~ Pukul 23.00 wib ~
' Jadi dia sering tidur dengan wanita itu? ' Olivia tersenyum sinis dengan hati yang geram. Sebuah pesan masuk di ponsel yang ia pegang, menginformasikan apa yang terjadi hari ini dari seorang informan bayaran yang ia tugaskan untuk mencari tahu apa saja yang di lakukan Elgard di luar sana. Olivia menatap tajam layar ponsel yang menampilkan rekaman video Elgard sedang berpelukan dengan Chelsea di butik wanita itu. Pria itu masuk ke dalam butik di gandeng Chelsea dengan mesra dan tak keluar dari tempat itu hingga sore tadi. Sudah jelas apa saja yang mereka lakukan selama ini. Tak ada batasan. Wajahnya merah padam oleh amarah yang memuncak.' Aku benar-benar tak bisa mentolerir lagi apa yang kamu perbuat, Elgard! ' ujarnya dengan suara parau, seraya mengepalkan kedua telapak tangan hingga mengeluarkan suara berdecit. ' Kamu kira apa pernikahan ini? Sandiwara? Aku sudah berusaha mempertahankan rumah tangga kita, tapi kamu malah semakin keterlaluan! ' napasnya terasa semakin memburu. ' Tidak ada lagi yang perlu di pertahankan! Aku muak dan jijik melihat tingkah lakumu! Kali ini aku benar-benar akan mundur! ' lirih Olivia, air mata kesedihan menciptakan bening di sudut matanya. Suara langkah kaki menaiki anak tangga, terdengar dari arah pintu kamar yang tak tertutup. ' Siapa itu? ' lirih Olivia pelan sembari menyeka air mata.' Apa dia pulang? Tumben.' Olivia bergegas mengambil hijab, segera memakainya. Selama enam bulan menikah, Elgard jarang pulang ke rumah. Mungkin bisa di hitung hanya beberapa kali pria itu menginjakkan kakinya di rumah ini, itupun tidak untuk menginap. Ia lebih memilih tinggal di apartemen pribadi miliknya atau menghabiskan waktu bersama kekasihnya entah di mana. Hal tersebut di lakukan Elgard sejak hari pertama pernikahan mereka, tepatnya hari yang seharusnya menjadi malam pertama mereka, tetapi pria itu malah bersama Chelsea, tak sudi tinggal bersama Olivia apalagi menyentuhnya sebagai istri. Elgard bahkan tak pernah sekalipun melihat aurat istrinya sendiri dari balik baju panjang dan hijab yang wanita itu kenakan, tak tertarik bahkan merasa jijik. Tampak Elgard berdiri di depan pintu kamar. Pria itu terlihat kacau. Olivia pasang wajah dingin, berdiri di jendela kamar tanpa menyambut kedatangan suaminya tersebut. Tak berucap sepatah katapun, Elgard masuk ke dalam kamar. Ia menatap Olivia yang diam seribu bahasa, tak menyambut kepulangan nya dengan senyuman seperti yang wanita itu lakukan biasanya jika dirinya datang untuk sekedar singgah sebentar demi membuat keluarga besarnya tak curiga. " Aku mau mandi!" Ucap Elgard ketus. Olivia mengernyit heran, sejak kapan pria itu mandi di rumah ini? " Kenapa diam? Siapkan air mandiku, aku mau berendam air hangat." Titahnya dengan keangkuhan. Olivia tergelak, mencibir." Aku bukan pembantu! Kalau kamu butuh bantuan, minta tolong baik-baik. Bukan memerintah!" Balas Olivia tak kalah dingin. Elgard terhenyak, wanita itu membalas ucapannya dengan bergaya angkuh juga. " Minta tolong baik-baik? Kamu pikir kamu siapa? Di mataku, kamu lebih rendah dari seorang pembantu, aku tidak butuh bantuanmu!" Elgard senang sekali menyerang