Pada akhirnya, keheningan ini sudah dihancurkan.Tampak Cecilia berdiri di luar kamar pasien dengan kedua tangan Cecilia memegang dokumen, lalu menyapa dengan lembut, “Tante.”Laura mengangguk. “Cecilia, aku tahu kamu anaknya berbakti. Tapi kondisi tubuh Om Beny-mu sekarang nggak cocok untuk menerima tamu.”“Aku juga nggak ingin ganggu waktu istirahat Om. Hanya saja, sudah terjadi masalah serius di perusahaan. Aku ingin meminta arahannya. Lagi pula ….” Cecilia menundukkan kepalanya sambil tersenyum, lalu merapikan poninya. “Aku juga bukan tamu!”“Tapi ….”Saat Laura merasa ragu, terdengar suara deham dari dalam kamar, lalu terdengar suara Beny, “Siapa? Cecilia, ya? Biarkan dia masuk!”Berhubung Beny sudah bersuara, Laura terpaksa minggir mempersilakan Cecilia untuk memasuki ruangan. Hanya saja, tatapannya ketika melihat Laura terlihat agak kalut.Tentu saja Cecilia merasa gembira. Dia segera masuk ke kamar dengan tersenyum lebar.Ruangan sangatlah rapi dan bersih. Di samping nakas juga
Cecilia kelihatan panik. “Nggak! Nggak kenapa-napa! Maksudku belakangan ini Kakak lagi pergi. Aku akan wakili Kakak …. Emm, maksudku aku akan menjagamu.”Sikap panik Cecilia membuat Beny semakin kebingungan lagi.Beny memang sedang sakit, tapi dia masih belum pikun. Tangan yang meraih pergelangan tangan Cecilia masih belum dilepaskan. “Bukan, pasti bukan seperti ini! Pasti ada yang kalian rahasiakan dari aku? Sebenarnya ada masalah apa?”“Laura?!” Beny menatap istrinya, lalu bertanya dengan suara keras.Laura menggigit bibir bawahnya. Dia hanya meneteskan air mata dan tidak berkata apa-apa.Beny tidak mendapat jawaban dari mulut istrinya. Dia kembali menatap orang di hadapannya. “Cecilia, katakanlah! Biasanya Om sangat menyayangimu. Om juga sudah menganggapmu sebagai putri Om sendiri. Katakan, sebenarnya ada apa dengan Yohanes?”“Om, Om jangan nanya lagi. Kita bicarakan lagi setelah kondisi Om pulih nanti!”Tangan Beny yang satu lagi menumbuk ranjang dengan kuat. “Kalian nggak mau bila
Beny tiba-tiba kehilangan kesadarannya.“Om!” panggil Cecilia.Laura yang berada di samping juga langsung menyerbu, “Beny, Beny … Dok, Dokter!”Saking paniknya, Laura segera menekan bel panggilan darurat. Seketika dokter dan perawat menyerbu ke dalam ruangan. Mereka diusir dari kamar lantaran dokter akan melakukan penyelamatan darurat.Laura yang berdiri di depan pintu bagai lalat saja, berjalan mondar-mandir dengan paniknya. Saking paniknya, air mata pun terus menetes.Sementara itu, Cecilia hanya berdiri di samping Laura. Dia menyerahkan selembar tisu. “Tante, Tante jangan terlalu bersedih. Om pasti akan baik-baik saja.”Laura tidak mengambil tisu. Dia tiba-tiba mengangkat kepalanya, lalu menatap orang di hadapannya dengan penuh emosi. “Cecilia, kenapa kamu malah mengatakannya? Apa kamu nggak tahu kondisi Om kamu lagi nggak stabil?”“Tante, aku juga bukan sengaja …. Tante juga lihat sendiri kalau Om ngotot untuk tanya terus. Aku juga kehabisan akal.” Cecilia menunjukkan ekspresi bers
Laura sungguh emosi. Dia menunjuk ke arah kamar sambil berkata, “Sekarang dokter sedang berusaha untuk menyelamatkan Om kamu. Hidup matinya masih belum bisa dipastikan. Kamu malah sudah tidak sabaran ingin merebut kekuasaannya? Cecilia, kamu memang bukan putri kami, tapi kami sangat menyayangimu. Sekarang kamu bahkan nggak bisa bersabar, ingin merebut kekuasaan Om kamu?”“Aku bukan nggak bersabar. Hanya saja, urusan perusahaan cukup mendesak.” Cecilia menghela napas, lalu kembali memasukkan dokumen ke dalam amplop. “Tante, kamu nggak ngerti sama masalah perusahaan. Sekarang perusahaan sedang dihadapkan dengan masalah serius. Aku juga hanya ingin membantu agar perusahaan bisa melewati masa sulit ini. Hanya saja, aku nggak punya kekuasaan … aku nggak bisa melakukannya.”“Nggak masalah kalau aku nggak bisa mendapatkan stempel Om sekarang. Aku biasa menunggu. Hanya saja, mungkin nanti aku akan datang untuk mengganggu Om lagi. Daripada seperti ini, bagusan kamu menyerahkan pekerjaannya ini
