha yang melakukannya. Dia curiga ada orang lain yang sepertinya sengaja melakukan penvsukan itu dengan memanfaatkan permasalahan yang terjadi di antara Margaretha dan Azalea,”“Haris,” tebak Barra, yakin. “Setelah apa yang terjadi dalam pernikahannya, dia pasti semakin sa
“Heh, lu duduk di kursi gua!”Azalea yang hendak menyuap makanannya, terkejut. Pundaknya tiba-tiba ditepuk dengan kasar.la menolehkan wajah ke samping, menatap seorang wanita yang menghardiknya dengan tatapan sinis, mengklaim jika kursi yang ia duduki saat ini adalah milik wanita yang berdiri dengan berkacak pinggang tersebut.la edarkan pandangan ke semua meja panjang dengan kapasitas sepuluh orang di tiap mejanya, masih ada meja dan kursi yang kosong yang seharusnya bisa wanita itu gunakan untuk makan.“Lha, dia bengong! Eh, lu budeg? Gua bilang, lu duduk di kursi gua. Minggir!” bentak wanita yang sama-sama merupakan penghuni lapas.Azalea menghela napas panjang, begini saja terus. “Perasaan gak ada yang namanya kursi pribadi di sini, bebas mau duduk di mana aja selagi kosong. Kenapa kamu gak duduk di kursi lain? Aku udah lebih dulu duduk di sini.” Azalea tak mau mengalah.“Oooh, udah berani ngebantah ya sekarang, anak baru? Lo berani sama gua!”Aah!Azalea menjerit, rambutnya dija
“Ma, gak baik kayak gini. Kamu udah satu minggu lebih diemin Papa, jangan jadi istri durhaka!” Haris sudah di titik muak. Ayuma tak sedikit pun memberikan kepercayaan padanya, selalu menjauhi, menghindarinya hingga pisah kamar. Tadi saat di kantor, ART melaporkan padanya jika Ayuma sedang bersiap-siap untuk pergi dari rumah. Istrinya itu seperti sedang dikuasai amarah memuncak. “Istri durhaka? Itu kata ajaib yang selalu para suami ucapkan untuk menyudutkan istrinya tanpa mau introspeksi diri!” balas Ayuma, tak kalah keras. Ia terus saja memasukkan pakaiannya ke dalam koper, tak kuat lagi hidup satu atap dengan Haris. “Mau introspeksi diri bagaimana? Papa gak melakukan seperti apa yang orang-orang tuduhkan, kenapa juga Papa harus menyalahkan diri sendiri? Kamu sebagai istri, seharusnya mendukung suami. Tapi ini suami lagi dapat masalah, kamu malah ikut memojokkan. Istri macam apa kamu itu, Ma!” “Aku mencoba untuk percaya. Tapi fakta terbaru yang aku terima, kamu memang punya hubu
Olivia tersenyum manis, barusan dirinya dilanda cemburu. “Maaf, aku gak bakal kayak tadi lagi. Aku suka cemburuan sekarang. Aneh juga karena semakin nambah usia kandungan, aku jadi posesif sama Mas. Maaf ya, Cintaku...” Olivia menge-cup singkat bibir Barra, betapa dirinya sangat mencintai suaminya ini, semakin cinta dari hari ke hari. Mungkin bawaan bayi dalam kandungannya juga. Barra tersenyum senang. Mendengar Olivia cemburu, membuat hidungnya kembang kempis, bangga. Sekarang dirinya berhasil membuat istrinya itu jatuh cinta dan bergantung padanya. Tak hanya cinta sendiri. “Oh iya, Kak Risa kok belum juga mengabari ya?” Olivia hendak mengambil ponselnya, akan melihat apakah ada pesan dari Clarissa jika sudah tiba di UD Entertainment. “Biar Mas ambilkan.” Barra menahan Olivia agar tidak beranjak dari tempat tidur. Dirinya yang akan mengambilkan ponsel sang istri di atas meja. “Ini, Sayang.” Barra kembali ke tempat tidur, duduk di samping Olivia dengan membawakan ponsel. Kemba