mental Olivia. " Ya sudah! Urus dirimu sendiri!" Olivia tak ada keinginan untuk berdebat, rasa mual melihat pria yang seharian ini bersama wanita lain, semakin besar. Ia berjalan untuk keluar kamar, tak ingin berada di ruangan yang sama dengan Elgard. " Kamu! Siapa yang menyuruhmu pergi?! Aku belum selesai!" Bentak Elgard, tak suka di abaikan. " Apa aku butuh izin dari kamu untuk keluar dari kamar ini? Bahkan untuk keluar dari rumah ini pun aku tidak akan meminta izin darimu. Siapa kamu?!" Balas Olivia sinis. Elgard terkesiap, Olivia semakin berani melawannya? Ia berjalan mendekati istrinya itu, geram. " Aku suamimu! Jangan coba-coba keluar dari rumah ini tanpa izin dariku!" Tegasnya. " Sejak kapan kamu merasa menjadi suamiku? Bukankah setiap bertemu, kamu selalu ingin menceraikan ku? Kamu ingin menikahi kekasih kamu itu kan? Maka silahkan! Aku tidak akan menghalangi lagi hubungan kalian karena aku tidak peduli." Olivia menantang mata Elgard dengan sorot mata tajam. Elgard merasa panas mendengar Olivia bicara dengan nada angkuh seperti itu. Hanya dirinya saja yang boleh, wanita itu tak punya hak untuk melawan balik. " Aku tidak akan menceraikanmu!" Olivia terkejut mendengar ucapan Elgard, sekarang berbeda lagi. " Kenapa? Kamu takut papa Haris menghapus nama kamu sebagai pewarisnya? " Sindir Olivia dengan tersenyum miring. Elgard terperanjat, ternyata Olivia tahu akan hal itu. " Apa yang kamu bicarakan? Kamu tau_" Elgard agak tergugup, ia menatap Olivia dengan tatapan menyelidik. " Amu tau semuanya, Elgard! Aku juga tau kalau kamu sedang tidur sepuasnya dengan kekasih kamu itu, lalu di pergoki oleh papa kamu, kan? " Olivia bersidekap dada dengan senyuman mencemooh. Elgard cukup kaget, bagaimana Olivia bisa tahu? " Kamu yang adukan ini semua ke papa sampai aku di ancam akan di hapus dari ahli warisnya?" Tuduh Elgard. " Aku mengadu? Maaf ya, kalau aku mau, aku bisa mengadukannya sejak awal dulu. Tapi itu tidak aku lakukan. Karena aku masih mencoba menutupi aib kamu. Dan sekarang aku tidak peduli sama sekali tentang kamu!" Cibir Olivia. Elgard merasa kesal, Olivia benar-benar angkuh. " Kamu tidak peduli? Lalu apa namanya? Kamu mendatangi Chelsea dan menyuruhnya untuk menjauhiku? Kamu cemburu kan? Kami takut kehilangan aku kan? Kamu takut kehilangan fasilitas mewah seperti yang kamu nikmati sekarang setelah menikah denganku!" Elgard berdecih, memandang rendah pada Olivia. " Aku tidak cemburu apalagi takut kehilangan kamu. Aku cuma sedang berusaha mempertahankan pernikahan kita. Karena aku sangat menghormati sebuah ikatan suci pernikahan. Tapi sayang, kamu yang tidak mau menjaganya. Dan sekarang, aku tidak akan melakukan apapun lagi untuk mempertahankannya. Aku pikir melepas kamu adalah jalan terbaik untuk hidupku!" Elgard semakin mendekat pada posisi berdiri Olivia, tak terima akan ucapan wanita itu. " Sayangnya, aku yang tidak akan menceraikanmu." Ucapnya menegaskan." Benar! Aku masih mempertahankan pernikahan ini demi jabatan sebagai pengganti papaku di perusahaan keluarga Nugroho. Kamu mau apa?!" Elgard tertawa menyeringai, menertawakan Olivia yang ia lihat begitu menyedihkan. Di pertahankan