“Kita mau sandiwara sampai kapan lagi?” Laura sudah tidak bisa menahannya lagi.Sejak menyetujui permintaan suaminya untuk bersandiwara, hatinya pun terasa sangat tidak nyaman. Laura bukanlah orang yang pintar berbohong. Hanya saja, dalam beberapa hari ini dia malah harus menghadapi orang-orang yang datang menjenguk dengan niat jahat, melihat mereka berlagak baik dan berlagak memuji dirinya.Dulu, Laura tidak merasakannya. Hanya saja, sejak suaminya “sakit” dan dirawat inap, dia pun mengalami banyak yang tidak pernah dialaminya.Hati Laura mulai mati rasa. Apalagi ketika … keponakan kesayangannya bahkan ingin merebut semua yang seharusnya menjadi milik Yohanes.“Bukannya Daniel sudah datang semalam?” tanya Beny sambil memandang ke luar jendela.Semalam ketika Beny sedang tidur, dia terdengar suara percakapan di luar sana. Sepertinya Beny sudah diusir untuk pulang.“Emm.” Laura mengangguk, lalu membalas, “Aku bilang kamu lagi istirahat karena baru disuntik. Jadi, aku suruh dia pulang du
Pertanyaan suaminya membuat Laura mengenang kembali.Sejak kecil, Yohanes sangat pintar, berbakat, dan juga sangat pengertian. Dia sangat giat dalam belajar dan bisa memberi ide membangun di dalam bisnis. Idenya tidak selalu benar, tapi setidaknya dia memiliki pemikirannya sendiri.Selama beberapa saat ini, sebenarnya hubungan keluarganya tergolong harmonis. Beny bukan hanya menyayangi putranya, dia juga menaruh harapan besar terhadap putranya.Selanjutnya, di saat Yohanes berumur 13-14 tahun. Dia sedang dalam masa memberontak. Waktu itu, Kusumo Group sedang mengekspansi bisnis ke luar negeri. Beny sangatlah sibuk hingga jarang kembali ke rumah. Kondisi tubuh Beny juga tidak bagus, ditambah dia juga tidak pintar dalam mendidik anak. Saat itu, Tania sering mengunjungi rumahnya.Tania selalu menyuruh Laura untuk beristirahat dengan baik. Semua masalah di rumah akan ditanganinya. Sejak saat itu, hubungan Yohanes dan Tania juga semakin dekat saja.Setelah dipikir-pikir, sepertinya sejak sa
Semua bukan murni salah Tania. Sebagai seorang ayah, Beny juga seharusnya memberi arahan yang tepat kepada putranya. Jadi, Beny juga tidak ingin melempar semua tanggung jawab ke diri Tania.Sekujur tubuh Laura terasa mendingin. Padahal Laura menganggap Tania sebagai anggota keluarganya sendiri, kenapa dia malah menjerumuskan putranya?“Sekarang kita ….”“Tunggu dulu! Pertunjukan ini sudah hampir berakhir!” Beny menghela napas menatap matahari yang hampir terbenam.…Baru saja Cecilia pulang ke rumah, tampak ayahnya malah sedang duduk di rumah tamu. Jujur saja, gambaran ini sungguh langka.Cecilia berjalan menghampiri ayahnya dengan tersenyum. “Papa, kenapa Papa di sini?”“Kalau aku nggak di sini, aku bisa ke mana lagi? Kamu ini! Aku sudah meneleponmu berkali-kali. Kamu ke mana?!” tanya Daniel dengan marah, “Apa kamu nggak tahu sekarang para reporter sedang mengawasi adikmu? Bukankah kamu seharusnya memikirkan cara penyelesaiannya? Ke mana kamu?”“Aku pergi untuk cari solusi!” Cecilia m
Pada saat ini, Tania berjalan keluar dari dapur. Dia berkata, “Sudahlah, kalian berdua jangan terus bahas masalah kerjaan. Ayo, sudah saatnya makan.”Daniel memang sudah lapar dan capek. Dia segera berdiri untuk duduk di depan meja makan. Dia melihat istri yang duduk di sampingnya. Entah kenapa, tiba-tiba dia kepikiran dengan ucapan Olivia tadi.Setelah terdiam sejenak, Daniel melanjutkan makannya dan tidak berbicara.Tak lama kemudian, Cecilia juga duduk di meja makan. Mereka bertiga makan dengan sangat hening, sepertinya sudah lama suasana di rumah tidak sehening ini.Daniel memang tidak bertanya langsung pada Tania, hanya saja dia merasa ada yang mengganjal di hatinya. Dia pun terus mengintip Tania.Tentu saja Tania menyadarinya. Hanya saja, Tania juga tidak bertanya berlagak tidak mengetahuinya.Tania biasanya tidak makan banyak. Di saat dia hendak meninggalkan meja makan, Daniel spontan memanggilnya, “Tania.”“Emm,” balas Tania, “Aku sudah selesai makan.”“Kamu jangan pergi dulu,