“Ayang sweet banget iih... Bikin aku melting.” Clarissa tanpa Jefri duga, langsung memeluk lengan pria itu dengan manja. Lagi-lagi membuat Jefri membeku. Tidak sadarkah Clarissa jika dirinya adalah pria normal yang telah lama melajang? Drrt... Drrt... Sepasang Ayang-ayangan itu terkejut mendengar getar dari ponsel Clarissa. “Eh siapa yang nelepon ya?” Clarissa melepaskan rangkulan manjanya pada lengan kokoh Jefri, langsung melihat siapa yang menelepon. “Ini Mbak di rumah. Bentar ya, Yang.” Clarissa akan menerima panggilan masuk tersebut. “Ya, Mbak?” jawab Clarissa pada si penelepon di seberang sana. Jefri mengamati. Tatapannya masih setia pada Clarissa yang sudah berkali-kali sejak tadi membuatnya terkejut, hingga speechless. Masih bingung dengan status mereka yang sudah di hak patenkan gadis itu. “Apa mbak? Mama sama Papa berantem hebat??” Clarissa kaget dengan suara dipelankan. “Ce-cerai? Kok gitu? lya iya, aku pulang sekarang.” Clarissa dengan wajah panik, segera menutup te
Keduanya mulai menyantap makanan masing-masing, sudah begitu lapar. “Gimana? Enak? Atau gak sesuai lidah kamu?” tanya Clarissa di sela makan mereka, meminta pendapat Jefri. “Ini enak. Sesuai,” jawab Jefri sembari mengunyah. “Alhamdulillah.” Clarissa lega. “Jadi, yang akan menjabat sebagai Presiden Direktur Nugroho Group yang baru adalah Elgard Mario Nugroho?” Jefri kembali ke topik tadi, memastikan kembali. “lya. Awalnya para dewan direksi mengajukan beberapa nama pilihan mereka dari kalangan mereka sendiri, karena mereka tau kalau Elgard gak mungkin dipilih Papa mengingat dia menikah dengan perempuan yang Papa benci. Tapi ternyata Papa malah langsung memutuskan Elgard yang menjadi pengganti aku, bukan orang lain. Akhirnya mereka terbungkam sendiri, gak bisa membantah. Siap-siap aja jabatan mereka satu persatu bakal dicopot Papa.” Clarissa terkekeh, terus menikmati santap makan siangnya yang sudah hampir selesai. Jefri manggut-manggut pelan, sekarang sudah jelas. “Haduh, gak en
“Nona,” panggil Jefri saat mereka sudah keluar dari pintu lobby. “Eh, ma-maaf. Aku gak sadar. Maaf ya.” Clarissa melepaskan tangan Jefri, jadi malu sendiri. “Tidak apa-apa.” Jefri tersenyum tipis. “Wuaah... Kamu senyum barusan? Manis banget, Jefri,” Clarissa terpukau-pukau. Suka melihat senyuman Jefri yang baru ini bisa ia lihat secara langsung. Jefri lagi-lagi terhenyak, kembali salah tingkah dengan pujian Clarissa. Wanita di dekatnya ini ekspresif ternyata. Berbeda dengan dirinya yang cukup calm. “Oh, iya. Sebelumnya maaf ya. Aku pengen traktir kamu, tapi untuk kali ini, aku traktir makannya di tempat biasa aja ya. Uang aku pas-pasan,” jelas Clarissa, berterus-terang di awal. Jefri terperangah. Seorang Clarissa Nugroho hanya memiliki uang pas-pasan? “Kamu gak keberatan kan kalau kita makan di tempat yang murah meriah?” Clarissa memastikan dulu. “Oh, saya tidak mempermasalahkan soal itu. Yang penting bisa makan, sudah cukup,” balas Jefri, penasaran dengan apa yang sebenarnya