bukan karena cinta, tapi harta. " Wow, kamu merasa hebat? Dengar tuan Elgard. Lakukan apa yang kamu mau, maka aku akan melakukan apa yang aku mau!" Olivia berlalu dari hadapan Elgard, muak melihat tinggah pria itu. " Apa yang akan kamu lakukan?" Elgard menahan langkah Olivia, memegang pergelangan tangan istrinya. Olivia menatap tangannya di sentuh, sontak menepis kasar tangan Elgard. Tak sudi, kulit pria itu bekas bertukar keringat dengan wanita lain yang tak halal untuknya. Elgard terhenyak, Olivia menampakkan wajah jijik padanya. Hatinya tak terima dengan sikap wanita itu. " Aku tidak ada niat hidup bersamamu lagi. Kalau kamu tidak mau menceraikanku, maka aku yang akan menggugat cerai kamu!" Tegas Olivia berwajah serius. " Oh ya?" Elgard tertawa mengejek." Memangnya kamu bisa apa? Kamu mau bercerai? Kamu tidak takut penyakit ayah kamu semakin parah? Jangan merasa hebat kamu, OLIVIA SERAPHINA!" " Itu yang selalu kamu katakan, bahwa aku tidak bisa bercerai dari kamu karena penyakit ayahku. Jangan sok tau kamu. Itu ayahku, kamu tidak usah memikirkannya. Aku bisa mengatasi masalah keluargaku. Yang penting aku bisa lepas dari pria seperti kamu!" Olivia balik menertawakan Elgard yang terlalu percaya diri. " Hei! Kamu pikir kamu bisa melakukannya? Amu tidak akan membiarkannya. Kita tidak akan bercerai!" Elgard mulai terbakar emosi. " Terserah! Lakukan apa yang kamu mau. Aku bebas melakukan apapun yang aku mau. Kamu pikir aku takut padamu? Kamu pikir aku tergila-gila padamu? Kamu pikir aku takut kehilangan kamu dan semua fasilitas mewah yang ada di rumah ini? Tidak! Kamu bukan satu-satunya laki-laki menawan dan berharta di dunia ini, jangan besar kepala. Keputusanku sudah bulat, aku ingin bercerai!" Olivia lagi-lagi beranjak dari hadapan Elgard, namun di halangi pria itu. " Jangan memancing kemarahanku, Olivia Seraphina!!! Aku bisa menghancurkan hidup kamu dengan mudah kalau kamu berbuat macam-macam ," ancam Elgard memegang tangan Olivia. " Lepaskan! Jangan pernah sentuh aku, Elgard! Aku tidak sudi." Olivia menghempaskan tangan Elgard ke udara, wajahnya semakin menunjukkan rasa jijik pada pria itu. " Mmh, kamu mulai sok suci ya sekarang... Tidak mau aku sentuh? Bukankah selama ini kamu mendambakan sentuhan dariku Olivia? Jangan munafik kamu!" Elgard mengikis jarak di antara mereka, tubuhnya yang tinggi seakan mengungkung tubuh Olivia hingga tak bisa melepaskan diri. " Ka-kamu mau apa??!" Olivia menelan ludah. Tatapan pria di hadapannya ini terlihat berbeda, mengerikan. " Kalau kamu ingin sentuhan dariku, maka aku akan memberikannya mulai sekarang. Aku bisa memuaskan mu sampai ketagihan. Tapi jangan pernah lagi ucapkan kata cerai, itu tak akan terjadi!" Elgard mendesak tubuh Olivia yang berusaha mundur ke belakang, hingga punggungnya membentur dinding kamar. " Kamu menjijikan! Kamu pikir aku mau bekas wanita itu? Aku jijik! Aku tidak sudi kamu sentuh. Minggir kataku!!" Perut Olivia serasa mual mendadak, tak rela di sentuh Elgard yang seharian ini bersama wanita lain, lalu malamnya hendak menyentuhnya dengan maksud menghina. Elgard merasa panas. Ia tak terima dengan ucapan istrinya barusan. Dengan