“Iya, Papa juga percaya sama kamu!” Daniel mengangguk. “Coba kamu pikir baik-baik, apa kamu pernah menyinggung Tiara? Misalnya sewaktu perundingan kontrak? Jadi, dia dendam sama kamu? Atau kamu pernah tidak menyetujui permintaannya? Atau dia tidak puas dengan harga upahnya?”Bisa jadi ada masalah di saat perundingan kontrak. Hanya saja, Edward tidak menganggap hal tersebut sebagai masalah. “Nggak!” Setelah berpikir dengan saksama, Edward pun menggeleng. “Semuanya berjalan cukup lancar. Dia bahkan tidak pernah menawar dan langsung setuju dengan upah yang aku berikan. Proses pemotretan juga berjalan dengan sangat lancar. Dia tidak pernah mengajukan permintaan apa-apa.”Berhubung semuanya berjalan dengan sangat lancar, Edward baru tidak menyangka akan ada masalah seperti ini.“Aneh sekali ….” Olivia menegakkan tubuhnya. “Oh, aku tahu!”“Kamu tahu?!” Tatapan Daniel penuh dengan rasa curiga. “Coba kamu katakan, apa yang kamu ketahui?”“Aku tahu kenapa Tiara berbuat seperti itu!” Olivia mel
Olivia merasa sangat tidak senang. Dia merasa Daniel terlalu membela wanita itu. “Kenapa bisa nggak mungkin? Mereka sama-sama berasal dari dunia hiburan! Apalagi sekarang kamu sangat memprioritaskan Edward, bisa jadi dia dendam, ingin menghancurkan aku dan putraku!”Setelah dipikir-pikir, masalah semakin masuk akal saja. Olivia merangkul putranya sambil menangis. “Kenapa nasib kita tragis sekali?! Nak, padahal kamu sudah bersusah payah untuk mengembangkan proyekmu, sekarang kamu malah dijebak ….”“Sudahlah, kamu jangan asal pikir! Tania bukan orang seperti itu!” Daniel melanjutkan, “Dia bukanlah orang dengan pandangan picik. Masalah ini bukan hanya masalah cemburu antar dua wanita saja, tapi menyangkut masalah Kusumo Group. Apa gunanya dia menghancurkan Kusumo Group? Kamu kira dia bakal sebodoh itu?!”Edward menarik ujung pakaian ibunya. “Ma, seharusnya bukan Tante Tania, mungkin rival bisnis kita. Semuanya salah aku tidak berpengalaman! Aku akan menanggungnya.”Awalnya Edward merasa p
Pada akhirnya, keheningan ini sudah dihancurkan.Tampak Cecilia berdiri di luar kamar pasien dengan kedua tangan Cecilia memegang dokumen, lalu menyapa dengan lembut, “Tante.”Laura mengangguk. “Cecilia, aku tahu kamu anaknya berbakti. Tapi kondisi tubuh Om Beny-mu sekarang nggak cocok untuk menerima tamu.”“Aku juga nggak ingin ganggu waktu istirahat Om. Hanya saja, sudah terjadi masalah serius di perusahaan. Aku ingin meminta arahannya. Lagi pula ….” Cecilia menundukkan kepalanya sambil tersenyum, lalu merapikan poninya. “Aku juga bukan tamu!”“Tapi ….”Saat Laura merasa ragu, terdengar suara deham dari dalam kamar, lalu terdengar suara Beny, “Siapa? Cecilia, ya? Biarkan dia masuk!”Berhubung Beny sudah bersuara, Laura terpaksa minggir mempersilakan Cecilia untuk memasuki ruangan. Hanya saja, tatapannya ketika melihat Laura terlihat agak kalut.Tentu saja Cecilia merasa gembira. Dia segera masuk ke kamar dengan tersenyum lebar.Ruangan sangatlah rapi dan bersih. Di samping nakas juga
Cecilia kelihatan panik. “Nggak! Nggak kenapa-napa! Maksudku belakangan ini Kakak lagi pergi. Aku akan wakili Kakak …. Emm, maksudku aku akan menjagamu.”Sikap panik Cecilia membuat Beny semakin kebingungan lagi.Beny memang sedang sakit, tapi dia masih belum pikun. Tangan yang meraih pergelangan tangan Cecilia masih belum dilepaskan. “Bukan, pasti bukan seperti ini! Pasti ada yang kalian rahasiakan dari aku? Sebenarnya ada masalah apa?”“Laura?!” Beny menatap istrinya, lalu bertanya dengan suara keras.Laura menggigit bibir bawahnya. Dia hanya meneteskan air mata dan tidak berkata apa-apa.Beny tidak mendapat jawaban dari mulut istrinya. Dia kembali menatap orang di hadapannya. “Cecilia, katakanlah! Biasanya Om sangat menyayangimu. Om juga sudah menganggapmu sebagai putri Om sendiri. Katakan, sebenarnya ada apa dengan Yohanes?”“Om, Om jangan nanya lagi. Kita bicarakan lagi setelah kondisi Om pulih nanti!”Tangan Beny yang satu lagi menumbuk ranjang dengan kuat. “Kalian nggak mau bila