cepat, kedua pergelangan tangan Olivia ia genggam erat, bahkan di cengkeram kuat. Lalu di tempelkan ke dinding di samping wajah Olivia yang tubuhnya telah bersandar di dinding tersebut. " Kamu merasa suci dan aku yang kotor? Ok, kita lihat, apa setelah ini kamu bisa menolak? Aku pastikan kamu yang akan terus-terusan memohon agar aku sentuh!" Elgard hendak mencium Olivia dengan brutal, namun dengan cepat Olivia mengelak. " Menjauh dariku Elgard!! Kamu menjijikan!!" Pekik Olivia, ia merasa di rendahkan dan ini sebuah penghinaan. Elgard sudah terlalu menginjak-injak harga dirinya. Elgard semakin tertantang. Melihat penolakan secara angkuh dari wanita yang selama ini ia benci dan abaikan, membuatnya penasaran. Harum aroma dari tubuh Olivia begitu menyenangkan di penciumannya. Tanpa ia sadari justru membangkitkan hasratnya. Ia paksa tuk memeluk tubuh Olivia akan membawanya ke kasur. Ingin mencoba mencicipi rasa wanita itu. Arrghh!! Elgard mengerang kesakitan, aset berharganya di bawah sana, di tendang tiba-tiba oleh Olivia. Sontak membuatnya terjatuh sembari mengerang kesakitan memegang area dalam pangkal pahanya tersebut. " Olivia, apa.. yang kamu... Lakukan? Ini aset berhargaku!" Lirihnya terbata-bata saking sakitnya. Olivia yang sudah menjauh, menatap Elgard dengan penuh kebencian. " Jangan pernah macam-macam pada Elgard!! Aku tidak selemah yang kamu pikirkan. Kamu belum puas menyakiti perasaanku dengan berselingkuh? Bahkan berhubungan badan dengan selingkuhan kamu itu! Masih belum cukup?? Sekarang kamu mau menyentuhku dengan maksud menghinaku setelah seharian ini kamu bersama dia! Kamu benar-benar kejam! Aku sangat membencimu!" Umpat Olivia murka." Kamu istriku! Apa salahnya aku meminta hakku?! Kamu berlagak suci dengan memakai kerudung, tapi menolak keinginan suami. Percuma kamu berjilbab! Perempuan sok suci! Buka saja hijab kamu itu! Istri durhaka.." " Hah!" Olivia tergelak sinis." Apa hubungannya dengan jilbab yang aku pakai? Aku menolak karena kamu tidak bersih. Pulang-pulang ingin meminta hak dengan alasan istri tidak boleh menolak keinginan suami? Istri durhaka? Cih! Kamu tidak pantas bicara seperti itu padaku. Kamu itu sudah berzina dengan wanita lain dan aku menolak kamu dengan alasan yang syar'i karena aku takut terkena penyakit gara-gara perbuatan kamu di luar sana. Dan tak ada dosa bagiku! Aku bukan istri durhaka, aku hanya menjaga diriku! Paham kamu!" Sentak Olivia, ia lebih tahu apa yang ia lakukan. Elgard berdiri, merasa kesal. Ternyata istrinya bukan wanita lemah yang bisa ia intimidasi terus-terusan. Olivia berjalan menuju pintu kamar. Namun sebelumnya, ia menoleh ke belakang pada Elgard yang belum rela i
" Lupakan ucapanku dulu. Sekarang duduk disini. Kita sarapan bersama." Elgard berbicara dengan nada lebih lembut. " Kita? Sayangnya aku cuma pengen sarapan sendiri. Maaf, sekarang aku yang gak sudi berdekatan dengan kamu, Tuan Elgard Mario Nugroho." Olivia menunjukkan senyum mencibir, kembali melanjutkan langkahnya. Ia akan menyelesaikan sarapan pagi ini di kamar tamu yang ditempatinya semalam. Elgard tak habis akal, ia berjalan cepat menghadang langkah Olivia dan mengambil nampan berisi sarapan yang dibawa wanita itu. Olivia terkejut." Kamu apa-apaan?!" Sentaknya kesal. " Ini sarapanku!" Jawab Elgard membawa makanan tersebut ke atas meja, bersiap untuk menyantapnya. " Kamu...!" Olivia speechless, Elgard merampas makanan miliknya. " Kamu itu udah tau punya suami, kenapa cuma membuat sarapan untuk satu orang? Ya udah, ini berarti untukku sebagai kepala keluarga yang harus dilayani di rumah ini. Kamu bikin lagi yang baru untuk kamu sana!" Elgard dengan tanpa rasa bersalah, l
Mobil hitam Alphard tiba di depan rumah.Pria dengan setelan jas kerja yang pas di tubuh tinggi tegapnya, turun dari mobil dengan sorot mata penuh amarah. Berjalan dengan langkah cepat memasuki rumah.Olivia berada di ruang tengah, dapat ia dengar suara pintu terbuka. Tanpa ada ketukan terlebih dahulu. Siapa lagi jika bukan Elgard, suaminya. Hanya mereka berdua yang bisa masuk ke dalam rumah karena sistem keamanan pintu menggunakan sistem pengenalan bentuk wajah.Olivia dengan sikap tenang, berjalan menuju ruang tamu. Akan menemui suaminya yang tiba-tiba pulang ke rumah.Ya.. pria itu biasanya hanya datang sesekali, itupun tak pernah mau melihatnya yang selalu berusaha menyambut dengan senyum cerah. Berharap Elgard mau menetap di rumah yang ia tempati kini setelah resmi menjadi istri dari putra keluarga Nugroho tersebut.Elgard menghentikan langkah saat melihat Olivia telah berdiri di ruang tamu.Wanita itu menatap Elgard dengan raut wajah datar, tak berekspresi. Sudah tahu apa yang
~ CS Bridal Boutique ~ " Mbak Chelsea, ada mas Elgard di luar. Pengen bertemu mbak katanya..." Ucap seorang karyawati butik pada owner tempat ia bekerja. Chelsea membuang napas kasar, jengah. " Bilang saja saya gak ada, Elena!" Jawab Chelsea kembali meneruskan pekerjaannya, mendesain sebuah gaun pengantin. " Elena sudah bilang mbak, tapi mas Elgard nya gak percaya. Dia keukeuh nungguin mbak di depan. Penting katanya." Jelas Elena bingung. Chelsea mendecak, ia merasa tak ingin lagi bertemu Elgard. Apalagi setelah Olivia, istri pria itu mendatanginya dengan maksud melarang agar tidak lagi berhubungan dengan Elgard. Drrt.. Drrt.. Ponsel bergetar lagi. Sejak tadi selalu di hubungi oleh nomor Elgard, namun tak sekalipun ia angkat. Chelsea menggeser tombol merah, tanda tak ingin menerima panggilan telepon Elgard. Elena hanya bisa mengelus dada. Majikannya sedang bertengkar dengan kekasih yang merupakan suami orang. Wajar hubungan mereka tidak pernah berjalan lancar. Me
Chelsea tak kalah terkejut. Bagaimana bisa Elgard kehilangan haknya sebagai putra tunggal Nugroho hanya kedapatan masih berhubungan dengannya? " Pa, tunggu pa. Ini gak adil buat aku! Bagaimana bisa papa melakukan itu, aku ini anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga kita. Aku yang paling berhak menjadi penerus papa..." Protes Elgard mendekati posisi berdiri Haris di depan pintu yang menatapnya nyalang dan geram. " Tidak peduli kamu putra tunggalku! Karena kamu sudah merusak kepercayaanku, maka aku pun tidak segan-segan melakukan apa yang aku katakan di awal yaitu kamu tidak akan mendapatkan apa-apa kalau kamu masih berhubungan dengan perempuan itu!!" Bentak Haris. Tak buang waktu, ayah Elgard itu keluar dari kamar tersebut di ikuti para bodyguardnya. Tak sudi berlama-lama melihat pemandangan yang mengotori mata dan memalukan yang putranya perbuat. " Pa, tunggu pa.." Elgard yang baru selesai memasang resleting celananya dengan bertelanjang dada, berlari mengejar Haris yang me