Beny tiba-tiba kehilangan kesadarannya.“Om!” panggil Cecilia.Laura yang berada di samping juga langsung menyerbu, “Beny, Beny … Dok, Dokter!”Saking paniknya, Laura segera menekan bel panggilan darurat. Seketika dokter dan perawat menyerbu ke dalam ruangan. Mereka diusir dari kamar lantaran dokter akan melakukan penyelamatan darurat.Laura yang berdiri di depan pintu bagai lalat saja, berjalan mondar-mandir dengan paniknya. Saking paniknya, air mata pun terus menetes.Sementara itu, Cecilia hanya berdiri di samping Laura. Dia menyerahkan selembar tisu. “Tante, Tante jangan terlalu bersedih. Om pasti akan baik-baik saja.”Laura tidak mengambil tisu. Dia tiba-tiba mengangkat kepalanya, lalu menatap orang di hadapannya dengan penuh emosi. “Cecilia, kenapa kamu malah mengatakannya? Apa kamu nggak tahu kondisi Om kamu lagi nggak stabil?”“Tante, aku juga bukan sengaja …. Tante juga lihat sendiri kalau Om ngotot untuk tanya terus. Aku juga kehabisan akal.” Cecilia menunjukkan ekspresi bers
Laura sungguh emosi. Dia menunjuk ke arah kamar sambil berkata, “Sekarang dokter sedang berusaha untuk menyelamatkan Om kamu. Hidup matinya masih belum bisa dipastikan. Kamu malah sudah tidak sabaran ingin merebut kekuasaannya? Cecilia, kamu memang bukan putri kami, tapi kami sangat menyayangimu. Sekarang kamu bahkan nggak bisa bersabar, ingin merebut kekuasaan Om kamu?”“Aku bukan nggak bersabar. Hanya saja, urusan perusahaan cukup mendesak.” Cecilia menghela napas, lalu kembali memasukkan dokumen ke dalam amplop. “Tante, kamu nggak ngerti sama masalah perusahaan. Sekarang perusahaan sedang dihadapkan dengan masalah serius. Aku juga hanya ingin membantu agar perusahaan bisa melewati masa sulit ini. Hanya saja, aku nggak punya kekuasaan … aku nggak bisa melakukannya.”“Nggak masalah kalau aku nggak bisa mendapatkan stempel Om sekarang. Aku biasa menunggu. Hanya saja, mungkin nanti aku akan datang untuk mengganggu Om lagi. Daripada seperti ini, bagusan kamu menyerahkan pekerjaannya ini
“Kita mau sandiwara sampai kapan lagi?” Laura sudah tidak bisa menahannya lagi.Sejak menyetujui permintaan suaminya untuk bersandiwara, hatinya pun terasa sangat tidak nyaman. Laura bukanlah orang yang pintar berbohong. Hanya saja, dalam beberapa hari ini dia malah harus menghadapi orang-orang yang datang menjenguk dengan niat jahat, melihat mereka berlagak baik dan berlagak memuji dirinya.Dulu, Laura tidak merasakannya. Hanya saja, sejak suaminya “sakit” dan dirawat inap, dia pun mengalami banyak yang tidak pernah dialaminya.Hati Laura mulai mati rasa. Apalagi ketika … keponakan kesayangannya bahkan ingin merebut semua yang seharusnya menjadi milik Yohanes.“Bukannya Daniel sudah datang semalam?” tanya Beny sambil memandang ke luar jendela.Semalam ketika Beny sedang tidur, dia terdengar suara percakapan di luar sana. Sepertinya Beny sudah diusir untuk pulang.“Emm.” Laura mengangguk, lalu membalas, “Aku bilang kamu lagi istirahat karena baru disuntik. Jadi, aku suruh dia pulang du
Pertanyaan suaminya membuat Laura mengenang kembali.Sejak kecil, Yohanes sangat pintar, berbakat, dan juga sangat pengertian. Dia sangat giat dalam belajar dan bisa memberi ide membangun di dalam bisnis. Idenya tidak selalu benar, tapi setidaknya dia memiliki pemikirannya sendiri.Selama beberapa saat ini, sebenarnya hubungan keluarganya tergolong harmonis. Beny bukan hanya menyayangi putranya, dia juga menaruh harapan besar terhadap putranya.Selanjutnya, di saat Yohanes berumur 13-14 tahun. Dia sedang dalam masa memberontak. Waktu itu, Kusumo Group sedang mengekspansi bisnis ke luar negeri. Beny sangatlah sibuk hingga jarang kembali ke rumah. Kondisi tubuh Beny juga tidak bagus, ditambah dia juga tidak pintar dalam mendidik anak. Saat itu, Tania sering mengunjungi rumahnya.Tania selalu menyuruh Laura untuk beristirahat dengan baik. Semua masalah di rumah akan ditanganinya. Sejak saat itu, hubungan Yohanes dan Tania juga semakin dekat saja.Setelah dipikir-pikir, sepertinya sejak sa