" Lupakan ucapanku dulu. Sekarang duduk disini. Kita sarapan bersama." Elgard berbicara dengan nada lebih lembut. " Kita? Sayangnya aku cuma pengen sarapan sendiri. Maaf, sekarang aku yang gak sudi berdekatan dengan kamu, Tuan Elgard Mario Nugroho." Olivia menunjukkan senyum mencibir, kembali melanjutkan langkahnya. Ia akan menyelesaikan sarapan pagi ini di kamar tamu yang ditempatinya semalam. Elgard tak habis akal, ia berjalan cepat menghadang langkah Olivia dan mengambil nampan berisi sarapan yang dibawa wanita itu. Olivia terkejut." Kamu apa-apaan?!" Sentaknya kesal. " Ini sarapanku!" Jawab Elgard membawa makanan tersebut ke atas meja, bersiap untuk menyantapnya. " Kamu...!" Olivia speechless, Elgard merampas makanan miliknya. " Kamu itu udah tau punya suami, kenapa cuma membuat sarapan untuk satu orang? Ya udah, ini berarti untukku sebagai kepala keluarga yang harus dilayani di rumah ini. Kamu bikin lagi yang baru untuk kamu sana!" Elgard dengan tanpa rasa bersalah, l
" Kamu istriku! Apa salahnya aku meminta hakku?! Kamu berlagak suci dengan memakai kerudung, tapi menolak keinginan suami. Percuma kamu berjilbab! Perempuan sok suci! Buka saja hijab kamu itu! Istri durhaka.." " Hah!" Olivia tergelak sinis." Apa hubungannya dengan jilbab yang aku pakai? Aku menolak karena kamu tidak bersih. Pulang-pulang ingin meminta hak dengan alasan istri tidak boleh menolak keinginan suami? Istri durhaka? Cih! Kamu tidak pantas bicara seperti itu padaku. Kamu itu sudah berzina dengan wanita lain dan aku menolak kamu dengan alasan yang syar'i karena aku takut terkena penyakit gara-gara perbuatan kamu di luar sana. Dan tak ada dosa bagiku! Aku bukan istri durhaka, aku hanya menjaga diriku! Paham kamu!" Sentak Olivia, ia lebih tahu apa yang ia lakukan. Elgard berdiri, merasa kesal. Ternyata istrinya bukan wanita lemah yang bisa ia intimidasi terus-terusan. Olivia berjalan menuju pintu kamar. Namun sebelumnya, ia menoleh ke belakang pada Elgard yang belum rela i
~ Pukul 23.00 wib ~ ' Jadi dia sering tidur dengan wanita itu? ' Olivia tersenyum sinis dengan hati yang geram. Sebuah pesan masuk di ponsel yang ia pegang, menginformasikan apa yang terjadi hari ini dari seorang informan bayaran yang ia tugaskan untuk mencari tahu apa saja yang di lakukan Elgard di luar sana. Olivia menatap tajam layar ponsel yang menampilkan rekaman video Elgard sedang berpelukan dengan Chelsea di butik wanita itu. Pria itu masuk ke dalam butik di gandeng Chelsea dengan mesra dan tak keluar dari tempat itu hingga sore tadi. Sudah jelas apa saja yang mereka lakukan selama ini. Tak ada batasan. Wajahnya merah padam oleh amarah yang memuncak.' Aku benar-benar tak bisa mentolerir lagi apa yang kamu perbuat, Elgard! ' ujarnya dengan suara parau, seraya mengepalkan kedua telapak tangan hingga mengeluarkan suara berdecit. ' Kamu kira apa pernikahan ini? Sandiwara? Aku sudah berusaha mempertahankan rumah tangga kita, tapi kamu malah semakin keterlaluan! ' napasnya te
Chelsea tak kalah terkejut. Bagaimana bisa Elgard kehilangan haknya sebagai putra tunggal Nugroho hanya kedapatan masih berhubungan dengannya? " Pa, tunggu pa. Ini gak adil buat aku! Bagaimana bisa papa melakukan itu, aku ini anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga kita. Aku yang paling berhak menjadi penerus papa..." Protes Elgard mendekati posisi berdiri Haris di depan pintu yang menatapnya nyalang dan geram. " Tidak peduli kamu putra tunggalku! Karena kamu sudah merusak kepercayaanku, maka aku pun tidak segan-segan melakukan apa yang aku katakan di awal yaitu kamu tidak akan mendapatkan apa-apa kalau kamu masih berhubungan dengan perempuan itu!!" Bentak Haris. Tak buang waktu, ayah Elgard itu keluar dari kamar tersebut di ikuti para bodyguardnya. Tak sudi berlama-lama melihat pemandangan yang mengotori mata dan memalukan yang putranya perbuat. " Pa, tunggu pa.." Elgard yang baru selesai memasang resleting celananya dengan bertelanjang dada, berlari mengejar Haris yang me
~ CS Bridal Boutique ~ " Mbak Chelsea, ada mas Elgard di luar. Pengen bertemu mbak katanya..." Ucap seorang karyawati butik pada owner tempat ia bekerja. Chelsea membuang napas kasar, jengah. " Bilang saja saya gak ada, Elena!" Jawab Chelsea kembali meneruskan pekerjaannya, mendesain sebuah gaun pengantin. " Elena sudah bilang mbak, tapi mas Elgard nya gak percaya. Dia keukeuh nungguin mbak di depan. Penting katanya." Jelas Elena bingung. Chelsea mendecak, ia merasa tak ingin lagi bertemu Elgard. Apalagi setelah Olivia, istri pria itu mendatanginya dengan maksud melarang agar tidak lagi berhubungan dengan Elgard. Drrt.. Drrt.. Ponsel bergetar lagi. Sejak tadi selalu di hubungi oleh nomor Elgard, namun tak sekalipun ia angkat. Chelsea menggeser tombol merah, tanda tak ingin menerima panggilan telepon Elgard. Elena hanya bisa mengelus dada. Majikannya sedang bertengkar dengan kekasih yang merupakan suami orang. Wajar hubungan mereka tidak pernah berjalan lancar. Me
Mobil hitam Alphard tiba di depan rumah.Pria dengan setelan jas kerja yang pas di tubuh tinggi tegapnya, turun dari mobil dengan sorot mata penuh amarah. Berjalan dengan langkah cepat memasuki rumah.Olivia berada di ruang tengah, dapat ia dengar suara pintu terbuka. Tanpa ada ketukan terlebih dahulu. Siapa lagi jika bukan Elgard, suaminya. Hanya mereka berdua yang bisa masuk ke dalam rumah karena sistem keamanan pintu menggunakan sistem pengenalan bentuk wajah.Olivia dengan sikap tenang, berjalan menuju ruang tamu. Akan menemui suaminya yang tiba-tiba pulang ke rumah.Ya.. pria itu biasanya hanya datang sesekali, itupun tak pernah mau melihatnya yang selalu berusaha menyambut dengan senyum cerah. Berharap Elgard mau menetap di rumah yang ia tempati kini setelah resmi menjadi istri dari putra keluarga Nugroho tersebut.Elgard menghentikan langkah saat melihat Olivia telah berdiri di ruang tamu.Wanita itu menatap Elgard dengan raut wajah datar, tak berekspresi. Sudah tahu apa yang